Anda di halaman 1dari 125

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA UMUM
Pemakaian Alat Ukur Dasar
Nama : Eva Saripatuniah
NIM : 11150162000061
Kelompok/Kloter : 1/2
Nama Anggota : 1.Lati Fadhillah (11150162000059)
2.Nurul Anjar Wati (11150162000060)

LABORARIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

PRAKTIKUM I
PEMAKAIAN ALAT UKUR FISIKA

1. A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar fisika dengan benar serta
sesuai standar yang telah ditetapkan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja alat ukur dasar fisika.
3. Mahasiswa dapat mengukur benda dengan alat ukut yang sesuai.
4. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian dengan batas ukur dari tiap-tiap alat ukur.
5. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep materi besaran pokok dalam perkuliahan
fisika.
6. Mahasiswa dapat memahami konsep pengukuran dalam perkuliahan umum.

1. B. DASAR TEORI
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjadi pembanding
atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan,bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas
suatu besaran.(Giancoli,DC,2013:33)
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung ,dinyatakan dengan angka dan
mempunyai satuan.Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai
besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :

1. Dapat diukur atau dihitung.


2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. Mempunyai satuan.
Bila ada satu dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi dari pengukuran yangdilakukan maka sesuatu itu
dapat dikatakan sebagai besaran.Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2
macam yaitu

1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran .karena diperoleh dari
pengukuran maka harus ada alat ukurnya.sebagai contoh adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak
perlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator .contoh besaran non fisika
adalah jumlah.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :

1. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepakatan para
ahli fisika.adapun besaran pokok yang umum ada 7 macam dsajikan dalam bentuk tabel
beikut ini

Besaran Pokok Satuan Internasional(SI)

No Nama Simbol Nama Simbol Alat Ukur


Besaran Besaran Satuan satuan Dimensi
Mistar,Jangka
Sorong,Mikrometer
Panjang L Meter M L Sekrup
1
Massa M Kilogram Kg M Neraca
2
Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch
3
Suhu T Kelvin K Termometer
4
Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter
5
Intentitas
Cahaya J Candela Cd J Lightmeter
6
Jumlah Zat n Mol Mol N -
7

Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung ,mempunyai satu
satu satuan dan ditetapkan terlebih dahulu.

1. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok .Besaran ini ada
banyak macamnya sebagai contoh dan gaya (N) diturunkan dari besaran pokok
massa,panjang,dan waktu volume (m3) diturunkan dari besaran okok panjang dan lain-
lain.Besaran turunan mempunayai ciri khuus antara lain : diperoleh dari pengukuran
langsung dan tidak langsung ,mempunyai satuan dari satu dan diturunkan dari besaran
pokok (Sutarno,2013 :1-2)
Suatu pengukuran yang akurat dan profesi sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat ukasil
pengamatan yang baik akan berarti /bermanfaat jikapengolahan dikerjakan secara tepat oleh karena itu
ada pengetahuan yang lengkap tentanh presisi pengukuran,cara analisis,teori ralat dan statistik.

C. ALAT DAN BAHAN

No Gambar
1

1. D. LANGKAH PERCOBAAN
No Gambar
1
2

1. E. DATA PERCOBAAN

Percobaan I : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup


Nilai Standar Terkecil
Alat Ukur (NST) Batas Ukur (BU)
Mikrometer Sekrup 0,01 mm 25 mm

Diameter Uang Logam (cm)


Ketebalan Uang Logam (cm)
Ulangan SU SN X NST Diamater SU SN X NST Diameter
2,3 2,337 0,1 0,103
1 37 x 10-2 3 x 10-2
2,3 2,335 0,1 0,102
2 35 x 10-2 2 x 10-2
2,3 2,335 0,1 0,102
3 35 x 10-2 2 x 10-2
2,3 2,335 0,1 0,102
4 35 x 10-2 2 x 10-2
2,3 2,334 0,1 0,106
5 34 x 10-2 6 x 10-2
2,3 2,334 0,1 0,103
6 35 x 10-2 3 x 10-2
2,3 2,333 0,1 0,103
7 33 x 10-2 3 x 10-2

Percobaan 2 : Pengukuran Dengan Jangka Sorong


Nilai Standar Terkecil
Alat Ukur (NST) Batas Ukur (BU)
Jangka Sorong 150 mm
5 x 10-2

Panjang (cm) Diameter (cm)


Ulangan SU SN X NST Diameter SU SN X NST Diameter
2,9 2,91 0,9 0,91
1 2 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)
2,9 2,9075 0,9 0,91
2 1,5 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)
2,9 2,905 0,9 0,92
3 1 x (5 x 10-2) 4 x (5 x 10-2)
2,9 2,9025 0,9 0,91
4 0,5 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)
2,9 2,9025 0,9 0,91
5 0,5 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)
2,9 2,9025 0,9 0,905
6 0,5 x (5 x 10-2) 1 x (5 x 10-2)
2,9 2,905 0,9 0,905
7 1 x (5 x 10-2) 1 x (5 x 10-2)

Percobaan 3 : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan


Nilai Standar Terkecil
Alat Ukur (NST) Batas Ukur (BU)
Neraca 4 Lengan
10-4 3,11 x 10-2 Kg

Ulangan Massa Uang Koin (Kg) Massa Silinder (Kg)


1 2,23 x 10-3 10,52 x 10-3
2 2,24 x 10-3 10,53 x 10-3
3 2,25 x 10-3 10,54 x 10-3
4 2,25 x 10-3 10,54 x 10-3
5 2,26 x 10-3 10,55 x 10-3

1. A. PENGOLAHAN DATA
Pengukuran 1 : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup
No Diameter ()2 Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
2,337
1 -2 x 10-2 4 x 10-6
=
2,335 0 0
2 = 2,335 cm
2,335 0 0
3
2,335 0 0
4 ()2 = 8 x 10-6 cm
2,334
5 10-3 10-6
2,334 0
6 0 SD =
2,333
7 2 x 10-3 4 x 10-6 = 4,36 x 10-4 cm

Pengukuran 2: Pengukuran dengan Jangka sorong (Panjang silinder)

No Panjang ()2 Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)


2,91
1 -43 x 10-6 2 x 10-5
=
2,9075
2 -18 x 10-6 0,32 x 10-5 = 2,9057 cm
2,905
3 7 x 10-6 0,05 x 10-5
2,9025
4 32 x 10-6 1,02 x 10-5 ()2 = 5,5 x 10-5 cm
2,9025
5 32 x 10-6 1,02 x 10-5
2,9025
6 32 x 10-6 1,025 x 10-5 SD =
2,905
7 7 x 10-6 0,05 x 10-5 = 1,14 x 10-6 cm

Pengukuran 2 : Pengukuran dengan Jangka sorong (diameter silinder)


No Diameter ()2 Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
0,91 0 0
1
=
0,91 0 0
2 =0,91 cm
0,92
3 -10-2 10-4
0,91 0 0
4 ()2 = 1,1 x 10-5 cm
0,91 0 0
5
0,905
6 5 x 10-3 0,05 x 10-4 SD =
0,905
7 5 x 10-3 0,05 x 10-4 = 5 x 10-4 cm
Pengukuran 3 : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan
Massa uang koin (kg)
No massa ()2 Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
1 2,23 x 10-3 2 x 10-5 4 x 10-10 =
2 2,24 x 10-3 1 x 10-5 1 x 10-10 =2,25 x 10-3 kg
0 0
3 2,25 x 10-3
0 0
4 2,25 x 10-3 ()2 = 6 x 10-10kg
SD =

5 2,26 x 10-3 -1 x 10-5 1 x 10-10 = 0,55 x 10-5 kg

Massa Silinder Besi (kg)


No massa ()2 Rata-rata dan Standar Deviasi (SD)
1 10,52 x 10-3 2 x 10-5 4 x 10-10 =
2 10,53 x 10-3 1 x 10-5 1 x 10-10 =10,54 x 10-3 kg
0 0
3 10,54 x 10-3
0 0
4 10,54 x 10-3 ()2 = 6 x 10-10kg
SD =
5 10,55 x 10-3 -1 x 10-5 1 x 10-10
= 0,55 x 10-5 kg

1. B. PEMBAHASAN
Dari pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap
uang logam dan silinder besi didapatkan tingkat ketelitian yang berbeda-beda dalam pengukuran yakni
menggunakan mikrometer sekrup,jangka sorong dan neraca 4 lengan.dalam mengukur diameter luar
uang logam menggunakan mikrometer sekrup diperoleh rata-rata diameternya 2,335 cm dan besar
standar deviasinya 4,36 x 10-4 dengan ketebalan logam didapdatkan rata-rata 0,0103 cm dan besar
standar deviasinya 55x 10-5 , cm , pengukuran dengan menggunakan jangka sorong rata-rata panjang
silindernya 2,9 cm dan standar deviasinya 1,14x 10-6 dan rata-rata d iameternya 0,91 cm dan besar
standar deviasinya 5x 10-4 cm dan pengukuran massa uang logam dengan neraca wmpat lengan
diperoleh rata-rata massa sebsesar 2,2510-3 cm dan standar deviasinya 5510-7 cm dan massa silinder
10,54 x 10-3 cm .

Apabila hasil rataan menghasilkan angka yang sama dengan x dari percobaan yang dilakukan mka
didapatkan standar deviasi yang menunjukkan angka nol.standar deviasi merupakan hasil cerminan dari
rata rata penyimpangan dari mean.standar deviasi dapat menggambarkan seberapa jauh bervariasiny
data jika standar deviasinya lebih besar dibadingkan nilai mean.

1. C. TUGAS PRA DAN PASCA PRAKTIKUM

Pra Praktikum
1. Apa yang dimaksud pengukuran ?
2. Apa kriteria suatu alat dapat dikatakan sebagai alat ukur ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan standar deviasi tuliskan rumusnya !
4. Apa yang dimaksud dengan alat ukur dasar ?apa saja yang termasuk alat ukur dasar?
5. Jelaskan alat ukur berikut ini :
1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Micrometer sekrup
4. Neraca 4 lengan
5. Thermometer
6. Stopwatch
Beserta gambarnya!

Pasca Praktikum
1. Jelaskan perbedaan akurasi dan presisi?berikan contohnya!
2. Sebutkan tragedy yang berkaitan dengan kesalahan pengukuran (min 3 sertakan
sumbernya!)

J. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam melakukan pengukuran dengan enggunakan alat ukur dasar fisika harus dengan
benar dan sesuai standar agar dapat memberikan hasil yang akurat.
2. Dalam melakukukan pengukuran dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam menentukkan
skala alat ukur dasar fisika.
3. Dalam pengukuran diperlukan pemahaman konsep dari alat ukur dasar yang digunakan.
4. Dalam mengukur diameter luar uang logam menggunakan mikrometer sekrup diperoleh rata-
rata diameternya 2,335 cm dan besar standar deviasinya 4,36 x 10-4 dengan ketebalan
logam didapdatkan rata-rata 0,0103 cm dan besar standar deviasinya 55x 10-5 , cm ,
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong rata-rata panjang silindernya 2,9 cm dan
standar deviasinya 1,14x 10-6 dan rata-rata d iameternya 0,91 cm dan besar standar
deviasinya 5x 10-4 cm dan pengukuran massa uang logam dengan neraca wmpat lengan
diperoleh rata-rata massa sebsesar 2,2510-3 cm dan standar deviasinya 5510-7 cm dan
massa silinder 10,54 x 10-3 cm .

K. KOMENTAR
Kritik
1. Praktikan tidak membagi tugas dalamsuatu kelompok sehingga terjadi kekacauan dalam
melakukan praktikum
2. Praktikan tidak memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta penentuan skala
3. Praktikan kurang teliti dalam pengmabilan data

Saran
1. Praktikan harus membagi tugas antar anggota kelompok
2. Praktikan harus memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta penentuan skala
3. Praktikan harus teliti dalam pengmabilan data

L . DAFTAR PUSTAKA
Sutarno.2009.Fisika Untuk Universitas.Bandung : Pustaka Media.
Hikam Muhammad.2012.Fisika Untuk Perguruan Tinggi .Jakarta : Media Pustido
Giancolli,DC.2014.Fisika.Jakarta : Erlangga.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PENGUKURAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1


PENGUKURAN
Dosen Pembimbing : Jumingin, S.Si
Asisten : Rizky Putri Jannati

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ari Muhamad Isbilly (12 222 011)
Aria Lismi (12 222 012)
Asia Astuti (12 222 013)
Asri Arum Sari (12 222 014)
Ayu Ariska Pratiwi (12 222 015)
Ayu Kurnia Lady Ultari (12 222 016)
Ayu Puji Astuti (12 222 017)
Bunga Pertiwi (12 222 018)
Dea Asih Suprianti (12 222 019)
Deby Novianti (12 222 020)

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat berat memerlukan
pengukuran-pengukuran yang sangat teliti agar gejala yang dipelajari dapat dijelaskan (dan
bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak hanya mutlak bagi fisika,
tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasuk aplikasi dari ilmu tersebut. Dengan kata
lain, tidak ada teori, prinsip, maupun hukum dalam ilmu pengetahuan alam yang dapat
diterima kecuali jika disertai denganhasil-hasilpengukuranyangakurat.
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah pembanding di dalam
pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang
dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu
perbandingan dan patokan (standar).
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan
sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur,kemudian
hasilnya dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika
dikelompokkan menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok
adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran
dasar. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran
pokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran
pokok. Luas, volume, massa jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari
besaran turunan. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok
yang mempunyai satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran
2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan benda
3. Melakukan pengukuran massa benda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengukur Besaran Panjang


Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya
diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang,
seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur massa yaitu neraca
Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm
dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat
ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
2.1.1 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter, dimensi luar
suatu benda, dan diameter dalam suatu benda. Jangka sorong memiliki 2 bagian, yaitu
rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala tetap yang tidak dapat digerakkan
letaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat digeser-
geser letaknya untuk menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat
mengukur dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
.

Selain jangka sorong ada alat yang lebih teliti dari jangka sorong yaitu micrometer
sekrup.
2.1.2 Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda
yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer skrup
memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama yang
akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tidak dapat
digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala nonius yang dapat diputar-
putar untuk menggerakkan selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan benda yang
diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian yang dapat digerakkan dengan
cara memutar-mutar selubung luar sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk benda
yang diukur. Mikrometer skrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
2.1.3 Neraca Ohauss
Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau timbangan
yang bekerja atas dasar prinsi tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di laboratorium
antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan sebagainya. Jenis neraca lain adalah neraca
lengan dengan beban geser.
Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini
adalah 311 gram.Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Adapun teknik
pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung
neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis
kesetimbangan , namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat
pada angka nol di masing-masing lengan(Musthofa Abi Hamid,2009).

Neraca ohauss berlengan 3:


Lengan depan memiliki skala 010 g, dengan tiap skala bernilai 1g.
Lengan tengah berskala mulai 0500 g, tiap skala sebesar 100 g.
Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu, 24 November 2012
Waktu : Pukul 13.00 15.00 WIB
at : Laboratorium fisika Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang

3.2 Alat
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Micrometer sekrup
2. Jangka sorong
3. Neraca lengan
4. Plat
5. Kelereng
6. Koin
7. Silinder pipa
8. Balok aluminium

3.3 Prosedur Kerja Praktikum


1. Baca bismillah sebelum eksperimen
2. Siapkan peralatan yang akan digunakan
3. Tentukan diameter luar kelereng
4. Tentukan diameter luar koin
5. Tentukan tebal plat
6. Tentukan diameter dalam dan diameter luar silinder pipa
7. Ukur massa balok aluminium dengan menggunakan neraca
8. Catat data hasil pengamatan Anda sebagai data laporan sementara akhiri dengan
alhamdulillah

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil, antara lain sebagai berikut.
4.1.1 Pengukuran tebal plat menggunakan mikrometer sekrup
No. Tebal (plat) X2
1 1.65 mm 2.7225 mm
2 1.65 mm 2.7225 mm
3 1.65 mm 2.7225 mm
4 1.65 mm 2.7225 mm
5 1.65 mm 2.7225 mm
6 1.65 mm 2.7225 mm
7 1.65 mm 2.7225 mm
8 1.65 mm 2.7225 mm
9 1.65 mm 2.7225 mm
10 1.65 mm 2.7225 mm
=16.5 mm =27.225 mm

mm
..............................................................................................
class=Section2>
4.1.2 Pengukuran diameter kelereng
No. Diameter D2
1 2.7 mm 7.29 mm
2 2.7 mm 7.29 mm
3 2.7 mm 7.29 mm
4 2.7 mm 7.29 mm
5 2.7 mm 7.29 mm
6 2.7 mm 7.29 mm
7 2.7 mm 7.29 mm
8 2.7 mm 7.29 mm
9 2.7 mm 7.29 mm
10 2.7 mm 7.29 mm
=27 mm =72.9 mm

4.1.3 Pengukuran diameter koin menggunakan jangka sorong


No. Diameter D2
1 15.69 cm 246.1761 cm
2 15.67 cm 245.5489 cm
3 15.79 cm 249.3241 cm
4 15.69 cm 246.1761 cm
5 16.02 cm 256.6404 cm
6 15.57 cm 242.4249 cm
7 15.57 cm 242.4249 cm
8 16.45 cm 270.6025 cm
9 16.44 cm 270.2736 cm
10 15.55 cm 241.8025 cm
=158.44 cm =2511.394 cm

,11 cm
4.1.4 Pengukuran diameter luar pipa menggunakan jangka sorong
Diameter luar
No. (pipa) D2
1 2.6 cm 6.76 cm
2 2.6 cm 6.76 cm
3 2.7 cm 7.29 cm
4 2.7 cm 7.29 cm
5 2.7 cm 7.29 cm
6 2.7 cm 7.29 cm
7 2.7 cm 7.29 cm
8 2.7 cm 7.29 cm
9 2.7 cm 7.29 cm
10 2.7 cm 7.29 cm
= 26.8 cm =71.84 cm

4.1.5 Pengukuran diameter dalam pipa menggunakan jangka sorong


No. diameter dalam D2
1 2.5 cm 6.25 cm
2 2.9 cm 8.41 cm
3 2.9 cm 8.41 cm
4 2.9 cm 8.41 cm
5 2.9 cm 8.41 cm
6 2.9 cm 8.41 cm
7 2.9 cm 8.41 cm
8 2.7 cm 7.29 cm
9 2.9 cm 8.41 cm
10 2.9 cm 8.41 cm
=28.4 cm =80.82 cm

4.1.6 Pengukuran massa menggunakan neraca Ohauss 4 lengan


NO. Massa m2
1 49.64 g 2464.130 g
2 49.63 g 2463.137 g
3 49.62 g 2462.144 g
4 49.60 g 2460.160 g
5 49.60 g 2460.160 g
=248.09 g =12309.73 g
g

4.2 Pembahasan
Ketika melakukan pengukuran, kita bisa menggunakan penggaris, meteran,
miktometer sekrup, jangka sorong, dan neraca ohuass. Pada praktikum ini kita melakukan
pengukuran menggunakan alat jangka sorng, mikrometer sekrup, dan neraca ohauss. Alat
pengukuran tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda serta meliki ketelitian
yang berbeda juga. Pada alat jangka sorong berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu
benda, diameter suatu benda, baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong
memiliki ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius.
Micrometer sekrup memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat teliti.
Micrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki skala utama
dan skala putar. Sedangkan neraca ohauss berfungsi untuk mengukur massa suatu benda.
Neraca ohauss memiliki berbagai macam bentuk, yaitu neraca tiga lengan dan neraca empat
lengan. Prinsip kerja neraca atau timbangan menggunakan prinsip tuas.
Ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, yaitu:
1. Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat
sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil
pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut
dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya
hampir tidak terdapat kesalahan apapun.
2. Kesalahan titik nol. Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau
jarum tidak kembali tepat pada angka nol.
3. Kelelahan komponen alat. Misalnya dalam pegas; pegas yang telah dipakai beberapa lama
dapat agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk.
4. Gesekan-gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap bagian alat
yang lain

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam
benda, sedangkan mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter
luar suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkan jangka sorong. Mengukur
ketebalan benda seperti plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih mudah dan hasil
pengukuran lebih tepat dibandingkan mengukur benda yang berbentuk seperti kelereng.

5.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk memahami
dahulu konsep pengukuran, alat ukur yang akan digunakan, besaran, dan satuan agar
praktikum berjalan dengan lancar dan mudah dipahami. Lakukan pengukuran ketebalan
dan diameter sebanyak 10 kali dan 5 kali untuk massa dari sudut yang berbeda namun tepat
agar mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.Edisi Kedua.Penerbit Pustaka


Pelajar.Yogyakarta.

Halliday & Resnick.2010.Fisika.Edisi 7 Jilid 1.Erlangga.Jakarta.

http://kbs.jogjakota.go.id/upload/CARA BACA MIKROMETER SEKRUP.pdf. diakses tgl. kamis,


29 Desember 2012.Pkl. 15.45 WIB

http://novanurfauziawati.files.wordpress.com/2012/01/modul-1-pengukuran.pdf. diakses tgl.


Sabtu, 1 Desember 2012. Pkl. 15.27 WIB
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA TENTANG
PENGUKURAN

5:51:00 PM

BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan mengukur merupakan pendahuluan pembelajaran fisika yang sangat penting.
Mengukur pada hakekatnya membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya
dengan besaran lain yang sudah diketahui nilainya sebagai satandar. Untuk keperluan tersebut
diperlukan alat ukur, yaitu sebuah alat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas
atau variable.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya untuk mengukur diameter sebuah koin maka kita bisa menggunakan jangka sorong.
Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari diameter koin tersebut. Sedangkan
besaran pembandingnya adalah centimeter.

Oleh karena itu sangatlah penting dalam pengukuran kita mengetahui alat-alat ukur yang sesuai
dengan besaran-besaran serta satuannya.

1.1 Tujuan Percobaan


Mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur
Menentukan volume dan massa jenis zat padat
Menggunakan teori ketidakpastian
1.2 Dasar Teori
Besaran dan Satuan

Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran
(besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi
para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya
besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang
lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung
pada besaran pokok yang lain.

Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya.
Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan
dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran
dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi.

No. Besaran Satuan Lambang satuan

1 Panjang Meter m

2 Massa Kilogram Kg

3 Suhu Kelvin K

4 Waktu Sekon S

5 Intensitas Cahaya Kandela Cd

6 Mol Jat Mol Mol

7 Kuat arus Ampere A

Berdasarkan table bahwa dapat diketahui dimensi tertentu dari suatu benda, misalkan untuk
mengetahui Volume zat padat jika bentuknya beraturan, maka akan memiliki panjang, lebar,
tinggi, diameter dan sebagainya.

- Pengukuran cara statis

Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya dapat dilakukan secara tidak langsung
dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya (volume)

Perhitungan Volume balok dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok
itu sehingga :

V balok = P x L xT
Dengan;
P = panjang balok
L = lebar balok
T = tinggi balok

Sedangkan untuk volume silinder pejal dapat juga dilakukan dengan mengukur diameter dan
panjang silinder itu sehingga:
V silinder = (d/2)2 x p

= r2 .p
Dengan;
d = diameter silinder
p = panjang silinder
r = jari-jari silinder

- Pengukuran scara dinamis

Cara pengukuran ini digunakan jika benda yang ingin kita ukur memiliki bentuk yang tidak
beraturan, dengan menghitung selisih massa benda di udara dengan di dalam air

V = Mu Ma

Dengan ;

Mu = Massa udara

Ma = Massa air

Lalu bias dihubungkan dengan

= M/V

Dengan ;

= massa jenis (gr/cm3)

M = massa zat (gr)

V = volume zat (cm3)

Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi:

setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke
atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu.

Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis yang dihitung secara
konfensional (hitung massa dan volume) dan dengan menerapkan hukum Archimides.

Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai berikut :


FA = a Va g

FA = gaya angkat ke atas pada benda (N)


a = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

BAB II

Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada percobaan kali ini antara lain

2.1 Alat-alat

o Jangka sorong

Alat ini dipakai untuk mengukur suatu benda yang ukurannya kecil, dapat digunakan untuk
mengukur panjang benda, kedalaman beda, serta dapat mengukur diameter suatu benda.
Ketelitian alat ini mencapai 0,05 mm

Milimeter skrup
Yaitu sebuah alat yang diperuntukkan untuk mengukur benda yang ukurannya sangat kecil,
biasanya dipakai untuk mengukur tebal sebuah uang logam, tebal buku dsb. Ketelitian alat ini
mencapai 0,01 mm
o

Neraca teknis

o Gelas Ukur (bejana gelas)

o Thermometer

o Barometer

o Bangku penumpu

2.2 Bahan
Air

Benda-benda yang diukur

BAB III
METODE PERCOBAAN

Cara StatiPercobaan Benda Ke-1 (Mencari Volume dan Massa Balok)

Balok yang diukur adalah balok berjenis Alumunium. Ukur mulai dari Panjang, Lebar kemudian
tinggi balok dengan melakukan 5 kali percobaan di berbagai tempat yang berbeda dengan
menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup (Millimeter skrup digunakan untuk mengukur
lebar dan tinggi balok). Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya
1 kali. Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan, kemudian cari
pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus : x 100%

Dimana literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai

literatur )

percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari

percobaan

Percobaan Benda ke-2 (Mencari Volume dan Massa Besi Silinder)

Silinder yang diukur adalah silinder besi. Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur tinggi
menggunakan jangka sorong dan diameter menggunakan micrometer skrup. Masing-masing
pengukuran tinggi dan diameter dilakukan 5 kali. Sedangkan pengukuran massa, dilakukan
percobaan sebanyak satu kali saja. Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table yang
telah ditentukan kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan
rumus : x 100%

Dimana literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai literatur)

percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari

percobaan

o Cara Dinamis

o Percobaan Benda ke-3 (Mencari Volume dan Massa sebuah kunci)

Kunci yang digunakan adalah sebuah kunci pintu, dapat diprediksikan sebelumnya bahwa
kunci terbuat dari bahan campuran Besi benda padat yang lain. Pengukuran volume dilakukan
dengan menggunakan bejana gelas dan air. Dan untuk mengetahui massa dilakukan dengan
menggunakan neraca. Yang kemudian dicari selisihnya antara massa ketika diukur di udara
dengan massa ketika diukur di dalam air. Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table
yang telah ditentukan kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda
dengan rumus :

x 100%

Dimana literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai

literatur )

percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari

percobaan

Percobaan Pengukuran Suhu, kelembaban, dan tekanan udara dalam ruangan

Catatlah suhu ruang, kelembaban, serta tekanan udara sebelum dan sesudah melakukan
percobaan dengan menggunakan thermometer dan barometer , kedalam table yang telah
disediakan.

Kelembaban udara dapat dihitung dari pengurangan antara suhu ukur yang berwarna merah (kiri)
dengan yang berwarna biru (kanan), kemudian ubah ke dalam % melalui ketentuan yang terdapat
di tabel thermometer.

BAB IV

DATA PENGAMATAN

Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan pada hari Selasa 18
Oktober 2011, maka didapatkan dilaporan hasilnya sebagai berikut :

1. Tabel pengamatan keadaan suhu ruangan (lab.Fisika- universitas Pakuan)

Keadaan Ruangan P (cm)Hg T (oC) C (%)

Sebelum Percobaan 74,7 29o 71%

Sesudah Percobaan 74,7 30o 65%

Keterangan tambahan: waktu pengukuran sebelum percobaan pertama sekitar pukul 08:00 wib
dan pengukuran sesudah percobaan sekitar pukul 10:30

2 Tabel pengamatan pada pengukuran Balok (Alumunium)


Diketahui : literatur = 2,7 gr/cm3

Massa alumunium = 12,3 gr

No P (cm) L (cm) T (cm) V (cm3) (gr/cm3)

1 3,085 1,490 0,997 4,58 2,685

2 3,085 1,490 0,996 4,575 2,688

3 3,080 1,498 0,994 4,586 2,672

4 3,085 1,496 0,996 4,597 2,673

5 3,090 1,492 0,995 4,587 2,681

3,085 1,493 0,9956 4,585 2,6818

x 0,00158114 0,995

3 Table Pengamatan pada pengukuran silinder Besi

Diketahui: literatur = 7,9 gr/cm3

Massa alumunium = 61,5 gr

No D (cm) r (cm) t (cm) V (cm3) (gr/cm3)

1 1,572 0,786 4,055 7,87 7,814

2 1,570 0,785 4,050 7,84 7,844

3 1,575 0,7875 4,045 7,88 7,804

4 1,577 0,7885 4,055 7,92 7,765

5 1,578 0,789 4,055 7,93 7,775

1,5744 0,772 4,052 7,888 7,8004

x 0,0075

4. Tabel percobaan pada Kunci pintu (besi)

No. Nama Benda Mu (gram) Ma (gram) V (cm3) (gr/cm3

1 Kunci Pintu 13,630 11,5 2,13 6,399


Dengan hasil ketelitiannya:

x 100%

x 100% = 81,1%

Didapat ketelitian percobaan penelitian sebesar 81,1 %

BAB V

PEMBAHASAN

1. Berdasarkan Percobaan Kedua yang dilakukan pada balok Alumunium didapatkan data
volume dari hasil kali p x l x t :

Massa jenis= Massa : Volume

Volume= p x l x
t

Diketahui : massa alumunium =12,3 gram

P1 = 2,685 gr/cm3

P2 = 2,688 gr/cm3

P3 = 2,682 gr/cm3

P4 = 2,673 gr/cm3

P5 = 2,681 gr/cm3
Percobaan 1 : V = 4,58 cm3

Percobaan 2 : V = 4,575 cm3


Percobaan 3 : V = 4,586 cm3
Percobaan 4 : V = 597 cm3
Percobaan 5 : V = 587 cm3

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis alumunium sebesar

p1 + p2 + p3 + p4
5
= 2,6818 g/cm3

Sehingga nilai ketelitiannya kita bias cari menggunakan rumus :

x 100%

Diketahui : alumunium literatur= 2,7 gr/cm3

Dan didapat:

x 100% = 92,6%

Didapat ketelitian percobaan penelitian alumunium sebesar 92,6 %


2. Berdasarkan Percobaan Ketiga yang dilakukan pada silinder besi didapatkan data volume
dari hasil kali ( x r2)x t

Volume= ( x r2)x t

Massa jenis= Massa :


Volume

Diketahui : massa Silinder besi =61,5 gram

P1 = 7,814 gr/cm3

P2 = 7,844 gr/cm3

P3 = 7,804 gr/cm3

P4 = 7,765 gr/cm3

P5 = 7,775 gr/cm3

Percobaan 1 : V = 7,87 cm3

Percobaan 2 : V = 7,84 cm3


Percobaan 3 : V = 7,88 cm3
Percobaan 4 : V = 7,92 cm3
Percobaan 5 : V = 7,93 cm3

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis silinder besi sebesar

p1 + p2 + p3 + p4
5
= 7,8004 g/cm3

Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa cari menggunakan rumus :

x 100%

Diketahui : besi literatur= 7,9 gr/cm3

Dan didapat:

x 100% =87,4%

Didapat ketelitian percobaan penelitian silinder besi sebesar 87,4 %

3. Berdasarkan Percobaan ke-empat (Percobaan pengukuran volume sebuah kunci) ini


tekhnik perhitungannya berbeda dengan percobaan sebelumnya, kali ini kami akan meggunakan
system dinamis sebagai langkah perhitungannya, hal ini dikarenakan kunci memiliki bentuk yang
tidak beraturan. Pada percobaan ini pula kami belum memastikan tepat jenis logamnya,
dikarenakan kunci terbuat dari bahan campuran, akan tetapi sebagai bahan perbandingan, kami
memakai besi sebagai acuannya.

Didapat :

Volume= (mu-ma)

Diketahui : massa besi =61,5 gram


Massa jenis= Massa : Volume

Percobaan perhitungan didapat : V = 7,87 cm3

Dan didapat massa jenis sebesar = 6,399 gr/cm3

Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa langsung dicari menggunakan rumus :

x 100%

Diketahui : besi literatur= 7,9 gr/cm3

Dan didapat:

x 100% =81,1%

Didapat ketelitian percobaan penelitian logam kunci sebesar 81,1 %

BAB VI

Kesimpulan

Suatu pengukuran dikatakan sempurna jika alat pengukuran yang digunakan memiliki
ketelitian yang akurat serta di lakukan berulang-ulang untuk mendapatkan pengukuran yang
akurat, penggunaan alat yang salah bisa saja membuat keakuratan semakin berkurang

Dari percobaan pengukuran benda padat diatas, untuk mendapatkan nilai keakuratan
massa jenis suatu benda bisa kita tempuh melalui dua cara, yaitu cara perhitungan system
dinamis (dengan syarat benda haruslah beraturan) serta perhitungan system dinamis ( juga bisa
digunakan jika suatu benda memiliki bentuk yang tidak beraturan),

Dari pernyataan tersebut perhitungan volume suatu benda padat dapat dilakukan dengan
cara statis, yaitu dengan menghitung volume benda tersebut dengan rumus volume bangun
ruang, dan ada pula cara dinamis, yaitu perhitungan benda melalui uji percobaan antara selisih
massa benda di udara dengan massa benda ketika berada di air ( air = 1 gr/cm3)

DAFTAR PUSTAKA
http://seilandra.blogspot.com/Pengukuran_Dasar_Pada_Benda_Padat.html
http://fisika-sma.us/category/besaran-dan-satuan.html

http://fisika-sma.us/pengukuran-besaran-fisika?p=71.html

http://swastikayana.wordpress.com/category/tugas-tugas/fisika/besaran.html

LAPORAN PRATIKUM FISIKA


PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR
Guru Mata Pelajaran : Helmarita, S.Pd
Oleh : Valencia Perdana Rizal
Kelas : X MIA 1
Selasa,
02 September 2014

TUJUAN
Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.

JUDUL
Mengukur panjang.

ALAT DAN BAHAN


Mistar biasa
Jangka sorong
Mikrometer sekrup
Balok (batang) kayu atau papan
Kelereng
Kawat tembaga
Kertas
LANDASAN TEORI
Pada pratikum kali ini alat yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu alat mistar,
ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup.

1. Mistar
Ada beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala
terkecilnya 1 mm kita sebut mistar berskala mm. Mistar yang skala terkecilnya 1 cm
kita sebut dengan mistar berskala cm. Satu bagian skala terkecil mistar ini adalah 1
mm atau 0,1 cm. Oleh karena itu ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.

2. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan
pengggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter
sebuah kelereng, diameter dalam sbuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah
tabung.
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang
geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat
pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahanng geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak skala utama
yang saling berdekatan dalah 0,1cm. sedangkan sepuluh skala nonius memiliki
panjang 0,9 cm. jadi beda satu skala utam dengan satu skala nonius dalah 0,1 cm
0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah
0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian
jangka sorong adalah : x 0,01 cm = 0,05 cm.
Adapun bagian bagian dari Jangka sorong yaitu :
a. Pengukuran dalam
b. Skala nonius (inchi)
c. Umur penencang
d. Batang pengukur
e. Batang geser
f. Skala onius (mm)
g. Rahang bergerak
h. Pengukuran dalam
i. Batang kedalaman
j. Rahang tetap
1. Mengukur diameter luar
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
Geserlah rahang jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk
diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
Letakkan benda yang akan di ukur diantar kedua rahang.
Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit
oleh kedua rahang
1. Mengukur diameter dalam
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
Letakkan benda yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka
sorong masuk kedalam benda tersebut
Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong
menyentuh kedua dinding dalam benda yang diukur.
1. Mengukur kedalaman
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
Letakkan benda yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan
benda yang akan diukur dalamnya.
Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menentuh dasar tabung.
3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda. Pada
industri industri modern, dituntut ketelitian dari alat alat ukur untuk mengukur
pekerjaan yang presisi. Jangka sorong tidak dapat dipergunakan untuk pembacaan
dengan ketelitian 0,01 mm dengan tepat. Maka dibuatlah Mikrometer, sebab dengan
micrometer dapat mengukur dari ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm. Kekurangan
dari micrometer ini adalah jarak pengukurannya pendek, hanya sampai 25 mm(bagian
luar micrometer).
Mikrometer terdiri dari bentuk dasar bingkai U dengan landasan tetap, pada
cabangnya terdapat batang pengukur dan pada ujungnya terdapat rahang bergerak,
dan melalui cabang lain dari bingkai U, terdapat bidal/sarung pengukur yang
terpasanga pada batang pengukur.

Putaran dari bidal/sarung pengukur tersebut menyebabkan batag pengukur


berputar berputar pada sumbu yang sama. Tingkatan ukuran pada bidal/sarung
pangukur dan pada laras skala dapat dibaca sebagai jarak antara dua permukaan
yang diukur. Bimgkai dilindungi oleh penahan panas yang terbuat dari plastic untuk
menghindari panas yang timbul langsung ari badan. Gigi geser menjamin meretanya
tekanan dan menyebabkan pengukuran bebas dari sentuhan/touch operator

DATA PENGAMATAN

1) Hasil pengukuran panjang balok (batang) kayu

Pengukuran ke... Dengan Mistar Sentimeter Dengan Mistar Milimeter


1 11,4 cm 114 mm
2 11,3 cm 113 mm
3 11,5 cm 115 mm
4 11,4 cm 114 mm
5 11,4 cm 114 mm
6 11,3 cm 113 mm
Rata Rata 11,37 113,7 mm

2) Hasil pengukuran diameter kelereng

Pengukuran ke... Dengan Jangka Sorong Dengan Mikrometer Sekrup


1 15,9 mm 16,48 mm
2 17 mm 16,36 mm
3 16,9 mm 16,38 mm
4 16,8 mm 16,38 mm
Rata Rata 16,6 mm 16,4 mm

3) Hasil pengukuran tebal kertas

Pengukuran ke... Dengan Jangka Sorong Dengan Mikrometer Sekrup


1 0,48 mm 0,52 mm
2 0,36 mm 0,49 mm
3 0,38 mm 0,43 mm
4 0,38 mm 0,39 mm
Rata Rata 0,4 mm 0,4 mm

4) Hasil pengukuran kawat tembaga

Pengukuran ke... Dengan Jangka Sorong Dengan Mikrometer Sekrup


1 1,6 mm 1,2 mm
2 1,5 mm 1,2 mm
3 1,7 mm 1,3 mm
4 1,6 mm 1,5 mm
Rata Rata 1,6 mm 1,3 mm

ANALISIS DATA
. Dari hasil pengukuran panjang kayu, alat ukur manakah yang lebih teliti
pengukurannya? Berikan alasannya!
Jawab : Mistar milimeter, karena tingkat ketelitiannya lebih tinggi sehingga
pengukurannya lebih akurat.
. Pada gambar 1.1 posisi mata mana yang paling teliti melakukan pengukuran? Jelaskan
alasannya!
Jawab : 2. Karena letaknya tepat pada titik ukur objek tersebut sehingga dapat
memperkecil kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran.
. Dari hasil pengukuran diameter kelereng, alat ukur manakah yang lebih teliti
pengukurannya? Berikan asalannya!
Jawab : Jangka sorong, karena memang fungsinya untuk mengukur suatu diameter
benda.
. Andaikan anda diminta untuk mengukur diameter rambut, sementara alat ukur yang
tersedia adalah mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup. Alat ukur manakah
yang akan anda gunakan? Mengapa demikian?
Jawab : Mikrometer sekrup, karena tingkat ketelitiannya 0,01 mm sehingga cocok
untuk mengukur diameter rambut yang sangat tipis.

KESIMPULAN
Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang menunjukakan perbandingan langsung
dari benda yang diukur langsung dengan beberapa skala asli.
Setiap alat ukur mempunyai ketelitian yang berbeda.
Satu bagian skala terkecil mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.
Jangka sorong dalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
Ketelitian dari skala nonius ada bermacam macam, diantaranya : dalam
millimeter (mm) :1/10 = 0,1 mm; 1/20 = 0,2 mm; dan 1/50 = 0,05 mm.dan dalam
inchi :1/128, dan 1/1000.
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda yang dapat
mengukur dari ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm.
Pengukuran dilakukan berulang untuk memastikan hasil pengukuran agar lebih
akurat dan memperkecil kesalahan yang terjadi.
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
1. 1. 1 ACARA I PENGENALAN SEL
2. 2. 2 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel
dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 5 Oktober 2012 pukul 13.00-15.00 WIB di
Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah mikroskop
yang berfungsi untuk melihat benda mikroskopis, kaca objek dan kaca penutup yang
berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati, jarum yang berfungsi untuk
menghindari adanya gelembung udara di antara kaca objek dan kaca penutup, silet yang
berfungsi untuk menyayat tipis daun Rhoe discolor, pinset yang berfungsi untuk mencabut
sayatan tipis epidermis bawah daun Rhoe discolor, serta alat tulis yang berfungsi untuk
menggambar bagian-bagian sel daun Rhoe discolor dan awetan usus tikus. Bahan yang
diperlukan dalam praktikum adalah daun Rhoe discolor dan preparat awetan usus tikus. 1.2.
Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara menyayat daun Rhoe discolor setipis
mungkin menggunakan silet, kemudian meletakkannya diatas kaca objek yang sudah
ditetesi air, lalu tutup kaca objek dengan kaca penutup. Mengamati
3. 3. 3 irisan tipis epidermis bawah daun Rhoe discolor di bawah mikroskop dengan
perbesaran 50 kali dan 100 kali. Sel hewan, meletakkan preparat awetan usus tikus di
bawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali dan 100 kali. Menggambar sel hewan dan sel
tumbuhan yang tampak kemudian menyebutkan bagian- bagiannya.
4. 4. 4 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Struktur Sel Tumbuhan Rhoe discolor
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Sel diperoleh hasil
sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 1. Daun Rhoe
discolor perbesaran 50x dan 100x Keterangan: 1. Epidermis 2. Dinding sel 3. Stomata 4.
Sitoplasma Berdasarkan hasil pengamatan bagian sel yang dapat ditemukan pada irisan
melintang epidermis bawah daun Rhoe discolor adalah epidermis, dinding sel, sitoplasma,
dan stomata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa sel
tumbuhan terdiri dari membran sel, inti sel, sitoplasma, dinding sel, vakuola yang besar,
plastida, mitokondria, badan golgi,
5. 5. 5 retikulum endoplasma, ribosom, dan lisosom. Epidermis berbentuk bundar melingkari
bagian-bagian sel yang lain, berfungsi untuk melindungi bagian- bagian sel yang lain.
Stomata berbentuk bulat di tengah dinding sel, berfungsi sebagai jalan masuknya CO2 dan
keluarnya O2 pada saat fotosintesis di siang hari. Sitoplasma berbentuk cairan yang mengisi
sel, berfungsi sebagai sarana agar organel tertentu dalam sel dapat bergerak. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa sel memiliki keberagaman
bentuk dan ukuran yang tinggi. Dinding sel daun Rhoe discolor berbentuk segi enam
berguna untuk membatasi pertumbuhan sel dan terdapat cairan bernama sitoplasma di
dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutrian (1992) yang menyatakan bahwa
dinding sel hanya dapat tumbuh jika ada hubungannya dengan sitoplasma yang hidup.
6. 6. 6 1.2. Struktur Sel Hewan (Usus Tikus Putih) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
pada praktikum Pengenalan Sel diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer
Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 3. Usus tikus putih perbesaran 40x dan 100x Keterangan:
1. Membran Plasma 2. Sitoplasma 3. Nukleus Berdasarkan hasil pengamatan bagian-bagian
sel hewan yang dapat ditemukan adalah membran plasma, sitoplasma, dan nukleus. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa sel hewan terdiri dari
membran plasma, sitoplasma, mitokondria, nukleus, sentriol, lisosom, badan golgi, retikulum
endoplasma, ribosom, sitoskeleton, dan vakuola yang kecil. Sitoplasma berbentuk cairan
yang mengisi sel, berfungsi sebagai sarana agar organel tertentu dalam sel dapat bergerak.
Nukleus berbentuk bulat dan berada ditengah-tengah sel, berfungsi sebagai pengendali
metabolisme dalam sel,
7. 7. 7 penyimpan DNA, serta tempat terjadinya replikasi dan transkripsi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa sel memiliki keberagaman bentuk dan
ukuran yang tinggi. Membran plasma berbentuk tidak teratur, berfungsi untuk membatasi
ruang gerak sel agar sel tidak keluar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isharmanto (2009)
yang menyatakan bahwa membran sel merupakan bagian paling luar yang membatasi isi sel
dengan sekitarnya. 1.3. Perbedaan Tumbuhan Dikotil dan Monokotil Perbedaan sel
tumbuhan dan sel hewan yang tampak pada pengamatan adalah adanya stomata dan
dinding sel pada sel tumbuhan, selain itu di dalam sel tumbuhan juga terdapat plastida. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa dinding sel dan
plastida hanya terdapat pada sel tumbuhan, sedangkan sentriol hanya terdapat pada sel
hewan. Pada sel hewan terdapat sentriol dan vakuola yang berukuran lebih kecil daripada
sel tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa
vakuola sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan dan sentriol hanya terdapat pada sel
hewan.
8. 8. 8 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa bagian-bagian sel tumbuhan pada daun Rhoe
discolor yang dapat diamati adalah epidermis, dinding sel, sitoplasma, dan stomata. Pada
sel hewan yang dapat diamati pada usus tikus adalah membran plasma, sitoplasma, dan
nukleus. Perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan terletak pada dinding sel, plastida,
vakuola, dan sentriol. Sel tumbuhan memiliki dinding sel, plastida, dan vakuola yang besar
yang tidak dimiliki oleh sel hewan. Sel hewan memiliki sentriol yang tidak dimiliki oleh sel
tumbuhan, serta vakuola yang kecil. 3.2. Saran Menyarankan pada praktikan yang akan
melakukan praktikum pengenalan sel agar lebih teliti dalam mengamati bagian-bagian sel
tumbuhan dan sel hewan karena ada beberapa bagian yang berukuran sangat kecil.
Usahakan tidak ada gelembung di antara kaca objek dan kaca penutup karena gelembung
udara dapat merusak hasil perbesaran pada mikroskop. Hendaknya mengiris setipis
mungkin daun Rhoe discolor. Sarana laboratorium hendaknya lebih banyak dan lengkap
agar praktikan lebih mudah dalam mengamati bagian-bagian sel.
9. 9. 9 DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Dyah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, & Endang W
Winarni. 2007. Biologi 2. Jakarta: ESIS Isharmanto (2009). Membran Sel. From
http://isharmanto.blogspot.com/search/label/MEMBRAN%20SEL Sudjadi, Bagod & Siti Laila.
2004. Biologi Sains dalam Kehidupan 2A. Jakarta: Yudhistira Sutrian, Yayan. 1992.
Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Rineka Cipta
10. 10. 10 ACARA II PENGENALAN JARINGAN
11. 11. 11 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Jaringan
Tumbuhan dan Hewan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 5 Oktober 2012 pukul 13.00-
15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam
praktikum adalah mikroskop yang berfungsi untuk melihat benda mikroskopis, kaca objek
dan kaca penutup yang berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati, serta alat tulis
yang berfungsi untuk menggambar bagian-bagian jaringan batang jagung (Zea mays), akar
jagung (Zea mays), dan akar kacang tanah (Arachis hipogaea). Bahan yang diperlukan
dalam praktikum adalah preparat awetan batang jagung, preparat awetan akar jagung, dan
preparat awetan akar kacang tanah. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara
meletakkan preparat awetan batang jagung di bawah mikroskop. Mengamati objek dengan
perbesaran 40x dan 100x, kemudian gambar jaringan tumbuhan yang terlihat serta sebutkan
bagian- bagiannya. Melakukan perlakuan yang sama pada preparat awetan akar jagung dan
preparat awetan akar kacang tanah seperti preparat awetan batang jagung.
12. 12. 12 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Struktur Jaringan Tumbuhan Jagung
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Jaringan Tumbuhan
dan Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 5. Batang jagung (monokotil) perbesaran 40x dan 100x Keterangan: 1. Dinding sel
2. Endodermis 3. Korteks 4. Xylem 5. Floem Berdasarkan hasil pengamatan bagian-bagian
jaringan tumbuhan pada batang jagung yang terlihat adalah dinding sel, endodermis,
korteks, xylem, dan floem. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryulina (2007) yang menyatakan
bahwa jaringan pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem merupakan salah satu
13. 13. 13 bagian jaringan tumbuhan. Dinding berbentuk segi enam berguna untuk membatasi
pertumbuhan sel dan terdapat cairan bernama sitoplasma di dalamnya. Endodermis
berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk mengatur jalannya larutan yang diserap ke silinder
pusat. Korteks berbentuk bulat dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa korteks menempati
sebagian besar akan tumbuhan dan berbentuk bulat. Xylem dan floem letaknya tidak
beraturan. Xylem berbentuk bulat, berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah ke daun melalui akar. Floem berbentuk bulat, berfungsi untuk mengedarkan hasil-hasil
fotosintesis tumbuhan ke seluruh bagian tumbuhan. Kambium tidak ditemukan pada batang
tumbuhan jagung, hal ini dikarenakan jagung adalah tumbuhan monokotil. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Isharmanto (2010) yang menyatakan bahwa kambium hanya terdapat
pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 7. Akar jagung (monokotil) perbesaran 40X dan 100X Keterangan: 1. Stele 2.
Epidermis
14. 14. 14 3. Endodermis 4. Floem 5. Xylem Berdasarkan hasil pengamatan bagian-bagian
jaringan tumbuhan yang terlihat pada akar jagung adalah stele, epidermis, endodermis,
floem, dan xylem. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan
bahwa susunan akar tumbuhan monokotil terdiri dari epidermis, korteks, dan stele.
Epidermis berbentuk bundar melingkari bagian-bagian sel yang lain, berfungsi untuk
melindungi bagian-bagian sel yang lain. Stele berbentuk bundar dan mengandung berkas
vaskuler yang terdiri dari xylem dan floem. Endodermis berbentuk bundar, berfungsi untuk
mengatur jalannya larutan yang diserap ke silinder pusat. Pada bagian floem dan xylem akar
jagung terletak tidak beraturan. Xylem berbentuk bulat, berfungsi untuk menyerap air dan
unsur hara dari dalam tanah ke daun melalui akar. Floem berbentuk bulat, berfungsi untuk
mengedarkan hasil-hasil fotosintesis tumbuhan ke seluruh bagian tumbuhan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sudjadi (2004) yang menyatakan bahwa letak floem dan xylem pada
tumbuhan monokotil tidak beraturan.
15. 15. 15 2.2. Struktur Jaringan Tumbuhan Kacang Tanah Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada praktikum Pengenalan Jaringan Tumbuhan dan Hewan diperoleh hasil
sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 9. Akar kacang
tanah (dikotil) perbesaran 40x dan 100x Keterangan: 1. Floem 2. Xylem 3. Epidermis 4.
Endodermis 5. Kambium Berdasarkan hasil pengamatan pada akar kacang tanah, bagian-
bagian jaringan tumbuhan yang dapat terlihat antara lain, floem, xylem, epidermis,
endodermis, dan kambium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang
menyatakan bahwa susunan akar tumbuhan monokotil terdiri dari epidermis, korteks, dan
stele. Epidermis berbentuk bundar melingkari bagian-bagian sel yang lain, berfungsi untuk
melindungi bagian-bagian sel yang lain. Endodermis berbentuk bundar, berfungsi untuk
mengatur jalannya larutan yang diserap ke
16. 16. 16 silinder pusat. Xylem dan floem benbentuk bulat teratur dengan kambium berada di
antaranya. Xylem berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah ke daun
melalui akar. Floem berfungsi untuk mengedarkan hasil-hasil fotosintesis tumbuhan ke
seluruh bagian tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Isharmanto (2011) yang
menyatakan bahwa pada akar tumbuhan dikotil, terdapat kambium di antara xylem dan
floem. 2.3. Perbedaan Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Perbedaan tumbuhan monokotil dan
dikotil yang terlihat pada pengamatan adalah kambium. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Isharmanto (2010) yang menyatakan bahwa kambium hanya terdapat pada tumbuhan dikotil
dan Gymnospermae. Tumbuhan monokotil dan dikotil juga memiliki perbedaan pada letak
pengangkut, tipe pengangkut, meristem interkalar, ruas batang, empulur, akar, dan daun.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan
monokotil letak pengangkut (xylem dan floem) tersebar tanpa kambium, tipe pengangkut
kolateral tertutup, mempunyai meristem interkalar, batang beruas-ruas, tidak ada empulur,
akar serabut, dan bentuk daun yang menjari. Pada tumbuhan dikotil letak pengangkut (xylem
dan floem) teratur dengan kambium di antaranya, tipe pengangkut kolateral terbuka, tidak
mempunyai meristem interkalar, tidak mempunyai ruas batang, pada batang muda
ditemukan empulur tetapi pada batang tua empulur telah menghilang, akar tunggang, dan
bentuk daun yang sejajar.
17. 17. 17 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang
telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa bagian-bagian jaringan tumbuhan monokotil
yang dapat di amati antara lain dinding sel, endodermis, epidermis, korteks, stele, xylem,
dan floem. Pada jaringan tumbuhan dikotil antara lain floem, xylem, epidermis, endodermis,
dan kambium. Perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil yang dapat di amati adalah
adanya kambium pada akar tumbuhan dikotil dan letak jaringan pengangkut. Jaringan
pengangkut tumbuhan monokotil letaknya tersebar tanpa ada kambium, sedangkan pada
tumbuhan dikotil letak jaringan pengangkut teratur dengan kambium berada di antaranya.
Terdapat juga perbedaan pada letak pengangkut, tipe pengangkut, meristem interkalar, ruas
batang, empulur, akar, dan daun. 3.2. Saran Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan detil
gambar, karena jaringan tumbuhan memiliki banyak bagian yang cukup rumit untuk di
gambar. Sarana laboratorium hendaknya lebih banyak dan lengkap agar praktikan lebih
mudah dalam mengamati bagian-bagian sel.
18. 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Dyah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, & Endang W
Winarni. 2007. Biologi 2. Jakarta: ESIS Isharmanto (2011). Catatan Ringkas Jaringan
Tumbuhan. From http://biologigonz.blogspot.com/2011/12/catatan-ringkas-jaringan-
tumbuhan.html Isharmanto (2010). Jaringan Tumbuhan. From
http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/jaringan-tumbuhan-1.html Sudjadi, Bagod & Siti
Laila. 2004. Biologi Sains dalam Kehidupan 2A. Jakarta: Yudhistira
19. 19. 19 ACARA III FOTOSINTESIS
20. 20. 20 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Fotosintesis
dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 12 Oktober 2012 pukul 13.0015.00 WIB di
Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro,
Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kertas timah atau
alumunium foil yang berfungsi untuk membungkus daun agar tidak terkena sinar matahari,
penjepit kertas untuk menjepit alumunium foil, cawan petri yang berfungsi untuk
menempatkan daun setelah direbus dengan alkohol serta meneteskan larutan JKJ (Jodium
Kalium Jiodida), beker glass yang berfungsi untuk merebus alkohol dan daun, lampu spirtus
yang berfungsi untuk memanaskan alkohol, pipet tetes yang berfungsi untuk meneteskan
larutan JKJ, daun gamal yang berfungsi sebagai bahan yang akan diteliti, alkohol yang
berfungsi untuk melarutkan klorofil pada daun, JKJ sebagai indikator kandungan amilum,
dan alat tulis yang berfungsi untuk menggambarkan hasil pengamatan. 1.2. Metode Metode
praktikum dilakukan dengan cara memilih daun gamal yang terkena sinar matahari secara
langsung, setelah itu menutupi permukaan daun dengan kertas timah, kemudian
menjepitnya dengan penjepit kertas. Membiarkan
21. 21. 21 daun gamal selama dua hari, setelah dua hari memasukkan daun gamal kedalam
alkohol yang telah dipanaskan terlebih dahulu hingga klorofil larut. Memasukkan daun gamal
yang berwarna putih ke dalam cawan petri dengan menggunakan pinset dan menetesi daun
tersebut dengan JKJ hingga rata ke seluruh bagian daun. Menunggu hingga terjadi
perubahan warna pada daun. Mengamati dan menggambar hasil pengamatan.
22. 22. 22 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Daun Gamal Tanpa Aluminium Foil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Fotosintesis diperoleh hasil
sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun gamal Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 11. Daun gamal tanpa aluminium foil Keterangan: 1. Beker glass 2. Alkohol 3. Daun
gamal 4. Kawat kasa 5. Kaki tiga 6. Spirtus Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 12. Daun gamal saat direbus dengan alkohol
23. 23. 23 Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer Praktikum Biologi,
2012 Ilustrasi 13. Daun gamal di dalam cawan petri Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan
petri 3. Larutan JKJ Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 14. Daun gamal
saat ditetesi larutan JKJ Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer
Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 15. Perubahan warna daun gamal
24. 24. 24 Berdasarkan hasil pengamatan pada daun gamal yang tidak ditutup dengan
aluninium, setelah direbus dengan alkohol panas warna daun berubah menjadi putih pucat,
hal ini dikarenakan klorofil pada daun larut dalam alkohol. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
pada bagian ini terbentuk zat amilum yang merupakan hasil dari fotosintesis. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Jati (2007) yang menyatakan bahwa pada kloroplas terjadi transformasi
energi, yaitu energi cahaya sebagai energi kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai
energi potensial berupa ikatan senyawa organik pada glukosa. Semakin banyak cahaya
yang diterima daun, semakin banyak pula klorofil yang dihasilkan sehingga tumbuhan dapat
menghasilkan amilum yang banyak pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susilowarno
(2007) yang menyatakan bahwa cahaya amat penting dan dipelukan dalam fotosintesis
karena berfungsi sebagai sumber energi, klorofil mengubah energi panas menjadi energi
kimia yang selanjutnya akan digunakan dalam proses fotolisis, pada proses fotolisis inilah
amilum dihasilkan.
25. 25. 25 2.2. Daun Gamal dengan Aluminium Foil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
pada praktikum Fotosintesis diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun gamal 2.
Alumunium foil Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 16. Daun gamal
dengan aluminium foil Keterangan: 1. Beker glass 2. Alkohol 3. Daun gamal 4. Kawat kasa
5. Kaki tiga 6. Spirtus Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 17. Daun
gamal saat direbus dengan alkohol
26. 26. 26 Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer Praktikum Biologi,
2012. Ilustrasi 18. Daun gamal di dalam cawan petri Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan
petri 3. Larutan JKJ Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 19. Daun gamal
saat ditetesi larutan JKJ Keterangan: 1. Daun gamal 2. Cawan petri Sumber: Data Primer
Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 20. Perubahan warna daun gamal
27. 27. 27 Berdasarkan hasil pengamatan pada daun gamal yang ditutup dengan aluminium foil
setelah direbus dengan alkohol dan ditetesi larutan JKJ menunjukkan warna hijau pucat,
sedangkan yang tidak ditutupi berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan pendapat Saktyono
(1989) yang menyatakan bahwa seharusnya terjadi perbedaan antara bagian-bagian yang
ditutupi dengan aluminium foil dengan yang tidak ditutupi. Daun yang ditutupi aluminium foil
tampak berwarna lebih cerah. Pada bagian itu tidak terbentuk amilum karena sinar matahari
yang dibutuhkan pada proses fotosintesis terhalang oleh aluminium foil. Hal ini sesuai
dengan pendapat Prawihartono (1999) yang menyatakan bahwa perbedaan yang tampak
pada daun menunjukkan bahwa sinar matahari sangat berperan dalam fotosintesis,
meskipun ada klorofil tetapi tidak ada cahaya matahari, klorofil tidak bisa berperan dalam
fotosintesis.
28. 28. 28 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Fotosintesis dapat terjadi
apabila permukaan daun terkena sinar matahari, sehingga klorofil dapat terbentuk. Klorofil
kemudian mengolah bahan-bahan anorganik dan menghasilkan bahan-bahan organik.
Bahan organik hasil fotosintesis yang tersimpan pada daun adalah amilum. Alumunium foil
yang menutupi permukaan daun menyebabkan cahaya memantul sehingga daun tidak dapat
menerima cahaya matahari dan klorofil tidak terbentuk. Hal ini menyebabkan daun tidak
dapat ber-fotosintesis dan tidak mampu menghasilkan amilum. 3.2. Saran Sebaiknya
praktikan yang akan melakukan praktikum ini lebih teliti dalam menutupi daun dan
alumunium foil. Laboratorium hendaknya dilengkap dengan kran air sehingga praktikan lebih
mudah dalam membersihkan peralatan praktikum.
29. 29. 29 DAFTAR PUSTAKA Jati, Wijaya. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press Kimball,
J.W. 1998. Biologi. Jakarta: Erlangga Prawirohartono. 1999. Sains Biologi. Jakarta: Bumi
Aksara Saktyono. 1989. Biologi 2. Jakarta: Erlangga Susilowarno, Gunawan. 2007. Biologi.
Jakarta: Grasindo
30. 30. 30 ACARA IV ANATOMI HEWAN
31. 31. 31 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan
dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Oktober 2012 pukul 13.00-15.00 di Laboratorium
Fisiologi dan Biokomia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah baki bedah yang
berfungsi untuk meletakkan burung dara setelah disembelih dan melakukan pembedahan,
gunting yang berfungsi untuk menyobek bagian dada dan perut burung dara, pisau bedah
yang berfungsi untuk menyayat bulu burung dara pada bagian yang akan dibedah, jarum
pentul yang berfungsi untuk mengunci sayap burung dara pada saat proses pembedahan.
1.2. Metode Metode praktikum dilakukan dengan cara menyembelih burung merpati.
Meletakkan merpati pada baki bedah, mengunci sayap merpati menggunakan jarum pentul.
Menyayat burung dara dan menghilangkan bulu pada bagian perut dan dada. Merobek
bagian dada merpati menggunakan gunting, mulai dari kloaka hingga leher. Mengeluarkan
organ dalam burung dara dan memisahkan antara
32. 32. 32 sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Mengamati dan menggambar bagian-
bagian burung dara serta menyebutkan fungsinya.
33. 33. 33 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Inspectio Columba livia Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 21. Anatomi eksternal burung dara
Keterangan: 1. Mata 2. Sayap 3. Kaki 4. Ekor 5. Paruh
34. 34. 34 Berdasarkan pengamatan pada anatomi eksternal burung dara dapat ditemukan
mata, sayap, kaki, ekor, dan paruh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1997)
yang menyatakan bahwa burung merpati merupakan hasil domestikasi dari Columba livia.
Tubuh burung merpati terdiri dari caput (kepala), cervix (leher), trncus (badan), dan cauda
(ekor). Ordo ini mempunyai ciri-ciri paruh pendek dan langsing dengan cora pada
pangkalnya. Tubuh burung merpati diselubungi oleh bulu, kecuali pada bagian aki dan
paruh. Kaki burung merpati yang bersisik berfungsi untuk berjalan dan hinggap. Sayap
berfungsi untuk terbang. Ekor berfungsi untuk menjaga keseimbangan burung pada saat
terbang. Paruh berfungsi untuk mengambil makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Alters
(1999) yang menyatakan bahwa bulu pada Columba livia mempunyai stuktur epidermis yang
fleksibel, mengkilap, dan tahan air. Beberapa tipe bulu dari penutup bulu badan pada
merpati adalah bulu luar dan bulu dalam atau bulu halus. Bulu luar adalah datar (kecuali
untuk bulu yang halus, letaknya lebih rendah, yaitu pada dasarnya) dan bersama-sama
dipegang oleh duri kecil.
35. 35. 35 2.2. Morfologi Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber: Data Primer Praktikum
Biologi, 2012. Ilustrasi 22. Morfologi burung dara Keterangan: 1. Baki bedah 2. Sayap 3.
Tembolok 4. Paru-paru 5. Jantung 6. Testis 7. Ampela 8. Hati 9. Pankreas 10. Usus halus
11. Ginjal 12. Usus besar 13. Kloaka 14. Ekor
36. 36. 36 Berdasarkan pengamatan pada morfologi burung dara dapat ditemukan organ dalam
burung dara seperti tembolok, paru-paru, jantung, testis (karena burung yang di bedah
berkelamin jantan), hati, pankreas, usus halus, ginjal, usus besar, kloaka, dan ampela. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa anatomi internal
burung terdiri dari paruh, kerongkongan, tembolok, lambung kelenjar, empedal, usus halus,
usus besar, kloaka, jantung, ginjal, pankreas, trakea, bronkus, paru-paru, hati, dan
testis/ovum. Burung merpati memiliki sepasang testis berwarna putih dan berbentuk oval.
Testis sebelah kanan lebih kecil daripada testis sebelah kiri. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mikrajuddi (2007) yang menyatakan bahwa alat kelamin burung jantan terdiri dari
sepasang testis yang umumnya berbentuk oval dan berwarna putih. Testis befungsi untuk
menghasilkan sperma yang berguna pada saat pembuahan. Ginjal berfungsi untuk
membentuk urin.
37. 37. 37 2.3. Digestorium Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum
Biologi, 2012. Ilustrasi 23. Sistem pencernaan burung dara Keterangan: 1. Paruh 2.
Tenggorokan 3. Tembolok 4. Hati 5. Kantung empedu 6. Ampela 7. Pankreas 8. Usus halus
9. Usus besar 10. Kloaka Berdasarkan pengamatan pada anatomi burung dara dapat
ditemukan bagian-bagian sistem pencernaan burung seperti paruh, tenggorokan, tembolok,
hati, kantung empedu, ampela, pankreas, usus halus, usus besar, dan kloaka. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa burung
38. 38. 38 memiliki saluran pencernaan yang terdiri dari mulut. Kerongkongan, tembolok,
lambung kelenjar, empedal, usus halus, usus besar, dan kloaka. Paruh burung tidak memiliki
gigi, maka makanan yang dimakan oleh burung dikunyah di ampela dengan menggunakan
kerikil agar makanan dapat hancur. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparman (2001) yang
menyatakan bahwa burung merpati tidak mempunyai gigi. Makanan yang dipatuk akan terus
disimpan di dalam tembolok. Antara tembolok dan lambung terdapat kelenjar lambung dan
lambung pengunyah. Lambung pengunyah berdinding tebal, mempunyai kelenjar yang
menghasilkan getah kelenjar. Dalam lambung pengunyah biasanya terdapat kerikil dan
pecahan-pecahan kulit kerang atau siput. Benda-benda tersebut untuk membantu
pencernaan. Tenggorokan berfungsi sebagai saluran untuk menyalurkan makanan dari
paruh ke tembolok. Tembolok berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara.
Hati berfungsi untuk menetralkan racun pada tubuh. Kantung empedu berfungsi untuk
menyimpan racun. Pankreas berfungsi untuk membentuk enzim pencernaan. Usus halus
berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan. Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan
membusukkan sisa-sisa makanan. Kloaka berfungsi sebagai lubang pengeluaran dan juga
tempat bermuaranya saluran urogenital dan saluran kencing.
39. 39. 39 2.4. Resphiratorium Columba livia Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
praktikum Anatomi Hewan diperoleh hasil sebagai berikut: Sumber: Data Primer Praktikum
Biologi, 2012. Ilustrasi 24. Sistem pernapasan burung dara Keterangan: 1. Lubang hidung 2.
Faring 3. Jantung 4. Paru-paru Berdasarkan pengamatan pada anatomi burung dara dapat
ditemukan lubang hidung, faring, jantung, dan paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat
40. 40. 40 Aryulina (2007) yang menyatakan bahwa alat pernapasan burung terdiri dari lubang
hidung (nares) yang berhubungan dengan trakea, bronkus, dan paru-paru. Jantung
merupakan sistem respiratoria karena jantung mengambil dan mengedarkan O2 dari paru-
paru ke seluruh tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslim (2007) yang menyatakan
bahwa jantung merupakan alat pemompa darah. Lubang hidung berfungsi untuk mengambil
O2 dari alam untuk selanjutnya disalurkan ke paru-paru. Faring berfungsi untuk menyalurkan
O2 dari lubang hidung ke paru-paru. Paru-paru berfungsi untuk menukar O2 dan CO2 di
dalam tubuh.
41. 41. 41 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Anatomi eksternal burung dara
adalah kepala, leher, badan, dan ekor. Tubuh burung dara ditutupi oleh bulu luar dan bulu
dalam, kecuali pada bagian kaki dan paruh. Kaki burung ditutupi oleh sisik. Morfologi burung
dara meliputi sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Sistem pencernaan burung dara
adalah paruh, eshopagus, tembolok, lambung, hati, usus dan kloaka. Sistem pernafasan
burung dara adalah lubang hidung, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru. Organ dalam
burung dara di ikat oleh jaringan ikat yang sangat tipis dan bening. 3.2. Saran Praktikan
diharapkan berhati-hati saat melakukan pembedahan karena organ dalam burung dara
sangat rentan.
42. 42. 42 DAFTAR PUSTAKA Alters, Sandra. 1999. Biology. Boston: Jones and Braflet
Publisher Aryulina, Dyah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, Endang Widi. 2007. Biologi 2.
Jakarta: ESIS Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga Suparman. 2001. Cara
Memelihara dan Melatih Merpati Balap. Jakarta: JPBooks
43. 43. 43 ACARA I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
44. 44. 44 BAB I MATERI DAN METODE Praktikum Biologi dengan materi Pertumbuhan dan
Perkembangan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 9 November 2012 pukul 13.0015.00
WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Diponegoro, Semarang. 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris
yang berfungsi untuk mengukur panjang tanaman, jangka sorong yang berfungsi untuk
mengukur diameter tanaman, aqua gelas yang berfungsi sebagai tempat penumbuhan
tanaman, dan kapas sebagai media tumbuh tanaman. Bahan yang digunakan dalam
praktikum adalah biji jagung dan kacang tanah. 1.2. Metode Metode praktikum dilakukan
dengan cara merendam biji jagung dan biji kacang tanah selama 24 jam. Menanam biji
jagung dan kacang tanah pada 2 aqua gelas berbeda masing-masing, kemudian
membasahinya dengan air. Melakukan hal yang sama pada minggu kedua hingga keempat.
Memperlakukan hal yang sama pada setiap aqua gelas berumur satu sampai empat minggu
yakni mendapatkan lingkungan, penyinaran, serta penyiraman yang sama. Melakukan
pembongkaran pada tanaman jagung dan kacang tanah dari aqua gelas dan
45. 45. 45 membersihkan tanaman dari kapas yang menempel. Mengukur tinggi tanaman dan
panjang angkar dengan menggunakan penggaris. Mengukur diameter batang dengan
menggunakan jangka sorong dan menghitung daun.
46. 46. 46 1 2 3 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Jagung Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pertumbuhan
dan Perkembangan diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun 2. Batang 3. Biji 1
minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi
25. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung Tabel 1. Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Jagung Sampel (minggu) Tinggi Tanaman (cm) Panjang Tanaman
(cm) Diameter (cm) Panjang Akar (cm) Daun (helai)
.........................................cm......................................... 1 9,9 13 0,8 2 20 2 16 25,6 0,21 7,2
20 3 26,8 34,2 0,24 6,7 24 4 34,4 40,4 0,38 5,2 24 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi,
2012.
47. 47. 47 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 26. Grafik pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung Berdasarkan praktikum pertumbuhan dan perkembangan
pada tanaman jagung, diketahui bahwa pertumbuhan tanaman jagung diawali dengan
tumbuhnya radikula atau kaleoptil dalam biji. Hal ini sesuai pendapat Campbell (1999) yang
menyatakan bahwa organ yang pertama muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula,
yaitu akar embrionik yang akan terus memanjang. Penurunan panjang akar pada jagung
ketiga dan keempat disebabkan oleh pemisahan akar dan kapas yang tidak dilakukan
secara berhati-hati, sehingga akar menjadi putus. Faktor- faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yaitu suhu, cahaya dan kelembaban. Hal
ini juga sesuai dengan pendapat Buritno (1995) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan dipengaruhi oleh faktor nutrisi, gen, lingkungan dan zat tumbuh. 9.9 16 26.8
34.4 13 25.6 34.2 40.4 0.8 0.21 0.24 0.38 2 7.2 6.7 5.2 20 20 24 24 18 19 20 21 22 23 24 25
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 4 Umur (Minggu) Tinggi Tanaman Panjang Tanaman
Diameter Batang Panjang Akar Jumlah Daun cm helai
48. 48. 48 1 2 3 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Kacang Tanah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum
Pertumbuhan dan Perkembangan diperoleh hasil sebagai berikut: Keterangan: 1. Daun 2.
Batang 3. Biji Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 27. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang tanah Tabel 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Kacang Tanah Sampel (minggu) Tinggi Tanaman (cm) Panjang Tanaman (cm) Diameter
(cm) Panjang Akar (cm) Daun (helai)
.........................................cm......................................... 1 11,5 27,7 0,13 16,2 1 2 14,3 36,6
0,14 22,3 2 3 27,7 41 0,16 13,3 3 4 54,2 69,2 0,35 15 7 Sumber: Data Primer Praktikum
Biologi, 2012.
49. 49. 49 Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012. Ilustrasi 28. Grafik pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang tanah Berdasarkan hasil pengamatan praktikum
pertumbuhan akar dan batang pada tanaman kacang tanah mengalami pemanjangan
disetiap minggunya. Sebab pada ujung akar dan batang terdapat jaringan embrionik
membelah secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (1999) yang menyatakan
bahwa jaringan meristematik yang bersifat embrionik itu terletak pada ujung tunas batang
muda dan ujung akar, sehingga batang dan akar bisa melakukan pemanjangan dan tumbuh.
Pada jumlah daun juga meningkat pada setiap tanaman. Karena jaringan apikal batang
kacang tanah aktif membelah dan berdeferensiasi membentuk daun. Hal ini sesuai dengan
pendapat Goldsworthy dan Fisher (1992) yang menyatakan bahwa pada bagian meristem
apikal batang terdapat kubah yang disebut dengan primordia yang nantinya akan
membentuk daun. 11.5 14.3 27.7 54.2 27.7 36.6 41 69.2 0.13 0.14 0.16 0.35 16.2 22.3 13.3
15 1 2 3 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 Umur (minggu) Tinggi
Tanaman Panjang Tanaman Diameter Batang Panjang Akar Jumlah Daun cm helai
50. 50. 50 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum
pada pertumbuhan dan perkembangan dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan organisme merupakan hasil dari pembelahan sel, pembesaran sel serta
diferensiasi sel. Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan kacang tanah
khususnya dari waktu ke waktu mengalami perubahan tumbuh tanaman apabila dilihat dari
bertambahnya tinggi, jumlah daun, diameter akar dan batang pada tanaman. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman tersebut dipengaruhi oleh faktor dari luar maupun dari dalam.
Faktor dari dalam berupa hormon sedang faktor dari luar yaitu gen, cahaya matahari, suhu
udara, kelembaban udara, tanah, nutrisi dan air. 3.2. Saran Praktikan lebih teratur dalam
menyirami tanaman agar tanaman tidak mati. Menggunakan gelas yang memiliki lubang
tidak terlalu besar agar air tidak terlalu cepat mengalir keluar.
51. 51. 51 DAFTAR PUSTAKA Buritno, Bambang & Sitompul. 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Campbell, A.N., Reece, J.B., dan
Mitchel, L.G., 1999. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta. Goldsworthy, P.R., Fisher, N.M.,
1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Laporan Kimia Dasar PENGENALAN ALAT
DAN BAHAN KIMIA SERTA CARA
PENGGUNAANNYA
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA
SERTA CARA PENGGUNAANNYA
Nama : Hani Ruyati
NIM : 1014083

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR


AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON
2014

BAB I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA
SERTA CARA PENGGUNAANNYA

1.1 Tujuan Praktikum

Mahasiswa mendapat nilai ketuntasan apabila memenuhi indikasi:

a. Dapat menyebutkan alat kimia dengan benar

b. Dapat menyebutkan karakteristik bahan kimia dengan benar

c. Dapat menggunakan alat kimia dengan benar

d. Dapat melakukan teknik dasar kualitatif dan kuantitatif dengan benar

1.2 DASAR TEORI

a) Pengenalan alat-alat kimia di Laboratorium


Dalam suatu laboratorium kimia, biasanya banyak terdapat alat-alat eksperimen yang dapat
digunakan untuk memberikan pengalaman yang berharga bagi setiap praktikan. Disamping itu, dalam
suatu laboratorium kimia juga terdapat bahan bahan eksperimen.

Alat alat yang biasa terdapat di laboratorium kimia diantaranya dalah alat ukur seperti neraca,
thermometer, multimeter,dll. Selain alat alat ukur, dalam laboratorium kimia juga terdapat alat alat
khusus seperti gelas beaker (beaker glass), tabung reaksi, statif, rak tabung reaksi, labu Erlemeyer,
cawan, dll.

Alat alat tersebut ada yang terbuat dari bahan gelas, plastik, porselin, logam, kayu, dan karet serta
terdapat pula peralatan peralatan listrik.

Dibawah ini beberapa contoh alat-alat kimia dan fungsi nya:

Labu Ukur

Alat laboratorium yang digunakan untuk menampung dan mencampur larutan kimia.

Tabung Reaksi

Alat laboratorium yang digunakan untuk menampung larutan dalam jumlah yang sedikit

Beker Gelas
Alat laboratorium yang digunakan untuk menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah yang
banyak

Statif

Alat untuk menegakkkan corong, buret

Botol Semprot

Alat untuk menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau membilas alat-alat dan bahan
b) Pengenalan Bahan Kimia Dilaboratorium

Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa terdapat di laboratorium kimia
banyak yang bersifat berbahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah
terbakar, beracun, berbau tajam yang berdampak pada kesehatan, merusak benda-benda disekitarnya
bahkan dapat mematikan makhluk hidup.

Keselamatan kerja di laboratorium sangatlah penting. Oleh karena itu, pada wadah atau tempat
bahan-bahan atau zat kimia diberi simbol-simbol yang bertujuan untuk memberi keterangan mengenai
sifat dan bahaya zat tersebut. Tanpa adanya simbol tersebut, tentu akan berbahaya sekali karena tidak
ada peringatan secara visual. Maka dari itu, diharapkan kita sebagai praktikan dapat berhati-hati dalam
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut demi keselamatan bersama. Untuk itu sebelum kita memasuki
laboratorium kimia perlu kita pahami simbol-simbol tanda bahaya tersebut untuk menghindari
kesalahan-kesalahan dan bahaya yang tidak kita inginkan.
Berikut ini adalah simbol-simbol bahaya beserta keterangannya

o Explosive ( Mudah Meledak )

Bahan kimia dengan lambang explosive ini mudah meledak dengan adanya panas atau percikan
bunga api, gesekan atau benturan.

Tindakan : hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan api dan sumber nyala lain.

o Oxidator ( Pengoksidasi )

Bahan kimia dengan lambang ini, adalah bahan yang kaya akan oksigen, bahan kimia ini biasanya
tidak mudah terbakar, namun apabila kontak dengan bahan yang mudah terbakar atau sangat mudah
terbakar maka akan meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan . Contohnya pada saat kontak
dengan bahan organik dan bahan pereduksi maka tentu saja juga akan menghasilkan panas.

Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor

o Flammable ( Mudah Terbakar )

Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara
untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar dari hidridal metal.Sumber nyala dapat dari Bunsen.

Tindakan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api, serta hindari dari pengaruh
kelembapan tertentu.

o Toxic ( Beracun )

Toxic adalah bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan kematian bila
tertelan atau terhirup.

Tindakan : Jangan ditelan dan atau dihirup, hindari kontak langsung dengan kulit
o Harmful ( Berbahaya, Iritasi )

Bahan kimia ini memiliki resiko merusak kesehatan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut ( ingestion ), atau kontak dengan kulit, menyebabkan iritasi, gatal-gatal, dan dapat menyebabkan
luka bakar pada kulit jika kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir.

Tindakan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari kontak langsung dengan kulit.

o Corrosive ( Korosif )

Bahan ini dapat merusak jaringan hidup, menyebakan iritasi pada kulit, gatal-gatal, dan dapat
membuat kulit mengelupas.

Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan benda logam

o Dangerous for Enviromental ( Bahan Berbahaya bagi Lingkungan )

Bahan kimia ini adalah bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa komponen lingkungan.
Juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.

Tindakan : Hindari kontak atau bercampur dengaan lingkungan yang dapat membahayakan makhluk
hidup.
c) Teknik Dasar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

1) Memanaskan Larutan

Siapkan kaki tiga lalu letakkan kawat kasa diatasnya

Letakkan gelas kimia diatas kasa dan panaskan dengan pemanasan spiritus.

2) Cara memanaskan zat dalam tabung reaksi

Jepit tabung reaksi yang berisi larutan dengan penjepit kayu

Panaskan dengan api spiritus, saat memanaskan goyang tabung reaksi agar pemasan merata.

3) Cara Menyaring

Siapkan corong dan kertas saring lalu letakkan kertas saring diatas diatas corong gelas

Saring larutan sedikit demi sedikit.

4) Cara meneteskan larutan kedalam tabung reaksi

Untuk zat yang tidak berbahaya atau tidak bereaksi meneteskan bisa langsung meneteskan kedalam
larutan yang ada didalam tabung reaksi

Tapi apabila zat atau larutan yang ada dalam tabung reaksi tersebut merupakan zat yang pekat,berbahaya
atau sangat reaktif penetesan dilakukan lewat dinding tabung reaksi secara perlahan.

5) Cara mengocok larutan

Cara mengocok larutan dalam labu ukur dan mengocok zat dalam Erlenmeyer
6) Cara menimbang

Neraca digital untuk menimbang zat baku primer dengan neraca analistis

7) Mengukur volume zat cair dengan menggunakan gelas ukur

Mengukur volume larutan bisa diukur dengan gelas ukur kecuali dinyatakan lain,pengukuran
menggunakan pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga kesalahan tidak mewlebihi
batas yang ditetapkan.

1. Teknik dasar titrasi

a. Penggunaan buret

Periksa dan bersihkan buret sebelum digunakan

Masukkan zat kimia yang akan digunakan kedalam buret dengan menggunakan corong

Pasang buret pada statip dan klem agar posisi nya stabil.

2. Cara titrasi

Zat yang akan dititrasi disebut titrat (ditampung dalam Erlenmeyer),sedangkan larutan yang digunakan
untuk menitrasi disebut dengan titran (dimasukkan ke dalam buret).

1.3 ALAT DAN BAHAN

a. Alat : Seperangkat alat-alat Praktikum

Misal gelas ukur,corong,buret dan lain sebagainya.

b. Bahan : Perwakilan bahan untuk masing-masing jenis bahan

Aquades dan bahan lain untuk mendukung peragaan.


1.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1) Mengumpulkan gambar alat-alat laboratorium dan fungsinya sebagai tugas utama

2) Disiapkan alat-alat laboratorium untuk diperagakan sebagaimana fungsinya

3) Memahami dan menggambar simbol-simbol berbahaya di laboratorium

4) Pembimbing praktikum memperagakan cara-cara penggunaan dari masing-masing alat untuk kemudian
dipraktekkan oleh praktikan.

1.5 KESIMPULAN

Alat alat laboratorium memiliki banyak macam sesuai dengan bentuk, ukuran dan fungsinya masing-
masing dan ada yang terbuat dari gelas (kaca), logam, kayu, plastik dan lain-lain.

Beberapa nama alat-alat laboratorium missal buret, statif, cawan penguapan, botol reagen, Erlenmeyer,
labu pengencer, gelas ukur, cawan petri, pipet tetes, pipet ukur, corong kaca, pipet gondok, kaca arloji,
pipet tetes, penjepit tabung reaksi, kaki tiga,, spatula, rak tabung reaksi, tabung reaksi , corong pisah, pH
meter, porselin, pembakar spiritus, neraca digital, batang pengaduk dan lain sebagainya.
Mengenal dan mengetahui cara kerja alat-alat yang ada di laboratorium dengan tujuan agar tidak
menemui kendala dalam praktikum serta penggunaan alat dan bahan dengan tepat sangat diperlukan
agar hasil percobaan akurat, sehingga dapat membuktikan kebenaran antara teori dan hasil percobaan
yang dilakukan.

Beberapa simbol-simbol berbahaya yang tertera pada label kemasan wadah bahan kimia antara lain :

Explosif ( Mudah Meledak )

Oxidator ( Oksidasi )

Flammable ( Mudah Terbakar )

Toxic ( Beracun )

Harmful ( Berbahaya )

Corrosive ( Korosif )

Dangerous for Enviromental (Berbahaya bagi Lingkungan )

DAFTAR PUSTAKA

Maftuhah,Aida.2014.Modul Praktikum Kimia Dasar.Ciebon:AKFAR

Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Bandung : ITB

Hadiat, dkk. 1998. Daftar Alat-Alat Laboratorium beserta Penjelasan. Jakarta : Argon Karya
Tim Kimia. 2103. Penuntun Praktikum Sains Dasar Bidang Kimia .

Lampung : Universitas Lampung


LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM KIMIA DASAR

LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

OLEH :

ADE FITRIA YUSIDA E10013232

ADETIAS KATANAKAN .G E10013243

DARMAWAN E10013247

DEDI SAPUTRA E10013246

SARI LELA IRAWAN E10013217

SELLI ANGGRAINI E10013223

D3
FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2013

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu kimia dasar ilmu yang mempelajari tentang berbagai hal, beberapa diantaranya adalah
kromatografi, laju reaksi, stoikiometri dan lain-lain.

Ilmu kimia dasar juga merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada semester
pertama di Universitas Jambi, dengan bertujuan untuk meambah pengetahuan serta ilmu yang
sudah di dapat pada masa SMA ini maka dilakukan praktikum yang sangat bermanfaat untuk
menambah pengalaman bekerja mahasiswa di laboratorium.

Dalam laporan ini kami memaparkan semua materi yang telah dipelajari pada praktikum-
praktikum sebelumnya, dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna bagi kita semua
yang membutuhkan.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dalam melakukan praktikum kimia dasar adalah untuk mengetahui dan dapat
membedakan berbagai macam zat-zat yang dibutuhkan dalam ilmu kimia, selain itu juga untuk
dapat menganalisa dengan baik apa yang sudah diajarkan secara materi dan mempraktekannya
dalam praktikum. Juga dapat bertujuan sebagai perancangan agar setelah terjun ke masyarakat kita
akan sudah mengerti bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan apabila kita sedang bekerja di
dalam laboratorium.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum-praktikum yang telah dilakukan
sebelumnya adalah untuk mempermudah mahasiswa-mahasiswi untuk mengenal lebih baik lagi
mengenai mata kuliah ilmu kimia dasar ini, juga agar saat berada di masyarakat tidak canggung lagi
dalam mempraktekkan ilmu kimia dasar ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan Pemurnian

Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur kristal yang
berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca merupakan zat padat semacam itu.
Tak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat.
Sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka
temperatur .Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena
banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris,
telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun
secara simetris (Keenan, 2002).

Kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling
larut. Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi
karena kelarutan berkuran ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat
dipekatkan terlebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan.
Melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komposisi larutan lainnya yang
kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal. Pemisahan gula dari tebu dan pemurnian berbagai
macam zat dilakukan dengan kristalisasi. Pemurnian garam dapur dapat dilakukan dengan
rekristalisasi. Dalam hal ini garam dilarutkan kedalam air bersih kemudian disaring , lalu filtratnya
dikristalkan.

Filtrasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter


(penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi
dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut. (Susilo
Tri A:2011)

Sublimasi adalah perubahan zat padat ke zat gas atau sebaliknya (Tanley:2006).
Destilasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada
perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran.
Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik
didihnya. (Michael Purba:2006)

Penguapan larutan dipanasakan sehingga larutannya menguap dan meninggalkan zat


terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada
pelarutnya. Contohnya adalah pembuatan garam dari air laut.

Pelarutan adalah campuran dua jenis padatan juga dapat dipisahkan dengan melarutkannya
dapat suatu pelarut yang dapat melarutkan salah satu komponen. Komponen yang tidak larut
kemudian dapat dipisahkan dengan penyaringan. Misalnya memisahkan campuran garam dengan
gula. Mula-mula campuran dilarutkan dalam alkohol. Gula akan larut sedangkan garam tidak. Garam
dapat dipisahkan dengan penyaringan. Sedangkan gula dapat diperolah dengan menguapkan
filtrat.

Kromatografi

Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang
menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air
yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah
dijenuhkan. (Yoshito Takeuchi:2009).

Faizal Akbar (2011), dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat
berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi
dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senya wa
untuk bergerak disepanjang kolom kapiler.

Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara


membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR)
atau volume retention (VR).

Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:

Rf =
jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh pelarut

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik
pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari,
contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi
dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).

Kromatografi adalah metode pemisahan komponen kimia yang didasarkan pada perbedaan
antara fase bergerak dan fase diam dari komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan.
Komponen yang dipisahkan tersebut dapat dikuantifikasi dengan menggunakan detektor dan/atau
dikoleksi untuk analisa lebih lanjut. Instrumen untuk mengkuantifikasi adalah Gas and liquid
chromatography dengan mass spechtrometry (GC-MC dan LCMC); Fourier transform infrared
spectroscopy (GC-FTIR) dan diode-array UV-VIS absoprtionspectroscopy (HPLC-UV-VIS).
Kromatografi gas (GC) digunakan untuk memisahkan senyawa organik menguap (volatile). Fase
bergerak adalah gas dan fase diam biasanya cairan. High Performance Liquid Chromatografi
(HPLC) adalah variasi dari khromatografi cairan yang menggunakan pompa bertekanan tinggi untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan senyawa kimia. Kromatografi cair (LC) digunakan untuk
menganalisis pemisahan campuran, yang mengandung ion-ion logam dan senyawa organik. Fase
bergerak adalah pelarut dan fase diam adalah cairan yang menduku padatan, padatan, dan ion
pengganti resin (Afrianto, 2008)

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik
pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari,
contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi
dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran zat-zat yang komponen-komponen yang


akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase: fase stasioner (fase diam) dan fase mobil (fase
bergerak). Fase stasioner cenderung menahan komponen dalam campuran sedangfkan fase mobil
cenderung menghanyutkannya. Pada kromatografi kertas, kertas saring berperan sebagai fase
stasioner sedangkan pelarut berperan sebagai fase mobil.

Stoikiometri

Hukum Avogadro berbunyi Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya
sama mengandung jumlah molekul yang sama. (Michael Purba:2006)

Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan
jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang.
Penyederhanaan ini perlu dilakuka n karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan
sehai-hari melibatkan kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat
mengandung 6,02 x 1023 partikel. 6,02 x 1023adalah bilangan avogadro. (Chemia:2009)
Persamaan Reaksi merupakan suatu cara untuk menerangkan reaksi atau proses kimia.
Sehubungan dengan persamaan reaksi, kita mengenal adanya koefisien, yaitu angka didepan
rumus pada persamaan reaksi yang menunjukan perbandingan jumlah mol zat. Bila gas berwujud
gas, maka koefisien juga menunjukan perbandingan volume. (Muchtaridi :2009)

Sistem Konsentrasi digunakan untuk menghitung jumlah zat dalam suatu larutan berdasarkan
konsentrasi analitik. Sistem konsentrasi ini terdiri atas :

Kemolaran (molaritas) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter (dm3) larutan.

M = mol zat terlarut = mol zat terlarut

Volume larutan (L) ml (larutan)

Sistem ini didasarkan pada volume larutan dan digunakan dalam prosedur laboratorium
yang jumlahnya diukur.

Molaritas larutan (M) = N/V, dimana n = gram/BM

Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram
pelarut.

m = mol zat pelarut

Massa zat pelarut (kg) atau

m = massa zat terlarut x 1000 gram

Mr massa pelarut(gram)

Persen Berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan.
% zat X = massa zat terlarut (g) x 100%

Massa larutan (g)

Pada sistem ini memperinci jumlah gram solut per 100 gram larutan.

Sistem ini menyatakan bagian suatu komponen dalam satu juta bagian suatu campuran.

Rumus Empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan
atom-atom dari berbagai unsur dalam senyawa.

Dalam perhitungannya yaitu setelah susunan suatu senyawa ditentukan secara


eksperimen, senyawa tersebut bersama-sama dengan bobot-bobot atom yang diketahui,
kemudian dapat digunakan untuk menghitung angka banding tersederhana dari atom-
atom dalam senyawa itu dan dengan dengan demikian rumus empirisnya. (Dea
Nugraha:2010)

Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau
seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat
diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut hubungan
kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu reaksi.Langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah: menulis persamann reaksi, menyetarakan koefisien
reaksi, memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol.
(Misbachudin:2011).

Stoikimetri berasal ari bahasa Yunani,, yaitu stoicheion yang berati unsur, metron artinya
mengukur. Jadi stoikiometri adalah perhitungan kimia.

Ada lima hukum dasar dalam perhitungan kimia, yaitu Hukum Kekekalan Massa
(Hukum Lavoisier), Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), Hukum Perbandingan Berganda
(Hukum Dalton), Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac), dan Hukum Avogadro.

Hukum Lavoisier atau Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi Massa zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama. Pada tahun 1785, Antoine Lavoisier menemukan fakta bahwa pada
reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat. Massa zat sebelum dan sesudah reaksi yang
ditimbang secara teliti setiap eksperimennya, menghasilkan massa zat yang selalu tetap.

Hukum Boyle berbunyi Gas dengan massa tertentu maka hasil kali volume dengan tekanan
dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap.

Huk um Perbandingan Tetap atau Hukum Proust berbunyi :

Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa selalu tetap.


Hukum Perbandingan Berganda atau Hukum Dalton berbunyi Jika dua unsur membentuk dua
macam senyawa atau lebih, untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya, massa unsur
kedua dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bulat dan sederhana.

Hukum Perbandingan Volume atau Hukum Gay-Lussac berbunyi Volume gas-gas yang
bereaksi dan volume gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, berbanding
sebagai bilangan-bilangan bulat dan sederhana.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan
waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB pC + qD
. (Sandri J, Muchtaridi: 2009)

Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga
menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa
detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya
waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju
reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009)

Untuk sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju penguragan konsentrasi molar
pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan waktu, sebagai
berikut:
Jika diketahui satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L. Maka satuan dari laju reaksi
adalah mol/L.det atau M/det.

Laju rata-rata adalah rata-rata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju rerata
dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu kendaraan menempuh
jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300 km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja
laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat ditunjukkan oleh speedometer kendaraan.

Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya, laju reaksi
berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring dengan bertambahnya
waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung, seperti
gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen
pada saat t tersebut, sebagai berikut: Lukis garis singgung pada saat t, Lukis segitiga untuk
menentukan kemiringan, laju sesaat = kemiringan tangen. (Septian: 2009)

Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar
konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju
reaksi semakin cepat.

Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang
terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009)

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang
berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan
yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu
diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S
dkk:2007)

Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu
juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar
konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi
bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat
atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. (Arif H:2008)

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab
semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang terjadi semakin
banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju
reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu
semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
Titrasi oksidasi reduksi

Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi
redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang
bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya
oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.

Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada
yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu
terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi
redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena
jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan
persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan
materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan
penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan
muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi
redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 2003).

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai
seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).

Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala)
& jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi
dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg
memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya
disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 2002).

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat


Adapun praktikum kimia dasar ini dilakukn setiap hari Sabtu pukul,12.30 WIB sampai
selesai, di lakukan di laboratorium yang terletak di gedung MIPA Universitas Jambi.

Materi

Adapun alat yang perlu disiapkan pada praktikum pemisahan dan pemurnian adalah gelas
kimia yang berukuran 50ml dan 250 ml, corong, cawan penguap,gelas ukur 50ml, pembakar, kaca
erloji, dan kertas saring. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu CuSO4.5H2O, garam
dapur, yod, kapur tulis, dan pasir.

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktiku kromatografi yaitu gelas kimia,
kertas, penggaris, pensil, tinta warna biu, hitam, merah,lidi dan air.

Alat dan zat yang digunakan dalam pratikum stoikiometri adalah tabung reaksi, larutan
CuSO4 1 M ,larutan NaOH 2 M, dan larutan HCl.

Alat dan zat yang diperlukan pada praktikum laju reaksi seperti labu 250 mL 4 buah, tabung
ukur 100 mL, larutan natrim tiosulfat 1M, larutan asam klorida, batang gelas, gelas kimia 100mL,
mortir, kalium iodida, merkuri klorida, pipet tetes 3 buah, gelas kimia 150 mL, tabung ukur 25 mL,
tabung raksi kecil, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, stopwatch, larutan asamoksalat 0,05M,
larutan Kaliu, permangant 0,01M dan larutan asam sulfat 0,5M.

Adapun alat dan zat yang digunakan dalam pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah 10 ml
larutan tinta, larutan H2SO4, buret dan tabung titrasi.

Metoda

Percobaan pertama pada praktikum pemisahan dan pemurnian, masukkan kurang


lebih 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian diaduk. Biarkan pasir
mengendap. Kemudian tuangkan larutan bagian atas. Percobaan kedua, masukkan bubuk
kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian diaduk. Siapkan corong dan kertas saring, lalu
lakukan penyaringan. Percobaan ketiga, larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang
berisi air, kemudian larutan garam ini disaring dengan mmenggunakan kertas saring.
Uapkan garam yang telah diisaring ini dalam cawan penguap. Percobaan keempat,
larutkan 10 gram CuSO4.5H2O ke dalam 50 ml air. Lalu uapkan larutan ini di
atassmpembakar sehingga volume menjadi 20 ml, kemudian didnginkan. Perhatikan
kristal yang terjadi. Percobaan kelima, campurkan satu sendok pasir dan satu sendok
garam dapur, sampai homogen. Masukkan kedalam gelas kimia, panaskan campuran ini
kemudian saring. Zat padat yang tertinggal di corong cuci dua sampai tiga kali denga 5 ml
air. Air saringan dan air cucian disatukan, kemudian uapkan di aas pembakar dalam cawan
penguapan. Jika airnya sudah hampir habis, hendaknya disishkan sebentar dan biarkan
air menguap sendiri. Percobaan keenam, masukkan 2 gram yod yang kotor dikoori dengan
pasir atau natrium karbonat ke dalam cawan penguapan. Tutup cawan dengan kaca erloji.
Sesudah didinginkan kumpulkan kristal-kristal tersebut. Perhatikan bentuk kristal yang
terbentuk.

Metoda pada stoikiometri sistem CuSO4 NaOH yaitu gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH
2 M. Masukkan 8 mL NaOH ke dalam gelas kimia atau gelas plaastik dan cata temperaturnya.
Sementara diaduk, tambahkan 5 mL larutan CuSO4 yang diketahui temperatur awalnya dan amati
temperatur dari campuran. (hal yang perlu dicatat temperatur larutan CuSO4 harus diatur agar sama
dengan temperatur larutan alkali dalam gelas kimia ssebelum pencampuran). Kemudian ulangi
percobaan menggunakan 6 mL NaOH dan & mL CuSO4, 5 mL NaOH dan 8 mL CuSO4, dan terakhrir
7 mL NaOH dan 6 mL CuSO4.

Metoda stoikiometri asam-basa yatu ke dalam 5 buah gelas piala masukkan berturut-turut 1,
2, 3, 4 dan 5 mL larutan NaOH, dan ke dalam 5 buah gelas piala lainnya masukkan berturut-turut 1,
2, 3, 4 dan 5 mL larutan HCl. Temperatur dari tiap-tiap macam larutan diukur dicata. Kemudian ambil
harga rata-ratanya (ini adalah temperatur mulam-mula TM). Setelah itu kedua macam larutan
inidicampurkan sedemikian rupa, sehingga volume campuran larutan asam dan basa ini selalu tetap
yaitu 6 mL. Perubahan temperatur yang terjadi selama campuran ini diamati dan dicata sebagai
temperatur akhir. Dengan demikian diperoleh harga T untuk setiap kalli pencampuran larutan
asamm basa. Selanjutnya, buatlah grafik antara T sumbu y dan volume sumbu x.

Adapun metoda praktikum kromatogafi yaitu buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung
bawah kertas kromatografi. Buat titik dengan tinta hijau ditengah garis. Buat titik dengan tinta lain
di sebelah kiri dan kana dengan jarak 2 cm, biarkan mengering. Kemudian gulung kertas hingga
membentuk silinder. Tempetkan kertas dalam gelas kimia yang baerisi air setinggi 1 cm, sehingga
ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tinta tidak sampai tercelup/ terendam air).
Biarkan air merambat kebagian atas kertas, zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Jika air
sudah merambat mendekati ujung atas kertas, keluarkan kertas dan beri tanda batas rambatan air.
Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas mengering. Ukur jarak batas air dan
jarak tiap noda zat warna dari garis pensil pada ujung bawah kertas. Hitung harga perbandingan
kedua jarak.

Cara pengerjaan reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida pada praktikum faktor yang
mempengaruhi laju reaksi yaitu tuangkan kedalam masing-masing labu yang ditandai A,B,C 25 mL
natrium tiosulfat 1M. Kemudian kedalam B dan C tambahkan berturut-turut 25mL dan 50 mL air dan
guncangkan labu-labu itu, agar terjadi pencampuran yang sempurna. Lalu pada labu Abubuhkan 25
mL asam klorida5M dan kkcok labu tersebut jalankan stopwatch tepat pada saat larutan larutan
asam klorida dituangkan dan hentikan stopwatch tepat pada saat kekeruhan timbul. Lakukan hal
yang sama pada larutan B dan C.

Terakhir bandingkan kecepatan pembebasan belerang itu dan terangkan hasil-haasil yang
tercapai, catat semua hasil percobaan pada lembaran pengamatan. Cara pengerjaan reaksi antara
kalium iodida dan merkuri klorida yaitu taruh kira-kira 2 gram masing-masing dari kalium iodida
dan merkuri klorida dalam gelas kimia dan amati perubahan yang terjadi. Aduk campuran itu
dengan batang gelas, mula-mula secara paearlahan lalu dengan cepat, dan akhirnya tambahkan
air 1 mL. Catat semua pengamatan pada lembaran pengamatan. Reaksi ketiga adalah reaksi
antara kalium permanganat dan asam oksalat yaitu encerkan 50 tetes larutan asam okksalat
dengan air hingga menjadi 25 mL (larutan A). Lakukan hal yang sama dengan larutan kalium
permangant (larutan B). Selanjutnya dalam satu tabung reaksi kecil bubhkan pada 2 tetes larutan
A, 2 tetes larutan asam sulfat 0,5 M dan 1 tetes larutan B. Jalankan stopwatch ketika tetes terakhir
ini ditambahkan.. ukur waktu yang diperlukan agar warna larutan hilang. Kemudian panaskan
tabung reaksi yang mengandung 2 tetes larutan A dan tetes larutan asam sulfat 0,5 M dalam air
mendidih selama 10 setik. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan B, dan catat waktu yang
diperlukan agar warna kalium permanganat itu hilang.

Cara pengerjaan pratikum titrasi oksidasi reduksi adalah masukan 10 ml tinta kedalam gelas
titrasi, lakukan tittrasi dengan larutan H2SO4 hingga warna berubah. Catat berapa ml diperlukan
larutan H2SO4 untuk perubahan warna pada tinta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemisahan dan Pemurnian

Pada percobaan pertama yaitu pada pasir dicampurkan dengan air pada saat diaduk akan
berhomogen namun ketika diendapkan pasir akan mengaendap kebawah dan air tetap jernih.
Kemudian larutan ditumpahkan. Pemisahan ini disebut dekantasi. Hal ini sesuai dangan pendapat
Wong (2011) yang mengatakan dekantasi adalah pemisahan komponen-komponen dalam
campuran dengan cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan
campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling campur (suspensi).

Percobaan kedua yaitu mengamati larutan bubuuk kapur didalam larutan. Awalnya larutan
bercampur homogen namun ketika disaring tertinggallah ampas bubuk kapur atau yang disebut
residu pada kertas saring, dan air jernih kembali. Ini disebut dengan penyaringan atau filtrasi. Hal
ini juga sesuai dengan peengertian penyaringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo Tri A (2011)
bahwa filtrasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan menggunakan filter
(penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi
dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut.

Pada percobaan ketiga membuktikan tentang kristalisasi. Hasil yang didpat dari percobaan
ini adalah ketika larutan garam dapur dan CuSO4 mengalami pemanasan maka akan terbentuk
Kristal Kristal di sisi gelas kimia atau cawan penguapan. Menurut Babhel J.M(2003) kristalisasi
adalah proses membentuknya Kristal padat baik dari gas, cair atau molekul.

Percobaan keempat yaitu mengamati garam CuSO4.5H2O yang diuapkan di atas pembakar.
Dalam penguapan tersebut terdapat kristal-kristal berwarna biru di pinggir cawan penguap. Ini
disebut kristalisaasi. Ini sesuai dengan pendapat Kednan (2000), kristalisai dapat dilakukan untuk
memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Pada kristalisasi, larutan pekat
didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkuran ketika suhu
diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan jalan
penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui kristalisasi diperoleh zat padat
yang lebih murni karena komposisi larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal

Percobaan kelima adalah mengamati air saringan dan air cucian disatukan kemudian
diuapkan di atas pembakar. Hasilnya adalah air menggumpal seperti butter.Destilasi, yaitu
pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih
komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat
dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. (Michael
Purba:2006)

Percobaan keenam, pada saat yod yang sudah dikotori dwngan pasir tadi dpanaskan dalam
cawan penguap yang kemudian ditutup dengan kaca erloji. Maka terbentuklah kzat padat pada kaca
erloci dengan bentuk tidak beraturan. Setelah didinginkan terbentuk kristal-kristal ungu. Hal ini
sesuai dengan pernyatan stanley (2006)., sublimasi adalah perubahan zat dari wujud zat padat ke
gas.

Kromatografi

Kromatografi:
Warna Warna noda jarak noda / jarak air

Biru Biru muda 3,0/11,5=0,26

Hijau Hijau muda 6,4/11,5=0,556

Merah Merah muda 2,8/11,5=0,24

Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi yang
menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air
yangteradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah
dijenuhkan. (Yoshito Takeuchi:2009).

Faizal Akbar (2011), dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat
berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi
dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa
untuk bergerak disepanjang kolom kapiler.

Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara


membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR)
atau volume retention (VR).

Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:

Rf =
jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh pelarut

Pada saat kertas dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air terjadilah adsorbsi air
sehingga zat warna pada tinta ikut merambat naik juga. Hal ini sesuai dengan pandapat Yoshito
Takeuchi (2009): Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari akromatogradi partisi
yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Sebagai fasa diam adalah air
yang teradsorbsi pada ketas dansebgai larutan pengembang biasanya pelarut oraganik yang telah
dijenuhkan.

Dalam percobaan ini metode ascending, dimana pelarut maupun komponen


akan teradsorbsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada kertas kromatografi, berlawanan
dengan gaya gravitasi hingga 3/4 bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil
percobaan didapatkan jarak gerak pelarut atau larutan pengembang yaitu sebesar 3.0 , 6.4 , dan 2.8
.

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik
pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari,
contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi
dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 2005).
Stoikiometri

Stoikimetri NaOH-CuSO4 :

NaOH mL CuSO4 mL TM TA T

4 1 28 C 28 C 0 C

3 2 27,5 C 28 C 0,5 C

2 3 27,8 C 28 C 0,2 C

1 4 27,5 C 28 C 0,5 C

Grafik stoikiometri NaOH-CuSO4:

Stoikometri Asam Basa :


NaOH mL HCl mL TM TA T

1 4 27C 30C 3C

2 3 27C 32C 4C

3 2 27C 33C 5C

4 1 27C 31C 4C

Grafik stoikiometri NaOH-HCl:

Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu
yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut.

Data yang didapatkan, dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur
dengan mmol CuSO4/mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol NaOH/mmol HCl. Dari grafik
tersebut dapat dilihat adanya perubahan konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa
mempengaruhi perubahan temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui pada suhu dan mmol
berapa yang menjadi titik minimum dan maksimum stoikiometri.

Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu
larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum
adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel.

Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu volume kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y
yaitu selisih antara Takhir dikurangi Tmula.

Dalam percobaan pertama dapat dituliskan persamaan reaksi :


CuSO4 + NaOH Ca(OH)2 + NaSO4 dan pada reaksi tersebut menghasilkan karena merupakan
reaksi pengendapan dan Cu tidak bercampur dengan SO4, pada percobaan kedua dapat dituliskan
persamaan reaksi : NaOH + HCl NaCl + H2O

Stoikiometri dapat diaplikasikan dalam bidang pangan dalam pembuatan tape dan menentukan
kadar kalori, vitamin, lemak, mineral dengan perhitungan suhu stoikiometri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Reaksi antara seng dan asam klorida:

Reaksi antara seng dan asam klorida dinyatakan gagal. Karena,dipengaruhi oleh keadaan
balon yang tidak rapat pada tabung reaksi. Keadaan balon yang tidak rapat pada tabung reaksi
memungkinkan udara masuk kedalam tabung reaksi tersebut. Untuk terjadinya suatu reaksi tidak
dibutuhkan bantuan dari udara luar balon itu, akan tetapi hanya membutuhkan udara yang ada
didalam tabung reaksi dan didalam balon tersebut. Sehingga ketika terjadi kelonggaran
mengakibatkan tidak terbentuknya karbondioksida.

Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida:

Ukuran partikel Waktu (sekon)

Kasar 46 sekon

Halus 35 sekon

Reaksi antara natrium triosulfat dan asam klorida:

Tabung Temperatur Waktu (menit:detik)

1 Normal (suhu kamar) 7:51

2 Panas 3:02
Laju reaksi adalaha besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan
waktu. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai bearikut: mA + nB pC + qD
. (Sandri J, Muchtaridi: 2009)

Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga
menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa
detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya
waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju
reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.( gek_ra:2009)

Apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anis Dyah R dan Waljinah: 2009) sesuai dengan
percobaan reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida.

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang
berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan
yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu
diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. (Sudisono S
dkk:2007). Sesuai dengan percobaan natrium triosulfat dan asam klorida.

Titrasi oksidasi reduksi

Reaksi antara larutan tinta dan H2SO4 :

Titrasi

Kedudukan buret:

- setelah titrasi 13

- awal titrasi 10,4

Jumlah KMnO4 yang digunakan (ml) 2,6

Ketika larutan tinta dititrasikan dengan larutan KmnO4 warna larutan tinta menjadi pudar
atau terjadi perubahan warna. Sesuai dengan penjelasan dari Rivai (2003) Redoks sering di
hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam reaksi
asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan
oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di
tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan
dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain.
Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan materi pengembangan materi
biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu
perhatian harus di curahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan
faktor stiokiometri menurut batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron
antara dua system redoks.

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai
seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2000).

Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala)
& jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi
dimasukkan kedalam geipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang
warnanya disekitar titik ekivalen. Dlm titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen
(syukri, 2002).
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dipraktikan yaitu dalam pemisahan dan
pemurnian sangat tergantung pada zat yang pelaut dan zat terlarut. Jika berbeda pelarut
dan terlarutnya maka cara pengerjaannya berbeda hasilnya pun berbeda.

Kesimpulan dari praktikum kromatografi ini adalah yakni semakin jauh jarak noda dari titik
maka jarak semakin mudah diamati.

Kesimpulan dari stoikimetri yaitu dari percobaan ini bahwa campuran larutan bervariasi namun,
sebelum dicampurkan sudah dihitung masing-masing.

Kesimpulan pada pratikum laju reaksi yaitu laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan,
ukuran suatu partikel zat padat, temperatur suatu tempat dan katalis.

Kesimpulan pada pratikum titrasi oksidasi adalah perubahan warna menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi.

Saran

Dalam praktikum ini hendaknya harus berhati-hati dalam meneliti dan menggunakan sarung
tangan dan masker. Serta setiap kelompok harus didampingi oleh satu orang asdos. Agar pratikum
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Wong. 2011. jenis-metode-pemisahan-campuran. wong168.wordpress.com.

02 November 2013

Ronquillo, Ulysses. 2011. Berbagai macam metode pemisahan.

www.adipedia.com. 02 November 2013

Tri A, Susilo. 2011. Pengertian Penyaringan. Chemistry 35 blogger. 04

November 2013

Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Stanley, SJ. 2006. Tehnik Kimia. New york. Prentice Hall inc.

Purba, Michael. 2006. Kimia SMA Kelas X.. Jakarta. Erlangga

Purba, Michael. 2006. KIMIA SMA Kelas XI.. Jakarta. Erlangga

Nugraha, Dea.2010. Laporan stoikiometri. www.scribd.com/doc

29 November 2013

Muchtaridi. 2009. KIMIA 2. Jakarta. Yudhitira.

ilmu-stoikimetri.misbachudin.com/tag/

Chemia.2009. Stoikiometri. chemiaetschoola.blogspot.com 13 November 2013

Takeuchi, Yoshito.2009. Kromaografi. http://www.chem -is-try.org

1 Desember 2013

Akbar, Faizal.2011. Kromatografi kertas. Scribd.com/ scribd

09 November 2013

Afrianto, Eddy. 2008 . Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,. Jakarta Departemen PendidikanNasional.

Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta PT. Kalman Media Pustaka.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia.

Morie, indigo.2009.Hal-hal-yang-mempengaruhi-laju-reaksi. belajarkimia.com

30 November 2013

Gek_ra.2009. Laju reaksi. Bali. www. yolyolyolanda.wordpress.com 16 Nov 2013

Septian.2009. KINEMATIKA.www.septian.wordpress 16 Nov 2013

Hidayat, Arif .2008. Katalis. arhidayat.staff.uii.ac.id 15 Nov 2013

Muchtaridi dan J, Sandri.2009. Kimia 2. Jakarta. Yudhistira

Waldjinah. 2009.KIMIA. Jakarta. Intan Pariwara

Arsyad, M Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Irfan, Anshari. 2003. Penuntun Pelajaran Kimia. Ganeca Exact, Bandung

Karyadi, Benny. 2004. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta.

Syukri, S. 2009. Kimia Dasar 1. ITB, Bandung.

Vogel, 2007. Analisa Anorganik Kualitatis. Kalmen Media Pustaka, Jakarta.


http://annisanfushie.wordpress.com/2009/05/02/permanganometri
03 Desember 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/permanganometri 03 Desember 2013

http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-analitik-dasar/laporan-titrasi-oksidasi-reduksi/

http://putra-d.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-kimia-titrasi.html
LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

Oleh :

DEVI E PANJAITAN (E10014040)

KELAS : A

KELOMPOK : BASA D
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmat-Nya

kelompok Basa D dapat menyelesaikan laporan Semester Praktikum Kimia Dasar ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama asisten dosen yang telah banyak

meluangkan waktu, tenanga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam pelaksanaan praktikum serta

proses pembuatan laporan ini, sehingga laporan ini dapat terselasaikan.

Penulis berharap semoga laporan semester ini dapat bermaanfaat bagi pembaca, dan penulis juga

berharap semoga hasil dari laporan ini dapat di maanfaatkan untuk kedepannya. Terlebih penulis

mengucapkan mohon maaf bila ada kekurangan dan kelebihan, dan sekaligus memohon kritik dan saran

dari pembaca yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.

Jambi, Januari 2015


Penulis

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

PENDAHULUAN..................................................................................................1

Latar Belakang.............................1

Tujuan Dan Manfaat......7

TINJAUAN PISTAKA......9

MATERI DAN METODA.....21

Waktu dan tempat.......................................................................................21

Materi.........................................................................................................21

Metoda...................................................................................................23

HASIL DAN PEMBAHASAN..........29

Pemisahan Dan Pemurnian.........29

Kromatografi.......32

Stoikiometri.........37

Laju Reaksi..........44

Titrasi Oksidasi Reduksi.....46


PENUTUP..48

Kesimpulan.48

Saran........49

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur materi dan perubahan yang dialami materi

baik secara alamiah maupun dengan cara percobaan yang direncanakan. Sehingga dalam mempelajari
Kimia Dasar perlu suatu percobaan atu praktek agar Mahasiswa dapat mengerti dan lebih tau dalam

menyusun zat kimia. Maka dari itu, dengan adanya mata kuliah Kimia Dasar ini dapat menjadi bekal

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebelum diaplikasikan kepada lingkungan

masyarakat.Sebagai salah satu contohnya yakni PEMISAHAN DAN PEMURNIAN. Adapun penggolongan

pemisahan dan pemurnian yakni Pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat ke zat

padat. Dalam kehidupan sehari-hari,kita tidak lepas dari hal-hal yang berbau dengan ilmu

Kimia secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa.

Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau

kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan

yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara

mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih

murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui

proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses pemisahan kimiawi harus

dilakukan. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun

campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau

campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua

atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cairgas, gas-gas, campuran padat-cair-gas,

dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua

atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang

diinginkan. Pemisahan dapat dilakukan dengan bebereapa metode, yaitu :

Filtrasi

Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk

memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar

pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring

akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan

meneruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk

larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang
tertinggal dipenyaring disebut residu. (ampas).

Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada

pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium,

menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat

injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula.

Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner. Penyaring

buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap.

Sublimasi

Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalu

i fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. bahan-bahan

yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.

Kristalisasi

Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu

larutan. Dasar metode iniadalah kelarutan bahan

dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara

yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan. Contoh proses kristalisasi dalam

kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur dari air laut. Mula-

mula air laut ditampung dalam suatu

tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan,

dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk

mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali)

Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu

dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan

dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental,

lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh

gula putih atau gulapasir.


Destilasi

Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan

yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang

mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih

yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan

terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya

tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan

campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang

diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang

mencairditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya

disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu

putih, dan memurnikan air minum.

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang

sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.

Adsorbsi

Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan

dari pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat

sehingga menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini dipakai untuk

memurnikan air dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat

karena terdapat kotoran.

Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan

perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan

metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorbsi oleh
bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan). Contoh proses

kromatografi sederhana adalah kromatografi kertas untuk memisahkan tinta.

Dalam kehidupan sehari-hari,kita tidak lepas dari hal-hal yang berbau dengan ilmu Kimia, seperti

halnya saat kita mencampurkan gula kedalam air. Sebagai contoh yang sederhana adalah ketika kita

memisahkan antara ampas kelapa dengan santanya.Dalam menggunakan metode penyaringan

(filtrasi), ampas kelapa akan tertahan pada alat saring dan santannya lolos dari alat saring. . Filtrasi

adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan bahan berpori yang hanya dapat

dilalui oleh cairan.

Metode lain untuk memurnikan zat cair adalah destilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaanan

pada temperatur lebih rendah. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul memasuki fase uap. Destilasi

ada dua macam, yaitu distilasi sederhana dan distilasi bertingkat Sublimasi adalah proses pemurnian

suatu zat dengan jalan memanaskan campuran, sehingga dihasilkan sublimat. Ketika iod dipanaskan

tidak menguap, sedangkan komponen yang lain tidak. Kristalisasi cara ini berdasarkan perbedaan

larutan dari komponen campuran dalam pelarut tertentu.

Kromatografi adalah sautu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan

perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi,

komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Kertas

kromatografi dibuat dari serat selulosa danselulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu

glukosa. Kompleksitas tmbul karena serat-serat selulosa berantraksi dengan uap air dari atmosfir

sebagaimana dalam hal air yang timbul pada saat pembuatan kertas.

Stoikiometri berkaitan dengan hubungan kuantitatif antara unsur dalam suatu senyawa dan

antar zat dalam suatu reaksi,pengetahuan tentang masa atom dan masa molekul dan mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu ekperimen maupun dalam suatu

perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat

memperkirakan jumlah yang sangat besar.


Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, partikel temperatur dan katalis.

Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar

kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi dengan jalan memperkecil

energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.

Titrasi Oksidasi reduksi (redoks),merupakan bagian terbesar dari analisis volumetri karena

metoda ini dapat digunakan untuk sejumlah besar unsur. Selain itu metoda ini digunakan juga untuk

menentukan sejumlah zat organik. suatu penerapan penting dari TITRASI OKSIDASI ASAM BASA adalah

analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada masa

dinamakan gravimetrik dan pengukuran yang dilakukan pada dasar berdasarkan volume larutan

dianamakan volumetrik atau titrasi. Dalam percobaan ini tehnik analisis ini diterapkan pada analisis

contoh yang mengandung asam. Reaksi yang dipakai untuk analisis volumentri harus memepunyai sifat-

sifat penting antara lain stoikiometri yang baik tidak memberikan reaksii sampai (hanya bahan yang

dialissis yang bereaksi dengan titran, laju reaksi tinggi, tidak ada gangguan yang berarti dan ada alat

untuk mendeteksi ekivalen titrasi

Tujuan dan Manfaat

Untuk mengetahui tentang zat-zat dan cara untuk pemisahan dan pemurnian, kromatografi,

stoikiometri, faktor-faktor yang memperngaruhi laju reaksi dan titrasi oksidasi dan reduksi. Sehingga

kita mendapat ilmu yang bermanfaat dimana sebelumnya kita belum mengetahui tentang semua yang

tertera diatas dan karna berkat pratikum ini kami sudah mengetahui bagaimana bentuk zat dan reaksi

dari paraktikum tersebut.

Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah agar Mahasiswa dapat lebih mengerti dan menyukai
pelajaran kimia, dan dapat mengetahui zat-zat apa yang bisa dilarutkan atau dicampurkan.
Adapun manfaat diadakan praktikum ini adalah agar Mahasiswa bisa mengetahui tehnik atau
cara dalam melakukan pemisahan dan pemurnian sehinggamenghasilkan zat yang baru. Selain itu juga
untuk mengenal alat-alat yang digunakan di Laboratorium ini sesuai dengan fungsi alat tersebut.

Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk kita mengetahui bagaimana cara
perhitungan terhadap jarak suatu noda dengan jarak basa air pada kertas kromatografi tersebut.

Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapat mengetahui
bagaimana proses reaksi air dan tinta dengan perbandingan jaraknya, dan untuk memenuhi
kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut.

Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk kita mengetahui bagaimana cara
perhitungan suhu suatu zat didalam kimia.

Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapat mengetahui
bagaimana cara mengukur suhu suatu zat, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses
praktikum mata kuliah tersebut.

Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah agar maha siswa dapat lebih mengerti
dan menyukai pelajaran kimia,dan dapat mengetahui zat-zat apa saja yang bisa dilarutkan atau
dicampurkan.

Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapatmengetahui
tehnik atau cara dalam melakukan pengukuran temperatur pada laju reaksi, dan untuk memenuhi
kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut.

Adapun tujuan dari prktikum titrasi oksidasi adalah untuk mempelajari dan menerapkan teknik
titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam, menstandarisasi larutan penitrasi.

Adapun manfaat dari diadakan prakikum ini agar mahasisiwa dapat mengetahui tehnik cara
melakukan atau mentitrasikan larutan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan Pemurnian


Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat

tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan

pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti

biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang

rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad,

2001).

Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam

suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku.

Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009).

Garam dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh

dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair.

NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan

kelarutan sangat kecil dengan suhu. (Arsyad, 2001).

Reklistalisasi merupakan merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak

digunakan,dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut

kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala

suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang

dimurnikan, apabila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara

produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap,(Arsyad,2001

Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan

yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2

yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan

becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald Sitorus, 2002).

Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan melunak

dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari
karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan zat padat hanya membicarakan kristal. (Syukri,

2000).

Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur

morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kriistal-kristal yang

terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali

makin cepat kristal itu akan turun keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan.

(Svehla, 2000).

Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode-metode

tersebut, yaitu pengayakkan, penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan

menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi. Metode dekantasi

digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini,

ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan

menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk

mempermudah proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan

demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun,

metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadang-

kadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut

masuk ke dalam wadah baru (Anonim.2009).

Seperti halnya dekantir, proses penyaringan juga digunakan untuk memisahkan campuran yang

zat penyusunnya cairan dan padatan. Bedanya, ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap

di dasar cairan, tetapi tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini dipisahkan dengan dekantir, maka

padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilakukan penyaringan. Penyaringan

dilakukan dengan menuang campuran ke atas kertas saring dari sebuah corong gelas. Kertas saring akan

menahan padatan yang lebih besar dari pada ukuran lubang saring. Padatan yang tertinggal pada kertas

saring ini disebut residu. Sementara zat dengan ukuran partikel lebih kecil dari ukuran lubang saring

akan lolos melalui kertas saring. Zat yang dapat melewati kertas saring ini disebut filtrate

(Anonim.2003).
Stoikiometri

Stoikiometri dari suatu senyawa dapat memperlajari dalam kinetika kimia. Stoikiometri adalah

pengetahuan tentang massa atom dan masa molekul. (Michael Purba, 2005).

J.A Hunt (2004), menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dinyatakan dalam rumus

kimia.

Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung

dengan suhu akhir dikurang suhu awal.

Penicum aracis (2002),menyatakan stoikiometri ialah salah satu cabang ilmu kimia yang

mempelajari hubungan dan komposisi-komposisi dari suatu zat dan nilainya.

Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam

pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat

mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat

besar.

Stoikoimetri berasal dari bahasa yunani,yaitu stoicheion yang berarti unsur,netron artinya

mengukur.Jadi ,stoikiometri adalah erhitungan kimia.Lima dasar yang menjadi dasar perhitungan kimia

yaitu,Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier),Hukum Perbandingan Tetap(Hukum Proust),Hukum

Perbandingan Berganda(Hukum Dalton),Hukum Perbandingan Volume(Hukum Gay-lussac),dan Hukum

Aavogadro.(Anonim 2012).

Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung

dengan suhu akhir dikurang suhu awal.

(Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan semakin rendah

temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature

yang dihasilkan.
(Riccard, 2006:980) menyatakan bahwa semakin tinggi volume asam maka suhu semakin

rendah, semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi, begitu pula sebaliknya dengan basa.

(sama dengan hasil penelitian yang kami lakukan.

(Rassy,2004:367) stoikiometri (stoikiometri reaksi untuk

membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan

menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantutatif dari reaktan

dan produk dalam reaksi kimia(persamaan kimia)yang didasarkan pada hukum-hukum dasar

persamaan reaksi.(Anonim.2011).Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan masa unsur

unsur dalam pembentukan senyawa.Pada perhitungan kimia secara stoikiometri ,biasanya diperlukan

hukum-hukum dasar ilmu kimia .Stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal

,yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.(Anonim.2011).

Kromatografi

Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua

fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang

disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan

lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida)

yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner (Annisa 2000 : 117).

Menurut Joko, (2008) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka

semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan

mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak.


Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua

fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang

disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan

lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida)

yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner. (Annisa 2000 : 117)

Svehla(2000), menyatakan bahwa kertas kromatogarfi bergantung pada pembagian campuran


antara 2 fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisipasi cairan dan
pertukaran ion. Dalam kromatografi partisipasi cairan yang bergerak mengalir melewati fase cairan
stasioner yang diserap pada suatu pendukung.

Day (2001), menyatakan bahwa dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam


2 fase gera dan fase diar. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-
molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel ataupun terserap. Dalam suatu hal yang
berhasil akan berpindah tempat sepanjang deret noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna
tentu saja nodanya dapat terlihat.

Basset (2004), menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3cm dari
salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada
setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler, dan
dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain.

Underwood (2005), menyatakan bahwa kromatografi dianggap semata-mata terbentuk


partisipasi dari caiarn-cairan setelah disingkapkan pada udara yang lembab, kertas saring yang tampak
kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Zat-zat yang terlarut itu pedahal
fase geraknya dapat dicampur dengan air.

Stever dan Howe (2003), menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan
menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan
menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian darikromatografi kertas.

Petrucci (2003), menyatakan bahwa kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna
dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang
perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itutidak akan mencapai 1cm.

Hadley (2001), menyatakan bahwa reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara
air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh
daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta.

Basset (2008), menyatakan bahwa selain kertas kromatografi whatman dapat pula digunakan
kertas selulase murni. Kertas selolosa dimiliki atau dimodifikasi atau dikromat dan kertas serat kaca.
Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangannya adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan,
pembentuk komet dan laju pergerakan pelarut dan juga penolak pada air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Aswad (2001) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah benda-

benda yang mempengaruhi konsentrasi, besar partikel dan temperatur atas laju reaksi.

Bird (2000) mengatakan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada ion yang mengandung asam

dan dengan adanya natrium tiousulfat maka akan membebaskan iodium telah diasamkan dengan asam

sulfat.

Konnaso (2001) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah

pengaruh konsentrasi, pengaruh besar partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi,

pada temperatur-temperatur atas laju reaksi ini tergantung pada zat-zat pereaksi.

Sahma (2001) mengatakan bahwa laju pertumbuhan butir seng merupakan faktor lain yang

mempengaruhi ukuran balon yang akan mengalami pengembangan yang sangat cepat karena

dipengaruhi oleh larutan asam klorida dan butiran seng.

Whiskia (2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu

atau reaksi awal dari sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi

konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang tepat.

Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih

dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan.

Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk memenuhi

terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus

dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara.

Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008).

Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimiayang berlangsung

per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan
tiap detik reaksi. Perkaratan besimerupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedangkan

peledakan mesiu atau kembang api adalah contoh reaksi yang cepat.(Anonim.2011).Faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan sentuh,suhu,katalis,molaritas, dan

konsentrasi.(Wikipedia).Semakin besar luas permukaan sentuh antar partikel maka tumbukan yang

terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga apabila semakin

kecil luas permukaan bidang sentuh,maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,sehingga

laju reaksi pun semakin kecilKarakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh,yaitu

semakin halus kepingan itu ,maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;sedangkan

semakin kadar kepingan itu ,maka semakkin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.(Anonim

2009).Makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makincepat reaksinyaberlangsung.Makin besar

konsentrasi makin banyak zat zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya

tumbukan dengan demikia makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.Suhu juga berperan dalam

mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,maka

menyebabkan partikel semakin aktif bergerak ,sehingga tumbukan yang tterjadi semakin

sering,menyebabkan laju reaksi semakin besar.Pada umumnya untuk kenaikan suhu sebesaar 100C,laju

reaksi akan naik menjadi dua saampai tiga kali lipat dari semula yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

.(Anonim.2009). Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi/energi

pengaktifan,yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan

antar molekul menghasilkan zat hasil reaksi.Laju reaksi akan semakin cepat jika energi kinetik

meningkat dan energi aktivasi menurun. (Sandri.2009).


Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi

seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume

akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi

(Hera.2009).

Katalis menurunkan energi aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi

,yaitu membuat tahap-tahap reaksi yang mempunyai energi aktivasi lebih rendah.Dalam

suatu reaksi ,katalis tidak mengalami perubahan kimia (tidak ikit bereaksi).Katalis

diperlukan dalam suatu reaksi ,tetapi jumlahnya relatif sedikit.(Sandri.2009).

Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab

semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak,

sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil

konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga

laju reaksi pun semakin kecil.(Anonim.2012)

Titrasi oksidasi dan reduksi

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh

reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah

tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2009).

Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah

yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan

kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok.

Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.

Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2009).
Suatu proses didlm laboratorium utk mengukur jumlah suatu reaktan yg bereaksi sempurna dgn

sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dlm reaktan kedua

disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan

titrant kedalamnya disebut titree (Thomas,2003).

Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya

titrant telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree.Salah satu masalah teknis

dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan

pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen (Kuncoro, 2001).

Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang

sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal

dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006).

Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan untuk

bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir

dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang

berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung.

Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai

nol (Rivai, 2005).


MATERI DAN METODA

Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia dasar tetang pemisahan dan pemurnian, kromatografi, stooikiometri, fakktor

faktor yang mempengaruhi laju reaksi, titrasi oksidasi dan reduksi dilaksanakan mulai dari tanggal 09

November sampai tanggal 21 Desembar 2014 pada pukul 08.00 sampai dengan selesai yang bertempat

di Laboratorium SAINTEK Universitas Jambi.

Materi

Pemisahan dan Pemurnian

Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum Kimia Dasar Pemisahan dan Pemurnian

adalah gelas kimia, corong, cawan penguap, gelas ukur 50 ml, pembakar, kaca erloji, kertas saring,

CuSO4-5H2O, garam dapur, yod, kapur tulis, pasir.


Kromatografi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Kimia Dasar tentang kromatografi adalah

kertas kromatografi, gelas kimia, lidi, tinta dengan warna biru, merah, hijau ( yang larut dalam air)

Stoikiometri

Pada pratikum ini menggunakan alat dan zat yaitu :gelas kimia, gelas penagaduk, termometer,

larutan CuSO4, larutan NaOH, larutan HCL dan larutan H2SO4.

Fator-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan yaitu : Pada kegiatan 1: balon, labu 100 ml,

butiran seng, stopwach, larutan asam klorida. Pada kegiatan ke 2 : marmer, larutan HCl, balon, labu

ukur100 ml, mortir, tabung ukur 100 ml. Pada kegiatan ke 3 : pipet tetes, gelas kimia 150 ml, tabung

reaksi, rak tabung reaksi, stopwach, larutan natrium tiosulfat, larutan asam klorida.

Titrasi oksidasi dan reduksi


Pada praktikum ini alat dan zat yang digunakan adalah pipet tetes 25 ml, buret 50 ml, labu titrasi 250

ml, labu takar, larutan asam oksalat, Larutan KMnO4, dan pembakar.

Metoda

Pemisahan dan pemurnian

Memasukkan lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah berisi air 25 ml,

kemudian di aduk.Biarkan pasir mengendap ,kemudian tuangkan larutan bagian atas.

Memasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian di aduk.siapkan corong dan

kertas saring, lalu lakukan penyaringan.

Larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutkan garam ini disaring dengan

menggunakan kertas saring.uapkan larutan garam yang telah di saring ini dalam cawan penguapan.

Larutkan 10 gram garam CuSo4.5H2O ke dalam 50 ml air.uapkan larutan ini sehingga volum

menjadi 20 ml, keudian di dingin kan .perhatikan bentuk Kristal yang terjadi.

Campurkanlah lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia dan 1 sendok garam dapur

sampai homogen, dan masukkan ke dalam gelas kimia.panaskan campuran ini kemudian saring.zat

padat yang tertinggal di corong di cuci dua sampai tiga kali dangan lebih kurang 5 ml air.air saringan

dan cucian di satukan kemudian di uapkan dalam cawan penguapan . jika air nya hamper habis, handak

nya pembakar di sisih kan sebentar dan biarkan air menguap sendiri.

Memasukkan lebih kurang 2 gram yod yang kotor ke dalam cawan penguapan.tutup cawan

penguapan terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal

tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk tersebut dengan kaca erloji yang berisi air.panaskan
perlahan-lahan sampai terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan

Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk.

Kromatografi

buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah keatas Kromatografi, buat titik dengan tinta hijau

di tengah garis, buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan disebelah kanan titik hijau pada jarak

2cm. biarkan sampai kering, gulung kertas berbentuk silinder, tempatkan kertas dalam gelas kimia yang

berisi air setinggi 1cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tersebut agar tidak

tercelup dalam air), biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta akan ikut

merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung kertas, keluarkan kertas. Beri batas rambat

air. Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas saring menjadi kering, ukur jarak batas

air dan jarak tiap noda zat warna, dari garis pensil pada ujung bawah keatas. Hitung harga perbandingan

kedua jarak = jarak noda / jarak air, buat kromatograf dari titik tinta yang tidak dikenal, misalnya

campuran dua macam tinta.

Stoikiometri

stoikiometri system CuSO4 NaOH.

Gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. masukan 5 ml NaOH kedalam gelas kimia dan catat

temperaturnya.
Sementara aduk, tambahkan 2 ml CuSO4 yang diketahui temperature awal dan amati

temperature dari campuran.

Ulangi percobaan, menggunakan 4 ml NaOH dan 3 ml CuSO4, sekali lagi menggunakan 3 ml

NaOH dan 4 ml CuSO4, akhirnya menggunakan 2ml NaOH dan 5 ml CuSO4.

stoikiometri asam basah :

Kedalam 3 buah gelas piala masukkan berturut-turut 2,4 dan 6 ml larutan NaOH, dan kedalam

3 buah gelas piala berturut-turut 4,6 dan 8 ml Hcl. Temperature dari tiap tiap larutan diukur, dicatat,

kemudian dirata-ratakan. Setelah itu kedua macam larutan asam-basa ini di campurkan sedemikian

rupa sehingga volumenya selalu tetap yaitu 10 ml. Perubahan temperature yang terjadi selama

pencampuran dicatat sebagai temperature akhir,

M.

Selanjutnya, buat grafik antara (sumbu Y) dan volume asam-basa (sumbu X)

Lakukan percobaan yang sama terhadap campuran NaOH dan H2SO4. Perbedaan apakah yang mungkin

terdapat jika dibandingkan terhadap percobaan sebelumnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi


Pada kegiatan 1 reaksi antara seng dan asam klorida yaitu :Yang pertama tuangkan seng sebanyak

1 gr ke dalam balon, kemudian pasang balon itu pada labu yang mengandung 8 ml larutan asam klorida.

Jalankan stopwach tepat pada saat seng itu dijatuhkan pada larutan asam klorida dan hentikan

stopwach pada saat balon itu dapat berdiri.

Catat hasil-hasil pengukuran waktu yang di capai itu pada lembaran pengamatan.

Pada kegiatan ke dua reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida yaitu :

Isi balon dengan 1 gr marmer butiran dan pasang balon itu dengan labu yang telah di isi dengan 50 ml

asam klorida. Reaksikan marmer itu dengan menjatuhkannya pada larutan asam klorida. Ukur waktu

yang di perlukan agar balon-balon itu terisi karbon di oksida.

Lakukan hal yang sama pada balon yang telah digerus halus. Kemudian bandingkan hasil-hasil

pengukuran waktu yang di peroleh itu dan terangkan.

Buat tanda hitam pada sehelai kertas putih dan tempatkan sehelai kertas putih dan tempatkan

sebuah tabung reaksi di atas tanda itu.

Kedalam tabung itu bubuhkan dua tetes larutan natrium tiosulfal 0,15 M dan 2 tetes larutan asam

klorida 3 M. Ukur waktu yang di perlukan untuk mengaburkan tanda hitam itu.

Ke dalam tabung reaksi lain bubuhkan dua tetes larutan natrium tiosulfat 0,15 M dan celupkan

dan celupkan tabung itu selama 10 detik dalam air mendidih. Kemudian taruh tabung itu di atas tanda

garis hitam tadi. Bubuhkan 2 tetes asam khlorida 3 M dan amati waktu yang di perlukan untuk

mangaburkan tanda hitam itu.

Catat semua hasil pengamatan pada lembaran pengamatan dan terangkan hasil-hasil yang di

dapatkan itu.
Titrasi okidasi dan reduksi

Pipet 10 ml larutan asam osalat standar kedalam labu titrasi, tambahkan 20 ml aquades dan

tambahkan 2 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai hampir mendidih, titrasi dengan larutan KMnO4

sehingga terjadi perubahan warna (perhatikan pada awal titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemisahan dan Pemurnian

Hasil percobaan pertama sebelum dicampurkan pasir dengan air, warna air masih bening.

Setelah dicampur dan diaduk rata warna airnya menjadi keruh dan setelah di diamkan beberapa saat

pasirnya mengendap dibagian bawah. Ini memakai cara dekantasi terjadinya pemisaha yang jelas. Hal

ini sesuai dengan Anonim( 2009) bahwa Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran

yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga

mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara

hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantir, dapat

digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah

dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan

padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadang-kadang masih ada cairan yang tersisa dalam

wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru.

Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan

yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2

yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan

becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald Sitorus, 2002).

Setelah bubuk kapur tulis dilarutkan dalam air, yang terjadi kapur tidak melarut, Setelah disaring

dengan kertas penyaring, kapur tulis berubah warna menjadi bening yang tadinya berwarna.

Pada percobaan pemisahan larutan garam dapur, setelah dilakukan penyaringan larutan garam,

garam masih tetap tertinggal pada kertas saring, sedangkan air di saring tetap jernih dan rasanya tetap
asin, hal ini disebabkan karena partikel garam masih ada yang tidak tersaring dan mengikuti tetesan air

(proses pemisahan ini di lakukan dengan penyaringan). Sedangkan selanjutnya larutan di masukkan ke

dalam cawan penguap dan kemudian di panaskan. Setelah di panaskan volume larutan

menjadi berkurang karena menguap, setelah di dinginkan pada tepi cawan penguap terdapat kristal-

kristal garam yang melekat. Garam dan airnya terpisah. Sehinga pemisahan yang terjadi tergolong

kristalisasi. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan

mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion

kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001).

Setelah garam CuSO4 . 5H2O dilarutkan kemudian dipanaskan, setelah volumenya berkurang

sebagian. Kemudian didinginkan, setelah larutan itu dingin terlihat kristal2 disekeliling cawan yang

halus dan bewarna putih. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang

terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan

perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan

(Nisa halimah.2009).

Setelah garam dapur dan pasir dicampurkan menjadi homogen di tambahkan air ,kemudian

dipanaskan dan disaring, warna cairan tersebut berubah menjadi kuning, dan setelah didinginkan

cairan tersebut membentuk Kristal-kristal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arsyad,(

2001)Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat

tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan

pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti

biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang

rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Syarat

utama tebentuknya Kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat

jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana pelarut mengandung zat terlarut melebihi

kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan zat terlarut pad suhu tetap (Fessenden,2002).

Setelah yod dicampur dengan pasir dan dipanaskan serta ditutup dengan kaca erloji yang diberi

sedikit air pada bagian atasnya. Beberapa menit kemudian yod menguap pada kaca erloji dan
memebentuk zat padat (Kristal-kristal) berwarna ungu pada bagian kaca. Kristalisasi merupakan

metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini

adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu

kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009). Garam dapur dan natrium

klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan

memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat

larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil

dengan suhu. (Arsyad, 2001).

Kromatografi

Setelah dilakukan percobaan sesuai dengan tahap yang ada pada buku panduan, maka dapat
diperoleh hasil dimana jarak antara batas air sebesar 9 cm, noda biru sebesar 8,5 cm, noda merah yaitu
8,5 cm, dan noda hijau sebesar 7,5 cm. (fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume
larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan NaOH,
maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan. Semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka
semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan
mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak. Svehla(2000), menyatakan bahwa kertas
kromatogarfi bergantung pada pembagian campuran antara 2 fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi
absorpsi, kromatografi partisipasi cairan dan pertukaran ion. Dalam kromatografi partisipasi cairan
yang bergerak mengalir melewati fase cairan stasioner yang diserap pada suatu pendukung.

Day (2001), menyatakan bahwa dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam


2 fase gera dan fase diar. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-
molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel ataupun terserap. Dalam suatu hal yang
berhasil akan berpindah tempat sepanjang deret noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna
tentu saja nodanya dapat terlihat.

Basset (2004), menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3cm dari
salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada
setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler, dan
dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain.

Underwood (2005), menyatakan bahwa kromatografi dianggap semata-mata terbentuk


partisipasi dari caiarn-cairan setelah disingkapkan pada udara yang lembab, kertas saring yang tampak
kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Zat-zat yang terlarut itu pedahal
fase geraknya dapat dicampur dengan air.

Basset (2008), menyatakan bahwa selain kertas kromatografi whatman dapat pula digunakan
kertas selulase murni. Kertas selolosa dimiliki atau dimodifikasi atau dikromat dan kertas serat kaca.
Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangannya adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan,
pembentuk komet dan laju pergerakan pelarut dan juga penolak pada air.

Hasil yang diperoleh dari praktek menggunakan air mineral dapat diketahui sebagai berikut

Warna tinta Warna noda Jarak noda

Jarak air
Biru Biru tua (0,7)
0,07

Biru muda(7,8)
0,8

Hijau Hijau tua(0.5)


0,05

Hijau muda(1)

Hijau toska(6)

merah Merah muda(2,5)

0,6
Merah bata(5,5)

Merah tua(0,5) 0,05

Jadi kesimpulannya, dari hasil percobaan bahwa jarak dari air pada tiap zat warna tidak sama

dan juga jarak noda yang ikut merambat naik juga tidak ada yang sama. Selain itu dapat disimpulkan

pula bahwa warna dari tinta yang terakhir di tetes merambat lebih muda dari warna tinta yang pertama

kali diteteskan pada kertas. Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika

yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya

perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah
satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain

berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner Annisa (2000).

Pada percobaan kromatografi menggunakan aquades di peroleh jarak antara batas air sebesar

8 cm, noda warna merah 6,5 cm, noda warna hijau 6,5 cm, noda warna biru 6 cm.

Hasi yang di peroleh di ketahui sebagai berikut :

Warna Tinta Warna noda Jarak Noda

Jarak Air

Merah Merah muda


0,8

Hijau Hijau muda


0,8

Biru Biru muda


0,7

Cepat rambat masing-masing tinta yang di gunakan hampir sama, dan perubahan warnanya

menjadi lebih cerah. Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang

menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan

migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya

merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat

alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner Annisa (2000).

Dengan menggunakan aquades zat warna lebih cepat merambat dari pada menggunakan air.

Menurut Joko, (2008) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar
pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya

tinta warna yang sangat banyak.

Stever dan Howe (2003), menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan
menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan
menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian darikromatografi kertas.

Petrucci (2003), menyatakan bahwa kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna
dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang
perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itutidak akan mencapai 1cm.

Hadley (2001), menyatakan bahwa reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara
air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh
daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta.

Stoikiometri

Pengamatan Stoikiometri CuSO4 NaOH

NaOH CuSO4

TM TA T

Ml Ml

5 2 29 29 29 -29 0

4 3 27 28 28 27 1

3 4 26 27 27 26 1

2 5 26 26 26 26 0

Grafik pengamatan Stoikiometri


Stoikiometri Asam Basa

a. NaOH HCL

NaOH HCL

TM TA T

Ml Ml

2 8 27 30 3

4 6 27 38 11
6 4 27 28 1

Grafik pengamatan stoikiometri NaOH-HCl

b. NaOH_H2SO4
NaOH _ H2SO4 TM TA

Ml Ml

2 4 26 26 0

4 2 26 27 1

Grafik pengamatan stoikiometri NaOH-H2SO4


Stoikiometri CuSO4-NaOH

Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperatur yang dihasilkan dan semakin

rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperatur yang dihasilkan. Pada pencampuran

larutan tersebut dengan perbedaan volume antara NaOH dengan CuSO4, menghasilkan perubahan

warna yang berbeda-beda.Seperti pencampuran 5 ml CuSO4 dengan 2 ml NaOH menghasilkan warna

yang keruh, sedangkan pada pencampuran 2 ml CuSO4 dengan 5 ml NaOH menghasilkan warna yang

tetap jernih. Hal ini sesuai dengan pendapat maka semakin Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa

perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal.
Stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat

bahwasemakin tinggi volume larutan semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin

rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan.

Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam

pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat

mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat

besar.

Brady (2002), stoikiometri merupakan sebagian senyawa harus memiliki perbandingan massa
yang tepat daripada unsur-unsur penyusunnya.

Abraham dan Wiliamson (2004), menyatakan bahwa stoikiometri merupakan suatu


perhitungan yang mempunyai koefisien dalam suatu reaksi dan indeks terhadap pemakai.

Hadley dan Pillay (2000), menyatakan bahwa stoikiometri yaitu metoda, atau faktor label,
faktor satuan dan unit scele up, serta analogi bentuk personal kimia yang mendasar adalah menghitung
massa dari suatu persamaan dan reaksi kimia tertentu.

Petrucci (2002), menurut dalton suatu unsur hanya dapat bereaksi dengan jumlah tertentu
untuk ukuran unsur lain yang membentuk senyawa tersebut.

Staver dan Howe (2004), stoikiometri merupakan sebagai suatu massa dan modelmol, untuk
dikaitkan dengan molekul dan tidak untuk unsur atom.

Syukri (2006), hukum kekekalan massa berbunyi bahwa setiap massadan zat-zat bereaksi
adalah sama dengan massa zat-zat hasil reaksi dari massa

tersebut.

Stoikiometri NaOH HCL

Semakin tinggi volume asam Maka suhu semakin rendah, semakin rendah volume asam maka

suhu semakin tinggi dan semakin tinggi basa, maka suhu rendah.
Percobaan di atas menggunakan reagen NaOH yang bersifat basa dan larutan HCL yang bersifat

asam yang apabila kedua larutan dicampurkan akan didapat garam NaCl yang kemudian diukur suhunya

menggunakan thermometer agar dapat diketahui suhu setelah dicampurkan kemudian diaduk agar

kedua larutan dihomogenkan. Pada pembuatan larutan 1 M digunakan akuades untuk mengencerkan

larutan.

Brady (2002), stoikiometri merupakan sebagian senyawa harus memiliki perbandingan massa
yang tepat daripada unsur-unsur penyusunnya.

Abraham dan Wiliamson (2004), menyatakan bahwa stoikiometri merupakan suatu


perhitungan yang mempunyai koefisien dalam suatu reaksi dan indeks terhadap pemakai.

Hadley dan Pillay (2000), menyatakan bahwa stoikiometri yaitu metoda, atau faktor label,
faktor satuan dan unit scele up, serta analogi bentuk personal kimia yang mendasar adalah menghitung
massa dari suatu persamaan dan reaksi kimia tertentu.

Pada percobaan kedua digunakan reagen NaOH 1 M yang bersifat basa dan yang bersifat asam.

Yang apabila dicampurkan akan menjadi garam dan juga digunakan akuades untuk mengencerkan

larutan NaOH dan menjadi 1 M. percobaan kedua dilakukan dengan mencampurkan larutan kemudian

diaduk agar larutan menjadi homogen kemudian diukur suhunya agar dapat diketahui tinggi suhunya.

Percobaan kedua juga dilakukan tiga perlakuan berbeda yang pertama yaitu mencampukan 2 ml NaOH

dengan 6 ml dan didapat suhu NaOH adalah 28 , suhu dan suhu campurannya reaksi ini termasuk

dalam reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan sebagai pereaksi

sisa. Perlakuan kedua adalah dengan mencampurkan 4 ml NaOH dan 4 ml dan didapat suhu NaOH

adalah , suhu adalah dan suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga termasuk dalam reaksi non

stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan sebagai pereaksi sisa. Pada

perlakuan ketiga dicampurkan 6 ml NaOH dan 2 ml dan didapat suhu NaOH adalah , suhu adalah dan

suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga merupakan reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH

sebagai pereaksi dan sebagai pereaksi pembatas. Dan pada percobaan kedua ini didapat titik

maksimumnya adalah dan titik minimumnya adalah .

Dari kedua percobaan diatas dapat kita buat garfik suhu terhadap jumlah volume masing masing

reagen. Pada grafik 4.3.1 dapat kita lihat apabila semakin banyak pereaksi yang beraksi atau semakin

sedikit pereaksi yang bersisa maka perubahan suhu semakin tinggi sehingga pada percampuran 4 ml
NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M merupakan suhu tertinggi karena reaksi tersebut merupakan reaksi

stoikiometri. Dan pada grafik 4.3.2 juga membuktikan semakin sedikit konsentrasi pereaksi

sisa semakin tinggi perubahan suhunya. Dan didapat tertinggi pada campuran 6 ml NaOH dan 2 ml .

Dalam praktikum ini terdapat beberapa factor kesalahan yang membuat hasil percobaan kurang

akurat yaitu ketika pengukuran suhu menggunakan thermometer.Thermometer mengenai dinding

gelas kimia dan tangan pada saat memegang thermometer kurang ke atas, selain itu suhu ruangan yang

kurang stabil serta pipet yang digunakan telah di gunakan pada larutan.

Dalam percobaan reagen dimasukkan kedalam gelas kimia, di ukur sesuai volume yang

diperlukan. Dan diukur menggunakan thermometer, hal ini berfungsi agar mendapatkan suhu yang

akurat dari masing masing reagen dengan volume yang berbeda. Lalu reagen dicampur dan diguncang

sedikit agar reagennya tercampur. Kemudian diukur suhu campurannya dengan thermometer agar

dapat diketahui suhu campuran tertinggi dan dapat ditentukan yang stoikiometri. Hal ini sesuai dengan

pendapat maka semakin Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri

dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. Stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir

dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan semakin

rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi

temperature yang dihasilkan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Pada Pratikum faktor yang mempengaruhi laju reaksi diperoleh hasil reaksi antara 1.seng dan asam

klorida :

Konsentarasi seng Waktu(m)

1M 30
Dalam pencampuaran larutan ini tidak diperoleh perubahan ( tidak bereaksi), sehingga

balon tersebut tidak berisi oksigen dan tidak dapat berdiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Whiskia

(2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal

dari sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi

antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang tepat.

2. Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida

Labu Waktu (m)

A 15

B 15

Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida yang di dapat adalah marmer yang telah digerus lebih

cepat bereaksi daripada marmer yang tidak digerus karena sesuai dengan salah satu faktor yang

mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaannya.Semakin besar luas permukaan sentuh antar

partikel maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin

cepat. Begitu juga apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh,maka semakin kecil tumbukan

yang terjadi antar partikel,sehingga laju reaksi pun semakin kecilKarakteristik kepingan yang

direaksikan juga turut berpengaruh,yaitu semakin halus kepingan itu ,maka semakin cepat waktu yang

dibutuhkan untuk bereaksi;sedangkan semakin kadar kepingan itu ,maka semakkin lama waktu yang

dibutuhkan untuk bereaksi.(Anonim 2009).

3. Reakasi antara kaliumprmanganat dan asam oksalat

Reakasi antara kaliumprmanganat dan asam oksalat di dapat hasil :

Tabung Temperatur Waktu (menit)


1 Dipanaskan 11,44

2 Tidak dipanaskan 15

semakin besar temperatur yang diberikan, maka semakin cepat laju reaksi yang

berlangsung. Suhu juga berperan dalam mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang

berlangsung dinaikkan,maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak ,sehingga tumbukan yang

tterjadi semakin sering,menyebabkan laju reaksi semakin besar.

Katalis menurunkan energi aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi

,yaitu membuat tahap-tahap reaksi yang mempunyai energi aktivasi lebih rendah.Dalam

suatu reaksi ,katalis tidak mengalami perubahan kimia (tidak ikit bereaksi).Katalis

diperlukan dalam suatu reaksi ,tetapi jumlahnya relatif sedikit.(Sandri.2009).


Pada umumnya untuk kenaikan suhu sebesaar 100C,laju reaksi akan naik menjadi dua saampai

tiga kali lipat dari semula yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

.(Anonim.2009).Hasil dari reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida

adalah semakin tinggi temperatur yang diberikan maka semakin cepat suatu reaksi terjadi, sama halnya

dengan reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat.

Titrasi Oksidasi Reduksi

Tabel hasil pengamatan titrasi oksidasi reduksi

Kedudukan buret Titrasi -1 suhu Waktu (m)

Setelah titrasi 35 Suhu awal 29 10.20

Awal titrasi 0 Suhu panas 95

Jumlah KMnO4 yang 35

digunakan (ml)
Setelah pencampuran larutan asam oksalat standar dengan dengan aquades dan H2SO4 warna

campuran larutan tersebut tetap bening. Selah campuran larutan tersebut di panaskan dan di campur

dengan larutan KMnO4 warna larutan tersebut berubah menjadi keruh dan coklat.sesuai dengan Brady,

(2009). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh

reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah

tercapainya titik akhir titrasi Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa

panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan

asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih

dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya

disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2009).

Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang

sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal

dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006).

Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan untuk

bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir

dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang

berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung.

Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai

nol (Rivai, 2005).


PENUTUP

Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum dilaboratorium mahasiswa dan maha siswi dapat memahami
dalam penggunaan alat dan bahan kimia.

Pemisahan dan pemurnian ada beberapa cara pemisahan campuran yaitu filtrasi, kristalisasi,
destilasi. Jadi suatu larutan yang dicampurkan dengan air dan kemudian disaring terdapat perbedaan
dan hasil saringan tersebut dipanaskan akan terlihat beberapa kristal. Sebagai contoh garam ini
merupakan suatu komponen. Bila suatu campuran yod dengan natrium karbonat dapat menimbulkan
kristal yang berwarna. Begitupula dengan campuran garam dan pasir, air yang awalnya bening semakin
disaring dan dicuci air saringan tersebut semakin pekat.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan


perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi,
komponen-komponenya akan dipisahakan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Difase
diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen diam yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal dan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan dapat bergerak lebih cepat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah semakin besar temperatur yang diberikan
maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Dan juga semakin besar molaritas maka semakin
cepat konsentrasinya. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan laju raksi dengan jalan
memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.

Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama


kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada
sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4.

Semakin lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih
15 Menit airnnya mendidih, dan dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit
endapan kotoran dari cairan KMnO4.
Saran

Kepada mahasiswa diharapkan dalam menggunakan bahan kimia harus berhati-hati dan tidak ceroboh
karena banyak bahan kimia yang berbahaya yang bisa merusak tubuh apa bila tersentuh pada tubuh
kita dan juga banya alat kimia yang terbuat dari kaca yang bisa pecah apabila kita perlakukan secara
kasar.

Didalam mengikuti paraktikum diharapkan konsentrasi yang penuh agar tidak salah dalam
pencampuran zat

Dalam pelaksanaan praktikum dilaboratorium diharapkan praktikan bisa bekerja dengan

aktif, dan tidak bermain-main yang dapat menganggu suasana daripada praktikum. Kepada semua

praktikan, saya sarankan untuk tetap berhati-hati dan konsen pada alat dan bahan kimia pada

praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Annisa 2000 : 117 http://blogspot.com metode kromatografi , di postkan tanggal 1 1 januari 2002.

Diakses tanggal 28 Desember 2014 pukul 19.00 WIB.

Aswad. Dkk., 2001. Kimia SMA 2. Erlangga. Jakarta.

Arsyad. M. Natsir.2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.

Bird. 2000. Kimia XI A. Jakarta. Erlangga.


John,Wilson.2001.Kegiatan Perbandingan Praktikum Kimia Dasar.Bumi Sakti:Semarang

J.Marray.2004.Kromatografi.Balai Pustaka:Jakarta

Justiana,Sandri.dkk.2009. Kimia 2 .Yudisthira:Jakarta

Sahna. 2001. Buku Ajar Vogel : Analis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka.

Jakarta.

Sitorus. Ronald. 2002. Pemisahan dan Pemurnian. Erlangga. Jakarta.

Stacy.2003.Kimia Dasar dan Terapan Moderen.Erlangga:Jakarta

Syukri.2000. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung.

Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta

Yasid.2005.Kromatografi.Erlangga:Semarang

Anda mungkin juga menyukai