Innitial Assessment and Management (Agung Adi Saputra)
Innitial Assessment and Management (Agung Adi Saputra)
OLEH :
Agung Adi Saputra
10542049513
PEMBIMBING:
dr. Zulfikar Tahir, M.kes., Sp.An
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542049513
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Zulfikar Tahir,
M.kes.,Sp.An yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara umum
dan penulis secara khususnya.
Billahi Fi Sabilill Haq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu Alaikum WR.WB.
Makassar, September 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
mencegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa
menit hingga beberapa jam sejak cedera, beban penyakit dan kerugian ekonomi.
dunia. Pada penelitian yang dilakukan di Kanada selama 5 tahun, 96,3% trauma
kecelakaan lalu lintas (70%), bunuh diri (10%), jatuh (8%), pembunuhan (7%), dan
kegawatdaruratan.1
melakukan penilaian awal, sehingga mampu memberikan tindakan yang tepat sesuai
dengan tujuan penilaian awal. Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan
pasien, mengidentifikasi cedera / kelainan yang mengancam jiwa dan untuk memulai
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Initial Assessment adalah proses penilaian awal yang cepat, tepat dan
pengelolaan yang tepat guna menghidari kematian pada pasien yang terluka
parah/ trauma. Pada pasien trauma, waktu sangat penting, karena itu diperlukan
adanya suatu cara yang mudah di ingat dan dilaksanakan. Proses ini dikenal
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey
4. Resusitasi
2
10. Penanganan definitive.3
Baik primary survey maupun secondary survey dilakukan berulang kali agar
Penerapan secara berurutan ini merupakan suatu cara atau sistem bagi dokter
1. Persiapan
Persiapan pada penderita berlangsung dalam dua fase yang berbeda, yaitu
lapangan akan menguntungkan penderita. Pada fase pra rumah sakit, hal
3
keterangan yang nanti dibutuhkan di rumah sakit, seperti waktu kejadian,
tambahan sudah harus ada, serta tenaga laboratorium dan radiologi. Juga
2. Triase
sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas ABC (Airway
perdarahan.4
4
Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah
sakit yang akan dirujuk. Ada beberapa tingkatan triase yang dijelaskan berikut
ini :
HNP,dll.
berjalan.
5
Korban ini sudah meninggal atau tidak bernafas meskipun jalan
a. Multiple casualties
b. Mass casualties
3. Primary Survey
6
Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan prioritas
a. Circulation
dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan
a. Tingkat kesadaran
b. Warna kulit
c. Nadi
femoralis atau arteri karotis kiri dan kanan untuk melihat kekuatan
nadi, kecepatan, dan irama. Nadi yang tidak cepat, kuat, dan
7
teratur, biasanya merupakan tanda normovolemia. Nadi yang cepat
d. Perdarahan
b. Airway
lift atau jaw trust. Jika dicurigai ada kelainan pada vertebra servikalis
berupa fraktur maka harus dipasang alat immobilisasi serta dilakukan foto
8
Pemasangan airway definitif dilakukan pada penderita dengan
c. Breathing
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang
baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga
d. Disability/neurologic evaluation
Pada tahapan ini yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat atau level cedera spinal.
GCS / Glasgow Coma Scale adalah sistem skoring sederhana dan dapat
9
disebabkan oleh penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke
e. Exposure/environmental
4. Resusitasi
nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup. 3
a. Circulation
Bila ada gangguan sirkulasi harus dipasang minimal dua IV line. Kateter
menggunakan vena pada lengan. Selain itu bisa juga digunakan jalur IV
line yang seperti vena seksi atau vena sentralis. Pada saat memasang
subur. 3
Pada saat datang penderita diinfus cepat dengan 1-2 liter cairan kristaloid,
sebaiknya Ringer Laktat. Bila tidak ada respon, berikan darah segolongan
atau (type specific). Jangan memberikan infus RL dan transfusi darah terus
10
dengan cara pemberian cairan yang agresif tidak dapat menggantikan
b. Airway
Pada penderita yang masih sadar dapat dipakai nasofaringeal airway. Bila
penderita tidak sadar dan tidak ada refleks batuk (gag refleks) dapat
c. Breathing
Kontrol jalan nafas pada penderita yang airway terganggu karena faktor
A. Monitor EKG
11
ekstra-sistol harus segera dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi.
1. Kateter uretra
dahulu. 3
12
NGT dalam rongga otak. Dalam keadaan ini semua pipa jangan di
3. Monitor lain
seperti laju nafas, nadi, tekanan nadi, tekanan darah, ABG (Arterial
Blood Gases), suhu tubuh dan keluaran (output) urin hasil pemeriksaan
Laju nafas dan ABG dipakai untuk menilai airway dan breathing.
ETT dapat berubah posisi pada saat penderita berubah posisi. Alat
Pulse oximetri
PaO2. Suatu sensor diletakkan pada ujung jari atau cuping telinga,
denyut nadi. 3
Tekanan darah
13
Pada penilaian tekanan darah harus disadari bahwa tekanan darah
jaringan. 3
fraktur pelvis. 3
perdarahan intraabdomen. 3
dimulai oleh petugas administrasi pada saat resusitasi. Pada saat keputusan
diambil untuk merujuk, perlu komunikasi antar petugas pengirim dan penugas
penerima rujukan. 3
7. Secondary survey
14
potensi cedera. Tujuan dari Secondary survey adalah untuk memperoleh data
historis yang terkait tentang pasien dan atau cederanya, serta untuk
primer. 3,5
termasuk mencatat skor GCS bila belum dilakukan dalam survai primer. Pada
secondary survey ini juga dikerjakan foto ronsen yang diperlukan. 3,5
A. Anamnesis
riwayat perlukaan. Seringkali data seperti ini tidak bisa didapat dari
penderita sendiri, dan harus didapat dari petugas lapangan atau keluarga.
A : Alergi
L : Last meal
15
Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita. Petugas
1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam
Trauma tajam akibat pisau atau benda tajam dan senjata api semakin
adalah daerah tubuh yang terluka, organ yang terkena dan velositas
16
Luka bakar dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi kombinasi
dengan trauma akibat mobil terbakar, ledakan, benda yang jatuh, usaha
terbakar) atau bahan yang ikut terbakar (bahan kimia, plastik, dsb.)
terjadi walaupun pada suhu yang tidak terlalu dingin (15-20 c) yaitu
bila penderita memakai pakaian yang basah, tidak bergerak aktif atau
ruptur aorta
ruptur lien/hepar
17
fraktur/dislocatio coxae, lutut
Fraktur servikal
pneumothorax
ruptur aorta
ruptur diafragma
ruptur hepar/lien/ginjal
fraktur pelvis/asetabulum
Perlukaan toraks/abdomen
Fraktur tungkai/pelvis
Kontak dengan bahan kimia, toksin atau radiasi perlu diketahui karena
18
berbagai ragam kelainan pada jantung, paru atau organ tubu lain. Pada
Control Center. 3
B. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
dan kepala harus diperiksa akan adanya luka, kontusio atau fraktur.
Ketajaman visus
Ukuran pupil
Dislocatio lentis
2. Maksilo-fasial
19
Trauma maksilofasial dapat menganggu airway atau perdarahan yang
mungkin juga ada fraktur pada lamina cribrosa. Dalam hal ini,
fraktur servikal hanya ditegakkan setelah ada foto servikal, dan foto
20
lambat, tanpa gejala dini. Angiografi atau Doppler Sonografi dapat
trombosis. 3
pleksus brakhialis. 3
4. Toraks
Penekanan pada sternum dapat nyeri bila ada fraktur sternum atau ada
21
toraks akan disertai nyeri dan/atau dispnoe. Evaluasi toraks dapat
Mungkin ada fraktur iga yang tidak terlihat pada foto toraks.
5. Abdomen
22
Diperlukan pemeriksaan ulang dan observasi ketat, kalau bisa oleh
kateter uretra. 3
darah dalam vagina atau laserasi. Juga harus dilakukan tes kehamilan
7. Muskulo-skeletal
23
Ekstremitas diperiksa untuk adanya luka atau deformitas. Fraktur
Fraktur pada pelvis dikenal dengan adanya jejas daerah ala ossis
ilii, pubis, labia atau skrotum. Nyeri pada kompresi kedua SIAS, atau
sebaiknya tes kompresi ini hanya dilakukan satu kali, kalau bisa oleh
ahli bedah. 3
24
8. Neurologis
neurologis. 3
dari tulang belakang serta ekstremitas, CT scan kepala, dada, abdomen dan
resusitasi. 3
9. Re-Evaluasi
menerus, sehingga gejala yang baru timbul segera dapat dikenali dan dapat
ditangani secepatnya. 3
25
Masalah gawat lain dapat timbul kemudian walaupun pada saat awal
Monitoring tanda vital dan keluaran urin penting. Produksi urin pada
Bila penderita dalam keadaan kritis dapat dipakai pulse oximetry dan
Penanganan rasa nyeri merupakan hal yang penting. Rasa nyeri dan
menghilangkan ketakutan. 3
dilakukan. Dengan demikian, maka opiat dan obat analgesik lain baru
26
10. Terapi Definitif
27
BAB III
KESIMPULAN
Penderita trauma harus dilakukan evaluasi dengan cepat dan tepat, untuk kemudian
Evaluasi dan resusitasi disajikan dalam bentuk berurutan (sekuensial), dalam praktek
sehari-hari ini dapat dilakukan secara bersamaan (simultan) dengan tetap mengingat
1. Persiapan
2. Triase
4. Resusitasi
9. Penanganan definitive
Baik primary survey maupun secondary survey dilakukan berulang-kali agar dapat
mengenali penurunan keadaan penderita, dan memberikan terapi bila diperlukan. Urutan
28
kejadian di atas disajikan seolah-olah berurutan (sekuensial), namun dalam praktek
DAFTAR PUSTAKA
29
30