Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI KONSUMSI PANGAN


“Rapport dengan Responden”

Dosen Pengampu :

Agustina Endah W., S.Sos. M.Kes

Oleh :
Golongan / Kelompok : D / 1

Najma Zahara P. H. (G42171737)

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan laporan praktikum dari mata kuliah Survei
Konsumsi Pangan dengan judul praktikum “Rapport dengan Responden” tepat
pada waktunya.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya laporan
praktikum selanjutnya akan lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan praktikum ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................... 7

3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 7

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................... 7

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 8

4.1 Pembahasan ................................................................................................... 8

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 14

5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 14

5.2. Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

2
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rapport merupakan suatu hubungan yang ditandai dengan keharmonisan,
kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan
persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan (Willis, 2004). Sedangkan
menurut pendapat lain Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya respon
persetujuan, rasa simpati, kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan
antara seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan (Cepeda, 2009).
Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana
hubungan antara subjek dan pewawancara (Lerbin, 2007). Rapport merupakan
dasar untuk membentuk kepercayaan dan pengertian antara pewawancara
dengan responden. Tanpa rapport yang baik, tidak mungkin dilakukan kerja
sama antara pewawancara dengan responden.
Oleh sebab itu, membina hubungan baik dengan responden (Rapport)
penting untuk dilakukan sebelum wawancara berlangsung, hal itu perlu
dilakukan agar responden merasa nyaman sehingga bersedia serta lebih mudah
dalam memberi data serta infromasi yang jelas dan akurat. Dalam melakukan
rapport harus dilakukan dengan teknik-teknik yang benar sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana langkah-langkah teknik rapport?
1.2.2 Bagaimana cara mempraktekkan teknik rapport?

1.3 Tujuan Praktikum


1.3.1 Dapat memahami langkah-langkah teknik rapport.
1.3.2 Dapat mempraktekkan teknik rapport dengan baik dan benar.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rapport berasal dari bahasa Perancis yang artinya adalah hubungan atau
dapat diartikan menjalin hubungan, relasi yang hamonis, nyaman, serasi, percaya
satu sama lain. Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya respon
persetujuan, rasa simpati, kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan
antara seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan (Cepeda, 2009).
Keterampilan membina rapport sama halnya dengan keterampilan
membuka pintu hubungan dan keterlibatan (engagement). Keterlibatan merupakan
komponen yg mendasar dari kesuksesan suatu hubungan wawancara. Kesuksesan
dalam membangun keterlibatan berkorelasi dengan kesuksesan proses.
Keterlibatan sangat tergantung pada upaya membina rapport itu sendiri. Membina
hubungan baik (rapport) dalam wawancara dengan responden dimaksudkan agar
responden dapat terbuka dengan pewawancara (peneliti) hal itu dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi yang sesungguhnya dari responden sehingga dapat
menggambarkan apa yang dikonsumsi oleh responden dan data yang
diperolehpun akan lebih akurat.
Rapport akan membuat wawancara lebih disukai. Proses rapport akan
lebih bermakna apabila dikembangkan dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Yang lebih penting lagi adalah aspek nonverbal. Kehangatan, ekspresi suara yang
bersahabat dan ramah, penerimaan penuh (unconditional positive regard), dan
ketertarikan atas situasi masalah klien merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Dalam membangun rapport, faktor yang paling penting dari
keseluruhan di atas, yaitu tingkah laku dan sikap pewawancara (Rahman, 1999).
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses rapport yaitu :
1. Penampilan dari pewawancara (peneliti) harus disesuaikan dengan kondisi
responden. Berpenampilan secara sewajarnya dan sopan, tidak menggunakan
pakaian ataupun barang-barang yang mencolok. Hal itu perlu dilakukan agar
responden menangkap impresi positif.

4
2. Mengunakan kata-kata yang tepat dan mudah dipahami oleh responden. Hal
itu diperlukan agar tidak terjadi miscommunication antara peneliti dengan
responden
3. Mengusahakan untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi awal calon
responden maupun lingkungannya.

Manfaat rapport dalam survey konsumsi pangan adalah untuk mendapatkan


data yang real dari responden, memudahkan dalam membina hubungan baik lebih
lanjut dengan responden. Oleh karena itu, dalam melakukan rapport harus
dilakukan dengan kehati-hatian. Membangun rapport bukanlah hal yang mudah
tetapi juga bukan merupakan hal yang sulit. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
membangun rapport, perlu diperhatikan teknik-teknik dalam membangun rapport
seperti :
1. Kesesuain (matching) bahasa tubuh (gestur) yang senada dengan isi
pembicaraan. Gestures merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerakan
tangan, bahu, dan jari-jari. Kita sering menggunakan gerakan anggota tubuh
secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan
(Anonim,2010).
2. Mempertahankan eye contact (tatapan mata dengan responden). Berbagai
studi menunjukkan bahwa orang yang memandang orang lain disaat
percakapan sekitar 50-60 persen. Bagi pembicara digunakan 40 persen dan
bagi pendengar kira-kira 70 persen penglihatan. Kontak mata sebagai simbol
komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalam
berkomunikasi (Yanti, 2007).
3. Memadukan breathing rhythm (irama bernafas) dengan tepat sesuai isi
pembicaraan.

Pada awal dilakukannya rapport dengan responden peneliti terlebih dahulu


harus menjelaskan standar-standar yang harus dimengerti oleh responden, agar
tidak terjadi hal-hal yang merugikan responden. Hal-hal yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam membina hubungan dengan responden antara lain :
1. Peneliti wajib menyampaikan tujuan penelitian.

5
2. Menjelaskan hak dan kewajiban responden selama peneliti melakukan
penelitian.
3. Menjelaskan dampak yang akan muncul dari penelitian tersebut.
4. Peneliti harus menjelaskan berapa lama peneliti akan melibatkan responden
dalam kegiatan penelitian.
5. Peneliti harus menjaga kerahasian data, karena hal itu merupakan privacy.

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Judul praktikum : Rapport dengan Responden
Hari/tanggal pelaksanaan : Senin, 16 September 2019
Pukul : 07.00-09.00 WIB
Tempat : Laboratorium Pendidikan Gizi
Dosen pembimbing : Agustina Endah W., S.Sos. M.Kes.
3.2 Alat dan Bahan
1. Lembar Kegiatan Praktikum Mahasiswa (BKPM) Survey Konsumsi
Pangan
2. Kertas HVS atau Folio
3. Seperangkat alat tulis

3.3 Prosedur Kerja


1. Setiap mahasiswa membuat dialog mengenai rapport dengan responden
sebagai seorang peneliti dengan seorang responden.
2. Mahasiswa mempraktekkan hasil dari dialog yang telah dibuat, satu orang
sebagai peneliti dan satu orang lain menjadi responden.
3. Masing-masing mahasiswa membuat laporan .

Pembuatan dialog antara peneliti dengan


responden

Mempraktekkan hasil dari dialog yang dibuat (satu


orang sebagai peneliti dan satu orang lain menjadi
responden)

Pembuatan laporan

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Transkip Dialog dengan Responden

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Emo-Demo dan Brainstorming


Terhadap Perubahan Perilaku Ibu Balita dalam Pemberian Makan”

Peneliti : “Assalamu’alaikum Wr. Wb”


Responden : “Wa’alaikum salam Wr. Wb”
Peneliti : “Perkenalkan nama saya Najma. Saya adalah mahasiswa dari
Politeknik Negeri Jember yang sedang menyelesaikan tugas akhir
dengan topik kajian mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Metode Emo-Demo dan Brainstorming Terhadap Perubahan
Perilaku Ibu Balita dalam Pemberian Makan. Apakah saya boleh
meminta waktu sebentar untuk menanyakan sesuatu kepada Ibu?”
Responden : “Oh iya dik, boleh. Silahkan dengan senang hati”.
Peneliti : “Sebelumnya saya ingin berkenalan dengan Ibu. Kalau boleh tau
dengan Ibu siapa?”.
Responden : “Nama saya Novita, dik”.
Peneliti : “Oh Ibu Novita, sekarang sedang sibuk apa bu?”.
Responden : “Saya hanya Ibu rumah tangga, dik”
Peneliti : “Oh berarti setiap waktu bisa mendampingi anaknya ya bu?”
Responden : “Iya, dik”
Peneliti : “Baik bu, saya ingin tahu lebih jauh tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pemberian makan pada balita Ibu, apakah Ibu
berkenan?”.
Responden : “Oh tidak, dik. Saya tidak keberatan”.
Peneliti :“Sebelum saya bertanya lebih lanjut, saya akan memberikan
lembar penjelasan sebelum persetujuan. Silahkan dibaca terlebih
dahulu bu. Hasil-hasil yang terkait dengan wawancara tidak akan

8
saya publikasikan secara individu melainkan sudah di olah menjadi
data kelompok. Jadi, kerahasiaan Ibu selama proses wawancara
akan dijaga dengan baik”.
Responden : “Baik, dik saya bersedia menandatangani lembar kesediaan
tersebut”.
Peneliti : “Terimakasih, Bu. Saya akan menjelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Dalam waktu kurang dari 15 menit
saya akan menanyakan kebiasaan Ibu dalam memberikan makan
pada balita Ibu. Dari makan pagi, makan siang, makan malam, serta
jajanan yang biasa Ibu berikan pada balita Ibu. Saya memerlukan 3
kali bertemu dengan Ibu Novita. Saya akan kembali mengunjungi
Ibu pada hari Kamis. Apakah Ibu bersedia?”.
Responden : “Tentu saja, dik. Saya tidak keberatan sama sekali”.
Peneliti : “Terimakasih Ibu Novita, saya akan dating lagi pada hari Kamis.
Wassalamu’alaikum wr.wb”.
Responden : “Waalaikumsalam wr.wb”.

Dalam transkrip dialog yang telah terlampir diatas peneliti melakukan


penelitian dengan topik Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Emo-Demo dan
Brainstorming Terhadap Perubahan Perilaku Ibu Balita dalam Pemberian Makan.
Dengan sasaran responden adalah Ibu balita yang berada di kota B. Pemilihan
topik tersebut tentunya didasarkan oleh beberapa hal yang menjadi pemikiran
saya selama ini, alasan saya menggunakan topik ini karena berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018
menunjukkan bahwa 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar
3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%.
Masalah gizi balita merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance). Kekurangan gizi pada balita
akan mengakibatkan ganguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental.
Status gizi baik dapat dicapai dengan melakukan perbaikan konsumsi pangan,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Adapun faktor yang menjadi penyebab

9
kekurangan gizi pada balita adalah perilaku yang kurang benar di kalangan
masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada keluarganya
terutama kepada anak-anak.
Kegiatan pemberian makanan termasuk dalam salah satu pola asuh makan
yang erat kaitannya dengan status gizi balita. Peran ibu sangat diperlukan dalam
hal tersebut yakni pada kegiatan penentuan bahan makanan yang akan dibeli,
dimasak dan disiapkan. Tiga perilaku yang dapat mempengaruhi asupan dalam
praktek pemberian makan pada anak yaitu menyesuaikan metode pemberian
makan dengan kemampuan psikomotor anak; pemberian makan yang responsif
termasuk dorongan untuk makan, memperhatikan nafsu makan anak, waktu
pemberian, kontrol terhadap makanan antara anak dan pemberi makan, dan
hubungan yang baik dengan anak selama memberi makan; situasi pemberian
makan, termasuk bebas dari gangguan, waktu pemberian makanan yang tertentu,
perhatian dan perlindungan selama makan (Ari dan Rusilanti,2013).
Pendidikan kesehatan dapat menjadi salah satu alternatif dalam memperbaiki
perilaku ibu yang kurang baik dalam pemberian makanan. Peran pendidikan
kesehatan dibahas pula dalam penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan perilaku dan sikap ibu dalam upaya menangani balita gizi kurang di
desa Mancasan Sukoharjo. Hasil tersebut menyatakan terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku ibu dalam upaya menangani
balita gizi kurang di desa Mancasan Sukoharjo. Pendidikan kesehatan sendiri
terdiri dari beberapa metode dua diantaranya ialah metode brainstorming dan
Emotional Demonstration.
Brain Storming merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap kelompok tiap
peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan-tanggapan (curah
pendapat). Metode ini digunakan dalam penelitian Mira dkk (2010), dengan judul
BrainStorming dan Demonstrasi Merubah Perilaku Ibu Terhadap Pemberian
Makanan Tambahan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh

10
dari Brainstorming dan demonstrasi terhadap perilaku ibu dalam memberikan
makanan pendamping ASI untuk bayi (0-6 bulan).
Behavior Centered Design merupakan sebuah pendekatan yang
melatarbelakangi terciptanya sebuah metode baru yakni Emotional Demonstration
(Emo-Demo) yang dikembangkan oleh Global Alliance for improfed Nutrition
(GAIN). Metode ini kemungkinan dapat menjadi salah satu alternatif metode
pendidikan kesehatan yang efektif dalam merubah perilaku seseorang, karena
metode ini tidak lagi mengutamakan kognisi untuk merubah pemikiran atau
pengetahuan seseorang melainkan melalui serangkaian simulasi yang dilakukan
untuk merangsang emosi seseorang diantaranya nurture (memelihara), attract
(menarik), love (cinta), affiliate (hubungan).
Berdasarkan pemaparan diatas perlu adanya penelitian mengenai perubahan
perilaku ibu dalam pemberian makan balita yang memperoleh pendidikan
kesehatan dengan metode Emo-Demo dan Brainstorming.

Sebelum menggali lebih dalam mengenai reponden, terlebih dahulu saya


membina rapport dengan responden. Hal tersebut diperlukan untuk mendapatkan
data yang real dari responden, memudahkan dalam membina hubungan baik lebih
lanjut dengan responden. Tanpa adanya rapport yang baik tidak akan terjalin
hubungan yang baik dengan responden, hal itu tentu berdampak pada keterlibatan
responden dalam penelitian tersebut.

Pada transkrip dialog yang telah terpapar diatas, saya melakukan rapport
dengan seorang Ibu rumah tangga yang memiliki seorang balita bernama Ibu
Novita. Dalam memulai rapport terlebih dahulu saya (peneliti) harus
mengucapkan salam kepada yang bersangkutan, hal tersebut penting dilakukan
karena dalam membangun rapport, faktor yang paling penting dari keseluruhan di
atas, yaitu tingkah laku dan sikap pewawancara (Rahman, 1999).

Dalam transkrip rapport yang terpapar peneliti berusaha menggunakan


kata-kata yang mudah dipahami oleh responden. Dilanjutkan dengan perkenalan
diri peneliti, serta menyampaikan tujuan penelitian tersebut. Dalam teks dialog
tersebut peneliti memperkenalkan diri serta berasal dari instansi Politeknik

11
Negeri Jember yang sedang melakukan penyusunan tugas akhir. Tidak lupa
peneliti juga menjelaskan tujuan peneliti datang yaitu ingin melakukan penelitian
dengan topik kajian mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Emo-
Demo dan Brainstorming Terhadap Perubahan Perilaku Ibu Balita dalam
Pemberian Makan. Penyampaian tujuan tersebut sangat penting dilakukan. Selain
itu, dalam dialog tersebut peneliti menjelaskan hak dan kewajiban responden
selama penelitian tersebut berlangsung. Tidak lupa peneliti juga menjelaskan
berapa lama akan melibatkan responden dalam kegiatan penelitian, dalam dialog
tersebut peneliti menjelaskan bahwa peneliti membutuhkan sekitar 3 kali
pertemuan.

Dalam melakukan wawancara seharusnya respondenlah yang menentukan


waktu dan tempatnya, karena didalam penelitian ini peneliti yang membutuhkan
responden, bukan sebaliknya. Namun dalam dialog tersebut responden bersedia
dikunjungi kapan saja karena responden hanya bekerja sebagai Ibu rumah tangga.
Selain itu dalam dialog tersebut peneliti menjelaskan berapa kali kunjungan yang
akan dilakukan, dan meminta persetujuan dari responden, apakah reponden
keberatan atau tidak, dan dalam dialog tersebut responden tidak keberatan.
Kunjungan yang dilakukan peneliti dalam dialog tersebut adalah kurang lebih 3
kali pertemuan, karena peneliti akan mengumpulkan data melalui re-call dan agar
data yang didapat lebih akurat peneliti akan melakukan kunjungan kurang lebih 3
kali pertemuan dan akan dilakukan setiap 2 hari sekali. Hal tersebut dilakukan
agar responden tidak merasa terbebani, bosan ataupun tertekan. Selain itu dalam
melakukan kunjungan nanti responden diminta untuk mengisi beberapa
pertanyaan mengenai kebiasaan pemberian makan pada balita yang dilakukan oleh
responden.

Kerahasiaan data juga dijelaskan dalam dialog tersebut, peneliti akan


menjaga kerahasiaan data tersebut dan nama dari responden akan disamarkan.
Menjaga kerhasiaan data perlu dilakukan agar responden tidak khawatir akan
data-data rahasianya selain itu menjaga kerahasiaan data merupakan etika dalam
melakukan penelitian. Dalam dialog tersebut peneliti juga meminta agar

12
responden menandatangani lembar kesediaan terlibat dalam penelitian, dan
respondenpun menyetujuinya. Hal tersebut berarti responden bersedia terlibat
dalam penelitian.

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya respon persetujuan, rasa
simpati, kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan antara
seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan.
Kekurangan gizi pada balita akan mengakibatkan ganguan pertumbuhan
fisik dan perkembangan mental. Status gizi baik dapat dicapai dengan
melakukan perbaikan konsumsi pangan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Adapun faktor yang dominan penyebab kekurangan gizi pada balita ialah
perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan
memberikan makanan kepada keluarganya terutama kepada anak-anak.
Dalam penelitian tersebut telah dijelaskan tujuan penelitian, hak dan
kewajiban responden selama penelitian, waktu untuk melakukan penelitian,
serta menjaga kerhasiaan data.

5.2 Saran
Dalam membina rapport dengan responden, hendaknya dilakukan dengan
bahasa yang sopan serta mudah dimengerti oleh responden. Sopan dan santun
merupakan hal yang paling penting dalam membina rapport dengan
responden.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anani, F.H , dan Mahmudiono, Trias.2018. Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Konsumsi Pangan Isoflavon pada
Mahasiswi Pre-Menstrual Syndrome. Jurnal Penelitian Vol, 10 ; No 24373.

Arifin, Zainur. 2018. Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun dengan Gizi
Kurang di Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani Kecamatan
JabonSidoarjo. Jurnal Midwiferia Vol, 1 ; No 1.

Arum, P., Warsito, H dan Ambar, E. 2016.Hubungan Pengnetahuan dan Pola


Asupan Gizi Terhadap Status Gizi Balita Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Penyuluhan Tentang Pola Asuhan Gizi di Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. Jurnal Kesehatan Vol. 4. 2.

Global Alliance for Improved Nutrition. 2017. Modul Emo-Demo. Yayasan


Paramitra Jawa Timur

Hudayani, Fitri. dan Sartika, Dewi, R.A. 2016. Perubahan Pengetahuan dan
Perilaku Orang yang Hidup dengan HIV melalui Konseling dan Edukasi
Gizi. Jurnal Kesmas Vol, 10 ; No 947.

T. Mira,. R. Pradanie, dan H. Zahra. 2012. Brain Storming dan Demonstrasi


Merubah Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan. Jurnal
Ners Vol, 4 No. 2: 161-167.

15

Anda mungkin juga menyukai