Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

Oleh:
Siti Asmaul Husna
NIM A1D016072
Rombongan 8
PJ asisten : Aisyah Dwiaresti P.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

ACARA I
KUALITAS AIR

Oleh:
Siti Asmaul Husna
NIM A1D016072
Rombongan 8
PJ asisten : Aisyah Dwiaresti P.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting

bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar

dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Selain salah satu

kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup. Air juga

dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan, pemamfaatannya salah satu dalam sektor

pertanian yaitu sebagai air irigasi

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti

perannya bagi makhluk hidup. Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting

bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak

di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi dan terdapat 1,4 triliun

kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Kualitas air merupakan penentu

kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia.

Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air

dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi

ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua

sudah tercemar. Sebagai contoh, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang

terpencil dengan udara yang bebas dan bersih dari pencemaran, air hujan yang

turun di atasnya selalu mengandung bahan–bahan terlarut, seperti : CO2, O2, dan

N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel–partikel lainnya yang

2
terbawa air hujan dari atmosfer. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia

dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik.

Tak bisa dipungkiri bahwa air merupakan zat yang paling penting dalam

kehidupan. Menutupi 70% bagian dari permukaan bumi yang dibagi dalam dua

kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua

sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih

dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia

untuk aktivitas hidupnya.

Indonesia merupakan wilayah dengan luas laut 5,8 juta km2 (laut teritorial

dan ZEEI) dan memiliki banyak ekosistem air tawar danau, sungai, rawa, dan

waduk yang sangat diperlukan untuk . Ekosistem perairan sangat diperlukan bagi

kehidupan organisme. Peranan air bagi kehidupan semakin meningkat dengan

majunya kebudayaan manusia. Jika air tersebut digunakan oleh organisme untuk

keperluannya, misalnya ikan maka kualitas airnya harus sesuai dengan air yang

dibutuhkan oleh ikan itu.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan

dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan

berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk

keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas

air dalam hal analisis kualitas air mencakup keadaan fisika, kimia, dan biologi

yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian,

industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya.

3
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama

adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2

terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang

kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan

benthos). Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan

tertentu. Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda,

tergantung tujuan penggunaan. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan

mengukur parameter fisika dan parameter kimia.

Air permukaan - permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung

bahan - bahan metal. Air yang mengandung komponen - komponen tersebut

dalam jumlah tinggi disebu air sadah. Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut

terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana

yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini

dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga,

kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya

kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk

menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga

dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi

maupun sudah tercemar atau belum. Sudah selayaknya kita sebagai manusia untuk

lebih mempelajari lebih mengenai air ini sehingga hal tersebutlah yang melatar

belakangi diadakannya praktikum ini.

4
B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini, yaitu untuk memahami dan

mengetahui kualitas air untuk irigasi pertanian serta mampu mengukur dan

menentukan parameter-parameter kualitas air untuk irigasi.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas adalah karakteristik mutu yang diperlukan untuk pemanfaatan

tertentu dari berbagai sumber air. Kreteria mutu air merupakan suatu dasar baku

mengenai sayaratat kualitas air yang dapat dimanfaatkan. Baku mutu air adalah

suatu peraturan yang disiapkan oleh suatu negara atau suatu daerah yang

bersangkutan (Sinaga, 2013).

Menurut Prtowijoto (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji

kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas

air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan

sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi

alamiahnya.

Standar kualitas air ditentukan oleh empat aspek yaitu sebagai berikut (Sari,

2017), antara lain:

1. Persyaratan fisis ditentukan oleh faktor warna, bau maupun rasa.

2. Persyaratan kimia dilihat dari tercemarnya air oleh bahan-bahan kimia yang

terlarut, perlu dinilai kadarnya untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan

terlarut itu mulai dapat dikatakan membahayakan organisme.

3. Persyaratan biologis, ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme yang dapat

menimbulkan penyakit maupun tidak menimbulkan penyakit.

4. Persyaratan radiologis, ditentukan oleh pengaruh bahan-bahan yang

memberikan emisi sinar radioaktif pada jaman teknologi modern ini.

6
Menurut Yusuf (2014), masalah penurunan kualitas air disebabkan oleh

beberapa hal yaitu sebagai berikut.

1) Pertambahan penduduk dengan akibat yang ditimbulkan, termasuk

pembuangan limbah, pengadaan sarana sanitasi, dan pengembangan dengan

segala kelengkapannya.

2) Pengembangan teknologi beserta penerapannya, sebagai contoh adalah

penggunaan teknologi baru yang kurang baik penerapannya terutama ditinjau

dari segi kelestarian lingkungan.

3) Perkembangan industri, baik jumlah atau macamnya terutama industri yang

banyak menghasilkan limbah, misalnya limbah yang berasal dari plastik.

Perkembangan indsutri kadang-kadang hanya mengejar produksi tanpa

memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan sekitar.

Pembuangan limbah yang mengandung zat kimia yang bersifat toksik tanpa

disertai dengan pengelolaan limbah terlebih dahulu, akan menyebabkan

pencemaran air di daerah sekitarnya (Suyana,2002).

Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki

tujuan sebagai berikut (Effendi, 2003).

1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan

biologi.

2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan

peruntukannya, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20

Tahun 1990.

3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu.

7
Menurut Kartasapoetra (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

air dibagi menjadi 3 yaitu antara lain faktor fisika, faktor kimia, dan faktor

biologi. Dibawah ini akan di jelaskan faktor-faktornya yaitu : a. Faktor Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas

air minum menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai

sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi

persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak

berwarna.

Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya sebagai berikut:

1. Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut

dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama

apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ±3ºC suhu

udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau

jenis dari sumbersumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,

temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas (Kartasapoetra,

1994).

2. Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh

adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipetipe tertentu organism

mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan -

8
bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas

bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan

rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.

Untuk standard air minum dan air bersih diharapkan air tidak berbau dan tidak

berasa (Kartasapoetra, 1994).

3. Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel

bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan

kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur,

bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi.

Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam

penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Kartasapoetra, 1994).

4. Warna

Warna di dalam air terbagi dua, yakni warna semu (apparent color) adalah

warna yang disebabkan oleh partikel-partikel penyebab kekeruhan (tanah, pasir,

dll), partikel halus besi, mangan, partikelpartikel mikroorganisme, warna industri,

dan lain-lain. Yang kedua adalah warna sejati (true color) adalah warna yang

berasal dari penguraian zat organik alami, yakni humus, lignin, tanin dan asam

organik lainnya. Penghilangan warna secara teknik dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Diantaranya: koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, oksidasi,

reduksi, bioremoval, terapan elektro, dsb. Tingkat zat warna 14 air dapat diketahui

9
melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode fotometrik (Kartasapoetra,

1994).

5. Zat Padat Terlarut (TDS) dan Residu Tersuspensi (TSS)

Muatan padatan terlarut adalah seluruh kandungan partikel baik berupa

bahan organik maupun anorganik yang telarut dalam air. Bahan-bahan tersuspensi

dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan

dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya

matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis

di perairan. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui

ukuran atau diameter partikel-partikelnya (Kartasapoetra, 1994).

b. Faktor Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh

zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Besi (Fe), Flourida (F),

Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan zat-zat

kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari

hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan untuk standar

baku mutu air minum dan air bersih (Kartasapoetra, 1994).

c. Faktor Bakteorologis

Parameter bakteriologi digunakan bakteri indikator polusi atau bakteri

indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan

sebagai petunjuk adanya polusi feses dari manusia maupun dari hewan, karena

organisme tersebut merupakan organisme yang terdapat di dalam saluran

pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia

10
maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan

atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang

berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan

(Kartasapoetra, 1994).

Kriteria air yang bagus digunakan dalam sektor pertanian, antara lain air

tersebut tidak memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya

tingkat konsentrasi garam maka akan meningkatkan tekanan osmotic yang

berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Selain itu, air yang bagus digunakan untuk pertanian juga harus memiliki

kandungan sodium yang rendah karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan

berfluktuasi sesuai penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah,

sebab air yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah.

Kriteria lain adalah nilai pH berkisar antara 6,5 - 8,4 atau pH netral, karena

apabila pH tinggi atau lebih dari 8,5 sering ada HCO3 dan CO3 dalam konsentrasi

tinggi atau disebut alkalinity. Selain itu, air yang baik untuk pertanian juga harus

memilih nutrisi yang tidak berlebih karena apabila nutrisinya berlebih maka akan

mengurangi kualitas hasil pertanian (Achmad, 2011).

11
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu aquades dan air irigasi.

Alat yang digunakan yaitu ember, erlenmeyer, gelas ukur, pH meter, TDS

meter, DO meter, EC meter, turbidimeter, kertas saring.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu:

1. Persiapan contoh

Contoh air irigasi diambil dari lapang sebelum dianalisis terlebih dahulu

diperiksa label dan nomor. Pengambilan contoh air irigasi diulang sebanyak 3

kali dan masing-masing disiapkan untuk dianalisis menggunakan pH paper,

TDS meter, DO meter, EC meter, dan turbidimeter.

2. Penetapan daya hantar listrik.

a. Alat EC meter dinyalakan.

b. Elektroda dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan tissue.

c. Elektroda dimasukkan ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50

ml) dan angka dibaca setelah mantap.

d. EC meter dimatikan, kemudian elektroda dicuci dengan aquades dan

dikeringkan dengan tissue.

12
3. Penetapan kandungan terlarut.

a. Alat TDS meter dinyalakan.

b. Elektroda dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan tissue.

c. Elektroda dimasukkan ke dalam contoh yang akan diukur (kirakira 50

ml) dan angka dibaca setelah mantap.

d. TDS meter dimatikan, kemudian elektroda dicuci dengan aquades dan

dikeringkan dengan tissue.

4. Penetapan tingkat kejenuhan air.

a. Contoh air dimasukkan ke dalam tabung turbidi, kemudian tabung turbidi

diletakkan pada lubang tempat tabung turbidi.

b. Alat turbidimeter dinyalakan, kemudian tunggu “ready” berkedip 10 kali

dan dicatat nilai yang keluar.

c. Alat turbidimeter dimatikan.

d. Tabung turbidi dikeluarkan dari lubang tempat tabung turbidi, kemudian

tabung turbidi dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering dengan

tissue.

5. Penetapan tingkat kemasaman air.

a. Alat pH meter dinyalakan, dan distabilkan terlebih dahulu hingga

menunjukkan angka 0.

b. pH meter dimasukkan ke dalam contoh air yang akan diukur.

c. Angka yang keluar ditunggu hingga stabil, kemudian dicatat.

d. pH meter dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering dengan tissue.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1.1. Alat-alat yang digunakan untuk pengujian kualitas air.


No. Nama Alat Fungsi Cara Kerja
1. EC meter Menentukan 1. Alat EC meter dinyalakan.
kepekatan 2. Elektroda dicuci dengan
suatu larutan aquades, lalu dikeringkan
dan mengukur dengan tissue.
nilai 3. Elektroda dimasukkan ke
konduktivitas dalam contoh yang akan
suatu larutan. diukur (kira-kira 50 ml) dan
Satuan: µs/cm angka dibaca setelah
mantap.
4. EC meter dimatikan,
kemudian elektroda dicuci
dengan aquades dan
dikeringkan dengan tissue.

2. Turbidimeter Menentukan 1. Contoh air dimasukkan ke


tingkat dalam tabung turbidi,
kejenuhan air. kemudian tabung turbidi
Satuan: NTU diletakkan pada lubang
tempat tabung turbidi.
2. Alat turbidimeter
dinyalakan, kemudian
tunggu “ready” berkedip 10
kali dan dicatat nilai yang
keluar.
3. Alat turbidimeter dimatikan.
4. Tabung turbidi dikeluarkan
dari lubang tempat tabung
turbidi, kemudian tabung
turbidi dicuci dengan
aquades dan dilap sampai

14
kering dengan tissue.

3. TDS meter Menetukan 1. Alat TDS meter dinyalakan.


kandungan air 2. Elektroda dicuci dengan
larut. aquades, lalu dikeringkan
Satuan: ppm dengan tissue.
3. Elektroda dimasukkan ke
dalam contoh yang akan
diukur (kira-kira 50 ml) dan
angka dibaca setelah
mantap.
4. TDS meter dimatikan,
kemudian elektroda dicuci
dengan aquades dan
dikeringkan dengan tissue.

4. pH meter Menentukan 1. Alat pH meter dinyalakan,


tingkat dan distabilkan terlebih
keasaman air. dahulu hingga menunjukkan
angka 0.
2. pH meter dimasukkan ke
dalam contoh air yang akan
diukur.
3. Angka yang keluar ditunggu
hingga stabil, kemudian
dicatat.
4. pH meter dicuci dengan
aquades dan dilap sampai
kering dengan tissue.

15
5. DO meter Mengukur 1. Alat DO meter dinyalakan.
kadar oksigen 2. Elektroda dicuci dengan
terlarut di aquades, lalu dikeringkan
dalam air atau dengan tissue.
larutan. 3. Elektroda dimasukkan ke
Satuan: % dalam contoh yang akan
diukur (kira-kira 50 ml) dan
angka dibaca setelah
mantap.
4. DO meter dimatikan,
kemudian elektroda dicuci
dengan aquades dan
dikeringkan dengan tissue.

Tabel 1.2. Hasil pengamatan.


No. Nama Alat Hasil Rata-rata
pengamatan
U1 U2 U3
1. Turbidimeter 0,67 9,47 9,48 6,54
2. pH meter 5,7 9,6 9,8 8,37
3. TDS meter 23,9 270 259 184,3
4. EC meter 198 941 963 700,67

Perhitungan: Ū = U1 + U2 + U3
3
Ū Turbidimeter = 0,67 + 9,47 + 9,48 = 6,54 NTU
3
Ū pH meter = 5,7 + 9,6 + 9,8 = 8,37
3
Ū TDS meter = 23,9 + 270 + 259 = 184,3 ppm
3
Ū EC meter = 198 + 941 + 963 = 700,67 µs/cm

3
Keterangan: Turbidimeter = ≤ 5 (baik), 5,01 – 25 (sedang), > 25 (jelek)
pH mete r = 6,5 – 7,5 (baik / netral)

5,5 – 6,4 / 7,6 – 8,5 (sedang)

< 5,5 / > 8,5 (jelek)

TDS meter = < 1000 (baik)

1001 – 2000 (sedang)

16
> 2000 (jelek)
EC meter = ≤ 500 (baik)
500,0 – 2000 (sedang)
> 2000 (jelek)
Kesimpulan:
1. Turbidimeter termasuk ke dalam kategori sedang, yaitu sebesar 6,54 NTU.

2. pH termasuk ke dalam kategori sedang, yaitu sebesar 8,37.

3. TDS termasuk ke dalam kategori baik, yaitu sebesar 184,3 ppm.

4. EC termasuk ke dalam kategori sedang, yaitu sebesar 700,67 µs/cm.

B. Pembahasan

Kriteria air yang bagus digunakan dalam sektor pertanian, antara lain air

tersebut tidak memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya

tingkat konsentrasi garam maka akan meningkatkan tekanan osmotic yang

berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Selain itu, air yang bagus digunakan untuk pertanian juga harus memiliki

kandungan sodium yang rendah karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan

berfluktuasi sesuai penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah,

sebab air yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah.

Kriteria lain adalah nilai pH berkisar antara 6,5 – 8,4 atau pH netral, karena

apabila pH tinggi atau lebih dari 8,5 sering ada HCO3- dan CO3- dalam

konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity. Selain itu, air yang baik untuk pertanian

juga harus memilih nutrisi yang tidak berlebih karena apabila nutrisinya berlebih

maka akan mengurangi kualitas hasil pertanian (Sahabuddin, 2014).

17
Air yang baik idealnya bagi tanaman tidak berbau, tidak berwarna, tidak

memiliki rasa/ tawar dan suhu untuk air idealnya ±200 C. Padatan terlarut total

(TDS) dengan bahan terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm)

yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003). Karakter air

yang baik untuk air irigasi dalam sektor pertanian, antara lain air tersebut tidak

memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya tingkat

konsentrasi garam maka akan meningkatkan tekanan osmotik yang berpengaruh

dalam penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, air

yang baik digunakan untuk air irigasi juga harus memiliki kandungan sodium

terdapat dikoloid tanah dan akan berfluktuasi sesuai penambahan air irigasi atau

air hujan dan sistem koloid tanah, sebab air yang baik bagi petumbuhan tanaman

adalah yang bersodium rendah. Karakter lain adalah nilai pH berkisar antara 6,5-

8,4 atau pH netral, karena apabila pH tinggi atau lebih dari 8,5 sering ada HCO3-

dan CO3- dalam konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity. Selain itu, air yang

baik untuk pertanian juga harus memiliki nutrisi yang tidak berlebih karena

apabila nutrisinya berlebih maka akan mengurangi kualitas hasil pertanian

(Nawawi, 2001).

Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu memiliki

baku mutu yang berbeda, sehingga harus dilakukan pengujian untuk mengetahui

kesesuaian kualitas dengan peruntukannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

analisa kualitas air dengan berdasarkan beberapa parameter yaitu parameter fisika,

kimia dan biologi. Hasil dari analisis parameter ini akan dibandingkan dan

disesuaikan dengan baku mutu yang sudah ditentukan (Sulistyorini, 2016).

18
Perlunya mempelajari kualitas air karena menggambarkan kesesuaian atau

kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,

pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah

mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam

penggunaannya (Harianti dan Nurasia, 2016).

Pengujian kualitas air perlu dilakukan karena data pengujian kualitas air

tersebut digunakan sebagai patokan atau informasi primer dalam menentukan

berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat produksi pertanian seperti menentukan

tanaman yang cocok bagi spesies maupun kultivar atau varietasnya. Contohnya

pH yang ditolerir oleh tanaman cabe tidak sama dengan padi. Kualitas air

menentukan tahan atau tidaknya tanaman untuk bertahan dalam cekaman toksi

(racun) pada air. Air yang berkualitas secara tidak langsung dapat menentukan

banyaknya biaya untuk membeli pupuk tambahan (Kusnaedi, 2010).

Menurut Sinaga (2013), dalam air irigasi hal yang penting diperhatikan

adalah masalah kualitas airnya dimana nilai kualitas air irigasi menentukan

batasan dan pengunaan dari air irigasi untuk pertanian, dan juga mengetahui

apakah air tersebut tercemar dan tidak baik digunakan sebagai kebutuhan sehari-

hari juga sebagai air pertanian. Air irigasi berperan sangat penting dan merupakan

salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi tanaman padi di lahan sawah.

Produksi padi tanah sawah akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman

air (Water stress).

Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu memiliki

baku mutu yang berbeda oleh karena itu harus dilakukan pengujian untuk

19
mengetahui kesesuaian kualitas dengan peruntukannya. Berdasarkan hal tersebut,

maka perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan beberapa parameter

yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil dari analisis parameter ini akan

dibandingkan dan disesuaikan dengan baku mutu yang sudah ditentukan

(Sulistyorini, 2016).

Salinitas merupakan kandungan garam dalam air yang dapat

mempengaruhi potensial osmotis dan pertumbuhan tanaman. Salinitas air

irigasi dinyatakan dalam jumlah kandungan garam terlarut (tingkat salinitas

air irigasi berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi)

(Alaert, 1987). Menurut Sudaryono (2004), salinitas merupakan salah satu

parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung

akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju

pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan

daya kelangsungan hidup. Menurut Krisnandi (2009), salinitas merupakan jumlah

dari seluruh garam-garaman dalam gram padasetiap kilogram air laut. Salinitas

merupakan parameter yang digunakan dalamkajian oseanografi. Salinitas juga

sangat membantu dalam mempelajari gerak masssa air, hal ini berhubungan

dengan pencampuran. Konsentrasi garam terlarutdalam air laut sebagian besar

berupa ion klorida, natrium, sulfat, magnesium,kalsium, kalium, bikarbonat,

bromida, borat, stronsium dan florida. Semuanya memiliki komposisi dilautan

yang relatif tetap.

Sodivitas merupakan kandungan sodium dalam air yang dapat

menimbulkan efek berracun bagi tanaman (Furaidah, 2013). Menurut Sahabuddin

20
(2014), sodivitas adalah air yang mengandung sodium yang merupakan elemen

dan komponen elektrolit dan garam yang membantu mengatur keseimbangan

cairan sel yang dapat merugikan tanaman.

Toksisitas merupakan kandungan ion yang spesifik yang dapat

menimbulkan gangguan pada tanaman selain cadmium (boron, Chlor dan

beberapa logam berat) (Furaidah, 2013). Menurut Suriawiria (2005), toksisitas

adalah kandungan air yang mengandung senyawa beracun, sehingga dapat

merugikan bagi tanaman.

Gambar 1.1 pH meter


Sumber. Azkiya et al. (2016)

Fungsi pH meter untuk mengukur pH (keasaman atau gaya basa) yang cair

(khusus probes meskipun kadang-kadang digunakan untuk mengukur pH of semi-

solid zat). Prinsip kerja pH meter adalah potensial elektro kimia yang terjadi

antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan

larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini

dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion

hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan

mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan

Potential of Hidrogen. Cara kerja pH antara lain:

1. pH meter dinyalakan.

2. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

21
3. Disediakan larutan yang akan dicari derajat keasamannya.

4. Sebelum diukur, dipastikan suhu larutan itu sama dengan suhu larutan yang

dikalibrasi sebelumnya. Misalnya jika kalibrasi dilakukan dengan suhu

larutan 21 derajat Celcius, maka demikian pula pengukuran memakai larutan

dengan suhu yang sama.

5. Petutup elektroda dibuka, dibersihkan dengan air DI, lalu dikeringkan

memakai tisu.

6. pH meter dihidupkan dan elektroda dimasukkan ke larutan sampel yang

diukur. Lalu, elektroda diputar agar larutan menjadi homogen.

7. Diteruskan dengan ditekannya tombol MEAS untuk mengukur. Sementara

itu, pada display muncul tulisan HOLD yang berkedip. Tunggu sampai

tulisan berhenti berkedip.

8. Setelah itu, angka pH akan muncul di layar. Pengukuran selesai dan pH meter

dapat dimatikan. (Azkiya et al., 2016)

Gambar 1.2 Turbidimeter


Sumber. Azkiya et al. (2016)

Fungsi turbidimeter adalah untuk mengukur tingkat turbiditas (kekeruhan)

air. Prinsip kerja turbidimeter adalah perhitungan banyaknya cahaya yang

dipantulkan oleh partikel solid dalam sampel. Semakin banyak partikel, semakin

tinggi tingkat turbiditasnya (kekeruhan). Cara kerja turbidimeter antara lain:

1. Turbidimeter dinyalakan dan biarkan stabil

22
2. Probe dicelupkan pada larutan standar (Formazin, StablCal™) lalu

dikalibrasikan

3. Probe direndam dalam air deionisasi lalu dikeringkan

4. Probe dikalibrasi kembali dengan standar tambahan (liquid latex, SDB, or

Gelex™)

5. Nilai standar dicatat A. Pengukuran In-Situ 1. Probe diletakkan pada media

yang akan diukur lalu pembacaan turbiditas dibiarkan hingga stabil

6. Setelah stabil, hasil pengukuran turbiditas dan temperatur dicatat.

7. Pengukuran selesai dan turbidimeter dapat dimatikan. (Azkiya et al., 2016).

Gambar 1.3 DO meter


Sumber. Azkiya et al. (2016)

Fungsi alat DO meter adalah untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam

air atau larutan. Prinsip kerja DO meter adalah berdasarkan fenomena polarografi

yang terjadi di antara dua elektrode katode dan anode. Tegangan listrik negatif

diberikan kepada elektrode katode. Adanya tegangan negatif ini akan

mengakibatkan reaksi kimia terjadi secara cepat antara air dengan oksigen terlarut

pada permukaan katode. Cara kerja DO meter antara lain:

1. DO meter dinyalakan dan biarkan stabil

2. DO meter dikalibrasi.

3. Prop dimasukkan ke dalam air yang akan diuji.

23
4. Angka yang tertera pada layar dicatat.

5. Pengujian dilakukan beberapa kali.

6. DO meter dibersihkan dan dikeringkan setelah dipakai.

7. Pengukuran selesai dan DO meter dapat dimatikan. (Azkiya et al., 2016).

Gambar 1.4 EC meter


Sumber. Azkiya et al. (2016)

Fungsi EC meter adalah untuk menghitung jumlah ion-ion dalam suatu

larutan dan mengukur kuat arus listrik pada air. Prinsip kerja EC meter adalah alat

ini befungsi dengan cara sensor akan mengukur jumlah ion dalam suatu perairan

setelah kalibrasi. Adapun kalibrasinya menggunakan cairan pure deionize water

dan setelah diteteskan dengan larutan pure deionize, ditunggu sampai ada icon

smile pada layar conductivity meter. Kemudian setelah dikalibrasi, alat dapat

digunakan dengan cara meneteskan sample uji pada sensor dan dilihat ukuran kuat

arus listrik pada layar. Cara kerja EC meter antara lain:

1. EC meter dinyalakan dan biarkan stabil

2. Kalibrasi dilakukan dengan cara meneteskan cairan pure deionized water

untuk kalibrasi pada sensor di conductivitymeter.

3. Setelah diteteskan, ditunggu sampai muncul icon smile.

4. Setelah dikalibrasi, alat dapat digunakan dengan cara meneteskan sample uji

pada sensor

24
5. Melihat ukuran kuat arus listrik pada layar. Satuan: µs/ cm.

6. Pengukuran selesai dan EC meter dapat dimatikan. (Azkiya et al., 2016).

Gambar 1.5 TDS meter


Sumber. Azkiya et al. (2016)

Fungsi TDS meter adalah untuk mengukur berat partikel (mineral, garam

atau logam) atau kandungan terlarut dalam air. Satuan miligram per liter (mg/L)

atau parts per million (ppm). Prinsip kerja TDS meter adalah nilai jumlah ion serta

konsentrasi padatan (Total Dissolved Solid / TDS) yang terlarut di konduktivitas

listrik sebuah zat cair menjadi referensi atas dalamnya. Cara kerja TDS meter

antara lain:

1. TDS meter dinyalakan dan biarkan stabil.

2. Alat dikalibrasi.

3. Celupkan bagian bawah conductivity meter tersebut, karena pada bagian

tersebut terdapat sensor.

4. Rendam alat ke dalam air/larutan sampai ke batas maksimum (± 5cm).

5. Tunggu sampai angka pada layar stabil. TDS meter akan otomatis

mengkompensasi variasi suhu. Setelah pembacaan stabil (30 sampai 45

detik), tekan tombol hold untuk menghentikan pengukuran sehingga angka

tetap terbaca setelah TDS meter diangkat.

6. Hasil sensor dapat dibaca pada layar digital.

25
7. Setelah penggunaan, keringkan TDS meter dari sisa larutan dengan air bersih.

8. Pengukuran selesai dan TDS meter dapat dimatikan. (Azkiya et al., 2016).

Hasil yang diperoleh dari praktikum penentuan kualitas air dengan beberapa

pengujian alat didapatkan hasil yaitu pertama pada alat TDS meter. TDS meter

digunakan untuk menentukan kandungan terlarut dalam air. Pengujian dilakukan

pada 3 ulangan air irigasi. Ulangan 1 diperoleh hasil sebesar 23,9 , ulangan 2

diperoleh hasil sebesar 270 dan ulangan 3 diperoleh hasil sebesar 259. Rata- rata

yang diperoleh dari ketiga ulangan tersebut adalah 184,3. Menurut Rohmawati

(2016), tingginya kadar TDS diakibatkan karena banyaknya terkandung senyawa-

senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam.

Penentuan daya hantar listrik ditetapkan dengan menggunakan alat EC

meter. Pengujian dilakukan pada 3 ulangan irigasi. Ulangan 1 diperoleh hasil

sebesar 198 , ulangan 2 diperoleh hasil sebesar 941 dan ulangan 3 diperoleh hasil

sebesar 963. Rata- rata yang diperoleh dari ketiga ulangan tersebut adalah 700,67.

Menurut Effendi (2003), nilai EC dapat dipengaruhi oleh adanya ion, jenis ion,

konsentrasi, muatan dan tempratur. Zat yang terlarut dalam sampel saat

pengukuran EC terionisasi menjadi muatan positif dan negatif. Ion positif dan

negatif ini menghantarkan arus listrik dan elektroda positif ke elektroda negatif

pada sensor COND yang terdapat di water quality checker. Semakin banyak zat

yang terlarut, maka ion positif dan negatif juga terdapat dalam jumlah banyak,

sehingga larutan tersebut memiliki konduktivitas yang tinggi.

Penetapan tingkat kejenuhan air diuji dengan menggunakan Turbidimeter.

Pengujian dilakukan pada 3 ulangan irigasi. Ulangan 1 diperoleh hasil sebesar

26
0,67 , ulangan 2 diperoleh hasil sebesar 9,47 dan ulangan 3 diperoleh hasil sebesar

9,48. Rata- rata yang diperoleh dari ketiga ulangan tersebut adalah 6,54. Menurut

Khopkar (2003), dasar dan analisis turbidimeter adalah pengukuran intensitas

cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi,

bilamana cahaya dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi radiasi

yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan dan sisanya akan

ditransmisikan. Turbidimeter yang telah dipraktikan aplikasinya memilki

mekanisme yaitu cahaya masuk melalui sampel cahaya, kemudian sebagian

diserap dan sebagian diteruskan. Cahaya yang diserap itulah yang merupakan

tingkat kekeruhan. Semakin banyak cahaya yang diserap maka semakin keruh

cairan tersebut.

Pengukuran pH air diuji menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan pada

3 ulangan irigasi. Ulangan 1 diperoleh hasil sebesar 5,7 , ulangan 2 diperoleh hasil

sebesar 9,6 dan ulangan 3 diperoleh hasil sebesar 9,8. Rata- rata yang diperoleh

dari ketiga ulangan tersebut adalah 8,37. Menurut Khopkar (2003), prinsip

pengukuran suatu pH didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara

larutan yang terdapat didalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan

yang terdapat diluar elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang

terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan

tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukirannya

relatif kecil dan aktif.

27
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan praktikum tentang kualitas air bahwa kualitas air

bahwa secara umum ditunjukkan oleh mutu atau kondisi air yang dikaitkan

dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Air irigasi harus memiliki kualitas

air yang baik. Pengukuran kualitas air irigasi dapat mmenggunakan bebrapa alat,

seperti pH meter, TDS meter, EC meter, turbidimeter, dan DO meter. Berdasarkan

hasil praktikum pengukuran kualitas air, dapat disimpulkan bahwa cohtoh air

irigasi yang digunakan cukup baik, tetapi harus ada tindakan untuk memperbaiki

pH airnya.

B. Saran

Saran untuk praktikum kualitas air adalah sebaiknya pengukuran kualitas air

dapat menggunakan semua alat sehingga praktikan dapat mengetahui kegunaan

28
dari setiap alat serta praktikan lebih hati-hati lagi dalam penggunaan alat-alat

pengukuran kualitas air agar alat-alat tersebut tidak mudah rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad F. 2011. Status mutu sungai cisadane sebagai air irigasi. Jurnal
Irigasi.Vol `6 (1) : 88-96.

Alaert, G., Santika.S.S, 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Daerah Irigasi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan. 16 (49) :
11-24.

Azkiya, A., Hadayanti A. N., Aziz F. A., Trilestari, N., Kania R. A dan Fitriyana
Z. L. 2016. Identifikasi Alat Laboratorium Ekologi. Jurusan Pendidikan
Biologi. Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Furaidah, Zidny. dan C Retnaningdyah. 2013. Perbandingan Kualitas Air Irigasi


di Pertanian Organik dan Anorganik Berdasarkan Sifat Fisiko-kimia dan
Makroinvertebrata Bentos (Studi Kasus di Desa Sumber Ngepoh, Lawang
Kabupaten Malang). Jurnal Biotropika.1 (4) : 20-33.

Kartasapoetra AG dan Sutedjo M 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi.


Jakarta : Bumi Aksar

Krisnandi, Y.K. 2009. Kimia Dalam Air. Bahan ajar. Jakarta: KBI Kimia
Anorganik Universitas Indonesia.

29
Kusnaedi.2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta : Penebar
Swadaya

Nawawi. 2001. Kualitas Air dan Kegunaannya di Bidang Pertanian. Departemen


Pendidikan. Jakarta.

Partowijoto A. 2002. Penelitian kebutuhan Air Lahan dan Tanaman di Beberapa

Rohmawati, S,M., Sutarno, dan Mujiyo. 2016. Kualitas Air Irigasi Pada Kawasan
Industri Di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Journal Of
Sustainable Agriculture. 31 (2). 108-113

Sahabuddin H, Harisuseno D dan Yulianti E. 2014. Analisa status mutu air dan
daya tampung beban pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. J. Teknik
Pengairan. 5 (1) : 19-28.

Sari,N. W. M., I. W. Diara , dan N. M. Trigunasih. 2017. 2017. Meningkatkan


Kualitas Air Irigasi Dengan Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia
Stratiotes L.) Dan Tanaman Azolla (Azolla Sp.) Di Subak Sembung,
Peguyangan, Denpasar. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 6 (1) : 98-112.

Sinaga , I. L., Jamilah, Mukhlis. 2013. Kualitas Air Irigasi Di Desa Air Hitam
Kecamatan Lima puluh Kabupaten Batubara. Jurnal Agroekoteknologi
.2(1): 186 - 191.

Sudaryono 2004. Pemantauan kualitas air tanah kawasan Pantai Glagah,


Kabupaten Kulon Progo, DI. Jogjakarta. J. Teknik Lingkungan. 5 (3) : 198-
204.

Sulistyorini, S., M. Edwin, dan A. S. Arung. 2016. Analisis Kualitas Air Pada
Sumber Mata Air Di Kecamatan Karangan Dan Kaliorang Kabupaten
Kutai. Jurnal Hutan Tropis. 4 (1) : 33-45.

Suyana, J.,dan H. Widijanto. 2002. Studi Kualitas Air dan Sumbangan Hara dari
Irigasi Sidorejo Jawa Tengah pada Budidaya Padi Sawah. Jurnal Sains
Tanah. 1 (2) : 1-18.

Yusuf, I. A. 2014. Kajian Kriteria Mutu Air Irigasi .Jurnal Irigasi . 9 (1) : 67-77.

30
LAMPIRAN

NO. GAMBAR KETERANGAN

Pengukuran kepekatan suatu larutan


dan mengukur nilai konduktivitas suatu
1.
larutan menggunakan alat EC Meter.
Satuan: µs/cm

Pengukuran tingkat kejenuhan suatu


larutan menggunakan alat
2.
Turbidimeter.
Satuan: NTU

Pengukuran kandungan air larut


3. menggunakan alat TDS Meter.
Satuan: ppm

Pengukuran derajat keasaman suatu


4.
larutan menggunakan alat pH Meter.

Pengukuran kadar oksigen terlarut


5. dalam air menggunakan alat DO Meter.
Satuan: %

31

Anda mungkin juga menyukai