Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENGENALAN ALAT UKUR DASAR

1.1 Dasar Teori

Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang tidak diketahui dengan


suatu besaran yang sudah diketahui. Besaran merupakan segala sesuatu yang
dapat diukur dan dinyatakan dalam angka dan mempunyai satuan. Besaran
terbagi menjadi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
1. Besaran pokok merupakan besaran yang telah ditetapkan oleh satuan
internasional (SI), berikut adalah tabel dari besaran pokok.
Tabel 1.1
Besaran pokok

No Besraan Pokok Lambang Satuan Singkatan


1 Panjang l Meter m
2 Massa m kilogram mg
3 Waktu t Sekon S
4 Suhu T Kelvin K
5 Kuat arus listrik I ampere A
6 Jumlah Zat N Mole mol
7 Itensitas cahaya J kandela cd

2. Besaran turunan merupakan besaran yang diturunkan dari besaran pokok,


berikut adalah tabel dari beberapa besaran turunan.
Tabel 1.2
Besaran turunan
No Besaran Penjabaran dari Besaran Pokok Satuan Sistem KMS
Turunan
1 Luas Panjang x Lebar m2
2 Volume Panjang x Lebar x Tinggi m3
3 Kecepatan Perpindahan : Waktu m/s
4 Percepatan Kecepatan : Waktu m/s2
5 Gaya Massa x Percepatan Newton (N) = kg/ms2

(Mikrajuddin Abdullah, 2016: 8)

adapun alat pengukur dasar dalam pengukuran panjang diantaranya sebagai


berikut:
1.1.1 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur
diameter, dimensi luar dan dimensi dalam suatu benda. Jangka sorong
memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap, dan rahang sorong. Jangka
sorong ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
1.1.2 Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk
mengukur ketebalan, panjang, dan dimensi luar benda yang kecil.
Mikrometer sekrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama, selubung
luar, dan selubung ulir. Mikrometer sekrup ini dapat mengukur dengan
ketelitian hingga 0,01 mm.
1.1.3 Penggaris
Penggaris adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
panjang, lebar, dan tinggi dengan tingkat ketelitian 1 mm.
(Mikrajuddin Abdullah, 2016: 18-26)
1.1.4 Ketidakpastian dalam Pengukuran
Saat melakukan pengukuran mengunakan alat, tidaklah
mungkin mendapatkan nilai yang pasti benar, melainkan selalu
terdapat ketidakpastian. Secara umum penyebab ketidakpastian hasil
pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan
kesalahan acak.
a. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan
keterbatasan pada pengamat saat melakukan pengukuran.
Kesalahan Sistematik
b. Kesalahan sistematik
Kesalahan sistematik adalah merupakan kesalahan yang
disebabkan oleh alat yang digunakan dan atau lingkungan di
sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat.
c. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena
adanya fluktuasi halus pada saat melakukan pengukuran.
Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya gerak brown
molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar,
bising, dan radiasi.
1.1.5 Varian Data dan Standar Deviasi
Varian Dalam teori probabilitas dan statistika, varians (dari
bahasa Inggris: variance) atau ragam suatu peubah acak (atau
distribusi probabilitas) adalah ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan
bilangan tersebar.
n

S = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
2 ❑ 2

Standar deviasi adalah ukuran lain untuk menggambarkan


perbedaan antara hasil yang diharapkan dan nilai-nilai mereka yang
sebenarnya. 


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i

Keterangan:
s2 = varian
s = standar deviasi (simpangan baku)
xi = nilai x ke-i
 = rata-rata
n = ukuran sampel
1.1.6 Pengukuran dalam Pertambangan
Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital.
Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika,
agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan
kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran
fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan
mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
1.2 Hasil Pengamatan

Tabel 1.2.1
Pengukuran Balok Menggunakan Mistar

Percobaan Panjang (cm) Lebar(cm) Tinggi (cm)


1 6,2 5,8 5,8
2 6 5,6 6,6
3 5,7 5,7 6,7
4 6 5,7 6,8
5 6,2 5,8 6,7
6 6,2 5,7 6,7
7 6 6,2 6,9
8 6,7 6 5,6
9 5,6 5,7 6,3
10 6,1 6 6,5
Rata-rata 6,07 5,82 6,46
Varian 0,09 0,03 0,19
Standar Defisiansi 0,30 0,19 0,44

Perhitungan
1. Panjang
a. Nilai Total
∑ X = 6,2 + 6,0 + 5,7 + 6,0 + 6,2 + 6,2 + 6,0 + 6,7 + 5,6 + 6,1
= 60,7 cm.

b. Nilai Rata – Rata


X=
∑ ❑ = 6,2+ 6,0+5,7+6,0+ 6,2+ 6,2+ 6,0+6,7+5,6+ 6,1 = 6,07 cm.
X
10
n
c. Varian
n

S = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿ = 10. 60,7 −¿ ¿
2 ❑ 2 2

= 0,91 cm.

d. Standar Deviasi


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿ = √ 10.60,7 2−¿ ¿ ¿
i

= 0,3 cm.

2. Lebar
a. Nilai Total
∑ X = 5,8 + 5,6 + 5,7 + 5,7 + 5,8 + 5,7 + 6,2 + 6,0 + 5,7 + 6,0
= 58,2 cm.

b. Nilai Rata – Rata


X=
∑ ❑ = 5,8+5,6+5,7+5,7+ 5,8+5,7+6,2+6,0+5,7+ 6,0 = 5,82 cm.
X
10
n
c. Varian
n

S2 = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
❑ 2

= 10. 58,22−¿ ¿
= 0,03 cm.

d. Standar Deviasi


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i

= √ 10.58,22−¿¿ ¿
= 0,19 cm.

3. Tinggi

a. Nilai Total
∑ X = 5,8 + 6,6 + 6,7 + 6,8 + 6,7 + 6,7 + 6,9 + 5,6 + 6,3 + 6,5
= 64,6 cm.
b. Nilai Rata – Rata

X=
∑ ❑ = 5,8+6,6+6,7+ 6,8+6,7+6,7+ 6,9+5,6+6,3+6,5 = 6,46 cm.
X
10
n

c. Varian
n

S2 = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
❑ 2

= 10. 64,62−¿ ¿
= 0,19 cm.

d. Standar Deviasi


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i

= √ 10.64,6 2−¿ ¿ ¿
= 0,43 cm.

Tabel 1.2.2
Pengukuran Silinder Menggunakan Jangka Sorong

Percobaan Diameter (cm) Tebal (cm)


1 5,55 11,01
2 5,57 11,01
3 5,67 11,19
4 5,53 11,16
5 5,74 11,01
6 5,55 11,01
7 5,55 11,01
8 5,71 11,29
9 5,71 11,06
10 5,55 11,01
Rata-rata 5,61 11,08
Varian 0,01 0,01
Standar Deviasi 0,08 0,10

1. Diameter
a. Nilai Total
∑ X = 5,55 + 5,57 + 5,67 + 5,53 + 5,74 + 5,55 + 5,55 + 5,71 + 5,71 + 5,55
= 56,13 cm.
b. Nilai Rata – Rata

X =
∑ ❑ = 5,55+5,57+5,67+5,53+5,74 +5,55+5,55+5,71+5,71+5,55 , =
X
10
n
5,61 cm
c. Varian
n
= n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
2 ❑ 2
S
i

= 10. 56,132−¿ ¿
= 0,01 cm.

d. Standar Deviasi


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i

= √ 10.56,132 −¿ ¿ ¿
= 0,01 cm.

2. Tebal

a. Nilai Total
∑ X = 11,01 + 11,01 + 11,19 + 11,16 + 11,01 + 11,01 + 11,01 + 11,29+11,06
+11,01
= 110,76 cm.

b. Nilai Rata – Rata


X=
∑❑ =
X
n
11,01+11,01+11,19+11,16+ 11,01+11,01+11,01+11,29+11,06+ 11,01
10

= 11,08 cm
c. Varian
n

S = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
2 ❑ 2

= 10. 110,762−¿ ¿
= 0,01 cm.

d. Standar Deviasi


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i
=√ 10.110,76 2−¿ ¿ ¿
= 0,10 cm.

Tabel 1.2.3
Pengukuran Kelereng Menggunakan Mikrometer Sekrup

Percobaan Diameter (mm) Jari – Jari


(mm)
1 24,64 12,32
2 24,76 12,38
3 24,79 12,40
4 24,75 12,38
5 24,72 12,36
6 24,75 12,38
7 24,59 12,30
8 24,81 12,41
9 24,76 12,38
10 24,79 12,40
Rata-rata 24,74 12,37
Varian 0,005 0,001
Standar Deviasi 0,06 0,03
1. Diameter
a. Nilai Total
∑ X = 24,64 + 24,76 + 24,79 + 24,75 + 24,72 + 24,75 + 24,59 + 24,81 + 24,76
+24,79
= 247,36 cm.
b. Nilai Rata – Rata

X =
∑❑ =
X
n
24,64+24,76+24,79+ 24,75+24,72+ 24,75+24,59+24,81+24,76+24,79
10

= 24,74 cm.
c. Varian
n

S = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
2 ❑ 2

=10. 247,362−¿ ¿
= 0,005 cm.

d. Standar Deviasi


n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i

=√ 10.247,36 2−¿ ¿ ¿
= 0,06 cm.

2. Jari-jari
a. Nilai Total
∑ X = 12,32 + 12,38 + 12,40 + 12,38 + 12,36 + 12,38 + 12,30 +12,41 +12,38
+12,40
= 123,68 cm.
b. Nilai Rata – Rata

X=
∑❑ =
X
n
12,32+12,38+ 12,40+ 12,38+12,36+12,38+12,30+12,41+12,38+12,40
10

= 12,37 cm.
c. Varian
n

S = n ∑ ¿ n X i −¿ ¿
2 ❑ 2

=10. 123,682−¿ ¿
= 0,001 cm.

d. Standar Deviasi

n
S = n ∑ ¿ ❑n X 2i −¿ ¿ ¿
i

=√ 10.123,682 −¿ ¿ ¿
= 0,032 cm.

1.3 Kesimpulan
Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa hasil pengukuran dari beberapa benda yang sama masih berbeda-
beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan umum,
sistematik dan acak. Dalam melakukan pengukuran dibutuhkan ketelitian
untuk mendapatkan skala yang akurat. Diperlukan juga pemahaman konsep
dari alat ukur yang digunakan karena tiap-tiap alat mempunyai fungsi dan
skala yang berbeda-beda. Dari perbandingan hasil perhitungan varian tinggi
balok dan jari-jari kelereng yaitu 0,189333 dan 0,03230712 dapat
disimpulkan bahwa varian tinggi balok lebih tinggi dari pada jari-jari
kelereng. Hal ini dikarenakan perhitungan-perhitungan pada tinggi balok
lebih beragam. Jadi, semakin tinggi nilai variannya artinya perhitungan
yang dilakukan semakin beragam.
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2016.Fisika Dasar. ITB. Bandung.

Sarojo, Aby. 2013. Fisika Dasar Mekanika. Kep.Pusat Pembukuan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai