Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM I

PEMAKAIAN ALAT UKUR FISIKA

1. A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar fisika dengan
benar serta sesuai standar yang telah ditetapkan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja alat ukur dasar fisika.
3. Mahasiswa dapat mengukur benda dengan alat ukut yang sesuai.
4. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian dengan batas ukur dari
tiap-tiap alat ukur.
5. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep materi besaran pokok
dalam perkuliahan fisika.
6. Mahasiswa dapat memahami konsep pengukuran dalam
perkuliahan umum.

1. B. DASAR TEORI
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjadi

pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan,bertujuan untuk

mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.(Giancoli,DC,2013:33)

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung ,dinyatakan dengan angka

dan mempunyai satuan.Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat

dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :

1. Dapat diukur atau dihitung.


2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. Mempunyai satuan.
Bila ada satu dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi dari pengukuran yangdilakukan

maka sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran.Besaran berdasarkan cara

memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu

1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran .karena


diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya.sebagai contoh
adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal
ini tidak perlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator .contoh
besaran non fisika adalah jumlah.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :

1. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan


kesepakatan para ahli fisika.adapun besaran pokok yang umum ada 7
macam dsajikan dalam bentuk tabel beikut ini

Besaran Pokok Satuan Internasional(SI)

Nama Simbol Nama Simbol


No Alat Ukur
Besaran Besaran Satuan satuan Dimensi
Mistar,Jangka

Sorong,Mikromete

Panjang L Meter M L r Sekrup


1
Massa M Kilogram Kg M Neraca
2
Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch
3
Suhu T Kelvin K Termometer
4
Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter
5
Intentitas

Cahaya J Candela Cd J Lightmeter


6
Jumlah

Zat n Mol Mol N -


7

Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung

,mempunyai satu satu satuan dan ditetapkan terlebih dahulu.

1. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok


.Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh dan gaya (N)
diturunkan dari besaran pokok massa,panjang,dan waktu volume (m 3)
diturunkan dari besaran okok panjang dan lain-lain.Besaran turunan
mempunayai ciri khuus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan
tidak langsung ,mempunyai satuan dari satu dan diturunkan dari besaran
pokok (Sutarno,2013 :1-2)
Suatu pengukuran yang akurat dan profesi sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat ukasil

pengamatan yang baik akan berarti /bermanfaat jikapengolahan dikerjakan secara tepat oleh karena itu

ada pengetahuan yang lengkap tentanh presisi pengukuran,cara analisis,teori ralat dan statistik.

C. ALAT DAN BAHAN

No Gambar

1
2

1. D. LANGKAH PERCOBAAN
No Gambar

1. E. DATA PERCOBAAN

Percobaan I : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup


Nilai Standar

Alat Ukur Terkecil (NST) Batas Ukur (BU)

Mikrometer Sekrup 0,01 mm 25 mm


Diameter Uang Logam (cm)

Ketebalan Uang Logam (cm)

Ulangan SU SN X NST Diamater SU SN X NST Diameter

2,3 2,337 0,1 0,103


1 37 x 10-2 3 x 10-2

2,3 2,335 0,1 0,102


2 35 x 10-2 2 x 10-2

2,3 2,335 0,1 0,102


3 35 x 10-2 2 x 10-2

2,3 2,335 0,1 0,102


4 35 x 10-2 2 x 10-2

2,3 2,334 0,1 0,106


-2 -2
5 34 x 10 6 x 10

2,3 2,334 0,1 0,103


-2 -2
6 35 x 10 3 x 10

2,3 2,333 0,1 0,103


-2 -2
7 33 x 10 3 x 10

Percobaan 2 : Pengukuran Dengan Jangka Sorong


Nilai Standar

Alat Ukur Terkecil (NST) Batas Ukur (BU)

Jangka Sorong 150 mm


5 x 10-2

Panjang (cm) Diameter (cm)

Ulangan SU SN X NST Diameter SU SN X NST Diameter

2,9 2,91 0,9 0,91


-2 -2
1 2 x (5 x 10 ) 2 x (5 x 10 )

2,9 2,9075 0,9 0,91


2 1,5 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)

3 2,9 1 x (5 x 10-2) 2,905 0,9 4 x (5 x 10-2) 0,92


2,9 2,9025 0,9 0,91
4 0,5 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)

2,9 2,9025 0,9 0,91


5 0,5 x (5 x 10-2) 2 x (5 x 10-2)

2,9 2,9025 0,9 0,905


6 0,5 x (5 x 10-2) 1 x (5 x 10-2)

2,9 2,905 0,9 0,905


7 1 x (5 x 10-2) 1 x (5 x 10-2)

Percobaan 3 : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan


Nilai Standar

Alat Ukur Terkecil (NST) Batas Ukur (BU)

Neraca 4 Lengan
10-4 3,11 x 10-2 Kg

Massa Silinder

Ulangan Massa Uang Koin (Kg) (Kg)

1 2,23 x 10-3 10,52 x 10-3

2 2,24 x 10-3 10,53 x 10-3

3 2,25 x 10-3 10,54 x 10-3

4 2,25 x 10-3 10,54 x 10-3

5 2,26 x 10-3 10,55 x 10-3

1. A. PENGOLAHAN DATA
Pengukuran 1 : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup

Rata-rata dan Standar Deviasi

No Diameter ()2 (SD)


2,337
1 -2 x 10-2 4 x 10-6
=
2,335 0 0
2 = 2,335 cm

2,335 0 0
3

2,335 0 0
4 ()2 = 8 x 10-6 cm

2,334
5 10-3 10-6

2,334 0
6 0 SD =

2,333
7 2 x 10-3 4 x 10-6 = 4,36 x 10-4 cm

Pengukuran 2: Pengukuran dengan Jangka sorong (Panjang silinder)

Rata-rata dan Standar Deviasi

No Panjang ()2 (SD)

2,91
1 -43 x 10-6 2 x 10-5
=
2,9075
2 -18 x 10-6 0,32 x 10-5 = 2,9057 cm

2,905
3 7 x 10-6 0,05 x 10-5

2,9025
4 32 x 10-6 1,02 x 10-5 ()2 = 5,5 x 10-5 cm

2,9025
5 32 x 10-6 1,02 x 10-5

2,9025
6 32 x 10-6 1,025 x 10-5 SD =

2,905
7 7 x 10-6 0,05 x 10-5 = 1,14 x 10-6 cm
Pengukuran 2 : Pengukuran dengan Jangka sorong (diameter silinder)

Rata-rata dan Standar Deviasi

No Diameter ()2 (SD)

0,91 0 0
1
=
0,91 0 0
2 =0,91 cm

0,92
3 -10-2 10-4

0,91 0 0
4 ()2 = 1,1 x 10-5 cm

0,91 0 0
5

0,905
6 5 x 10-3 0,05 x 10-4 SD =

0,905
7 5 x 10-3 0,05 x 10-4 = 5 x 10-4 cm

Pengukuran 3 : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan

Massa uang koin (kg)

Rata-rata dan Standar Deviasi

No massa ()2 (SD)

1 2,23 x 10-3 2 x 10-5 4 x 10-10 =

2 2,24 x 10-3 1 x 10-5 1 x 10-10 =2,25 x 10-3 kg

0 0
3 2,25 x 10-3

0 0
-3
4 2,25 x 10 ()2 = 6 x 10-10kg

5 2,26 x 10-3 -1 x 10-5 1 x 10-10 SD =


= 0,55 x 10-5 kg

Massa Silinder Besi (kg)

Rata-rata dan Standar Deviasi

No massa ()2 (SD)

1 10,52 x 10-3 2 x 10-5 4 x 10-10 =

2 10,53 x 10-3 1 x 10-5 1 x 10-10 =10,54 x 10-3 kg

0 0
3 10,54 x 10-3

0 0
-3
4 10,54 x 10 ()2 = 6 x 10-10kg

SD =

5 10,55 x 10-3 -1 x 10-5 1 x 10-10 = 0,55 x 10-5 kg

1. B. PEMBAHASAN
Dari pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan percobaan yang

dilakukan terhadap uang logam dan silinder besi didapatkan tingkat ketelitian yang

berbeda-beda dalam pengukuran yakni menggunakan mikrometer sekrup,jangka sorong

dan neraca 4 lengan.dalam mengukur diameter luar uang logam menggunakan mikrometer

sekrup diperoleh rata-rata diameternya 2,335 cm dan besar standar deviasinya 4,36 x 10 -
4
dengan ketebalan logam didapdatkan rata-rata 0,0103 cm dan besar standar deviasinya

55x 10-5 , cm , pengukuran dengan menggunakan jangka sorong rata-rata panjang

silindernya 2,9 cm dan standar deviasinya 1,14x 10 -6 dan rata-rata d iameternya 0,91 cm

dan besar standar deviasinya 5x 10-4 cm dan pengukuran massa uang logam dengan

neraca wmpat lengan diperoleh rata-rata massa sebsesar 2,2510-3 cm dan standar

deviasinya 5510-7 cm dan massa silinder 10,54 x 10-3 cm .


Apabila hasil rataan menghasilkan angka yang sama dengan x dari percobaan yang

dilakukan mka didapatkan standar deviasi yang menunjukkan angka nol.standar deviasi

merupakan hasil cerminan dari rata rata penyimpangan dari mean.standar deviasi dapat

menggambarkan seberapa jauh bervariasiny data jika standar deviasinya lebih besar

dibadingkan nilai mean.

1. C. TUGAS PRA DAN PASCA PRAKTIKUM

Pra Praktikum
1. Apa yang dimaksud pengukuran ?
2. Apa kriteria suatu alat dapat dikatakan sebagai alat ukur ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan standar deviasi tuliskan rumusnya !
4. Apa yang dimaksud dengan alat ukur dasar ?apa saja yang termasuk alat
ukur dasar?
5. Jelaskan alat ukur berikut ini :
1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Micrometer sekrup
4. Neraca 4 lengan
5. Thermometer
6. Stopwatch
Beserta gambarnya!

Pasca Praktikum
1. Jelaskan perbedaan akurasi dan presisi?berikan contohnya!
2. Sebutkan tragedy yang berkaitan dengan kesalahan pengukuran (min 3
sertakan sumbernya!)
J. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam melakukan pengukuran dengan enggunakan alat ukur dasar fisika


harus dengan benar dan sesuai standar agar dapat memberikan hasil yang
akurat.
2. Dalam melakukukan pengukuran dibutuhkan kecermatan dan ketelitian
dalam menentukkan skala alat ukur dasar fisika.
3. Dalam pengukuran diperlukan pemahaman konsep dari alat ukur dasar
yang digunakan.
4. Dalam mengukur diameter luar uang logam menggunakan mikrometer
sekrup diperoleh rata-rata diameternya 2,335 cm dan besar standar
deviasinya 4,36 x 10-4 dengan ketebalan logam didapdatkan rata-rata 0,0103
cm dan besar standar deviasinya 55x 10-5, cm , pengukuran dengan
menggunakan jangka sorong rata-rata panjang silindernya 2,9 cm dan
standar deviasinya 1,14x 10-6 dan rata-rata d iameternya 0,91 cm dan besar
standar deviasinya 5x 10-4 cm dan pengukuran massa uang logam dengan
neraca wmpat lengan diperoleh rata-rata massa sebsesar 2,2510-3 cm dan
standar deviasinya 5510-7 cm dan massa silinder 10,54 x 10-3 cm .

K. KOMENTAR
Kritik
1. Praktikan tidak membagi tugas dalamsuatu kelompok sehingga terjadi
kekacauan dalam melakukan praktikum
2. Praktikan tidak memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta
penentuan skala
3. Praktikan kurang teliti dalam pengmabilan data
Saran
1. Praktikan harus membagi tugas antar anggota kelompok
2. Praktikan harus memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta
penentuan skala
3. Praktikan harus teliti dalam pengmabilan data

L . DAFTAR PUSTAKA

Sutarno.2009.Fisika Untuk Universitas.Bandung : Pustaka Media.

Hikam Muhammad.2012.Fisika Untuk Perguruan Tinggi .Jakarta : Media Pustido

Giancolli,DC.2014.Fisika.Jakarta : Erlangga.

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat berat memerlukan
pengukuran-pengukuran yang sangat teliti agar gejala yang dipelajari dapat dijelaskan
(dan bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak hanya mutlak bagi
fisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasuk aplikasi dari ilmu tersebut.
Dengan kata lain, tidak ada teori, prinsip, maupun hukum dalam ilmu pengetahuan alam
yang dapat diterima kecuali jika disertai denganhasil-hasilpengukuranyangakurat.
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah pembanding di
dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama
yaitu perbandingan dan patokan (standar).
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan
sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur,kemudian
hasilnya dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika
dikelompokkan menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok
adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran
dasar. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran
pokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran
pokok. Luas, volume, massa jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari
besaran turunan. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok
yang mempunyai satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran
2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan benda
3. Melakukan pengukuran massa benda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengukur Besaran Panjang


Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya
diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang,
seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur massa yaitu neraca
Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1
mm dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya.
Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
2.1.1 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter, dimensi luar
suatu benda, dan diameter dalam suatu benda. Jangka sorong memiliki 2 bagian, yaitu
rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala tetap yang tidak dapat digerakkan
letaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat
digeser-geser letaknya untuk menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat
mengukur dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
.
Selain jangka sorong ada alat yang lebih teliti dari jangka sorong yaitu micrometer
sekrup.
2.1.2 Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda
yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer
skrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama
yang akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tidak
dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala nonius yang dapat
diputar-putar untuk menggerakkan selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan
benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian yang dapat
digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehingga dapat menyesuaikan
dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometer skrup ini dapat mengukur dengan
ketelitian hingga 0,01 mm.
2.1.3 Neraca Ohauss
Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau
timbangan yang bekerja atas dasar prinsi tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di
laboratorium antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan sebagainya. Jenis neraca lain
adalah neraca lengan dengan beban geser.
Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam
dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan
neraca ini adalah 311 gram.Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Adapun teknik
pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung
neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis
kesetimbangan , namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat
pada angka nol di masing-masing lengan(Musthofa Abi Hamid,2009).

Neraca ohauss berlengan 3:


Lengan depan memiliki skala 010 g, dengan tiap skala bernilai 1g.
Lengan tengah berskala mulai 0500 g, tiap skala sebesar 100 g.
Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 November 2012
Waktu : Pukul 13.00 15.00 WIB
at : Laboratorium fisika Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang

3.2 Alat
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Micrometer sekrup
2. Jangka sorong
3. Neraca lengan
4. Plat
5. Kelereng
6. Koin
7. Silinder pipa
8. Balok aluminium

3.3 Prosedur Kerja Praktikum


1. Baca bismillah sebelum eksperimen
2. Siapkan peralatan yang akan digunakan
3. Tentukan diameter luar kelereng
4. Tentukan diameter luar koin
5. Tentukan tebal plat
6. Tentukan diameter dalam dan diameter luar silinder pipa
7. Ukur massa balok aluminium dengan menggunakan neraca
8. Catat data hasil pengamatan Anda sebagai data laporan sementara akhiri dengan
alhamdulillah

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil, antara lain sebagai berikut.
4.1.1 Pengukuran tebal plat menggunakan mikrometer sekrup
No. Tebal (plat) X2
1 1.65 mm 2.7225 mm
2 1.65 mm 2.7225 mm
3 1.65 mm 2.7225 mm
4 1.65 mm 2.7225 mm
5 1.65 mm 2.7225 mm
6 1.65 mm 2.7225 mm
7 1.65 mm 2.7225 mm
8 1.65 mm 2.7225 mm
9 1.65 mm 2.7225 mm
10 1.65 mm 2.7225 mm
=16.5 mm =27.225 mm

mm
..............................................................................................
class=Section2>
4.1.2 Pengukuran diameter kelereng
No. Diameter D2
1 2.7 mm 7.29 mm
2 2.7 mm 7.29 mm
3 2.7 mm 7.29 mm
4 2.7 mm 7.29 mm
5 2.7 mm 7.29 mm
6 2.7 mm 7.29 mm
7 2.7 mm 7.29 mm
8 2.7 mm 7.29 mm
9 2.7 mm 7.29 mm
10 2.7 mm 7.29 mm
=27 mm =72.9 mm

4.1.3 Pengukuran diameter koin menggunakan jangka sorong


No. Diameter D2
1 15.69 cm 246.1761 cm
2 15.67 cm 245.5489 cm
3 15.79 cm 249.3241 cm
4 15.69 cm 246.1761 cm
5 16.02 cm 256.6404 cm
6 15.57 cm 242.4249 cm
7 15.57 cm 242.4249 cm
8 16.45 cm 270.6025 cm
9 16.44 cm 270.2736 cm
10 15.55 cm 241.8025 cm
=158.44 cm =2511.394 cm

,11 cm
4.1.4 Pengukuran diameter luar pipa menggunakan jangka sorong
No. Diameter luar (pipa) D2
1 2.6 cm 6.76 cm
2 2.6 cm 6.76 cm
3 2.7 cm 7.29 cm
4 2.7 cm 7.29 cm
5 2.7 cm 7.29 cm
6 2.7 cm 7.29 cm
7 2.7 cm 7.29 cm
8 2.7 cm 7.29 cm
9 2.7 cm 7.29 cm
10 2.7 cm 7.29 cm
= 26.8 cm =71.84 cm

4.1.5 Pengukuran diameter dalam pipa menggunakan jangka sorong


No. diameter dalam D2
1 2.5 cm 6.25 cm
2 2.9 cm 8.41 cm
3 2.9 cm 8.41 cm
4 2.9 cm 8.41 cm
5 2.9 cm 8.41 cm
6 2.9 cm 8.41 cm
7 2.9 cm 8.41 cm
8 2.7 cm 7.29 cm
9 2.9 cm 8.41 cm
10 2.9 cm 8.41 cm
=28.4 cm =80.82 cm

4.1.6 Pengukuran massa menggunakan neraca Ohauss 4 lengan


NO. Massa m2
1 49.64 g 2464.130 g
2 49.63 g 2463.137 g
3 49.62 g 2462.144 g
4 49.60 g 2460.160 g
5 49.60 g 2460.160 g
=248.09 g =12309.73 g
g
4.2 Pembahasan
Ketika melakukan pengukuran, kita bisa menggunakan penggaris, meteran,
miktometer sekrup, jangka sorong, dan neraca ohuass. Pada praktikum ini kita melakukan
pengukuran menggunakan alat jangka sorng, mikrometer sekrup, dan neraca ohauss. Alat
pengukuran tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda serta meliki ketelitian
yang berbeda juga. Pada alat jangka sorong berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu
benda, diameter suatu benda, baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong
memiliki ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius.
Micrometer sekrup memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat teliti.
Micrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki skala utama
dan skala putar. Sedangkan neraca ohauss berfungsi untuk mengukur massa suatu benda.
Neraca ohauss memiliki berbagai macam bentuk, yaitu neraca tiga lengan dan neraca
empat lengan. Prinsip kerja neraca atau timbangan menggunakan prinsip tuas.
Ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, yaitu:
1. Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat
sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil
pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut
dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya
hampir tidak terdapat kesalahan apapun.
2. Kesalahan titik nol. Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk
atau jarum tidak kembali tepat pada angka nol.
3. Kelelahan komponen alat. Misalnya dalam pegas; pegas yang telah dipakai beberapa
lama dapat agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk.
4. Gesekan-gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap bagian
alat yang lain
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam
benda, sedangkan mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter
luar suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkan jangka sorong. Mengukur
ketebalan benda seperti plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih mudah dan hasil
pengukuran lebih tepat dibandingkan mengukur benda yang berbentuk seperti kelereng.

5.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk memahami
dahulu konsep pengukuran, alat ukur yang akan digunakan, besaran, dan satuan agar
praktikum berjalan dengan lancar dan mudah dipahami. Lakukan pengukuran ketebalan
dan diameter sebanyak 10 kali dan 5 kali untuk massa dari sudut yang berbeda namun
tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.Edisi Kedua.Penerbit Pustaka


Pelajar.Yogyakarta.
Halliday & Resnick.2010.Fisika.Edisi 7 Jilid 1.Erlangga.Jakarta.

http://kbs.jogjakota.go.id/upload/CARA BACA MIKROMETER SEKRUP.pdf. diakses tgl. kamis,


29 Desember 2012.Pkl. 15.45 WIB

http://novanurfauziawati.files.wordpress.com/2012/01/modul-1-pengukuran.pdf. diakses tgl.


Sabtu, 1 Desember 2012. Pkl. 15.27 WIB

BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan mengukur merupakan pendahuluan pembelajaran fisika yang sangat penting.
Mengukur pada hakekatnya membandingkan suatu besaran yang belum diketahui
nilainya dengan besaran lain yang sudah diketahui nilainya sebagai satandar. Untuk
keperluan tersebut diperlukan alat ukur, yaitu sebuah alat untuk menentukan nilai atau
besaran dari suatu kuantitas atau variable.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu
sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah disepakati. Misalnya untuk mengukur diameter sebuah koin maka kita bisa
menggunakan jangka sorong. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang
dari diameter koin tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah centimeter.
Oleh karena itu sangatlah penting dalam pengukuran kita mengetahui alat-alat ukur
yang sesuai dengan besaran-besaran serta satuannya.
1.1 Tujuan Percobaan
Mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur
Menentukan volume dan massa jenis zat padat
Menggunakan teori ketidakpastian
1.2 Dasar Teori
Besaran dan Satuan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan
sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan
hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran.
Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan
besaran turunan.
Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan
besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas,
artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain.
Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran
pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang
berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan
dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda
kurung persegi.
No. Besaran Satuan Lambang satuan

1 Panjang Meter m

2 Massa Kilogram Kg

3 Suhu Kelvin K

4 Waktu Sekon S

5 Intensitas Cahaya Kandela Cd

6 Mol Jat Mol Mol

7 Kuat arus Ampere A

Berdasarkan table bahwa dapat diketahui dimensi tertentu dari suatu benda, misalkan
untuk mengetahui Volume zat padat jika bentuknya beraturan, maka akan memiliki
panjang, lebar, tinggi, diameter dan sebagainya.
- Pengukuran cara statis
Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya dapat dilakukan secara tidak
langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya (volume)
Perhitungan Volume balok dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi
dari balok itu sehingga :
V balok = P x L xT
Dengan;
P = panjang balok
L = lebar balok
T = tinggi balok
Sedangkan untuk volume silinder pejal dapat juga dilakukan dengan mengukur
diameter dan panjang silinder itu sehingga:
V silinder = (d/2)2 x p

= r2 .p
Dengan;
d = diameter silinder
p = panjang silinder
r = jari-jari silinder
- Pengukuran scara dinamis
Cara pengukuran ini digunakan jika benda yang ingin kita ukur memiliki bentuk yang
tidak beraturan, dengan menghitung selisih massa benda di udara dengan di dalam air
V = Mu Ma
Dengan ;
Mu = Massa udara
Ma = Massa air
Lalu bias dihubungkan dengan
= M/V
Dengan ;
= massa jenis (gr/cm3)
M = massa zat (gr)
V = volume zat (cm3)
Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi:
setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat
gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu.
Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis yang dihitung
secara konfensional (hitung massa dan volume) dan dengan menerapkan hukum
Archimides.
Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai berikut :
FA = a Va g

FA = gaya angkat ke atas pada benda (N)


a = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
BAB II
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada percobaan kali ini antara lain
2.1 Alat-alat
o Jangka sorong

Alat ini dipakai untuk mengukur suatu benda yang ukurannya kecil, dapat
digunakan untuk mengukur panjang benda, kedalaman beda, serta dapat mengukur
diameter suatu benda. Ketelitian alat ini mencapai 0,05 mm
Milimeter skrup
Yaitu sebuah alat yang diperuntukkan untuk mengukur benda yang ukurannya sangat
kecil, biasanya dipakai untuk mengukur tebal sebuah uang logam, tebal buku dsb.
Ketelitian alat ini mencapai 0,01 mm
o

Neraca teknis
o Gelas Ukur (bejana gelas)
o Thermometer
o Barometer
o Bangku penumpu
2.2 Bahan
Air
Benda-benda yang diukur
BAB III
METODE PERCOBAAN
Cara StatiPercobaan Benda Ke-1 (Mencari Volume dan Massa Balok)
Balok yang diukur adalah balok berjenis Alumunium. Ukur mulai dari Panjang, Lebar
kemudian tinggi balok dengan melakukan 5 kali percobaan di berbagai tempat yang
berbeda dengan menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup (Millimeter skrup
digunakan untuk mengukur lebar dan tinggi balok). Sedangkan untuk pengukuran
massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali. Kemudian masukkanlah percobaan itu
kedalam table yang telah ditentukan, kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap
massa jenis benda dengan rumus : x 100%
Dimana literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai
literatur )
percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari
percobaan
Percobaan Benda ke-2 (Mencari Volume dan Massa Besi Silinder)

Silinder yang diukur adalah silinder besi. Teknik yang digunakan adalah dengan
mengukur tinggi menggunakan jangka sorong dan diameter menggunakan micrometer
skrup. Masing-masing pengukuran tinggi dan diameter dilakukan 5 kali. Sedangkan
pengukuran massa, dilakukan percobaan sebanyak satu kali saja. Kemudian
masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan kemudian cari pula
ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus : x 100%
Dimana literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan
(sesuai literatur)
percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari
percobaan
o Cara Dinamis
o Percobaan Benda ke-3 (Mencari Volume dan Massa sebuah kunci)

Kunci yang digunakan adalah sebuah kunci pintu, dapat diprediksikan


sebelumnya bahwa kunci terbuat dari bahan campuran Besi benda padat yang lain.
Pengukuran volume dilakukan dengan menggunakan bejana gelas dan air. Dan untuk
mengetahui massa dilakukan dengan menggunakan neraca. Yang kemudian dicari
selisihnya antara massa ketika diukur di udara dengan massa ketika diukur di dalam
air. Kemudian masukkanlah percobaan itu kedalam table yang telah ditentukan
kemudian cari pula ketelitian percobaan pada tiap massa jenis benda dengan rumus :
x 100%

Dimana literatur = massa jenis benda sesuai dengan harga yang ditentukan (sesuai
literatur )
percobaan = adalah hasil pehitungan massa jenis yang didapat dari
percobaan
Percobaan Pengukuran Suhu, kelembaban, dan tekanan udara dalam ruangan
Catatlah suhu ruang, kelembaban, serta tekanan udara sebelum dan sesudah
melakukan percobaan dengan menggunakan thermometer dan barometer , kedalam
table yang telah disediakan.
Kelembaban udara dapat dihitung dari pengurangan antara suhu ukur yang berwarna
merah (kiri) dengan yang berwarna biru (kanan), kemudian ubah ke dalam % melalui
ketentuan yang terdapat di tabel thermometer.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan pada hari Selasa
18 Oktober 2011, maka didapatkan dilaporan hasilnya sebagai berikut :
1. Tabel pengamatan keadaan suhu ruangan (lab.Fisika- universitas Pakuan)

Keadaan Ruangan P (cm)Hg T (oC)


Sebelum Percobaan 74,7 29o
Sesudah Percobaan 74,7 30o
Keterangan tambahan: waktu pengukuran sebelum percobaan pertama sekitar pukul
08:00 wib dan pengukuran sesudah percobaan sekitar pukul 10:30
2 Tabel pengamatan pada pengukuran Balok (Alumunium)
Diketahui : literatur = 2,7 gr/cm3

Massa alumunium = 12,3 gr


(gr/cm3)
No P (cm) L (cm) T (cm) V (cm3)
1 3,085 1,490 0,997 4,58 2,685
2 3,085 1,490 0,996 4,575 2,688
3 3,080 1,498 0,994 4,586 2,672
4 3,085 1,496 0,996 4,597 2,673
5 3,090 1,492 0,995 4,587 2,681
3,085 1,493 0,9956 4,585 2,6818
x 0,00158114 0,995
3 Table Pengamatan pada pengukuran silinder Besi
Diketahui: literatur = 7,9 gr/cm3
Massa alumunium = 61,5 gr
3
(gr/cm3)
No D (cm) r (cm) t (cm) V (cm )

1 1,572 0,786 4,055 7,87 7,814


2 1,570 0,785 4,050 7,84 7,844
3 1,575 0,7875 4,045 7,88 7,804
4 1,577 0,7885 4,055 7,92 7,765
5 1,578 0,789 4,055 7,93 7,775
1,5744 0,772 4,052 7,888 7,8004
x 0,0075
4. Tabel percobaan pada Kunci pintu (besi)

No. Nama Benda Mu (gram) Ma (gram) V (cm3)

1 Kunci Pintu 13,630 11,5 2,13


Dengan hasil ketelitiannya:
x 100%

x 100% = 81,1%

Didapat ketelitian percobaan penelitian sebesar 81,1 %


BAB V
PEMBAHASAN
1. Berdasarkan Percobaan Kedua yang dilakukan pada balok Alumunium
didapatkan data volume dari hasil kali p x l x t :

Massa jenis= Massa : Volume

Volume= p x l x
t
Diketahui : massa alumunium =12,3 gram

P1 = 2,685 gr/cm3

P2 = 2,688 gr/cm3

P3 = 2,682 gr/cm3

P4 = 2,673 gr/cm3

P5 = 2,681 gr/cm3

Percobaan 1 : V = 4,58 cm3


Percobaan 2 : V = 4,575 cm3

Percobaan 3 : V = 4,586 cm3


Percobaan 4 : V = 597 cm3
Percobaan 5 : V = 587 cm3

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis alumunium sebesar
p1 + p2 + p3 + p4

5
= 2,6818 g/cm3

Sehingga nilai ketelitiannya kita bias cari menggunakan rumus :


x 100%

Diketahui : alumunium literatur= 2,7 gr/cm 3


Dan didapat:
x 100% = 92,6%

Didapat ketelitian percobaan penelitian alumunium sebesar 92,6 %


2. Berdasarkan Percobaan Ketiga yang dilakukan pada silinder besi didapatkan
data volume dari hasil kali ( x r2)x t

Volume= ( x r2)x t

Massa jenis= Massa : Volume

Diketahui : massa Silinder besi =61,5


gram

P1 = 7,814 gr/cm3

P2 = 7,844 gr/cm3

P3 = 7,804 gr/cm3

P4 = 7,765 gr/cm3

P5 = 7,775 gr/cm3

Percobaan 1 : V = 7,87 cm3


Percobaan 2 : V = 7,84 cm3

Percobaan 3 : V = 7,88 cm3


Percobaan 4 : V = 7,92 cm3
Percobaan 5 : V = 7,93 cm3

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan rata-rata massa jenis silinder besi sebesar
p1 + p2 + p3 + p4

5
= 7,8004 g/cm3

Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa cari menggunakan rumus :


x 100%

Diketahui : besi literatur= 7,9 gr/cm3


Dan didapat:
x 100% =87,4%

Didapat ketelitian percobaan penelitian silinder besi sebesar 87,4 %


3. Berdasarkan Percobaan ke-empat (Percobaan pengukuran volume sebuah
kunci) ini tekhnik perhitungannya berbeda dengan percobaan sebelumnya, kali ini kami
akan meggunakan system dinamis sebagai langkah perhitungannya, hal ini
dikarenakan kunci memiliki bentuk yang tidak beraturan. Pada percobaan ini pula kami
belum memastikan tepat jenis logamnya, dikarenakan kunci terbuat dari bahan
campuran, akan tetapi sebagai bahan perbandingan, kami memakai besi sebagai
acuannya.
Didapat :

Volume= (mu-ma)

Diketahui : massa besi =61,5 gram

Massa jenis= Massa : Volume

Percobaan perhitungan didapat : V = 7,87 cm3

Dan didapat massa jenis sebesar = 6,399 gr/cm3


Sehingga nilai ketelitiannya kita bisa langsung dicari menggunakan rumus :
x 100%

Diketahui : besi literatur= 7,9 gr/cm 3


Dan didapat:
x 100% =81,1%

Didapat ketelitian percobaan penelitian logam kunci sebesar 81,1 %


BAB VI
Kesimpulan
Suatu pengukuran dikatakan sempurna jika alat pengukuran yang digunakan
memiliki ketelitian yang akurat serta di lakukan berulang-ulang untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat, penggunaan alat yang salah bisa saja membuat keakuratan
semakin berkurang
Dari percobaan pengukuran benda padat diatas, untuk mendapatkan nilai
keakuratan massa jenis suatu benda bisa kita tempuh melalui dua cara, yaitu cara
perhitungan system dinamis (dengan syarat benda haruslah beraturan) serta
perhitungan system dinamis ( juga bisa digunakan jika suatu benda memiliki bentuk
yang tidak beraturan),
Dari pernyataan tersebut perhitungan volume suatu benda padat dapat
dilakukan dengan cara statis, yaitu dengan menghitung volume benda tersebut dengan
rumus volume bangun ruang, dan ada pula cara dinamis, yaitu perhitungan benda
melalui uji percobaan antara selisih massa benda di udara dengan massa benda ketika
berada di air ( air = 1 gr/cm3)

DAFTAR PUSTAKA

http://seilandra.blogspot.com/Pengukuran_Dasar_Pada_Benda_Padat.html
http://fisika-sma.us/category/besaran-dan-satuan.html
http://fisika-sma.us/pengukuran-besaran-fisika?p=71.html
http://swastikayana.wordpress.com/category/tugas-tugas/fisika/besaran.html

Anda mungkin juga menyukai