Dosen Pengampu :
Oleh :
Golongan / Kelompok : D / 1
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rapport merupakan suatu hubungan yang ditandai dengan keharmonisan,
kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan
persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan (Willis, 2004). Sedangkan
menurut pendapat lain Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya respon
persetujuan, rasa simpati, kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan
antara seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan (Cepeda, 2009).
Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana
hubungan antara subjek dan pewawancara (Lerbin, 2007). Rapport merupakan
dasar untuk membentuk kepercayaan dan pengertian antara pewawancara
dengan responden. Tanpa rapport yang baik, tidak mungkin dilakukan kerja
sama antara pewawancara dengan responden.
Oleh sebab itu, membina hubungan baik dengan responden (Rapport)
penting untuk dilakukan sebelum wawancara berlangsung, hal itu perlu
dilakukan agar responden merasa nyaman sehingga bersedia serta lebih mudah
dalam memberi data serta infromasi yang jelas dan akurat. Dalam melakukan
rapport harus dilakukan dengan teknik-teknik yang benar sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rapport berasal dari bahasa Perancis yang artinya adalah hubungan atau
dapat diartikan menjalin hubungan, relasi yang hamonis, nyaman, serasi, percaya
satu sama lain. Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya respon
persetujuan, rasa simpati, kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan
antara seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan (Cepeda, 2009).
Keterampilan membina rapport sama halnya dengan keterampilan
membuka pintu hubungan dan keterlibatan (engagement). Keterlibatan merupakan
komponen yg mendasar dari kesuksesan suatu hubungan wawancara. Kesuksesan
dalam membangun keterlibatan berkorelasi dengan kesuksesan proses.
Keterlibatan sangat tergantung pada upaya membina rapport itu sendiri. Membina
hubungan baik (rapport) dalam wawancara dengan responden dimaksudkan agar
responden dapat terbuka dengan pewawancara (peneliti) hal itu dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi yang sesungguhnya dari responden sehingga dapat
menggambarkan apa yang dikonsumsi oleh responden dan data yang
diperolehpun akan lebih akurat.
Rapport akan membuat wawancara lebih disukai. Proses rapport akan
lebih bermakna apabila dikembangkan dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Yang lebih penting lagi adalah aspek nonverbal. Kehangatan, ekspresi suara yang
bersahabat dan ramah, penerimaan penuh (unconditional positive regard), dan
ketertarikan atas situasi masalah klien merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Dalam membangun rapport, faktor yang paling penting dari
keseluruhan di atas, yaitu tingkah laku dan sikap pewawancara (Rahman, 1999).
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses rapport yaitu :
1. Penampilan dari pewawancara (peneliti) harus disesuaikan dengan kondisi
responden. Berpenampilan secara sewajarnya dan sopan, tidak menggunakan
pakaian ataupun barang-barang yang mencolok. Hal itu perlu dilakukan agar
responden menangkap impresi positif.
4
2. Mengunakan kata-kata yang tepat dan mudah dipahami oleh responden. Hal
itu diperlukan agar tidak terjadi miscommunication antara peneliti dengan
responden
3. Mengusahakan untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi awal calon
responden maupun lingkungannya.
5
2. Menjelaskan hak dan kewajiban responden selama peneliti melakukan
penelitian.
3. Menjelaskan dampak yang akan muncul dari penelitian tersebut.
4. Peneliti harus menjelaskan berapa lama peneliti akan melibatkan responden
dalam kegiatan penelitian.
5. Peneliti harus menjaga kerahasian data, karena hal itu merupakan privacy.
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Pembuatan laporan
7
BAB IV
PEMBAHASAN
8
saya publikasikan secara individu melainkan sudah di olah menjadi
data kelompok. Jadi, kerahasiaan Ibu selama proses wawancara
akan dijaga dengan baik”.
Responden : “Baik, dik saya bersedia menandatangani lembar kesediaan
tersebut”.
Peneliti : “Terimakasih, Bu. Saya akan menjelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Dalam waktu kurang dari 15 menit
saya akan menanyakan kebiasaan Ibu dalam memberikan makan
pada balita Ibu. Dari makan pagi, makan siang, makan malam, serta
jajanan yang biasa Ibu berikan pada balita Ibu. Saya memerlukan 3
kali bertemu dengan Ibu Novita. Saya akan kembali mengunjungi
Ibu pada hari Kamis. Apakah Ibu bersedia?”.
Responden : “Tentu saja, dik. Saya tidak keberatan sama sekali”.
Peneliti : “Terimakasih Ibu Novita, saya akan dating lagi pada hari Kamis.
Wassalamu’alaikum wr.wb”.
Responden : “Waalaikumsalam wr.wb”.
9
kekurangan gizi pada balita adalah perilaku yang kurang benar di kalangan
masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada keluarganya
terutama kepada anak-anak.
Kegiatan pemberian makanan termasuk dalam salah satu pola asuh makan
yang erat kaitannya dengan status gizi balita. Peran ibu sangat diperlukan dalam
hal tersebut yakni pada kegiatan penentuan bahan makanan yang akan dibeli,
dimasak dan disiapkan. Tiga perilaku yang dapat mempengaruhi asupan dalam
praktek pemberian makan pada anak yaitu menyesuaikan metode pemberian
makan dengan kemampuan psikomotor anak; pemberian makan yang responsif
termasuk dorongan untuk makan, memperhatikan nafsu makan anak, waktu
pemberian, kontrol terhadap makanan antara anak dan pemberi makan, dan
hubungan yang baik dengan anak selama memberi makan; situasi pemberian
makan, termasuk bebas dari gangguan, waktu pemberian makanan yang tertentu,
perhatian dan perlindungan selama makan (Ari dan Rusilanti,2013).
Pendidikan kesehatan dapat menjadi salah satu alternatif dalam memperbaiki
perilaku ibu yang kurang baik dalam pemberian makanan. Peran pendidikan
kesehatan dibahas pula dalam penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan perilaku dan sikap ibu dalam upaya menangani balita gizi kurang di
desa Mancasan Sukoharjo. Hasil tersebut menyatakan terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku ibu dalam upaya menangani
balita gizi kurang di desa Mancasan Sukoharjo. Pendidikan kesehatan sendiri
terdiri dari beberapa metode dua diantaranya ialah metode brainstorming dan
Emotional Demonstration.
Brain Storming merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap kelompok tiap
peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan-tanggapan (curah
pendapat). Metode ini digunakan dalam penelitian Mira dkk (2010), dengan judul
BrainStorming dan Demonstrasi Merubah Perilaku Ibu Terhadap Pemberian
Makanan Tambahan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh
10
dari Brainstorming dan demonstrasi terhadap perilaku ibu dalam memberikan
makanan pendamping ASI untuk bayi (0-6 bulan).
Behavior Centered Design merupakan sebuah pendekatan yang
melatarbelakangi terciptanya sebuah metode baru yakni Emotional Demonstration
(Emo-Demo) yang dikembangkan oleh Global Alliance for improfed Nutrition
(GAIN). Metode ini kemungkinan dapat menjadi salah satu alternatif metode
pendidikan kesehatan yang efektif dalam merubah perilaku seseorang, karena
metode ini tidak lagi mengutamakan kognisi untuk merubah pemikiran atau
pengetahuan seseorang melainkan melalui serangkaian simulasi yang dilakukan
untuk merangsang emosi seseorang diantaranya nurture (memelihara), attract
(menarik), love (cinta), affiliate (hubungan).
Berdasarkan pemaparan diatas perlu adanya penelitian mengenai perubahan
perilaku ibu dalam pemberian makan balita yang memperoleh pendidikan
kesehatan dengan metode Emo-Demo dan Brainstorming.
Pada transkrip dialog yang telah terpapar diatas, saya melakukan rapport
dengan seorang Ibu rumah tangga yang memiliki seorang balita bernama Ibu
Novita. Dalam memulai rapport terlebih dahulu saya (peneliti) harus
mengucapkan salam kepada yang bersangkutan, hal tersebut penting dilakukan
karena dalam membangun rapport, faktor yang paling penting dari keseluruhan di
atas, yaitu tingkah laku dan sikap pewawancara (Rahman, 1999).
11
Negeri Jember yang sedang melakukan penyusunan tugas akhir. Tidak lupa
peneliti juga menjelaskan tujuan peneliti datang yaitu ingin melakukan penelitian
dengan topik kajian mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Emo-
Demo dan Brainstorming Terhadap Perubahan Perilaku Ibu Balita dalam
Pemberian Makan. Penyampaian tujuan tersebut sangat penting dilakukan. Selain
itu, dalam dialog tersebut peneliti menjelaskan hak dan kewajiban responden
selama penelitian tersebut berlangsung. Tidak lupa peneliti juga menjelaskan
berapa lama akan melibatkan responden dalam kegiatan penelitian, dalam dialog
tersebut peneliti menjelaskan bahwa peneliti membutuhkan sekitar 3 kali
pertemuan.
12
responden menandatangani lembar kesediaan terlibat dalam penelitian, dan
respondenpun menyetujuinya. Hal tersebut berarti responden bersedia terlibat
dalam penelitian.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya respon persetujuan, rasa
simpati, kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan antara
seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan.
Kekurangan gizi pada balita akan mengakibatkan ganguan pertumbuhan
fisik dan perkembangan mental. Status gizi baik dapat dicapai dengan
melakukan perbaikan konsumsi pangan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Adapun faktor yang dominan penyebab kekurangan gizi pada balita ialah
perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan
memberikan makanan kepada keluarganya terutama kepada anak-anak.
Dalam penelitian tersebut telah dijelaskan tujuan penelitian, hak dan
kewajiban responden selama penelitian, waktu untuk melakukan penelitian,
serta menjaga kerhasiaan data.
5.2 Saran
Dalam membina rapport dengan responden, hendaknya dilakukan dengan
bahasa yang sopan serta mudah dimengerti oleh responden. Sopan dan santun
merupakan hal yang paling penting dalam membina rapport dengan
responden.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anani, F.H , dan Mahmudiono, Trias.2018. Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Konsumsi Pangan Isoflavon pada
Mahasiswi Pre-Menstrual Syndrome. Jurnal Penelitian Vol, 10 ; No 24373.
Arifin, Zainur. 2018. Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun dengan Gizi
Kurang di Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani Kecamatan
JabonSidoarjo. Jurnal Midwiferia Vol, 1 ; No 1.
Hudayani, Fitri. dan Sartika, Dewi, R.A. 2016. Perubahan Pengetahuan dan
Perilaku Orang yang Hidup dengan HIV melalui Konseling dan Edukasi
Gizi. Jurnal Kesmas Vol, 10 ; No 947.
15