OLEH :
1. ATANASIUS SURYA G.
2. FIKRI ALAM YAZID
3. MIKA SETYAMANI
4. NUR LAILA ZULFAH SARI
X MIPA 3
SMAN 1 BONTANG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala
alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan
waktu. Para fisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat
beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga
perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi
yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum fisika.
Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia,
geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya,
kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan
oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika
kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika.
Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan dalam notasi
matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan
dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan
pemerian dunia material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu
berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas
penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika, yakni fisika matematis, yang mengembangkan
struktur matematis bagi teori - teori fisika. Hal yang paling berkaitan dengan fisika yaitu
pengukuran. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau
kepercayaan konsumen. Pengukuran ada beberapa macam alat yaitu: micrometer,jangka sorong,
dialindikator,viler, gauge dll.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau
satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk
mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan
konsumen. Pengukuran ada beberapa macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge
dll
B. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari
dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada
keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display
digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm, untuk jangka sorang dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang di atas 30cm.
C.Mikrometer Sekrup
METODE PERCOBAAN
Percobaan dilakukan pada hari Selasa, 27 Agustus 2019 pukul 11.15 – 12.30 di laboratorium fisika SMA
Negeri 1 Bontang.
Bahan :
1. Gelas Plastik
2. Kelereng
C. Cara Kerja
1.Berdoa sebelum melakukan percobaan agar mendapat hasil terbaik.
2.Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan di gunakan.
3.Mengisi data -data yang akan diperlukan untuk mendapatkan hasil.
4.Mengukur benda - benda yang disediakan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup.
5.Mencatat angka - angka yang ditunjukkan alat untuk dimasukkan ke rumus sehingga
mendapatkan hasil pengukuran.
Dari percobaan/praktikum yang kami lakukan, kami dapat menuliskan hasilnya dengan melalui 2 alat ukur yang
kami lakukan diantaranya:
1. Jangka sorong
Batas ukur : 0 -1 mm
Jumlah skala : 10
NST su : 1 mm
Jumlah skala noniuus : 20
NST jangka sorong: (batas ukur)/(jumlah skala utama)
1/20 = 0,05 mm
Diameter luar
∑𝑛𝑖 = ₁𝑑𝑖
=
𝑑 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 𝑛
299,3
= 4
1 𝑛.∑𝑛 2 𝑛
𝑖 =₁𝑑𝑖 −(∑𝑖=1 𝑑𝑖)
2
∆𝑑 = √
𝑛 𝑛−1
1 4×22.401,71−(299.3)2
∆𝑑 = √
4 4−1
1 86.606,84−89.580,49
∆𝑑 = 4 √ 3
1 2.973,65
∆𝑑 = 4 √ 3
1
∆𝑑 = √991,2
4
1
∆𝑑 = × 31,48
4
∆𝑑 = 7,87
∆𝑑
KR= ∑𝑛 × 100%
𝑖=1 𝑑𝑖
𝑛
7,87
=74,825 × 100%
=10,5
∑𝑛𝑖 = ₁𝑑𝑖
=
𝑑 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 𝑛
281
= 4
= 70,25
1 𝑛.∑𝑛 2 𝑛
𝑖 =₁𝑑𝑖 −(∑𝑖=1 𝑑𝑖)
2
∆𝑑 = 𝑛 √ 𝑛−1
1 4×19.740,36−(281)2
∆𝑑 = √
4 4−1
1 78.961,44−78.961
∆𝑑 = 4 √ 3
1 219,56
∆𝑑 = 4 √ 3
1
∆𝑑 = √73,18
4
1
∆𝑑 = × 8,55
4
∆𝑑 = 2,13
∆𝑑
KR= ∑𝑛 × 100%
𝑖=1 𝑑𝑖
𝑛
=3,03
∑𝑛𝑖 = ₁𝑑𝑖
=
𝑑 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 𝑛
43,5
=
4
= 10,87
1 𝑛.∑𝑛 2 𝑛
𝑖 =₁𝑑𝑖 −(∑𝑖=1 𝑑𝑖)
2
∆𝑑 = 𝑛 √ 𝑛−1
1 4×473,0774−(43,5)2
∆𝑑 = √
4 4−1
1 1.892,3096−1.892,25
∆𝑑 = √
4 3
1 0,0596
∆𝑑 = 4 √ 3
1
∆𝑑 = √0,0198
4
1
∆𝑑 = × 0,140
4
∆𝑑 = 0,035
∆𝑑
KR= ∑𝑛 × 100%
𝑖=1 𝑑𝑖
𝑛
0,035
= × 100%
10,87
=0,321
∑𝑛𝑖 = ₁𝑑𝑖
=
𝑑 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 𝑛
64,4
= 4
= 16,1
1 𝑛.∑𝑛 2 𝑛
𝑖 =₁𝑑𝑖 −(∑𝑖=1 𝑑𝑖)
2
∆𝑑 = √
𝑛 𝑛−1
1 4×1.036,84−(64,4)2
∆𝑑 = √
4 4−1
1 4.147,36−4.147,36
∆𝑑 = 4 √ 3
1 0
∆𝑑 = 4 √3
1
∆𝑑 = √0
4
∆𝑑 =0,25
∆𝑑
KR= ∑𝑛 × 100%
𝑖=1 𝑑𝑖
𝑛
0,25
=61,1 × 100%
=0,409%
Kesimpulan praktikum 1
Dari hasil pengolahan data diatas, dapat disimpulkan hasil pengukuran diameter luar gelas plastik,diameter
dalam,kedalaman dan diameter kelereng dengan jangka sorong ialah:
∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑖
( 𝑛
± ∆𝑑) = (74,825±7,87)mm, dengan presentasi kesalahan relatif= 10,5%
∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑖
( 𝑛
± ∆𝑑) = (70,25±2,13)mm, dengan presentasi kesalahan relatif= 3,03%
∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑖
( 𝑛
± ∆𝑑) = (10,87±0,035)mm, dengan presentasi kesalahan relatif= 0,321%
∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑖
( ± ∆𝑑) = (16,1±0,25)mm, dengan presentasi kesalahan relatif= 0,409%
𝑛
∑𝑛𝑖 = ₁𝑑𝑖
=
𝑑 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 𝑛
299,3
= 4
= 74,825
1 𝑛.∑𝑛 2 𝑛
𝑖 =₁𝑑𝑖 −(∑𝑖=1 𝑑𝑖)
2
∆𝑑 = √
𝑛 𝑛−1
1 4×22.401,71−(299.3)2
∆𝑑 = √
4 4−1
1 86.606,84−89.580,49
∆𝑑 = 4 √ 3
1 2.973,65
∆𝑑 = 4 √ 3
1
∆𝑑 = √991,2
4
1
∆𝑑 = × 31,48
4
∆𝑑 = 7,87
∆𝑑
KR= ∑𝑛 × 100%
𝑖=1 𝑑𝑖
𝑛
7,87
=74,825 × 100%
=10,5
Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data diatas dapat disimpulkan hasil pengukuran diameter kelereng ialah:
∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑖
( ± ∆𝑑) = (74,285±7,87)mm, dengan presentasi kesalahan relatif= 10,5%
𝑛
Saran-saran
Saran kami adalah agar pratikum slanjutnya lebih baik disertai dengan peningkatan dalam ketelitian
penghitungan.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jangka sorong lebih tepat jika digunakan mengukur tebal dan mikrometer sekrup lebih tepat jika digunakan
untuk mengukur diameter benda. Namun dari hasil rata - rata pengukuran menggunakan
mikrometer sekrup lebih tepat daripada jangka sorong karena mikrometer sekrup memiliki tingkat
ketelitian 0,01 mm dan lebih tinggi daripada tingkat ketelitian jangka sorong
yaitu 0,05 mm.
B.Saran
Sebaiknya saat melakukan pengukuran harus lebih teliti agar hasil yang di dapatkan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/jangka-sorong/
https://www.studiobelajar.com/mikrometer-sekrup/
https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong