Anda di halaman 1dari 19

PPN DAN PPnbm

Nama : bayu agung wibowo


Nim : 1701000043
Jurusan : d3 akuntansi
perpajakan
 PENGERTIAN PPN
PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang
muncul karena pemakaian faktor-faktor produksi oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang menyiapkan, menghasilkan dan memperdagangkan Barang Kena
Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP).

 K AR AK TERISTIK PPN
PPN memiliki 7 karakteristik, antara lain:

1. Merupakan pajak tidak langsung. Artinya, beban pajak dialihkan kepada


pihak lain, yakni pihak yang mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi
objek pajak. Selain itu, tanggung jawab penyetoran pajaknya tidak berada
di pihak yang memikul beban pajak.
2. Merupakan pungutan yang sifatnya objektif. Kewajiban untuk membayar
PPN ditentukan oleh objek pajak, sehingga kondisi subjek pajak tidak
diperhitungkan sama sekali. Kondisi seseorang sebagai subjek pajak,
terlepas dari gender, status sosial ataupun daya beli semuanya sama di
mata PPN sehingga dikenakan besaran pungutan yang sama.
3. Multi stagetax. Artinya, PPN dikenakan pada seluruh rantai produksi dan
distribusi. Setiap barang yang menjadi objek PPN mulai dari pabrikan ke
pedagang besar hingga ke pengecer atau ritel, semuanya dikenakan PPN.
4. Dihitung dengan metode indirectsubstraction. Pajak yang dipungut PKP
penjual tidak langsung disetorkan ke kas negara. PPN terutang yang harus
dibayarkan ke kas negara merupakan hasil perhitungan mengurangkan
PPN yang dibayar kepada PKP lain yang dinamakan pajak masukan
dengan PPN yang dipungut dari pembeli yang dinamakan pajak keluaran.
5. Merupakan pajak atas konsumsi umum dalam negeri. PPN hanya
dikenakan pada konsumsi BKP dan/atau JKP yang dilakukan di dalam
negeri. Oleh karena itu, komoditas impor juga dikenai PPN dengan besaran
sama dengan komoditas lokal.
6. Bersifat netral. Netralitas PPN dibentuk oleh dua faktor, yakni dikenakan
atas konsumsi barang maupun jasa dan menganut prinsip tempat tujuan
(destinationprinciple) dalam pemungutannya.
7. Tidak menimbulkan pajak berganda. Kemungkinan adanya pajak berganda
dapat dihindari karena PPN hanya dipungut atas nilai tambah saja.
 TIPE PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
Berdasarkan perlakuan terhadap perolehan barang modal, PPN atau Value
Added Tax (VAT) dapat dibedakan dalam 3 tipe:

1. ConsuptionType VAT
Semua pembelian yang digunakan untuk produksi termasuk pembelian
barang modal dikurangkan dari penghitungan nilai tambah. DPP terbatas pada
pembelian untuk keperluan konsumsi sedangkan pembelian barang produksi
dan barang modal dikeluarkan. Karena pembelian barang modal dikeluarkan
dari DPP, maka tidak terjadi pengenaan pajak lebih dari 1x terhadap barang
modal. Hal ini memberi sifat netral PPN terhadap pola produksi.

2. Net IncomeType VAT


Pembelian barang modal hanya boleh dikurangkan sebesar persentase
penyusutan yang ditentukan pada waktu menghtung hasil bersih dalam rangka
penghitungan PPh. Sehingga dasar pengenaan PPN akan sama dengan dasar
pengenaan PPh. Sistem ini disamping akan berakibat pengenaan pajak 2x
terhadap barang modal, juga menuntut pembukuan yang rapi.

3. GrossProductType VAT
Pembelian barang modal sama sekali tidak boleh dikurangkan dari DPP.
Hal ini mengakibatkan barang modal dikenakan pajak 2x, yaitu pada saat dibeli
dan melalui hasil produksi yang dijual kepada konsumen.

 PRINSIP PEMUNGUTAN
 Prinsip tempat tujuan (destinationprinciple)
PPN dipungut di tempat barang/jasa tersebut dikonsumsi
 Prinsip tempat asal (originprinciple)
PPN dipungut di tempat asal barang/jasa yang akan dikonsumsi

 SUBJEK PAJAK PPN


Subjek pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yaitu pengusaha
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
 OBJEK PAJAK PPN
a) Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha. Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi
syarat:
1. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP
2. Barang tidak berwujud yang diserahkanmerupakan BKP tidak berwujud
3. Penyerahan dilakukan di daerah pabean
4. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha/ pekerjaan
b) Impor BKP
c) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusahan penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi
syarat syarat:
1. Jasa yang dikenakan merupakan JKP
2. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
3. Penyerahan dilakukan dalam, kegiatanusaha/pekerjaan
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
d) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud
1. Penyerahan dilakukan di daerah pabean
2. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha/ pekerjaan
3. Impor BKP
e) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha; penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi
syarat syarat:
1. Jasa yang dikenakan merupakan JKP
2. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
3. Penyerahan dilakukan dalam, kegiatan usaha/pekerjaan
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean

 BARANG KENA PAJAK (BKP)


Adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak/barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN

 JASA KENA PAJAK (JKP)


Adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan surat perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang/fasilitas/kemudahan/hak tersedia
untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
pesanan/permintaan dengan bahan dan atau petnjuk dari pemesan yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
 PENGECUALIAN BKP
 Barang hasil pertambangan,penggalian, pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya:
1. Minyak mentah
2. Gas bumi
3. Panas bumi
4. Pasir dan kerikil
5. Batu bara sebelum diproses menjadi briket
6. Biji timah,biji besi, biji emas, biji tembaga, biji
nikel, biji perak, biji bauksit

 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak:


1. Beras, sagu
2. Gabah, kedelai
3. Jagung, garam
4. Makanan &minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, tidak termasuk yang diserahkan oleh usaha jasa boga/catering
5. Uang, emas batangan, surat berharga (saham, obligasi)

 PENGECUALIAN JKP
 Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik:
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi
2. Dokter hewan
3. Ahli kesehatan (akupuntur, ahli gizi, fisioterapi)
4. Kebidanan dan dukun bayi
5. Paramedis dan perawat
6. RS, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,
sanatorium
 Jasa di bidang pelayanan sosial:
1. Pelayanan panti asuhan / panti jompo
2. Pemadam kebakaran
3. Pemberian pertolongan pada kecelakaan
4. Lembaga rehabilitasi
5. Pemakaman termasuk krematorium
6. Bidang olahraga

 Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko


 Jasa di bidang perbankan, asuransi, SGU dengan hak opsi:
1. Jasa perbankan kecuali save deposit box, jasa wali amanat, anjak
piutang
2. Asuransi
3. SGU dengan hak opsi
 Jasa di bidang keagamaan:
1. Pelayanan rumah ibadah
2. Pemberian khotbah/ dakwah
 Jasa di bidang pendidikan:
1. Penyelenggaraan pendidikan sekolah
2. Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah (kursus)
 Jasa di bidang kesenian&hiburan yang tidak dikenakan Pajak
Tontonan
 Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan
 Jasa di bidang angkutan umum di darat dan air
 Jasa di bidang tenaga kerja:
1. Jasa tenaga kerja
2. Penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut
3. Penyelenggaraan latihan kerja
 Jasa di bidang perhotelan:
1. Persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan,
motel, losmen
2. Persewaan ruangan untuk kegiatan acara/pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen
 Jasa yang disediakan oleh pemerintah dlm rangka menjalankan
pemerintah secara umum meliputi jasa-jasa yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah, seperti:
1. pemberian IMB, pemberian Ijin Usaha Perdagangan, pemberian
NPWP.
2. pembuatan KTP

 PENYERAHAN BKP
 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
 Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian
leasing
 Penyerahan BKP kepada pedagang perantara/ melalui juru lelang
 Pemakaian sendiri dan/ pemberian Cuma-Cuma atas BKP*)
 Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada pembubaran perusahaan,
sepanjang
PPN atas perolehan aktiva tersebt menurut ketentuan dapat dikreditkan
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan
BKP antar cabang
 Penyerahan BKP secara konsinyasi
Catatan *)
1. Pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentiangan pengusaha
sendiri, pengurus/karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan
produksi sendiri
2. Pemberian Cuma-Cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa
pembayaran baik barang-barang produksi sendiri maupun bukan produksi
sendiri, misalnya: contoh barang untuk promosi

 YANG TIDAK TERMASUK PENYERAHAN BKP


 Penyerahan BKP kepada makelar
 Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang
 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan
BKP antar cabang dalam hal PKP memperoleh ijin pemusatan tempat
pajak terutang

 PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)


Pengusaha adalah OP atau badan yang dalam kegiatan usaha/pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor/ mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean.Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha sebagaimana pd
poin a yang melakukan penyerahan BKP dan/ JKP yang dikenakan pajak
berdasarkan UU PPN

 KEWAJIBAN PKP
 Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP
 Memungut PPN dan PPnBM yang terutang
 Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak
 Membuat nota retur dalam hal pengambilan PKP
 Melakukan pencatatan/pembukuan mengenai kegiatan usahanya 6.
Menyetor PPN dan PPnBM yang terutang
 Menyampaikan SPT Masa PPN
 PENGECUALIAN KEWAJIBAN PKP
 Pengusaha kecil
 Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan/jasa yang tidak
dikenakan PPN

 PENGUSAHA KECIL
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama 1 tahun buku melakukan
penyerahan BKP dan/JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp
4.800.000.000.
Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pengusaha
kecil:
 Dilarang membuat faktur pajak
 Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN
 Diwajibkan membuat pembukuan/pencatatan
 Wajib lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusaha kecil yang
memperoleh peredaran bruto di atas batas yang telah ditentukan

 PEMUNGUT PPN
 Bendaharawan pemerintah Bendaharawan/ pejabat yang melakukan
pembayaran yang dananya berasal dari APBN/ APBD
 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
 Pertamina
 Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak karya di bidang migas
 BUMN/BUMD
 Bank Milik Negara, Bank Milik Daerah, Bank Indonesia

 DASAR PENGENAAN PAJAK


 Harga jual Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta/seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
 Penggantian Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta/seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak
 Nilai impor Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan
dalam peraturan UU Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang
dipungut menurut UU PPN. Nilai impor yang menjadi DPP adalah harga
patokan impor atau Cost Insurance and Freight (CIF).
 Nilai ekspor Nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui dari
dokumen ekspor (harga yg tercantum dalam PEB/Pemberitahuan Ekspor
Barang)
 Nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menkeu

 TARIF PPN
 Tarif PPN sebesar 10%. Berlaku atas penyerahan BKP dan/ JKP adalah tarif
tunggal, sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan
daftar penggolongan barang/jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana
berlaku pada PPnBM.
 Tarif PPN atas ekspor BKP sebesar 0% PPN adalah pajak yang dikenakan
atas konsumsi BKP di dalam Daerah Pabean. BKP yang
diekspor/dikonsumsi di luar Daerah Pabean, dikenakan PPN 0%.
Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN.
Sehingga pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor tetap
dapat dikreditkan

 CARA MENGHITUNG PAJAK

PPN Yang Terutang = Tarif PPN x DPP

 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai
impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan Menkeu sebagai dasar
untuk menghitung pajak yang terutang. PPN yang terutang ini merupakan
Pajak Keluaran ang dipungut oleh PKP. Bagi PKP Pembeli merupakan Pajak
Masukan.
 Jika PPN telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas
penyerahan BKP atau JKP, maka PPN yang terutang adalah 10/110 dari
harga atau pembayaran atas penyerahan BKP atau JKP.
 Dalam suatu transaksi dapat terjadi bahwa transaksi tersebut menjadi objek
PPN dan objek PPnBM karena BKP yang dijual tergolong mewah.
 Besarnya DPP ditetapkan sebesar harga jual/ penggantian/nilai lain yang
ditemukan dalam pemeriksaan, sehingg besarnya pajak yang terutang
dihitung sebesar tarif dikalikan DPP
 PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan bagi
pengeluaran untuk:

 Perolehan BKP/JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP


 Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha
 Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan,jeep,station
wagon,van dan kombi, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud/pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
 Perolehan BKP/JKP yang bukti pungutan pajaknya berupa Faktur Pajak
Sederhana
 Perolehan BKP/JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang
biasanya disebut Faktur Pajak cacat
 Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/JKP yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN
 Perolehan BKP/JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak
 Perolehan BKP/JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
Masa PPN yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

 SAAT TERUTANG PAJAK


 Penyerahan BKP atau JKP
 Impor BKP
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
 Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerahnya Pabean
 Ekspor BKP
 Pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum pembayaran BKP
atau sebelum pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
 PENGERTIAN PPnBM
PPnBM merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang masuk golongan
barang mewah. Pengenaan PPnBM dibebankan pada produsen atau PKP
yang menghasilkan atau mengimpor barang mewah.

 4 Karakteristik PPnBM

PPnBM memiliki 4 karakteristik, antara lain:

1. Merupakan pungutan tambahan. PPnBM merupakan pungutan tambahan


yang dikenakan pada barang mewah disamping PPN. Hal ini dimaksudkan
agar konsumen yang membeli barang mewah, yang notabene merupakan
konsumen dengan daya beli tinggi, memikul beban tambahan lebih tinggi
dibanding konsumen berdaya beli rendah. Sebab, jika tidak dibebankan
pungutan tambahan, maka tidak ada asas keadilan, karena konsumen yang
daya belinya tinggi membayar persentase pajak yang sama dengan
konsumen dengan daya beli rendah.
2. Hanya dikenakan satu kali. PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu pada
saat impor/penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan pabrikan
yang menghasilan BKP yang tergolong mewah.
3. Tidak dapat dikreditkan. Karena sasaran PPnBM adalah konsumen, maka
tujuan memberi beban pajak tambahan tidak akan tercapai apabila PPnBM
dapat dikreditkan karena PPnBM yang dibayar akan masuk kembali ke kas
perusahaan pedagang besar. Oleh karena itu, PPnBM akan dibebankan
sebagai biaya oleh PKP yang menyerahkan BKP pada mata rantai distribusi
yang kedua, sehingga akan menjadi unsur harga jual yang diinta dari
pembeli, yaitu PKP pada jalur berikutnya atau konsumen yang secara
langsung membeli dari pedagang besar.
4. Jika diekspor, PPnBM yang dibayar pada saat perolehan dapat diminta
kembali. Meski PPnBM tidak dapat dikreditkan, tetapi apabila BKP yang
tergolong mewah diekspor, maka PPnBM yang dibayar berkaitan dengan
perolehan BKP yang tergolong mewah yang berhubungan langsung dengan
BKP, dapat diajukan permintaan restitusi.
 Batasan suatu barang termasuk BKP yang tergolong
mewah adalah:
 Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok
 Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
 Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi
 Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status
 Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta
menggangu ketertiban masyarakat, seperti minuman alkohol

 TARIF PAJAK PPn BM


 Tarif PPnBM adalah serendah-rendahnya 10% dan paling tinggi 75%.
Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan BKP
yang tergolong mewah yang atas penyerahannya dikenakan juga PPnBM.
Pengelompokan PPnBM ini ditetapkan dengan PP.
 Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%.
PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong
mewah di dalam Daerah Pabean. BKP yang tergolong mewah yang diekspor
atau dikonsumsi di luar Daerah Pabean, dikenakan PPnBM 0%. PPnBM
yang telah dibayar atas perolehan BKP yang tergolong mewah yang
diekspor tersebut dapat diminta kembali.

 Kelompok BKP yang tergolong mewah yang berupa


kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan
tarif sebesar:

a) 10%
 Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10-15 orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar cetus api atau diesel dengan semua kapasitas isi silinder

 Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk


pengemudi selain sedan&station wagon, dengan motor bakar cetus api/diesel
dengan sistem 1 gandar penggerak (4x2),dengan kapasitas isi silinder tidak
lebih dari 1500 cc.
b) 20%
 Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan/station wagon,dengan motor bakar nyala api/nyala
kompresi (diesel), dengan sistem 1 gandar penggerak (4x2), dengan
kapasitas isi silinder 1500 cc – 2500 cc.
 Kendaraan bermotor dengan kabin ganda dalam bentuk kendaraan bak
terbuka/bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api/nyala kompresi (diesel), dengan
sistem 1 gandar penggerak (4x2) atau 2 gandar penggerak (4x4), dengan
semua kapasitas silinder, dengan massa total tidak lebh dari 5 ton.

c) 30%
adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi berupa:
 Kendaraan bermotor sedan/station wagon dengan motor bakar cetus api
atau diesel dengan semua kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc

 Kendaraan bermotor selaain sedan/station wagon dengan motor bakar cetus


api atau diesel dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas
isi silinder sampai dengan 1500 cc.

d) 40%
adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi berupa:
 Kendaraan bermotor selain sedan/station wagon dengan motor bakar cetus
api, dengan sistem 1 gardar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder
lebih dari 2500 cc – 3000 cc
 Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api berupa sedan/station
wagon dan selain sedan/station wagon dengan sistem 2 gardar (4x4)
dengan kapasitas silinder 1500 cc – 3000 cc
 Kendaraan bermotor dg motor bakar nyala diesel, berpa sedan/station
wagon dan selain sedan/station wagon dengan sistem 2 gandar penggerak
(4x4), dengan kapasitas isi silinder 1500 cc – 2500 cc

e) 50%
adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf
f) 60%:
 Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder 250 cc – 500
cc
 Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di
gunung

g) 75%
 Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor cetus api, berupa sedan/station wagon dan selain
sedan/station wagon dengan sistem 1 gandar penggerak (4x2) atau dengan
sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000
cc
 Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel), berupa
sedan/station wagon dan selain sedan/station wagon dengan sistem 1 gandar
penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc

 Kendaraan bermotor roda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc

 Trailer, semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah

 Pengecualian pengenaan PPnBM atas Kendaraan


Bermotor
 Impor atau penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan
(ambulan,jenazah,pemadam kebakaran, tahanan,angkutan umum)
 Impor atau penyerahan kendaraan yang Protokoler Kenegaraan;
kendaraan dinas atau kendaraan patroli TNI/Polri

Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak


impor/perolehannya dipindahtangankan, maka PPnBM yang terutang yang
dibebaskan wajib dibayar ke kas negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak
kendaraan tersebut dipindahtangankan. Apabila dilanggar, maka Dirjen
Pajak akan menerbitkan SKBKB + sanksi sesuai ketentuan yang berlaku
 Cara Menghitung PPnBM

PPnBM Terutang = Tarif PPnBM x DPP

 PPnBM Bukan Kredit Pajak


PPnBM yang sudah dibayar pada waktu perolehan/ impor BKP yang tergolong
mewah, tidak dapat dikreditkan dengan PPN maupun dengan PPnBM. PPnBM
hanya dipungut pada tingkat penyerahan oleh PKP yang menghasilkan BKP
yang tergolong mewah. Sehingga PPnBM bukan merupakan Pajak Masukan
sehingga tidak dapat dikreditkan.

 Perbedaan PPN dan PPnBM

Berdasarkan masing-masing karakteristiknya, secara garis besar terdapat tiga


poin perbedaan PPN dan PPnBM, yakni:

1. Jenis pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah


pungutan atas nilai tambah barang. Sementara, PPnBM merupakan
pungutan tambahan yang dikenakan selain PPN kepada barang yang
sifatnya mewah.

2. Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi


maupun jalur distribusi, mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang
besar hingga tingkat pedagang pengecer. Sementara, PPnBM hanya
dikenakan satu kali, yakni saat impor atau saat penyerahan BKP di
dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.

3. Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak


masukan dan pajak keluaran. Sementara, PPnBM tidak dapat
dikreditkan dengan PPN atau PPnBM lainnya.
Contoh perhitungan PPN

PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama Agustus
2016, PT Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:

1. Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.


2. Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota
Palembang sebesar Rp660.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN.
3. PT. Gragas juga membangun sebuah gudang elektronik seluar 500m2 di
kawasan pergudangan sendiri dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan
harga Rp2.000.000 termasuk keuntungan Rp200.000.
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai
berikut:

1. Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga


Rp550.000.000 dan harga tersebut sudah termasuk PPN.
Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi
tersebut? Dan berapa total PPN yang disetorkan?

Jawab:

PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut.

Transaksi pertama:

PPN = 10% x Rp1.600.000.000 = Rp160.000.000 (pajak keluaran/penjualan)

Transaksi kedua:

DPP = 100/110 x Rp660.000.000 = Rp600.000.000

PPN = 10% x Rp600.000.000 = Rp60.000.000 (pajak keluaran/penjualan)

Transaksi ketiga:

DPP = 20% x Rp550.000.000 = Rp110.000.000

PPN = 10% x Rp110.000.000 = Rp100.000.000 (pajak keluaran)


Transaksi keempat:

DPP = Rp2.000.000 - Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)

Transaksi tambahan:

DPP = 100/110 x Rp550.000.000 = Rp500.000.000

PPN = 10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000 (pajak masukan)

Total PPN yang harus disetorkan

PPN keluaranya:

Transaksi pertama + transaksi kedua + transaksi ketiga + transaksi keempat

Rp160.000.000 + Rp60.000.000 + Rp100.000.000 + Rp1.800.000 = Rp321.800.000

PPN masukannya:

Rp50.000.000

Cara menghitung PPN yang harus disetorkan: Pajak keluaran - pajak masukan

Rp321.800.000 - Rp50.000.000 = Rp271.800.000

Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan selama
Agustus 2016 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.
Contoh perhitungan PPnBM
Contoh 1 :
Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu saat
beliau membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp900.000.000. Berdasarkan
DPP, mobil tersebut terkena tarif PPnBM sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yang
harus dibayarkan Bapak Ahmad untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia?

Jawab :
PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – (Rp900.000.000 x 40%))
PPN = 10% x (Rp900.000.000 – 360.000.000)
PPN = 10% x Rp540.000.000 =Rp54.000.0000

Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:

Harga Mobil + PPN + PPnBM = Rp1.314.000.000

Contoh 2 :
PT Irsyadin Jaya merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam barang
elektronik mewah seperti AC dan lemari pendingin. Barang yang diproduksi di sini termasuk
dalam kategori barang mewah dengan tarif PPnBM sebesar 20%.

Pada bulan Desember tahun 2017, PT Irsyadin Jaya menjual lemari pendingin ke Toko Ahmad
dengan sebanyak 30 unit dengan harga jual per barang sekitar Rp6.000.000. Lalu, berapakah
nilai PPN dan PPnBm yang harus dipungut dan dibayarkan PT Irsyadin Jaya ke pemerintah?

Jawab :
PPN = Tarif PPN x (harga barang – PPNBM)
PPN = 10% x ((30 x Rp6.000.000) – (harga barang total x 40%))
PPN = 10 % x (Rp180.000.000 – (Rp180.000.000 x 40%))
PPN = 10% x 108.000.000 = Rp10.800.000

Artinya, total pajak yang harus dibayar PT Irsyadin Jaya adalah Rp10.800.000.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/ppn-dan-ppnbm

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/ppn.pdf

https://www.online-pajak.com/perhitungan-ppnbm

https://www.online-pajak.com/contoh-ppn

Anda mungkin juga menyukai