Anda di halaman 1dari 15

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
ALAT DAN MESIN PERTANIAN II
(Mesin Pensortasi Warna : Chromameter)

Oleh :
Nama : Raka Fiqriyanda
NPM : 240110170015
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 26 September 2019
Waktu / Shift : 15.30-17.30 WIB / A1
Co. Ass : Laili Latifah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

4.1. Latar Belakang


Jumlah hasil produksi bahan hasil pertanian di Indonesia sudah mencapai
angka yang tinggi. Tingkat produksi bahan hasil pertanian yang naik setiap
tahunnya selaras dengan tingkat permintaan dari para konsumen akan hasil olahan
tersebut. Berbagai jenis bahan hasil pertanian pun sudah mudah diolah dengan
berbagai alat dan mesin yang ada sekarang. Konsumen menginginkan olahan bahan
yang sempurna, baik dari segi fisik, maupun biologis.
Salah satu sifat fisik yang diperhatikan adalah warna. Warna adalah salah satu
atribut kualitas yang penting untuk produk pangan. Perubahan warna bisa terjadi
selama proses pematangan, penyimpanan, dan prosesing. Warna merupakan sifat
dari cahaya yang bisa diukur dalam intensitas maupun panjang gelombangnya.
Warna suatu bahan menjadi tampak jika cahaya dari benda yang disinari atau
sumber iluminasi mengenai permukaan objek.
Produsen pada zaman sekarang sudah tidak kewalahan lagi akan memilah
warna bahan hasil pertanian yang bagus dan masuk standar untuk konsumen. Alat
dan mesin yang digunakan sekarang sudah cukup canggih oleh para produsen. Alat
pengukur warna ini disebut kromameter.

1.2 Tujuan Percobaan


1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat menganalisis dan
menerapkan proses grading dengan mesin kromameter.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat menganalisis warna dan
menerapkan pengukuran karakteristik optik L*, a*, b*, C, dan H dalam grading
hasil pertanian dengan kromameter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Warna
Peranan warna dalam mutu bahan pangan adalah sangat penting, karena
umumnya konsumen atau pembeli sebelum mempertimbangkan nilai gizi dan rasa,
tentu akan tertarik oleh keadaan warna bahan terlebih dahulu. Warna bahan
makanan yang kurang cocok dengan selera atau menyimpang dari warna normal
tidak akan dipilih oleh konsumen, walaupun faktor lainnya normal. Penampilan
fisik dan warna adalah parameter pertama bagi konsumen untuk menentukan
kualitas dari produk secara subjektif (Indrayani, 2012).

2.2 Pengukuran Warna


Warna suatu bahan dapat diukur dengan menggunakan alat kolorimeter,
spektrometer, atau alat lain yang dirancang khusus untuk mengukur warna, akan
tetapi alat tersebut biasanya terbatas penggunaannya untuk bahan cair yang tembus
cahaya. Warna bahan cairan yang tidak tembus cahaya dapat diukur dengan
membandingkan terhadap suatu warna standar yang dinyatakan dalam angka
(Hardiyanti, 2009).
Instrument yang sangat berguna dalam mengukur warna adalah kamera
digital, karena memiliki tangkapan warna yang jelas dari setiap pixel dari gambar
objeknya. Jenis kamera tertentu dapat memantulkan cahaya dari suatu benda yang
akan dideteksi oleh tiga sendor per pixel. Model warna yang sering digunakan
adalah model RGB. Setiap sensor menangkap intensitas cahaya dalam merah (R),
hijau (G), atau biru (B) spektrum masing – masing (Leon, 2005).
Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur
komponen warna dalam besaran value, hue, dan chroma. Nilai value menunjukan
gelap terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang dominan yang akan
menentukan apakah warna tersebut merah, hijau, atau kuning, sedangkan chroma
menunjukan intensitas warna. Ketiga komponen tersebut diukur dengan
menggunakan alat khusus yang mengukur nilai kromatisitas suatu bahan. Angka
angka yang diperoleh berbeda untuk setiap warna, kemudian angka angka tersebut
diplotkan ke dalam diagram kromatisitas (Hardiyanti, 2009).

2.3 Model CIELAB


CIELAB merupakan model warna yang dirancang untuk menyerupai persepsi
penglihatan manusia dengan menggunakan tiga komponen yaitu L sebagai
luminance (pencahayaan) dan a & b sebagai dimensi warna yang berlawanan.
Perancangan sistem aplikasi ini menggunakan model warna CIELAB pada proses
segmentasi dan proses color moments. Color moments merupakan metode yang
cukup baik dalam pengenalan ciri warna. Color moments menghasilkan tiga
moments level rendah dari sebuah objek dengan cukup baik. Model warna ini
dipilih karena terbukti memberikan hasil yang lebih baik daripada model warna
RGB dalam mengukur nilai kemiripan ciri warna terhadap objek. Model warna
CIELAB juga dapat digunakan untuk membuat koreksi keseimbangan warna yang
lebih akurat dan untuk mengatur kontras pencahayaan yang sulit dan tidak mungkin
dilakukan oleh model warna RGB (Isa dan Yoga, 2008).
CIELAB juga merupakan ruang warna yang didefinisikan CIE pada tahun
1967. CIELAB memberikan pandangan serta makna dari setiap dimensi yang
dibentuk, yaitu besaran L* untuk mendeskripsikan kecerahan warna, 0 untuk hitam
dan 100 untuk putih. Dimensi a* mendeskripsikan jenis warna hijau-merah, dimana
+a* mengindikasi warna merah dan -a* mengindikasikan warna hijau. Dimensi b*
untuk jenis warna biru-kuning, dimana +b* mengidikasikan warna kuning dan -b*
mengindikasikan warna biru (Indrayani, 2012).

2.4 Colorimeter/Chromameter
Prinsip alat ini adalah mengukur parameter atau tristimulus XYZ
menggunakan tiga buah filter X (merah), Y(hijau), dan Z (biru). Alat ini juga
memiliki beberapa komponen penting antara lain adalah sumber cahaya, sensor,
penguat, pengolah data, dan display (Indrayani, 2012)
Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur warna dari
permukaan suatu objek. Prinsip dasar dari alat ini ialah interaksi antara energi
cahaya diffuse dengan atom atau molekul dari objek yang dianalisis. Alat ini terdiri
dari atas ruang pengukuran dan pengolah data. Ruang pengukuran berfungsi
sebagai tempat untuk mengukur warna objek dengan diameter tertentu. Setiap
kromameter dengan tipe berbeda memiliki ruang pengukuran dengan diameter yang
berbeda juga. Sumber cahaya yang digunakan yaitu lampu xenon. Lampu ini yang
akan menembak permukaan sampel yang kemudian dipantulkan menuju sensor
spektral (IPB, 2011).
Skema pengukuran dari kromameter yaitu sampel diberi cahaya diffuse dan
diukur pada sudut tertentu. Cahaya diffuse yang mengenai sampel dipantulkan pada
sudut tertentu, kemudian diteruskan ke sensor spektral, lalu dihitung menggunakan
computer mikro. Data hasil pengukuran dapat berupa Yxy (CIE 1931), L*a*b* (CIE
1976), Hunter Lab atau nilai tristimulus XYZ, yang sebelumnya diolah melalui
pengolah data (IPB, 2011).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1. Chromameter
2. Timbangan
3. Wadah sampel

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Beras Cianjur
2. Beras lokal I
3. Beras lokal II
4. Beras pandan wangi
5. Beras sentra ramos

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum;
2. Memasukan beras ke dalam wadah;
3. Menimbang beras yang sudah dimasukan ke dalam wadah seberat 4 gram;
4. Mengukur warna beras menggunakan alat chromameter;
5. Mencatat hasil pengukuran warna pada papan tulis.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel
4.1.1 Tabel Hasil Pengukuran Warna
No Sampel Ulangan L a* b* C H

1 75,24 0,63 16,96 16,97 87,86


Beras
1 Sentra 2 75,71 0,47 16,77 16,77 88,38
Ramos
⅀ 75,476 0,55 16,865 16,87 88,12

1 76,06 0,42 17,13 17,14 88,59

Beras
2 2 75,58 0,6 16,98 16,99 16,99
Cianjur
⅀ 75,92 0,53 17,055 17,065 88,28

1 76,29 0,40 16,74 16,75 88,63

Beras
3 2 76,01 0,50 17,44 17,44 88,37
Lokal 1
⅀ 76,15 0,45 17,095 17,095 88,5

1 71,67 1,14 17,10 17,14 86,19


Beras
4 2 72,33 0,91 17,24 17,24 86,97
Lokal II
⅀ 72 1,02 17,17 17,2 86,58

1 76,55 0,53 16,82 16,83 88,18


Beras
5 Pandan 2 76,30 0,58 16,40 16,4 16,4
Wangi
⅀ 76,425 0,55 16,61 16,61 88,085
4.2 Grafik

Diagram Batang 3 Dimensi Warna vs. Sampel

100
17 17 17 17.17 16.61
80 0.55 0.53 0.45 1.02 0.55

60

40 75 75.92 76.15 72 76

20

0
Beras Sentra Beras Cianjur Beras Lokal 1 Beras Lokal 2 Beras Pandan
Ramos Wangi
Jenis Beras
L a* b*

4.3 Perhitungan
b*
1. H = tan-1 x ( )
a*
a. Beras Sentra Ramos
16.87
tan-1 x ( ) = 88,13
0.55
b. Beras Cianjur
17.055
tan-1 x ( ) = 88,28
0.0.53
c. Beras Lokal I
17.095
tan-1 x ( ) = 88.5
0.45
d. Beras Lokal II
17.17
tan-1 x ( ) = 86.58
0.91
e. Beras Pandan Wangi
16.61
tan-1 x ( ) = 88.085
0.55

2. C = [ (a*)2 + (b*)2 ] ½
a. Beras Sentra Ramos
[ (0.55)2 + (16.865)2 ] ½ = 16,87

b. Beras Cianjur

[ (0,53)2 + (17.055)2 ] ½ = 17.065

c. Beras Lokal I

[ (0.45)2 + (17.095)2 ] ½ = 17.095

d. Beras Lokal II

[ (1.02)2 + (17.17)2 ] ½ = 17.2

e. Beras Pandan Wangi

[ (0.55)2 + (16.61)2 ] ½ = 16.61


BAB V
PEMBAHASAN
Pengukuran warna pada praktikum ini tidak menggunakan alat black-box,
melainkan menggunakan alat yang bernama chromameter. Alat ini juga termasuk
alat yang berfungsi sebagai pengukur warna dengan prinsip CIELAB sama seperti
black-box. Terdapat empat jenis bahan yang diukur, antara lain beras sentra ramos,
beras Cianjur, beras lokal I, beras lokal II, dan beras pandan wangi. Jenis bahan
yang diukur berbeda – beda agar dapat mengetahui perbedaan karakteristik warna
dari setiap jenis bahan yang diukur. Masing -masing bahan diukur sebanyak dua
perulangan dan hasil kedua perulangan tersebut akan dihitung rata – ratanya.
Aspek yang diukur pada masing – masing bahan antara lain L, a*, b*, C,
dan H. Hasil rata – rata dari dua perulangan pengukuran warna beras sentra ramos
sebesar 75.476, 0.55, 16.865, 16.87, dan 88.12. Hasil rata – rata dari dua perulangan
pengukuran warna beras cianjur sebesar 75.92, 0.53, 17.055, 17.065, 88.28. Hasil
rata – rata dari dua perulangan pengukuran warna beras lokal I sebesar 76.15, 0.45,
17.095, 17.095, 88.5. Hasil rata – rata dari dua perulangan pengukuran warna beras
lokal II sebesar 72, 1.02, 17.17, 17.2, 86.58. Hasil rata – rata dari dua perulangan
pengukuran warna beras pandan wangi sebesar 76.425, 0.55, 16.61, 16.61, dan
88.085.
Hasil pengukuran ini menyatakan bahwa beras pandan wangi memiliki nilai
L yang paling besar. Nilai ini menunjukan tingkat kecerahan dari warna suatu
benda, maka dari itu nilai L dari semua bahan hampir sama karena warna dari semua
bahan pun sama, hanya jenisnya yang dapat membedakan nilai aspeknya. Beras
lokal II memiliki nilai L yang paling kecil, hal ini dapat disebabkan karena kualitas
beras ini adalah yang paling jelek daripada beras yang lain, sehingga nilai kecerahan
warnanya pun kecil. Beras lokal II juga memiliki nilai a* yang paling besar. Nilai
ini menunjukan tingkat warna merah dan hijau dari bahan, maka dari itu nilai a*
dari semua bahan di angka 0 yang menunjukan warna netral yaitu putih, sedangkan
hanya beras lokal II yang mencapai nilai 1 yang berarti terdapat sedikit warna merah
pada beras tersebut. Beras lokal II juga memiliki nilai b* yang paling besar. Nilai
ini menunjukan tingkat warna biru dan kuning dari bahan. Nilai b* pada semua
jenis beras pun hampir sama, yang berarti semua jenis beras mengandung warna
kuning, namun beras lokal II yang paling banyak mengandung warna kuning pada
beras. Warna kuning pada beras juga bisa disebabkan oleh gabah atau jumlah beras
yang menguning cukup banyak. Beras lokal II juga memiliki nilai chrom yang
paling tinggi dari beras lainnya. Semakin tinggi nilai chrom, maka warna bahan
semakin dekat dengan warna aslinya, dalam kasus ini beras berwarna asli putih,
akan tetapi di hasil nilai beras lainnya cukup presisi yang mengindikasikan bahwa
warna mereka sama, sedangkan beras lokal II adalah beras yang memiliki kualitas
yang paling buruk. Nilai chrom pada beras lokal II bukan berarti dekat dengan
warna aslinya, melainkan melebihi dari warna aslinya. Hal ini dapat ditinjau dari
nila a* dan b* beras lokal II yang paling tinggi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Beras lokal II mempunyai kualitas yang paling rendah daripada beras
lainnya;
2. Beras lokal II memiliki warna paling berbeda dari warna aslinya;
3. Faktor dari luar seperti kotoran atau gabah memengaruhi warna dari beras;
4. Kecerahan yang tidak mencapai nilai 100 dipengaruhi oleh beras itu sendiri,
karena cahaya masih bisa membias melewati celah – celah tumpukan beras;

6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah :
1. Sebaiknya alat yang digunakan praktikan diperbanyak agar waktu praktikm
lebih efisien;
2. Sebaiknya bahan yang diukur adalah bahan yang padat atau solid agar hasil
pengukuran dapat lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyanti, N., E. J. Kining, Fauziah Ahmad, and N. M. Ningsih. 2009. Warna


Alami. Jurusan Geografi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Makassar.

Indrayani. 2012. Model Pengeringan Lapisan Tipis Temu Putih. Jurusan Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.

IPB. 2011. Pengembangan Metode Pengukuran Warna Menggunakan Kamera


CCD. Terdapat pada: Repository.ipb.ac.id. Institut Pertanian Bogor.

Isa, M. S. dan Y. Pradana. 2008. Flower Image Retrieval Berdasarkan Color


Moments, Centroid-Contour Distance dan Angle Code Histogram.
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika Bali, Vol. 108, No. 57, Page
321-326.

Leön, K., D. Mery, and F. Pedreschi. 2005. Color Measurement in L*a*b* Units
From RGB Digital Images . Publication in Journal of Food Engineering Vol.
I, Page 1-23.
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Proses Penimbangan Berat Beras


Sumber : Dokumen Pribadi, 2019

Gambar 2. Proses Pengukuran Warna Dengan Chromameter


Sumber : Dokumen Pribadi, 2019
Gambar 3. Hasil Pengukuran Warna Beras
Sumber : Dokumen Pribadi, 2019

Anda mungkin juga menyukai