Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI TEKNIK

(Analisis Evapotranspirasi dengan Model Evapotranspirasi)

Oleh :
Nama : Raka Fiqriyanda
NPM : 240110170015
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 15 Oktober 2018
Jam : 15.30 – 17.30 WIB
Shift : A1
Asisten Praktikum : 1. Andiles Kusnadi S.
2. Imam Fauzan.
3. Silvy Santika.
4. Siti Sarah S.
5. Tiara Putri Dwi D.

LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber
daya air. Perkembangannya yang cepat, membuat hidrologi telah menjadi dasar dari
pengelolaan sumber daya air rumah tangga yang merupakan pengembangan, dan
penggunaan sumberdaya-sumberdaya air secara terencana. Evapotranspirasi adalah
kehilangan air di atmosfer dengan melalui dua proses, yaitu evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah kehilangan air dari tubuh air yang terbuka, seperti
danau, sungai, waduk, lahan basah, lahan terbuka dan salju. transpirasi adalah
kehilangan air dari suatu tanaman yang hidup. Beberapa faktor yang menyebabkan
tinggi rendahnya nilai evapotranspirasi yaitu karakteristik fisik dari air, tanah, salju
dan permukaan tanaman. Bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen
yang sangat penting karena masalah konservasi tanah pada azasnya adalah
pengaturan hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta
pengaturan aliran permukaan. Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan
memperbesar kemampuan tanah menyimpan air, utamanya dapat ditempuh melalui
perbaikan atau peningkatan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan laju
maksimum air yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat.
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporisasi,
vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang
penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis
permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang
basah. Pengukuran evaporasi dilakukan dengan mengukur hilangnya air dari suatu
system secra langsung, yang dinyatakan dalam volume atau jeluk (depth). Sumber
energi dalam proses evaporasi berasal dari Radiasi surya , panas (heat) yang dibawa
oleh angin ke suatu wilayah, panas yang tersimpan dalam massa tanah atau lahan,
panas yang tersimpan dalam air. Sedangkan transpirasi adalah vaporasi di dalam
jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
tanah ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi dan transpirasi merupakan aspek
penting yang berkaitan dengan evapotranspirasi. Oleh karena itu, evapotranspirasi
(ET) merupakan kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanam melalui
evaporasi dan transpirasi. Ada beberapa jenis evaporasi yaitu evaporasi potensial
(ETp), evaporasi standar (ETo), evaporasi tanaman (Etc), evaporasi aktual ( ETa).
Nilai evapotranspirasi dapat dicari dengan beberapa metode yaitu Blainey-Criddle,
Thorthwaite, Penman-Monteith.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menganalisis evapotranspirasi dengan menggunakan
model evapotranspirasi dengan menggunakan tiga metode Blaney Criddle,
Metode Thorthwaite dan Metode Penman – Monteith.
2. Mahasiswa mampu memahami model evapotranspirasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air dari dalam permukaan air, tanah, dan
bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama
untuk berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersedian
air. Mengukur besarnya evaporasi adalah salah satu hal yang palig sulit dilakukan
dalam rangkaian pengukuran daur hidrologi. (Chay, 2007)
Besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air
berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari
permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer
melalui vegetasi). Berbeda antara intersepsi dan transpirasi adalah pada proses
intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang
tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi,
sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui
tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi.
Siklus hidrologi menunjukan bahwa evapotranspirasi (ET) adalah jumlah dari
beberapa unsur seperti pada persamaan matematik berikut:

ET = T + It + Es + Eo ………….(1)
Keterangan :
T = transpirasi vegetasi
It = intersepsi total
Es = evaporasi dari tanah, batuan, dan jenis permukaan tanah lainnya
Eo = evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau, dan waduk.

Untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It. Bila unsur
vegetasi dihilangkan, maka ET = Es. Evapotranspirasi dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Vapotranspirasi Total : Evaporasi dan transpirasi terjadi bersamaan.
2. Evapotranspirasi Potensial : Laju evapotranspirasi dari tanaman rumput hijau
dengan tinggi seragam antara 8 cm sampai 15 cm, tumbuh secara aktif,
menutupi permukaan tanah secara bersamaan pada kondisi tidak kekurangan
air
3. Evapotranspirasi Nyata : Evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya dengan
kondisi air yang nyata.
Pendugaan kebutuhan air irigasi didekati dengan kebutuhan air tanaman, dan
kebutuhan air tanaman didifinisikan Doorenboss et al., 1977 sebagai berikut :
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) : kedalaman air yang diperlukan
untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman yang bebas
penyakit, tumbuh di areal pertanian pada kondisi cukup air dari kesuburan tanah
dengan potensi pertumbuhan yang baik dan tingkat lingkungan pertumbuhan yang
baik.
Evapotranspirasi merupakan evaporasi dengan medium yang berbeda, oleh
karena itu pendekatannya sama dengan Evaporasi. Dalam analisis dibedakan dua
faktor utama yaitu evaporasi dan transpirasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu :
a) Faktor Metereologis (matahari = 95%transpirasi terjadi pada siang hari,
sedangkan malam hari sel-sel stomata tertutup);
b) Jenis Tumbuhan (menentukan ketersediaan air dalam tumbuhan dan ukuran
stomata, semakin besar kemampuan menyerap air dan ukuran maka transpirasi
akan semakin besar);
c) Jenis Tanah (akan membatasi ketersediaan air dalam tanah).
Pengukuran evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan panci evaporasi
yang dikalibrasi dengan faktor koreksi tanaman, dan Lisimeter. Lisimeter
merupakan stimulasi model pendekatan neraca air yang berbentuk bejana dan diisi
dengan tanah yang ditanami dengan tanaman yang sesuai. Potensial
evapotranspirasi didekati dengan persamaan sebagai berikut :
ET0 = Qin - Qout + DS…………..(2)
Keterangan :
ET0 = evapotranspirasi
Qin = penambahan air, baik dari hujan atau irigasi
Qout = kehilangan air ke dalam tanah (perkolasi)
DS = perubahan kandungan air dalam tanah
2.3 Pengukuran Evapotranspirasi
Ada berapa metode dalam penetapan nilai/besarnya evapotranspirasi, antara
lain:
1. Metode Thornthwaite

Thornthwaite telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan


besarnya evapotranspirasi potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi
potensial (PET) tersebut berdasarkan suhu udara rata-rata bulanan dengan standar
1 bulan 30 hari, dan lama penyinaran matahari 12 jam sehari. Metode ini
memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk
berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan
efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses ET. Rumus
dasarnya yaitu :

(3)………………….

keterangan:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T = temperatur udara bulan ke-n (OC)
I = indeks panas tahunan
a = koefisien yang tergantung dari tempat.

Nilai a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:


a = 675 ´ 10-9 ( I3 ) – 771 ´ 10-7 ( I2 ) + 1792 ´ 10-5 ( I ) + 0,49239
Jika rumus tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum disesuaikan dalam cm).
Karena banyaknya hari dalam sebulan tidak sama, sedangkan jam penyinaran
matahari yang diterima adalah berbeda menurut musim dan jaraknya dari
katulistiwa, maka PET harus disesuaikan menjadi:
(4)……………………
Keterangan :
s = jumlah hari dalam bulan
Tz = jumlah jam penyinaran rata-rata per hari.
2. Metode Blaney-Criddle
Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi dari
tumbuhan (consumtive use) yang pengembangannya didasarkan pada kenyataan
bahwa evapotranspirasi bervariasi sesuai dengan keadaan temperatur, lamanya
penyinaran matahari/siang hari, kelembaban udara dan kebutuhan tanaman.

ET0 = c {p (0,46 T + 8)} ……………(5)

Faktor koreksi dinyatakan dalam grafik dari p(0,46T+8) sebagai sumbu x dan
nilai ET0 sebagai sumbu y.
Keterangan :
ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi (merupakan fungsi dari Kelembaban relatif minimum, lama
penyinaran, kecepatan angin)
p = persentase lama penyinaran harian rata2 (dugaan berdasarkan bulan dan
letak tempat)
T = suhu rata2 harian (°C)

3. Metode Blaney-Criddle yang Dimodifikasi

……………..(6)

keterangan:
U = transpirasi bulanan (mm/bulan)
T = suhu udara bulan ke-n (OC)
P = persentase jam siang bulanan dalam setahun

Keterangan :
K = Kt ´ Kc
Kt = 0,0311(t) + 0,24
Kc = koefisien tanaman bulanan dalam setahun = 0,94 (Harga-harga Kc padi di
Indonesia telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga terkait).
4. Metode Turc-Lungbein
Turc telah mengenbangkan sebuah metode penentuan evapotranspirasi
potensial yang didasarkan pada penggunaan faktor-faktor klimatologi yang paling
sering diukur, yaitu kelembaban relatif dan temperatur udara.

…………………(7)
Nilai Eo dapat dicari dengan:
Eo = 325 + 21 T + 0,9 T2 ……………(8)
keterangan:
P = curah hujan tahunan
E = evapotranspirasi (mm/th)
Eo = evaporasi (mm/th)
T = rata-rata temperatur tahunan.

5. Metode Penman
ET0 = c{W.Qn+(1-W) f(u) (ew - ea) ……………..(9)

Keterangan :
ET0 : evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c : faktor koreksi
W : faktor pemberat
Qn : radiasi netto (mm/hari)
f(u) : fungsi kecepatan angin
(ew - ea): perbedaan tekanan uap air jenuh dan tekanan uap air nyata (mbar)
Qn = Qs(1-r) – Qc
Keterangan :
Qn : radiasi netto (mm/hari)
Qs : radiasi gelombang pendek yang diterima oleh permukaan bumi (mm/hari).
Jika tidak ada data gunakan Qs persamaan radiasi
Faktor c merupakan penyesuaian dari berbagai kondisi lingkungan, yaitu :
 Kelembaban udara maksimum (Rhmaks)
 Radiasi netto (Qs)
 Kecepatan angin siang hari (Usiang)
 Perbandingan kecepatan angin siang dengan malam hari (Usiang/Umalam).

6. Metode Radiasi
ET0 = c (W x Qs)
Keterangan :
ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi berdasarkan kelembaban udara
W = faktor pemberat berdasarkan ketinggian tempat dan suhu rata-rata
Qs = radiasi gelombang pendek yang diterima oleh permukaan bumi
Qs = Qa (0,29 + 0,59 n/D)
Qs = radiasi gelombang pendek yang diterima oleh permukaan bumi
Qa = radiasi extrateressial (mm/hari)
n = lama penyinaran nyata (jam)
D = lama penyinaran maksimum (jam)
Tingkat ketelitian data tergantung kepada jumlah data, semakin banyak maka
tingkat ketelitiannya semakin tinggi. Metode Blaney Criddle satu-satunya
pendugaan evaporasi dengan periode selama sebulan dengan kesalahan 15%.
Metode Radiasi merupakan metode yang paling ekstrem. Kesalahan 20% pada
musim panas. Metode Penman (terbaik) kemungkinan kesalahan musim panas
10%, 20% lebih besar pada kondisi evaporasi rendah. Metode Panci Evaporasi 15%
(tergantung kondisi lokasi panci).
2.2 Faktor-Faktor Penentu Evapotranspirasi
Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap besarnya
evapotranspirasi, maka dalam hal ini evapotanspirasi perlu dibedakan menjadi
evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih
dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET dipengaruhi oleh
fisiologi tanaman dan unsur tanah. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi PET
adalah radiasi panas matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara
umum besarnya PET akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari,
kelembaban, dan kecepatan angin bertambah besar.
Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses
fotosintesis. Dalam mengatur hidupnya, tanaman memerlukan sirkulasi air melalui
sitem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas
(daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap
vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara
langsung berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Suhu yang
akan mempengaruhi PET adalah suhu daun dan bukan suhu udara di sekitar daun.
Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air
yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula
laju evapotranspirasinya. Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari,
pengaruh angin terhadap laju ET adalah lebih kecil (de Vries and van Duin dalam
Ward, 1967).
Kelembaban tanah juga ikut mempengaruhi terjadinya evapotranspirasi.
Evapotranspirasi berlangsung ketika vegetasi yang bersangkutan sedang tidak
kekurangan suplai air (Penman, 1956 dalam Ward, 1967). Dengan kata lain
evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah berkisar
antara titik wilting point dan field capacity. Karena ketersediaan air dalam tanah
tersebut ditentukan oleh tipe tanah, dengan demikian, secara tidak langsung,
peristiwa PET juga dipengaruhi oleh faktor potensial.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan yang digunakan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini di antaranya :
1. Alat tulis
2. Kalkulator
3. Laptop
4. Microsoft Excel
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini di antaranya :
1. Data Hidrotek 2018 Pertemuan 6-A1.xlsx
2. Modul Praktikum
3.2 Prosedur pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum ;
2. Menylakan laptop dengan dilengkapi program Microsoft Excel ;
3. Menghitung suhu minimum harian (Tmin);
4. Menghitung Suhu maksimum (Tmax);
5. Menghitung lama penyinaran matahari (LPM);
6. Menghitung tekanan atmosfer (P) dilihat dari tabel data yang ada di modul
praktikum;
7. Mencari Evapotranspirasi potensial (ET0) menggunakan aplikasi Cropwat
dengan memasukkan data negara, attitude, lattitude, stasiun, longitude, T min,
Tmax, Humidity, Wind, dan Sun. Kemudian didapatkan data Evapotranspirasi
potensialnya;
8. Menghitung nilai data yang belum terdapat pada tabel menggunakan metode
interpolasi ;
9. Membuat grafik dari hasil data yang diperoleh pada praktikum ke enam kali
ini.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Tabel
Tabel 4.1 Model evapotranspirasi metode Blaney Criddle
No Parameter Keterangan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 LPM dari data 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
2 RH (%) dari data 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 U2 (m/s) dari data 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 T (oC) dari data 23,36 22,98 23,35 23,37 23,71 23,04 22,91 23,19 23,80 23,93 23,65 23,38
dari tabel P
5 p (5o LS) 0,28 0,28 0,28 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28
(hal 25)
dari tabel P
6 p (10o LS) 0,29 0,28 0,28 0,27 0,26 0,26 0,26 0,27 0,.27 0,28 0,28 0,29
(hal 25)
7 p (7,5 o LS ) interpolasi 0,29 0,28 0,28 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28
8 c dari tabel C 0,955 0,955 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94
9 Eto =c(p(0.46T+8)) 5,19 4,97 4,93 4,76 4,80 4,72 4,71 4,74 4,81 5,00 4,97 4,94

Tabel 4.2. Model infiltrasi metode Thortwhaite


No Parameter Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 T (oC) dari data 23,36 22,98 23,35 23,37 23,71 23,04 22,91 23,19 23,80 23,93 23,65 23,38
indeks
2 i panas 10,32 10,07 10,31 10,33 10,55 10,11 10,02 10,21 10,61 10,70 10,51 10,33
bulanan
3 Eto cm/bulan 9,49 9,06 9,48 9,50 9,89 9,13 8,98 9,30 10,00 10,15 9,82 9,51
4 jumlah hari 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
5 ETo mm/hari 3,06 3,24 3,06 3,17 3,19 3,04 2,90 3,00 3,33 3,28 3,27 3,07
4.2 Grafik
Gambar 1. Grafik metode Blaney Criddle dan Thorthwaite

Perbandingan Metode Blaney Criddle dan Thorthwaite


6.00

5.00

4.00

3.00
Thortwaite

2.00 Blaney Criddle

1.00

0.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai analisis evapotranspirasi dengan


model evapotranspirasi. Penentuan nilai evapotrasnpirasi kali ini menggunakan
metode Blaney-Criddle, Thornthwaite dan Penman-Monteith. Pengukuran
langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan
yang luas akan mengalami banyak kendala, maka dikembangkan beberapa metode
pendekatan dengan menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh
terhadap besarnya evapotranspirasi. Jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor
pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang
maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai atau
dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan air tidak
terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.
Pengaruh iklim evapotranspirasi juga dipengaruhi oleh vegetasi yang
menutupi permukaan tanah, hal ini berkenaan dengan nilai laju evapotranspirasi
yang terjadi pada musim kemarau lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim
hujan di daerah kita ini. Musim kemarau vegetasi yang menutupi permukaan tanah
baik dari keluarga rumput-rumputan ataupun yang lainnya relatif berkurang jika
dibandingkan dengan musim hujan yang akan menahan air dalam tanah yang akan
menguap. Metode Blaney-Criddle adalah metode yang perhitungannya paling
sederhana karena rumus yang digunakan lebih singkat daripada metode
Thorthwaite. Metode ini pada awalnya dikembangkan untuk daerah Amerika
Serikat maka sangat cocok untuk digunakan di daerah yang beriklim sama dengan
Amerika Serikat. Apabila menggunakan metode Blaney-Criddle, maka digunakan
metode Thorthwaite. Metode ini menggunakan suhu udara sebagai unsur yang
mengendalikan proses evapotranspirasi. Metode ini diusulkan oleh FAO untuk
digunakan dalam memperhitungkan nilai evapotranspirasi dalam suatu wilayah.
Dari ketiga metode tersebut, yang paling akurat adalah metode Penman-Monteith
karena memperthitungkan neraca energy, sedangkan antara metode Blaney Criddle
dan Torthwhaite, metode Thorthwaite menghasilkan data yang lebih akurat karena
metode tersebut mempertimbangkan suhu daerah yang diamati serta lamanya
penyinaran matahari di daerah tersebut. Berbeda dengan metode Blaney-Criddle,
meskipun lebih mudah dan sederhana, namun metode ini hanya akurat dan ber
presisi baik apabila digunakan pada daerah yang beriklim sama dengan Amerika
Serikat, sedangkan bila digunakan pada Indonesia, metode ini kurang cocok karena
perbedaan iklim yang sangat berbeda dari keduanya. Berdasarkan literatur, tingkat
ketelitian data tergantung kepada jumlah data, semakin banyak data maka tingkat
ketelitiannya semakin tinggi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Penentuan nilai evapotrasnpirasi kali ini menggunakan metode Blaney-
Criddle, Thornthwaite dan Penman-Monteith;
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai evapotranspirasi potensial (ETo)
adalah meteorologi (meliputi radiasi matahari, suhu udara dan permukaan,
kelembaban, angin, tekanan dan barometer), faktor geografi (meliputi
kualitas air, jeluk tubuh air, ukuran dan bentuk permukaan air), serta faktor-
faktor lainnya seperti kandungan lengas tanah, karakteristik kapiler tanah,
jeluk muka air tanah, warna tanah, tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi,
ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain); dan
3. Berdasarkan literatur, tingkat ketelitian data tergantung kepada jumlah data,
semakin banyak data maka tingkat ketelitiannya semakin tinggi.

6.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah :
Praktikan untuk lebih teliti dalam pengaplikasian metode-metode atau
model pada praktikum kali ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
Allen, R. G. 1998. Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop
Requirements.Rome : FAO.
Fontenot, R.L. 2004. An evaluation of reference evapotranspiration models in
Louisiana. Louisiana :Univ.Baton Rouge.
NP, Sophia Dwiratna. 2016. Penuntun Praktikum Hidrologi. Bandung. Jurusan
TMIP-FTIP-Universitas Padjadjaran.
Usman, 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta :
Bumi Aksara.
LAMPIRAN

Dokumentasi Data

Gambar 2. Tabel 1 dan 2 perhitungan tabel 1. Menggunakan metode Blaney Criddle


dan tabel 2. Menggunakan metode Throtwaite
(Sumber : Data Praktikum, 2018)

Gambar 3. Grafik hasil data


(Sumber : Data Praktikum, 2018)

Anda mungkin juga menyukai