Anda di halaman 1dari 70

Visi STFI

Visi STFI adalah Menjadi Acuan Perguruan


Tinggi Farmasi Swasta di Jawa Barat pada
tahun 2020.
Misi STFI
• Melaksanakan program pendidikan secara profesional untuk menghasilkan
lulusan yang mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya dengan
berorientasi pada kebutuhan pengguna, berlandaskan pada etika profesi,
serta kepentingan kemanusiaan.
• Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat
memberikan kontribusi bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnyadalam
lingkup ilmu kefarmasian
• Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang
kesehatan, khususnya bidang ilmu kefarmasian
• Memperkuat jejaring kerjasama dengan Perguruan Tinggi lain, lembaga
pemerintah ataupun swasta di dalam maupun luar negeri
• Revitalisasi prasarana dan sarana penyelenggaraan program pendidikan
MIKROMERITIKA
MIKROMERITIK
• Pengertian Mikromeritik
• Mikromeritik merupakan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan
partikel atau partikulat.
• Ilmu dan teknologi partikel kecil ini diberi nama mikromeritik oleh
Dalla Valle.
MIKROMERITIK

• Partikel merupakan fasa terdispersi dan dapat


berupa padatan, misalnya serbuk.
• Berdasarkan metoda pengukurannya, ukuran
serbuk digolongkan dalam rentang ukuran
sebagai berikut :
• Rentang pengayakan (sive range) --- > 45 
• Rentang bawah pengayakan (subsieve range) --- 1 – 50 
• Rentang submikron (submicron range) --- < 1 
PERAN MIKROMERITIK DALAM FARMASI
1. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat
mempengaruhi pelepasan zat aktif dari berbagai bentuk
sediaan yang diberikan baik secara oral (melalui mulut),
parenteral (injeksi), rektal (melalui anus) maupun
topical (melalui kulit).
2. Di bidang pembuatan pembuatan tablet dan kapsul,
pengendalian ukuran partikel sangat penting dan
banyak membantu dalam mencapai sifat aliran yang
baik diperlukan dan pencampuran yang benar dari
granul dan serbuk.
3. Suatu formulasi yang baik, yaitu sediaan (obat jadi)
berupa suspensi, emulsi, maupun tablet, dilihat dari
segi kestabilannya secara fisik maupun farmakologik
(efek, khasiat obat) akan tergantung pada ukuran
partikel yang terdapat dalam obat jadi tersebut.
UKURAN PARTIKEL DAN DISTRIBUSI
UKURAN
1. Ukuran partikel
Ukuran suatu partikel ditentukan dengan
mengukur garis tengahnya, yaitu garis tengah
bulatan yang ekivalen yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume dan garis
tengah yang sama.
UKURAN PARTIKEL DAN DISTRIBUSI
UKURAN
2. Distribusi Ukuran Partikel
Distribusi ukuran partikel dari jumlah atau berat
partikel yang terletak dalam suatu kisaran
ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran
atau ukuran partikel rata-rata akan diperoleh
kurva distribusi frekuensi
9

Kira-kira rentang ukuran metode analisis ukuran


partikel dan luas permukaan spesifik
JUMLAH PARTIKEL
Suatu pernyataan dalam teknologi partikel adalah
jumlah partikel persatuan berat N, yang
dinyatakan dengan dvn (garis tengah bilangan-
volume).

6
N
dvn 3
METODE PENENTUAN UKURAN
PARTIKEL
1. Mikrosikop Optik
2. Pengayakan
3. Sedimentasi
4. Pengukuran Volume Partikel
5. Metode Elutriasi
6. Metode Sentrifugal
Mikroskopi Optik
• Mikroskopi optik merupakan mikroskopi biasa
yang digunakan untuk pengukuran ukuran
partikel yang berkisar dari 0,2-100 m
• Bagian bawah mikroskop tempat partikel
terlihat, diletakan mikrometer dan
hemocytometer untuk melihat ukuran partikel.
13
14

Perhitungan diameter statistik dari data secara mikroskopik


Rentang ukuran Jumlah partikel
(m) dalam setiap rentang
ukuran (n)
0,50-1,00 2
1,00-1,50 10
1,50-2,00 22
2,00-2,50 54
2,50-3,00 17
3,00-3,50 8
3,50-4,00 5
15

Perhitungan diameter statistik dari data secara mikroskopik


Rataan Jumlah
rentang partikel
Rentang ukuran dalam
ukuran (d), setiap
(m) (m) rentang
ukuran (nd) (nd2) (nd3) (nd4)
(n)
0,50-1,00 2
1,00-1,50 10
1,50-2,00 22
2,00-2,50 54
2,50-3,00 17
3,00-3,50 8
3,50-4,00 5
n=118 nd = nd2= nd3= nd4=
16

Perhitungan diameter statistik dari data secara mikroskopik

Rataan Jumlah
rentang partikel
Rentang ukuran dalam
ukuran (d), setiap
(m) (m) rentang
ukuran (nd) (nd2) (nd3) (nd4)
(n)
0,50-1,00 0,75 2
1,00-1,50 1,25 10
1,50-2,00 1,75 22
2,00-2,50 2,25 54
2,50-3,00 2,75 17
3,00-3,50 3,25 8
3,50-4,00 3,75 5
n=118 nd = nd2= nd3=1 nd4=
17

Perhitungan diameter statistik dari data secara mikroskopik

Rataan Jumlah
rentang partikel
Rentang ukuran dalam
ukuran (d), setiap
(m) (m) rentang
ukuran (nd) (nd2) (nd3) (nd4)
(n)
0,50-1,00 0,75 2 1,50 1,13 0,85 0,64
1,00-1,50 1,25 10
1,50-2,00 1,75 22
2,00-2,50 2,25 54
2,50-3,00 2,75 17
3,00-3,50 3,25 8
3,50-4,00 3,75 5
n=118 nd = nd2= nd3= nd4=
18
Perhitungan diameter statistik dari data secara mikroskopik
Rataan Jumlah
rentang partikel
Rentang ukuran dalam
ukuran (d), setiap
(m) (m) rentang
ukuran (nd) (nd2) (nd3) (nd4)
(n)
0,50-1,00 0,75 2 1,50 1,13 0,85 0,64
1,00-1,50 1,25 10 12,50 15,63 19,54 24,43
1,50-2,00 1,75 22 38,50 67,38 117,92 206,36
2,00-2,50 2,25 54 121,50 273,38 615,11 1384,00
2,50-3,00 2,75 17 46,75 128,56 353,54 972,24
3,00-3,50 3,25 8 26,00 84,50 274,63 892,55
3,50-4,00 3,75 5 18,75 70,31 263,66 988,73
nd nd4=4468,
n=118 nd2=640,89 nd3=1645,25
=265,50 95

d ln 
 nd  2,25 d vn 
 nd  2,41
3

d vs 
 nd  2,57
3

n n  nd
3
2

d sn 
 nd  2,33
2

d sl 
 nd  2,41
2

d wm 
 nd  2,72
4

n  nd  nd 3
Pengayakan
• Metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang
dikalibrasi oleh The National Bureu Of Standards, yang
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar
dan mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.
20
Sedimentasi
• Cara ini mempergunakan alat (pipet) Andreasen.
• Sampel serbuk yang akan diuji disuspensikan
dalam cairan pembawa dengan kadar yang kecil
(0,5% atau lebih kecil) dan dibiarkan memisah
(mengendap).
Sedimentasi
1. Suspensi encer dalam pipet Andreasen
dikocok, lalu pada rentang waktu tertentu
sample diambil.
2. Sampel dikeringkan dan ditimbang.
3. Setiap sample yang diambil pada waktu
tertentu tersebut akan mempunyai garis tengah
atau jari-jari yang lebih kecil daripada garis
tengah yang dihitung berdasarkan hukum
Stokes.
Sedimentasi
Hukum Stokes yang menyatakan ukuran
partikel :
h d st 2 (  s   0 ) g
v 
t 18 0
Di mana :
v = kecepatan pengendapan,
h = jarak yang ditempuh selama waktu t,
dst = garis tengah Stokes,
rst = jari-jari (Stokes)
 = kekentalan (viskositas) medium dispersi,
 = perbedaan kerapatan antara partikel dengan
medium dispersi,
g = percepatan gravitasi
Pengukuran Volume Partikel
• Alat yang mengukur volume partikel adalah
Coulter Counter.
• Coulter Counter bekerja berdasarkan prinsip
bahwa jika suatu partikel disuspensikan
dalam suatu cairan yang mengkonduksi
melalui suatu lubang kecil, yang pada kedua
sisinya ada elektroda di mana akan terjadi
suatu perubahan tahanan listrik.
VOLUME PARTIKEL

25
Metode Elutriasi
• Metode elutriasi merupakan metode pengukuran partikel yang
merupakan kebalikan daripada merode pengendapan.
• Udara dimasukkan ke dalam bagian bawah kolom yang berisi
sample yang akan diukur.
• Pada kolom sebelah atas terdapat saringan yang dipasangkan
untuk mengumpulkan partikulat.
• Kecepatan udara yang masuk ke dalam kolom sudah tertentu.
• Udara akan membawa partikel yang halus ke bagian atas dan
akan terkumpul pada penyaring, lalu serbuk ditimbang.
Metode Sentrifugal
• Sentrifugal dipergunakan untuk memeriksa ukuran
partikel yang sangat halus atau polimer-polimer dengan
bobot molekul tinggi.
• Pada dasarnya diameter partikel dapat dihitung dengan
persamaan Stokes.
• Tetapan garvitasi (g) digantikan dengan percepatan
sentrifugal (2x), di mana  adalah kecepatan sudut
dalam satuan radian per satuan waktu, dan X adalah
jarak partikel dari pusat rotasi.
Metode Sentrifugal
• Diameter dapat ditentukan dengan rumus :

d= 6  log (R2 / R1)


 2 t (1 - e)
R2 : jarak dari sumbu rotasi ke dasar tabung
R1 : jarak sumbu rotasi terhadap meniscus suspensi.
BENTUK PARTIKEL DAN LUAS
PERMUKAAN
1. Bentuk Partikel
• Bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat
dari suatu serbuk serta luas permukaannya.
• Bila suatu partikel yang berbentuk bola diberi ciri
sempurana dengan garis tengahnya, sebaliknya jika
partikel tidak simetris, maka akan sulit untuk
menetapkan garis tengahnya.
• Dengan memakai konstanta perbandingan, maka kita
dapat menuliskan :
Luas permukaan = sdp2 = ds2
Volume = vdp3 = dv3
6
BENTUK PARTIKEL DAN LUAS
PERMUKAAN
2. Luas Permukaan Spesifik
Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan per
satuan volume atau persatuan berat yang berlaku untuk
partikel-partikel asimetris dimana dimensi karakteristik
belum ditentukan.
Sw = 6
dvs
METODE UNTUK MENENTUKAN
LUAS PERMUKAAN
1. Metode Adsorpsi
Partikel-partikel dengan luas permukaan spesifik besar merupakan
adsorben yang baik untuk adsopsi.
Alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk
menghitung luas permukaan dan struktur pori dari serbuk farmasetik
adalah Quantasorb.
Persamaan BET = P = 1 (b – 1)P
V(Po-P) Vmb VmbPo
Dimana:
BET = Brunauer, Emmet dan Teller.
V = Volume gas (cm3) yang terjerap per gram serbuk pada
tekanan P.
Po = Tekanan uap jenuh nitrogen cair pada suhu percobaan.
b = Tetapan, yang menyatakan perbedaan antara panas
penjerapan dengan panas pencairan dari penjerap (nitrogen).
METODE UNTUK MENENTUKAN
LUAS PERMUKAAN
2. Metode Permeabilitas Udara
Prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu cairan, melalui suatu sumbat
dari serbuk kompak adalah luas permukaan dari serbuk tersebut, makin
besar luas permukaan per gram serbuk makin besar pula tahanan untuk
mengalir.
Selanjutnya, Permeabilitas untuk suatu tekanan yang diberikan turun
sepanjang sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan luas permukaan
spesifik.
Keuntungan metode permeabilitas adalah :
a. Metode ini banyak digunakan secara luas dalam bidang farmasi untuk
penentuan permukaan spesifik, terutama bila tujuannya adalah untuk
mengontrol variasi dari suatu batch ke batch lainnya.
b. Alatnya sederhana dan penetapan dapat dilakukan dengan cepat.

Kelemahan Metode Permeabilitas :


Alatnya harus dikalibrasikan terlebih dahulu apabila digunakan
untuk penyelidikan yang lebih mendasar.
UKURAN PORI
• Bahan-bahan yang mempunyai luas spesifik tinggi bisa
mempunyai retakan-retakan dan pori-pori yang
mengabsorpsi gas dan uap, seperti air, ke dalam sela-
selanya.
• Serbuk obat yang relatif tidak larut dalam air bisa melarut
lebih atau kurang cepat dalam medium air bergantung
pada absorpsinya terhadap kelembaban atau udara.
UKURAN PORI
Cara untuk mengukur pori yakni :
• Penggunaan aseton sehingga meningkatkan absorpsi air dan
jumlah tempat untuk serapan air.
• Menggunakan alat Permeabilitas udara sehingga dapat diperoleh
garis tengah pori-pori rata-rata dari tablet.
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK

1. Porositas
2. Susunan Pengepakan
3. Kerapatan Partikel
4. Bulkiness
5. Sifat Aliran
6. Pengompakan
36

Porositas
Suatu serbuk ditaruh di dalam gelas ukur, lalu volumenya dicatat.
Volume yang menempati gelas ukur tersebut disebut volume curah,
bulk volume, Vb.
Jika serbuk tidak berpori, volume curah serbuk terdiri dari volume sejati
partikel padat ditambah volume ruang diantara partikel..

Volume ruang, void volume, v : v  Vb  V p


Vp adalah volume sejati (true volume) partikel

Vb  V p Vp
Porositas   1
Vb Vb
Menghitung Porositas
Sampel serbuk kalsium oksida dengan kerapatan sejati

3,203 dan bobot 131,3 g mempunyai volume ruah 82,0 cm3

saat dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml. Hitunglah

porositasnya.

131,3
Volume partikel   41,0 cm3
3,203

41
Porositas     0,5 atau 50%
82
37
1. Sampel serbuk dengan kerapatan sejati 2.76 g/cm3 dan
bobot 120 g mempunyai volume ruah 80,0 cm3 saat
dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml. Hitunglah
porositasnya.
2. Sampel serbuk memiliki volume ruah 76,5 cm3. berapa
porositas serbuk jika yang serbuk yang mengisi gelas ukur
bobotnya 140 g dengan kerapatan sejati 3.89 g/cm3?
3. Suatu serbuk memiliki volume curah 50 ml dengan massa
jenis serbuk tersebut 3,55 g/ml dan bobot serbuk 1200 mg.
Tentukan berapa porositas serbuk tersebut?
4. Suatu serbuk memiliki volume curah 45 ml dengan massa
jenis serbuk tersebut 3 g/ml dan bobot serbuk 120 g. Tentukan
berapa porositas serbuk tersebut?
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
2. Susunan Pengepakan
Susunan pengepakan yang ideal yakni :
a. Paling dekat atau Rhombohedral.
b. Paling longar, sebagian besar terbuka atau
pengepakan kubus atau most open; loosest

Partikel-partikel serbuk umumnya bisa mempunyai tiap


susunan antara kedua pengepakan ideal dan
kebanyakan serbu-serbuk dalam praktek mempunyai
porositas antara 30-50 %.
TATA SUSUN

40
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
3. Kerapatan Partikel
Kerapatan : berat per satuan volume.
Ada 3 tipe kerapatan yakni :
a. Kerapatan sebenarnya, 
kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya)
Alat: Densitometer Helium.
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
b. Kerapatan Granul, g
• Dapat ditentukan dengan suatu metoda yang serupa
dengan metoda pemindahan cairan, dengan
menggunakan air raksa yang dapat mengisi ruang-
ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi kedalam pori-
pori dalam dari partikel-partikel.
 dalam partikel = 1 – kerapatan granul = 1 - g
kerapatan sebenarnya 
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
c. Kerapatan Bulk, b
• Massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk.
• Kerapatan bulk dapat ditentukan dari volume bulk dan berat suatu
serbuk kering dalam sebuah gelas ukur.
• Kerapatan bulk dari suatu serbuk bergantung pada distribusi
ukuran partikel, bentuk partikel, dan kecenderungan partikel untuk
melekat satu dengan lainnya.
• Porositas ruang antara dihitung dari kerapatan bulk dan kerapatan
granul, dinyatakan dengan :
 ruang antara = 1 - kerapatan bulk = 1- b
kerapatan granul g
Porositas total, total = 1 - b

KERAPATAN

Kerapatan sejati benda itu sendiri, tidak


KERAPATAN SEJATI, disertai dengan ruang kosong dan pori
True density, 
intrapartikel yang lebih besar dari dimensi
molekul atau atom dalam kisi kristal.

Seperti yang ditentukan dengan cara


KERAPATAN GRANUL,
Granule density, g
penggantian (the displacement) air raksa,
yang tidak berpenetrasi pada tekanan biasa
ke dalam pori yang lebih kecil dari 10 m.

KERAPATAN CURAH, Seperti yang ditentukan dari volume curah


Bulk density, b dan bobot serbuk kering dalam gelas ukur.

44
45
Porositas intrapartikel granul dapat dihitung
berdasarkan kerapatan sejati dan kerapatan granul:

Vg  Vp Vp
 intrapartikel   1
Vg Vg
bobot / kerapatan sejati
= 1-
bobot / kerapatan granul

kerapatan granul g
 intrapartikel = 1-  1
kerapatan sejati 

46
Porositas intrapartikel

Kerapatan granul, g, natrium karbonat adalah 1, 450 dan


kerapatan sejatinya, , adalah 2,033. Hitunglah porositas
intrapartikelnya.

kerapatan granul g
 intrapartikel = 1-  1
kerapatan sejati 

1,450
 intraparti kel  1  0,286  28,6%
2,033
47
1. Kerapatan partikel ketika dibentuk granul, g adalah 2.40 dan
kerapatan partikel , adalah 3.033. Hitunglah porositas
intrapartikelnya?

2. Kerapatan suatu serbuk 2.86, tetapi apabila serbuk tersebut dibuat


granul memiliki kerapatan 1.45 maka berapa porositas
intrapartikelnya?

3. Jika porositas intrapartikel suatu serbuk 30% sementara kerapatan


granul sebesar 3.6 g/cm3 maka berapa kerapatan partikel tersebut?

4. Jika porositas intrapartikel suatu serbuk 26.5%, sedangkan kerapatan


partikel 3.145 g/cm3 maka ketika dibuat suatu granul, berapa
kerapatan granul tersebut?
49
Kerapatan sejati dalam g/cm3 dari beberapa zat padat yang sering
digunakan dalam farmasi

Alumunium oksida 4,0 Magnesium Oksida 3,65


Arang (bebas udara) 2,1-2,3 Magnesium sulfat 1,68
Asam benzoat 1,3 Natrium borat (borax) 1,73
Belerang (Sulfur, presipitat) 2,0 Natrium klorida 2,16
Bismuth subkarbonat 6,86 Parafin 0,90
Bismuth subnitras 4,9 Perak iodida 5,67
Gelatin 1,27 Perak nitrat 4,35
Gelas 2,5 Seng Oksida 5,59
Grafit 2,3-2,7 Sukrosa 1,6
Kalsium karbonat (calcite) 2,72 Sulfadiazina 1,50
Kaolin 2,2-2,5 Talk 2,6-2,8

50
51
52

Kerapatan curah dan Porositas Total

Bobot tablet natrium iodida 0,3439 g dan volume curahnya


adalah 0,0963 cm3. Kerapatan sejati natrium iodida adalah
3,667 g/cm3. Hitunglah kerapatan curah dan porositas total
tablet tersebut.

0,3439
b   3,571 g/cm 3

0,0963
3,571
 total  1  0,026  2,6%
3,667
53
Porositas Total
Satu gram serbuk granul mempunyai data berikut:
Volume padatan itu sendiri = 0,3 cm3/g
Volume pori intrapartikel = 0,1 cm3/g
Volume ruang antar partikel = 1,6 cm3/g

a) Berapa volume sejati spesifik, V, volume granul spesifik, Vg, dan


volume bulk spesifik, Vb?

V = 0,3 cm3
Vg = V + pori intrapartikel = 0,3 + 0,1 = 0,4 cm3
Vb = V + pori intrapartikel + ruang antarpartikel = 0,3 +0,1+ 1,6 =2,0 cm3

54
b) Hitunglah porositas total, total, porositas antarruang,
antarruang, dan porositas intrapartikel, intrapartikel

Vb  V p 2.0  0,3
 total    0,85  85%
Vb 2,0
Vb  Vg 2,0  0,4
 antarruang    0,80  80%
Vb 2,0

Vg  V p 0,4  0,3
 int rapartikel    0,25  25%
Vg 0,4
55
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK

4. Bulkiness
• Volume bulk spesifik merupakan kebalikan dari
kerapatan bulk yang biasa disebut bulkiness atau
bulk saja.
• Bulk merupakan suatu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengemasan serbuk.
Kecurahan (Keruahan, “Bulkiness”)

57
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
5. Sifat Aliran
• Serbuk Bulk agak analog dengan cairan Non Newton yang
menunjukan aliran plastik dan kadang-kadang dilatasi, partikel-
partikel dipengaruhi oleh gaya tarik-menarik sampai derajat
yang bervariasi, oleh karena itu serbuk dapat mengalir bebas
ataupun melekat.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat aliran dari serbuk yakni
ukuran partikel, porositas, dan kerapatan serta kehalusan
permukaan.
• Untuk memperbaiki karakteristik aliran dapat ditambahkan
pelincir (glidant) pada serbuk glanular seperti Magnesium
Stearat, Amilum, dan talk.
• Untuk mengukur serbuk yang mengalir per satuan waktu melalui
lubang corong dapat menggunakan suatu pencatat pengukuran
aliran serbuk sehingga dapat diperoleh konsenterasi pelincir
optimum yakni 1 % atau kurang.
Sifat Alir

kerapatan mampat - kerapatan longgar


Kompresibilitas (%) =  100
kerapatan
59
mampat
Indeks Konsolidasi (Carr) Aliran
(%)
5-15 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup
23-35 Buruk
33-38 Sangat buruk
>40 Sangat buruk sekali

 b ,maks <1,25 : baik (= 20%: Carr)


RASIO HAUSNER  >1,5 : buruk (= 33%: Carr)
 b ,min

Sudut istirahat (diam) 


Aliran
(derajat)
<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Sangat buruk
60
Hubungan antara Sudut istirahat (diam) dengan Indeks Carr
61
%
Bahan Kompresibi- Daya Alir
litas
Celutab 11 Baik Sekali
Emkompres 15 Baik sekali
Star-X-1500 19 Sedang-dapat lewat
Laktosa monohidrat 19 Sedang-dapat lewat
Tepung Maizena 26-27 Buruk
Dikalsium fostat, anh.(kasar) 27 Buruk

Magnesium stearat 31 Buruk


Titanium dioksida 34 Sangat buruk
Dikalsium fosfat, dihidr(halus) 41 Sangat buruk sekali
Talk 49 Sangat buruk sekali
62
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
6. Pengompakan
Jika serbuk dikompakan pada tekanan kira-kira 5
kg/cm2, porositas serbuk yang tersusun dari partikel-
partikel yang kaku akan lebih tinggi daripada porsitas
serbuk-serbuk dalam packing yang sangat berdekatan
seperti ditentukan oleh percobaan pengetukkan
sehingga serbuk-serbuk ini akan dilatan yakni
menunjukan pengembangan yang tidak diharapkan,
bukan kontraksi dibawah pengaruh tekanan.
FENOMENA YANG DIPENGARUHI
UKURAN PARTIKEL
1. Aktivitas kimia dan listrik
• Agar waktu untuk bereaksi lebih cepat, partikel harus
dihaluskan.
• Partikel kecil (halus) mempunyai luas permukaan
spesifik yang lebih besar, yang akan meningkatkan
jumlah tempat bereaksi antar reaktan.
• Partikel -partikel yang sangat halus biasanya
menghasilkan muatan listrik statis (elektrostatik), yang
diakibatkan gesekan antara bahan-bahan dengan alat
atau antar partikel, sehingga timbul muatan listrik.
• Hal ini menyebabkan serbuk menempel pada dinding
wadah.
FENOMENA YANG DIPENGARUHI
UKURAN PARTIKEL

2. Penyerapan (Absorption)
• Udara lembab akan lebih diserap, sehingga dapat
menimbulkan reaksi antara lembab dengan bahan.
• Hal ini memungkinkan terjadinya penguraian.

• Bila senyawa obat diserap akan menyebabkan


bioavailabilitas (ketersediaan hayati) obat tersebut
terpengaruh
FENOMENA YANG DIPENGARUHI
UKURAN PARTIKEL
3. Kelarutan
Penghalusan partikel dapat meningkatkan kelarutan
zat.
R S2 4  1 1
( 1    n ) ln    
M S1   d 2 d1 

 = derajat disosiasi, n= bilangan ion dari senyawa


yang berbobot molekul M, R = tetapan gas (8,31 x
107 erg mol-1 derajat-1), suhu mutlak,  = kerapatan
dan  = merupakan energi permukaan, S solubilitas
(kelarutan), d1 = garis tengah partikel besar, d2 =
garis tengah partikel kecil.
FENOMENA YANG DIPENGARUHI
UKURAN PARTIKEL
 Bentuk lain persamaan di atas adalah:

S2 2V
log 
S1 2,303RTr
S2 = kelarutan partikel halus
S1 = kelarutan partikel besar
 = tegangan permukaan partikel (dyne/cm)
V = volume molar (volume dalam cm3 per mol
partikel)
r = jari-jari akhir partikel dalam cm.
YANG DIPENGARUHI OLEH KELARUTAN
1. Laju Disolusi
• Jika ingin melarutkan suatu zat seseorang cenderung
untuk memecah (menghaluskan) zat tersebut untuk
mempercepat proses pelarutan.
• Pengecilan ukuran partikel akan meningkatkan luas
permukaan total zat padat yang berhubungan (kontak)
dengan pelarut (solven), sehingga larutan terjadi lebih
cepat.
• Pada suhu dan pengdukan baku menurut Noyes dan
Whitney terdapat hubungan:
dw = - K S ( Cs - C )
dt
dw/dt = pengurangan bobot partikel per satuan waktu
berbandiung lurus dengan permukaan S, dan beda
konsentrasi larutan jenuh dengan konsentrasi pada
saat tertentu. K = suatu tetapan.
YANG DIPENGARUHI OLEH KELARUTAN

2. Ekstraksi Galenis
Untuk mempermudah ekstraksi, bahan obat
hewan atau nabati harus dihaluskan terlebih
dahulu untuk merusakkan dinding sel
sehingga memungkinkan terjadinya kontak
langsung antara solven dengan solut (bahan
obat).
YANG DIPENGARUHI OLEH KELARUTAN

3. Aktivitas Fisiologis
• Kemanjuran pengobatan suatu obat jadi
dipengaruhi oleh ukuran partikel.
• Jika ukuran partikel diperkecil maka luas
permukaan spesifiknya meningkat, sehingga
larutan obat lebih cepat dan lebih banyak yang
diserap (diabsorpsi).
• Partikel yang besar tak beraturan akan
mengiritasi jaringan terutama pada pemakaian
luar.

Anda mungkin juga menyukai