Anda di halaman 1dari 22

PROMOSI KESEHATAN MELALUI PENDIDIKAN

TEORI MODEL & MEDIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

DEBY WIDYA NINGSI BULAGA NIM: P00220217007

HENDRA NIM: P00220217015

INDO TENDRI ANGKA NIM: P00220217017

NURLAELA BAHAR NIM: P00220217032

RISKIYANTI Y.D.BATEMO NIM: P00220217037

halaman judul

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TA.2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua, sehingga makalah yang berjudul “promosi kesehatan melalui pendidikan , teori model
& media “ dapat kami selesaikan dengan baik. Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan penulis dan pembaca. Dalam menyusun makalah ini, tentunya berbagai hambatan kami telah
kami alami. Oleh karena itu, terselasaikannya makal ini bukan semata-mata karena kamampuan kami,
melainkan karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait. Sehubungan dengan hal
tersebut, kami dengan senang hati menyampaikan ucapan terimaksih.
Besar harapan kami, agar makalah ini dapat memberikan manfat pada kita semua. Apabila
terdapata kesalahan dala [enulisan makalah ini, kami mohon maaf. Dan kami berharap adanya kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnan makalah berikutnya.
Daftar Isi

halaman judul .................................................................................................................................................. 1


Kata Pengantar ................................................................................................................................................ 2
Daftar Isi ......................................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................... 6
A. Konsep Promosi Kesehatan .................................................................................................................. 6
B. Teknik Media Dan Alat Peraga Dalam Promosi Kesehatan ...................................................................... 8
C. Strategi Promosi Kesehatan ................................................................................................................ 10
D. Peran & Fungsi Perawat Komunitas Dalam Promosi Kesehatan ............................................................. 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................................................ 21
Daftar Kepustakaan........................................................................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini
berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Lokakarya Keperawatan nasional, 1983).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.0.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Fungsi utama perawat adalah membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui layanan keperawatan. Intervensi keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, menyembuhkan, serta memelihara kesehatan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai wewenang, tanggung jawab, etika profesi keperawatan yang
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Dari penjelasan
tersebut terlihat jelas bahwa peran perawat sangatlah penting dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
Peran perawat yang utama meliputi pelaksanan layanan keperawatan (care provider),
pengelola (manager), pendidik (educator), dan peneliti (researcher). Terkait dengan peran perawat
sebagai pendidik, perawat dituntut mampu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan melalui kegiatan promosi kesehatan. Melalui promosi kesehatan perawat dapat
memberikan edukasi pada masyarakat secara luas terkait dengan masalah kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. apakah pengertian dari promosi kesehatan?
2. jelaskan teknik media dan alat peraga dalam promosi kesehatan?
3. jelaskan strategi promosi kesehatan?
4. jelaskan peran & fungsi perawat komunitas dalam promosi kesehatan?
C. Tujuan
1. memberikan penjelasan tentang promosi kesehatan
2. memberikan penjelasan tentang teknik media dan alat peraga dalam promosi kesehatan
3. memberikan penjelasan strategi promosi kesehatan
4. memberikan penjelasan tentang peran & fungsi perawat komunitas dalam promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Promosi Kesehatan


1. Definisi
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan,
yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat (public health).
Menurut Lawrence Green (1984) definisi promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi , politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian
Health Foundation Australia, 1997) bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan
perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya, bukan hanya perubahan
perilaku(within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Menurut Piagam Ottawa (Ottawa
Charter, 1986) bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial, individu atau kelompok harus mampu mengidentifkasi dan mewujudkan
aspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mengubah atau mengatasi lingkungan
(Notoatmodjo, 2005).
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut diatas, WHO memberikan
pengertian promosi kesehatan sebagai “ the procces of enabling individuals and communities to
increase control over the determinants of health and thereby improve their health “ (proses
mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatannya).
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut di Indonesia pengertian promosi
kesehatan dirumuskan sebagai berikut : “ upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan” (Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 2005)
2. Tujuan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatnya kemampuan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang
bersumber masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut.
Tujuan khususnya adalah :
1. Individu dan keluarga
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung maupun media
massa
b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya.
c. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah
tangga yang sehat
d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarganya
e. Berperan aktif dalam upaya/ kegiatan kesehatan
2. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum
a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
b. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat
3. Organisasi kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM dan media massa
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat
b. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
c. Menciptakan suasana yang kondisuf untuk mendukung perubahan perilaku masyarakat
4. Program/ petugas kesehatan
a. Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan kesehatan
b. Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, khususnya melalui
pemberdayaan individu, keluarga, dan atau kelompok yang menjadi kliennya
c. Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang
memberikan kepuasan kepada masyarakat
5. Lembaga Pemerintah/ politisi/ swasta
a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan lingkungan dan
perilaku sehat
b. Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan dampak
di bidang kesehatan (Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan , Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 2005)
3. Manfaat
a. Mempererat kerjasama dengan berbagai pihak
b. Meningkatkan hubungan terhadap program kesehatan
c. Meningkatkan percaya diri terhadap kesehatan
d. Meningkatkan pembangunan lingkungan, sistem dan kebijakan kesehatan

4. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/ keluarga; tatanan kesehatan , institusi
pendidikan, tempat kerja, dan tempat umum; organisasi kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM/
dan media massa; program/ petugas kesehatan; dan lembaga pemerintah/ politisi/ swasta.
Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan pada tiga daerah utama yaitu
sekolah, tempat kerja dan kelompok/ masyarakat. Dalam pelaksanaan program promosi
kesehatan, telah terbukti bahwa promosi kesehatan di masyarakat, sekolah dan tempat kerja
cenderung paling efektif (Carleton, 1991). Kolbe (1988) menambahkan sasaran lain dalam promosi
kesehatan adalah pelayanan medis dan media.
Agar lebih spesifik sasaran promosi kesehatan dibagi menjadi sasaran primer, sekunder, dan
tersier. Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau
berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku
tersebut. Sasaran sekunder adalah individu atau keompok yang memiliki pengaruh oleh sasaran
primer, dan diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran
primer. Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang
berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan ).

B. Teknik Media Dan Alat Peraga Dalam Promosi Kesehatan


1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi
2. Kegunaan
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis
dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi
maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : • Alat peraga harus mudah
dimengerti oleh masyarakat sasaran • Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus
dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan : • Dapat
menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah
disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang
bentuk plengsengan dapat dihindari.
1) Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
2) Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
3) Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
4) Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
3. Jenis / Macam Media Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1) Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat
peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta
ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke
mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara
lain :
 Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
 Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol
pengawet, dl
 Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll
2) Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan
sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan
benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat,
dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen,
plastik dan lain-lain.
3) Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
 Poster Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya
di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam
poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama
dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu
cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu
kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama
dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.
 Leaflet Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada
beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan
keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat
rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet
dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti
pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat
dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
 Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu
cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa
dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di
diskusikan. Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa
untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai
mendapat pengakuan resmi dari Bupati. b.
b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan
dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian.
Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat
effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati
setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa
edikatif.

C. Strategi Promosi Kesehatan


1. Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri
dari 3 hal, yaitu :
a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain Tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau
mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat dari
keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam undang-undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi,dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini
ada bermacam-macam bentuk baik secara formal maupuninformal. Secara formal misalnya,
penyajian atau presentasi dan seminartentangissu atau usulan program yangingin dimintakan
dukungan dari para pejabat yangterkait. Kegiatan advokasisecarainformal misalnya sowan
kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secarainformal
meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau
fasilitaslain. Dari uraian dapat di simpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik
eksekutif maupunlegislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yangterkait dengan masalah
kesehatan (sasarantertier).

b. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama
kegiatanini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau
berpartisipasi terhadap program-program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan paratoma,
seminar,lokakarya, bimbingan kepadatoma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran
utama dukungan sosial atau bina suasana adalah paratokoh masyarakat di berbagai tingkat.
(sasaran sekunder)
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada Masyarakat
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).Bentuk
kegiatan pemberdayaanini dapat diwujudkan denagn berbagai kegiatan, antaralain:
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk
misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihanuntuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga
(income generating skill).Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan
berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya:
terbentuknya dana sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.
Kegiatan- kegiatan semacamini di masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk
kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat
adalah masyarakat.

2. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada padatahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawatersebut dirumuskan pula
strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
a. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy) Adalah suatu strategi promosi
kesehatan yang di tujukan kepada para penentuatau pembuat kebijakan, agar mereka
mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan.
Dengan perkataanlain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-
surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan
publik.Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak
lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan
katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampak
nya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment) Strategi ini ditujukan kepada para
pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-
prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau
sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung
kesehatan berbagi tempat-tempat umum lainnya: tersedianya tempat samapah,tersedianya
tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokokdan
non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat- tempat umum,
pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mallda dan sebagainya, harus
menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service) Sudah menjadi pemahaman
masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatanitu ada 3 provider´ dan 3
consumer´. Penyelenggara (penyedia)pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta,
dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman
semacamini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar
pengguna atau penerima pelayanan kesehatan,tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara,
dalam batas-batas tertentu. Realisasida reorientitas pelayanan kesehatan ini, adalah para
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan,
bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai
penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat
penting.
d. Keterampilan Individu (Personnel Skill) Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat
yangterdiri dari individu,keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akanterwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan
kelompokkelompoktersebut erwujud. Oleh sebabitu, strategi untuk mewujudkan keterampilan
individu-individu (personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah
sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan merekaini adalah memberikan pemahaman - pemahaman kepada
anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal
penyakit, mencaripengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya.Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu daripada
massa.
e. Gerakan masyarakat (Community Action) Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-
kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang kondusif untuk
kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan
mereka.
3. Pemilihan Strategi Promkes
a. Ceramah
Mudah dilakukan. Dilakukan dengan membagi informasi, mempengaruhi pendapat,
merangsang pemikiran berdasarkan pesan verbal namun sasaran biasanya pasif, sedikit
interaksi dengan narasumber atau peserta lainnya.
b. Media Massa
Saluran komunikasi yang menjangkau sasaran luas .Umumnya, sasaran tidak atau sedikit
usaha untuk menerima pesan, Strategi ini efisien karena biaya yang murah dalam skala
ekonomi .Contoh : televisi, radio, koran, majalah, outdoor media
c. Instruksi individual
1) Dalam tatanan pasien, disebut konseling
2) Bersifat individual, digunakan bila perbedaan karakteristik sasaran sangat besar
3) Penyuluh memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan berdasarkan
kebutuhan individual
4) Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran
d. Simulasi
1) Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata digunakan untuk
merangsang atau membantu proses pembelajaran
2) Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik simulasi tersebut
3) Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role playing), model komputerisasi
4) Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan mengubah sikap
e. Modifikasi Perilaku
1) Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian melalui rangsangan
dan konsekuensi
2) Teori : rangsangan (antecedent) perilaku spesifik konsekuensi (positif/negatif)
3) Contoh rangsangan : iklan televisi
4) Contoh konsekuensi positif : hadiah, pujian
5) Contoh konsekuensi negatif : sanksi
f. Pengembangan Masyarakat
1) Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian masyarakat yang
menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan dan pemahaman pada
masyarakat tertentu
2) Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama dalam pemecahan
masalah.
3) Penyuluh bertindak sebagai fasilitator
4) Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan

D. Peran & Fungsi Perawat Komunitas Dalam Promosi Kesehatan


1. Peran perawat dalam tatanan Individu dan Keluarga
1) Edukator. Perawat memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan.
Misalnya : sebagai perawat komunitas akan secara berkala melakukan kunjungan rumah
pada individu atau keluarga yang mengalami penyakit TBC. Keluarga atau individu akan
diberikan pendidikan kesehatan mengenai rumah sehat, PMO dan cara penularan
2) Role Model. Perawat akan memberikan contoh tentang cara mempertahankan kesehatan.
Peran ini sejalan dengan peran sebagai edukator. Misalnya seorang perawat keluarga
melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami TBC. Pada kunjungan tersebut perawat akan memberikan penyuluhan sekaligus
contoh misalnya tentang tata cara batuk efektif. Dalam hal ini perawat akan memberikan
demonstrasi mengenai cara batuk efektif.
3) Fasilitator. Perawat akan membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu atau keluarga. Misalnya dalam kunjungan keluarga
perawat menemukan masalah kesehatan pada anggota keluarga tersebut. Perawat akan
membantu keluarga memecahkan masalah tersebut dengan melibatkan keikutsertaan
keluarga merawat anggotakeluarga yang sakit

2. Peran perawat dalam tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat
umum
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung,
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan factor budaya setempat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya dengan lingkungan
sarana kesehatan semisal rumah sakit, puskesmas, dan posyandu. Di lingkungan rumah sakit
perawat selain berhadapan dengan pasien yang dirawat juga berinteraksi dengan anggota
keluarga yang memerlukan informasi mendalam yang berkenaan dengan status kesehatan.
Upaya promosi kesehatan dalam hal ini pendidikan kesehatan sangat bermanfaat untuk
meningkatkan status kesehatan pasien dan keluarga. Hal yang dapat dilakukan pada lingkungan
rumah sakit adalah melakukan penyuluhan baik secara massal ataupun individu di rumah sakit.
Kegiatan pendidikan kesehatan maupun penyuluhan dilakukan di sisi pasien serta keluarga
secara khusus mengenai suatu penyakit dan upaya penyelesaian masalah kesehatan yang
dihadapi.
Perawat di puskesmas sebagai tenaga kesehatan, minimal dapat berperan sebagai
pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan,
penemu kasus, penghubung dan coordinator, pelaksana konseling keperawatan dan model
peran. Dua peran perawat kesehatan komunitas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. (Efendi,Makhfudi, 2009)
Di lingkungan Puskesmas upaya promosi kesehatan lebih ditekankan daripada di rumah
sakit. Sebagai contoh perawat di komunitas menyikapi dan menindaklanjuti perilaku masayarakat
bantaran sungai yang selalu melakukan BAB di sungai sehingga mengotori dan mencemari
sungai yang menjadi sumber air bersih keperluan masyarakat setempat. Perawat beranggapan
bahwa suatu masalah kesehatan sebagai contoh diare. Diare yang terjadi akibat tercemarnya
sumber air bersih tidak akan tuntas apabila hanya mengobati pasien di rumah sakit tanpa
memotong atau menyingkirkan penyebab utamanya. Penyebab utamanya yaitu pencemaran
serta pengkontaminasian sumber air sungai yang menyebabkan keadaan diare pada
masayarakat setempat.
Di lingkungan posyandu baik posyandu balita maupun lansia sama halnya dengan
program yang ada di puskesmas yaitu upaya promosi kesehatan seperti penyuluhan dan upaya
preventif seperti pemberian imunisasi pada balita serta pemeriksaan kesehatan secara berkala
pada lansia yang berada di wilayah lingkungan posyandu.
Di lingkup istitusi pendidikan, peran perawat pendidik dalam upaya promosi kesehatan
tidak kalah besarnya. Dalam kurikulum bahkan silabus yang disusun selalu ada dimasukkan
pengajaran tentang simulasi pendidikan baik setting individu, kelompok bahkan komunitas pada
tahap pendidikan akademik. Di keadaan nyata mahasiswa serta dosen keperawatan sering kali
melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang umumnya juga menggambarkan upaya
promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan pada kelompok tertentu dan penyuluhan pada
masayarakat umum.
Di lingkungan kerja peran perawat sangat diharapkan karena keterbatasan pengetahuan
yang dimiliki para pekerja, misalkan upaya promosi kesehatan dalam tatanan Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3). Lingkungan pabrik yang umumnya mempunyai paparan terhadap debu,
polusi serta risiko adanya cidera sangat penting bagi perawat dalam memberikan pemahaman
baik dengan cara pendidikan kesehatan maupun penyuluhan mengenai pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD). APD yang mereka pakai diharapkan dapat melingdungi dari segala risiko
yang mungkin terjadi pada para pekerja.
Di tempat umum peran perawat tidak kalah penting dalam upaya promosi kesehatan
karena disana masyarakat sering berkumpul, bercengkrama bahkan melakukan aktivitas.
Beberapa contoh tempat umum antara lain Pasar, Halte Bus, Terminal, Stasiun, Pelabuhan
bahkan Bandara yang semuanya sangat diharapkan tidak terdapat kegiatan ataupun perilaku
yang merugikan bahkan membahayakan orang lain. Merokok di tempat umum sebagai contoh
sangat dilarang karena dapat menyebabkan polusi udara. Peran perawat untuk
mensosialisasikan peraturan tentang pelarangan kegiatan merokok di tempat umum merupakan
salah satu upaya dalam promosi kesehatan.
3. Peran perawat dalam tatanan Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM/Media massa
Upaya promosi kesehatan dilakukan agar tercapai masyarakat yang sehat dan mandiri,
hal ini tidak hanya dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan namun harus bekerja sama
dengan organisasi kemasyarakatan/LSM/organisasi profesi dan media massa yang peduli
dengan kesehatan. Kerja sama tersebut dapat berupa pemberian informasi yang terus-menerus
agar klien dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge) dari tahu
menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melakukan perlaku yang
diperkenalkan (aspek practise).
Agar terjalin kerja sama yang baik maka peran perawat pada tatanan ini adalah
memberikan advokasi, hal ini penting untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari sasaran
advokasi. Pada tatanan ini umumnya advokasi dapat beberapa tahap antara lain : Menyadari
adanya suatu masalah, Tertarik untuk ikut mengatasi masalah, Pedulu terhadap pemecahan
masalah dengan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah, Sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif dan memutuskan tindak kanjut
kesepakatan. Dengan demikian advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat dan tepat.

4. Peran perawat dalam tatanan Program/petugas kesehatan


Kegiatan yang dilakukan terintegrasi sesuai fungsi manajemen meliputi perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pengawasan pengendalian dan penilaian, yang dilakukan diberbagai
tingkat administrasi baik dipusat, propinsi maupun kabupaten/ kota. Kegiatan tersebut memuat
stategi promosi kesehatan yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi.
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Pengkajian yang dimaksud untuk mendapatkan informasi tentang besaran masalah dan
penyebabnya, potensi yang dapat didayagunakan dalam pemecahan masalah.
b) Menggalang komitmen dan dukungan dari lintas program dan sektor dalam
pelaksanaan integrasi melalui pertemuan lintas program dan sektor terkait dalam
promosi kesehatan.
c) Menyusun perencanaan integrasi promosi kesehatan dan program kesehatan
2) Penggerakan pelaksanaan
a) Melaksanakan integrasi promosi kesehatan dalam program kesehatan di
kabupaten/kota sesuai rencana yang telah disepakati bersama.
b) Melaksanakan pertemuan koordinasi lintas program dan sektor secara berkala untuk
menyelaraskan kegiatan.
3) Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan, pengendalian dan penilaian dilakukan disetiap tahap fungsi manajemen.
a) Pengawasan untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah
ditetapkan.
b) Pengendalian dilakukan agar kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan arah
dan tujuan, mengantisipasi masalah/ hambatan yang mungkin terjadi.
c) Penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan integrasi `pada akhir
kegiatan.
d) Mendokumentasikan kegiatan integrasi, untuk bahan pembelajaran perbaikan program
integrasi mendatang.
e) Memberikan umpan balik kepada lintas program dan sektor terkait untuk perbaika
kegiatan integrasi selanjutnya.
Kegiatan integrasi promosi kesehatan Kegiatan yang dilakukan dalam berbagai tatanan
rumah tangga, bina suasana dan advokasi yang meliputi :
a. Integrasi promosi kesehatan dengan program KIA dan Anak
b. Integrasi promosi kesehatan dengan program gizi masyarakat
c. Integrasi promosi kesehatan dengan program lingkungan sehat
d. Integrasi promosi kesehatan dengan program jaminan pemeliharaan kesehatan ( JPK ).
e. Integrasi promosi kesehatan dengan program pencegahan dan penanggulangan
penyakit tidak menular (P2PTM). (Pusat promosi kesehatan departemen kesehatan RI,
tahun 2006)
5. Peran perawat dalam tatanan Lembaga pemerintahan/politisi/swasta
Promosi kesehatan sebagai proses mengupayakan individu dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Perawat mempunyai peran penting dalam
meningkatakn kesehatan salah satunya bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
memanfaatkan dan memaksimalkan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai tempat untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Setiap
indivividu memiliki kesempatan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dan aman, hal ini
sejalanan dengan UU RI no. 36 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa, setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Dalam UU
tersebut pasal 16 dinyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber
daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perawat mempunyai banyak peran dimana dalam setiap perannya bertujuan untuk
mensukseskan dan mendukung program pemerintah, antara lain mendukung dalam program :
1. Integrasi dengan Program Kesehatan Ibu dan Anak
2. Integritasi dengan program jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK).
3. Integrasi dengan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
(P2PTM) (Panduan Integrasi Promosi Kesehatan, 2006)
Sesuai dengan tujuan promosi kesehatan, pemerintah dapat peduli dan mendukung upaya
kesehatan, minimal dalam mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat. Selain itu, membuat
kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan dampaknya dibidang
kesehatan. Dukungan yang optimal dari berbagai pihak seyogyanya dapat memecahkan masalah
kesehatan dan dapat membantu tenaga kesehatan terutama dalam hal promosi kesehatan.
Perawat diharapkan menjadi lini terdepan dalam upaya promosi kesehatan untuk mempengaruhi
semua sasaran yang ada.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan
kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat (public
health). Menurut Lawrence Green (1984) definisi promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi , politik, dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
Jenis / Macam Media Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar : Benda
asli, Benda tiruan, Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal,
yaitu : Advokasi (Advocacy) Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
Tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan, Dukungan Sosial (Social
support)Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.Pemberdayaan
Masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
pada Masyarakat langsung.
Peran perawat dalam promosi kesehatan ada di beberapa lingkup antara lain; individu
atau keluarga, tempat kerja, institusi pendidikan,pemerintah. Dalam pelaksanaan promosi
kesehatan peran perawat antara lain sebagai educator, role model, fasilitatormaupun educator.

B. Saran
Peran perawat dalam promosi kesehatan masih belum optimal. Salah satu diantaranya
adalah kurang adanya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya mengenal nilai-nilai
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa langkah dapat dilakukan oleh perawat antara
lain dengan memahami pentingnya promosi kesehatan dan melakukan program pemberdayaan
masyarakat agar dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menerima berbagai program
kesehatan.
Daftar Kepustakaan
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam
Pencapaian PHBS, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan
Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Jakarta
2004

Anda mungkin juga menyukai