Anda di halaman 1dari 27

ANALISA JURNAL

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Triyanto, 2014).
Jika tekanan darah melebihi normal maka akan membuat darah sulit untuk
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri dan menambah kerja
jantung dan kerusakan pembuluh darah, akibatnya akan timbul komplikasi
(Andriani, 2010).
Data WHO (World Health Organization) 2013 menunjukkan di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang mengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju
dan 639 sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki masalah kesehatan
hipertensi. Jumlah kasus hipertensi di Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi.
Menurut data Riskesdas Kementerian Kesehatan RI, angka kejadian hipertensi
pada tahun 2011 sebanyak 17,3%, tahun 2012 meningkat menjadi 17,5% dan
pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu mencapai
21,0%. Hal ini menunjukkan kasus hipertensi di Indonesia terus meningkat
disetiap tahunnya.
Data survei dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Provinsi Yogyakarta masuk dalam lima
besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak dengan jumlah 35,8% diatas
rata-rata seluruh Indonesia yaitu 31,7% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2012).
Data laporan dari Survailans Terpadu Penyakit (STP) ditingkat puskesmas di
Yogyakarta pada tahun 2013, hipertensi menempati urutan kedua setalah
influenza dalam sepuluh distribusi penyakit dengan kunjungan terbanyak (Dinkes
Provinsi DIY, 2015).
Prevalensi hipertensi yang meningkat menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang semakin tinggi karena hipertensi
merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit stroke dan jantung
(Puspita & Haskas, 2014). Sejak tahun 1997 data menunjukkan bahwa pola
kematian di rumah sakit di DIY mulai menunjukkan pergeseran dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular, dan penyakit tidak menular tersebut
menjadi dominasi penyebab kematian di DIY. Analisis tiga tahun terakhir dari
data seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan penyakit-penyakit kardiovaskuler
seperti penyakit hipertensi, jantung, dan stroke menempati urutan paling tinggi
penyebab kematian dan jumlah kematiannya juga meningkat dari tahun ke tahun
(Dinas Kesehatan DIY, 2015).
Manajemen hipertensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara non
farmakologi. Cara mengontrol hipertensi secara non farmakologi diantaranya
adalah mengontrol pola makan, mengurangi asupan garam, melakukan
manajemen stres, serta melakukan aktivitas fisik (Sudjaswandi, et al., 2003
dalam Khomarun, et al., 2014).
Salah satu terapi non farmakologis untuk mengontrol hipertensi adalah
menggunakan terapi jus yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah
pasien hipertensi adalah terapi jus buah pepaya mengkal. Buah pepaya mengkal
mengandung antioksidan, tinggi serat dan telah terbukti khasiatnya untuk
menormalkan tekanan darah (Jain, 2011).
Buah pepaya mengkal banyak mengandung zat-zat kimia yang
bermanfaat bagi tubuh, terutama untuk pembuluh darah. Buah papaya mengkal
kaya akan vitamin A (β-Karotena), vitamin C, Peptin, enzim papain serta
kalium.Vitamin A (β-Kartena) dan vitamin C sebagai antioksidan yang berperan
penting dalam mencegah dan memperbaiki kerusakan pembuluh darah akibat
aktivitas molekul radikal bebas. Sedangkan peptin dapat menurunkan kadar
kolestrol dalam darah sehingga mengurangi terjadinya arterosklerosis ( Kholish,
2011). Enzim papain merupakan zat yang sangat aktif dalam memecah protein
sehingga terbentuk berbagai senyawa asam amino yang bersifat autointoxicating
atau otomatis menghilangkan terbentuknya subtansi yang tidak diinginkan akibat
pencernaan yang tidak sempurna dan tidak bermanfaat bagi tubuh, seperti
penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh kemudian dikeluarkan melalui
feses. Enzim papain yang ada dalam pembuluh darah akan menghancurkan
partikelpartikel yang menempel disepanjang pembuluh darah penyebab
arterosklerosis sehingga tekanan darah dapat dinetralisir (Kholish, 2011).
Pada kondisi hipertensi ringan dan sedang terapi jus pepaya mengkal
dapat menurunkan tekanan darah sekitar 20–30 mmHg tanpa menimbulkan efek
samping. Sedangakan pada penderita hipertensi berat dapat mengurangi jumlah
obat dengan dosis yang rendah jika menggunakan terapi jus papaya mengkal.
(Jain, 2011). Namun manfaat buah pepaya mengkal terhadap penurunan tekanan
darah belum banyak diketahui oleh masyarakat luas sehingga pohon pepaya yang
tumbuh dipekarangan rumah sering tidak dimanfaatkan, padahal buah papaya
mengkal merupakan salah satu bahan baku untuk pengobatan alternatif yang
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan tingkat
keamanan relatif lebih tinggi dari pada obat sintesis atau kimia.

B. TUJUAN ANALISA JURNAL


Adapun tujuan penulisan analisa jurnal dengan judul Pengaruh Pemberian
Jus Pepaya Mengkal Dalammenurunkan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Nagari Durian Tinggi Wilayah Kerja Puskesmas Muaro Paiti Lima
Puluh Kota Tahun 2016 adalah:
a. Untuk memberikan penilaian atau tanggapan terhadap kevalidan dan
sistematika penulisan jurnal
b. Untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan dari jurnal yang dianalisa
c. Untuk mempelajari dan mengaplikasikan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti.
TINJAUAN TEORI

HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat
sistemik alias berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama.
Hipertensi terjadi tiba-tiba, melainkan melalaui proses yang cukup lama.
Tekanan darah yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan
tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi (Lingga, 2012).
Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya
tiga kali pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda. Jika dalam tiga
kali pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi,
maka patut dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat menjadi
cara sederhana untuk membantu menentukan hipertensi pada diri seseorang
(Lingga, 2012).
Hipertensi bisa dicatat sebagai tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik merupakan tekanan darah maksimum dalam arteri yang disebabkan
sistoleventricular. Hasil pembecaan tekanan sistolik menunjukan tekanan atas
nilainya lebih besar. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan minimum
dalam arteri yang disebabkan oleh diastoleventricular. Hipertensi adalah suatu
kondisi saat nilai tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik ≥ 90
mmHg. Menurut InaSh (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), untuk menegakkan
diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali
dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Garnadi,
2012).

B. Klasifikasi hipertensi pada lansia


Ada beberapa versi klasifikasi tekanan darah berdasarkan hasil pengkuran
tekanan darah sistolik dan diastolik. Target tekanan darah untuk hipertensi
spesifik untuk lansia di JNC 8 yaitu:
Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah untuk lansia
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg Dan < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg Atau 80-90 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg Atau 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 mmHg Atau ≥100 mmHg

Target tekanan darah yang telah disepakati oleh JNC 8 adalah :


Tabel 1.2 Target tekanan darah untuk lansia
Usia Target tekanan darah (sistoloik/diastolik)
< 60 tahun < 140/90 mmHg
> 60 tahun < 150/90 mmHg
Sumber: JNC VII

C. Penyebab hipertensi
Menurut (Lewis, 2007 dalam Hakim 2016) penyebab terjadinya hipertensi
dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer terdapat lebih dari 90% dari semua kasus hipertensi dan kurang
dari 5-8% orang dewasa hipertensi yang memiliki hipertensi sekunder.
1. Hipertensi primer
Penyebab yang mendasari terjadinya hipertensi primer 90% tidak
diketahui. Hipertensi yang penyebabnya belum diketahui. Walaupun
penyebab pasti dari hipertensi primer, beberapa faktor yang berkontribusi
adalah:
a. Asupan garam berlebih karena garam secara osmosis menahan air, dan
karenanya meningkat volume darah dan berperan dalam kontrol jangka
panjang tekanan darah.
b. Penyebab kedua kelainan sisitem rennin-angotensin. Angiotensinogen
adalah bagian dari jalur hormone yang menghasilkan vasokonstriktor
kuat angiotensin II serta mendorong retensi garam dan air yang dapat
menyebabkan tekanan darah.
c. Penyebab ketiga adalah kelainan (nitric oxide) NO dan endotelin.
Kekurangan NO dapat ditemukan pada dinding pembuluh darah pada
pasien dengan hipertensi. Kekurangan ini dapat menyebabkan
gangguan kemampuan vasodilatasi.
d. Penyebab keempat adalah diet rendah K + dan Ca2+ dalam asupan
makanan. Buah, sayuran, dan produk susu kurang dapat
menyebabkannya. Study DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertention) menemukan bahwa diet rendah lemak kaya buah,
sayuran dan produk susu dapat menurunkan tekanan darah.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya
atau sebagai akibat dari penyakit lain (lewis 2007, dalam Hakim 2016).
Penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah:
a. Lesi aterosklerosis yang mengaktifkan jalur hormon angiotensin II,
menyebabkan retensi air dan garam pada pembentukan urin
menyebabkan volume darah bertambah.
b. Kelainan pada medulla adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan
norepinefrin secara berlebihan. Peningkatan kedua hormone ini
mengakibatkan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi perifer
generalisata.
c. Hipertensi neurogenik yang disebabkan kesalahan kontrol tekanan
darah karena defek di pusat kontrol kardiovaskuler.

D. Faktor resiko hipertensi


Faktor resiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu Menurut
(LeMone dan Burke, 2008 dalam Hakim 2016):
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a. Riwayat keluarga
Faktor genetik dapat membuat keluarga menderita hipertensi berkaitan
dengan jumlah sodium di intraseluler dan rasio patassium dan sodium.
Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi makan akan memiliki
resiko yang lebih besar terkena hipertensi.
b. Usia
Hipertensi primer muncul pada usia 30-50 tahun. Angka kejadian
meningkat pada usia 50-60 tahun lebih. Tekanan darah cenderung
meningkat dengan bertembahnya usia. Lansia akan mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik yang disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas pembuluh darah.
c. Jenis kelamin
Secara umum angka kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada laki-
laki dari perempuan sampai usia 55 tahun. Pada usia 55-74 tahun
resiko hipertensi sama antara laki-laki dan perempuan. Perempuan
menapose cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
pada laki-laki pada usia yang sama.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Setress
Tipe personal dan fenomena fisik dapat menyebabkan stress. Setress
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Setress dapat meningkatkan tahanan perifer dan kardiak output
dan merangsang aktivitas simpatis, yang akan menyebabkan
hipertensi. Ansietas, takut, nyeri dan setress emosi mengakibatkan
stimulasi simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung,
tahanan vaskuler perifer. Setress akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas syaraf simpatis. Respon yang ditimbulkan tubuh berupa
ketegangan otot, meningkatnya denyut jantung, dan meningkatnya
tekanan darah. Reaksi ini dipersiapkan tubuh untuk bereaksi secara
cepat, yang apabila tidak digunakan maka akan menimbulkan
penyakit, termasuk hipertensi.
b. Obesitas
Seseorang yang kelebihan berat badan dihubungkan dengan kejadian
hipertensi. Resiko hipertensi untuk orang gemuk (obesitas) 5 kali lebih
tinggi dari pada orang yang memiliki berat badan.
c. Penyalahgunaan obat
Merokok, mengkonsumsi alkohol, dan penggunaan obat terlarang
merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi.
d. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu utnuk mengontrol berat
badan dan menekan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.

F. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2009). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis
sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2015).
G. Pathway
H. Komplikasi
Hipertensi akan lebih membebani jantung dan pembuluh darah Anda jika
tidak ditangani dengan seksama. Jenis-jenis komplikasi yang berpotensi terjadi
meliputi:
1. Serangan jantung atau stroke
Hipertensi berpotensi menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding arteri
sehingga dapat memicu serangan jantung serta stroke.
2. Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri
Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh darah
(seperti menggembung). Dinding yang menggelembung akan menjadi lemah
saat menahan tekanan aliran darah. Komplikasi ini berpotensi mengancam
jiwa, terutama jika pembuluh darah pecah.
3. Pembuluh darah kecil pada ginjal yang rusak akibat hipertensi
Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan baik. Beberapa
gejalanya adalah pembengkakan kedua tungkai bawah, keinginan untuk
buang air kecil di malam hari meningkat tapi volume urine sedikit, dan
hipertensi yang semakin parah.
4. Sindrom metabolic
Munculnya sejumlah masalah kesehatan yang dialami secara bersamaan.
Lingkar pinggang meningkat, tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar
kolesterol baik (HDL), kadar gula darah puasa yang tinggi, disertai
hipertensi akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Sindrom
ini juga dikenal sindom resistensi insulin, dimana tubuh gagal menggunakan
insulin dalam darah dengan efektif. Pada akhirnya, risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular dan diabetes juga akan meningkat (Smeltzer, 2009).

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
12. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
14. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

J. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 -25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi
Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti
jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke -2 jenis lain, dapat
berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3
jenis lain
d. Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan (Smeltzer, 2009).

PEPAYA
A. Buah Pepaya
Buah pepaya tergolong buah yang banyak digemari oleh masyarakat.
Daging buahnya lunak dengan warna merah atau kuning, rasanya manis dan
menyegarkan karena mengandung banyak air. Nilai gizi buah pepaya cukup
tinggi karena banyak mengandung provitamin A dan vitamin C, juga mineral
kalsium, selain itu dengan mengonsumsi buah pepaya ini akan memudahkan
orang yang mengkonsumsi buang air besar (Kalie, 2009).
Pepaya memiliki kandungan gizi yang lengkap, yang jarang terdapat pada
buah-buahan lain. Disamping itu, buah pepaya juga merupakan sumber enzim
papain dan pektin yang bernilai ekonomi sangat tinggi. Buah pepaya merupakan
komoditas pertanian yang relatif murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
masyarakat di segala lapisan. Sementara produk-produk olahan yang dihasilkan
dari buah pepaya ini memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan banyak
diminati oleh konsumen dalam dan luar negeri. Kondisi semacam ini sangat
memungkinkan untuk dimanfaatkan guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Suprapti, 2010).
Hampir seluruh bagian tanaman pepaya memiliki multi guna bagi
kehidupan manusia. Tanaman ini layak disebut “multi guna” karena dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan
ternak, industri penyamakan kulit, pelunak daging, dan bahan kecantikan
(kosmetika). Dari pepaya daun, bunga, buah serta getah pepaya mempunyai
manfaat yang sangat baik jika diolah lebih lanjut (Rukmana, 2009).
Buah pepaya yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Selain
itu, buah yang masih muda dapat menghasilkan enzim (papain) yang dapat
digunakan untuk keperluan tertentu seperti mengempukkan daging. Buah pepaya
yang setengah tua dapat dimanfaatkan untuk membuat manisan. Buah pepaya
dapat digunakan untuk membuat berbagai makanan olahan. Bunga pepaya
ternyata memiliki rasa yang cukup lezat dan merupakan sumber provitamin A
(Warisno, 2011).
Pepaya merupakan buah yang sangat populer, karena kaya akan vitamin A
dan vitamin C. Pepaya juga dapat diolah menjadi produk baru seperti sari pepaya
dan dodol pepaya. Selain itu, di dalam industri makanan, pepaya sering dijadikan
sebagai bahan campuran dalam pembuatan saos tomat, yakni untuk menambah
cita rasa, warna, dan kadar vitamin. Manfaat pepaya adalah sebagai sumber
vitamin, protein, dan serat bagi tubuh, sebagai detoxificator (mengeluarkan racun
dalam tubuh) dan sebagai obat cacing serta malaria (Nixon, 2009).
Selama 10 tahun terakhir ini produksi buah pepaya menunjukkan
peningkatan. Kenaikan produksi buah pepaya ini tampaknya berlanjut sesuai
dengan permintaan pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu,
kenaikan produksi buah ini juga dipengaruhi oleh adanya pembangunan
agroindustri (Rahardi, 2004). Pada tahun 2013 produksi pepaya di Indonesia
mencapai 871.282 ton (BPS, 2013).
B. Komposisi Kimia Buah Pepaya
Pepaya merupakan tanaman yang mengandung enzim papain, yaitu enzim
yang sangat berguna untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. Selain itu,
enzim papain juga berfungsi sebagai stabilisator pergerakan usus secara optimal
sehingga kerja usus tetap dalam kondisi normal. Selain kandungan papain, buah
pepaya juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, sehingga bermanfaat
bagi pencegahan kanker usus besar. Serat pepaya dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam darah sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung
dan pada saat yang sama dapat mencegah penyakit jantung (Kurnianti, 2013).
Komposisi kimia buah pepaya dapat dilihat pada Tabel 1.

Pepaya mempunyai kandungan zat yang sangat bermanfaat diantaranya


saponin, tanin, flavonoid, enzim papain dan Disamping gizinya yang tinggi,
pepaya adalah buah yang memiliki kandungan tinggi antioksidan. Ini termasuk
vitamin C, folat, vitamin A, mineral, magnesium, vitamin E, kalium, serat dan
vitamin B. Antioksidan memerangi radikal bebas dalam tubuh dan menjaga
kesehatan system kardiovaskular dan memberikan perlindungan terhadap kanker
usus besar (Superkunam, 2010).
Buah pepaya rasanya manis dan bersifat netral. Buah papaya berkhasiat
sebagai pengobatan konstipasi, diare kronis, demam, luka serta alergi.Buah
matang dapat memacu enzim pencernaan, peluruh empedu, penguat lambung dan
antiscorbut.Buah mengkal sebagai pencahar ringan, peluruh kencing,
memperlancar ASI (Adi, 2006).

Buah pepaya banyak mengandung vitamin A yang diperlukan untuk


meningkatkan sistem kekebalan tubuh.Dengan mengkonsumsi buah pepaya
diyakini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah beberapa
penyakit yang terjadi sebagai hasil menurunkan kekebalan, seperti pilek dan
batuk, infeksi dan flu.Pepaya juga mengandung enzim papain dan enzim
chymopapain yang dapat mengurangi peradangan sehingga membantu tubuh
dalam penyembuhan luka bakar dan luka lainnya.Beberapa penyakit tertentu
menjadi lebih buruk ketika tubuh meradang (Superkunam, 2010).
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar di dunia tumbuhan.Flavonoid tersebar luas di tanaman mempunyai
banyak fungsi.Flavonoid adalah pigmen tanaman untuk memproduksi warna
bunga merah atau biru pigmentasi kuning pada kelopak yang digunakan untuk
menarik hewan penyerbuk. Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian
tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang dari tumbuhan pepaya
(Worotikan, 2011). Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang,
penurun kolesterol dan sebagai antibiotik (Haris, 2011).
Senyawa lain pada daun pepaya yang memiliki peran sebagai insektisida
dan larvasida adalah saponin. Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang
terikat dengan steroid atau triterpena (Agato, 2009). Saponin mempunyai
aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: immunomodulator,
anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, dapat membunuh kerang-
kerangan, hipoglikemik, dan efek hypokholesterol. Saponin juga mempunyai
sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, dapat berbentuk
buih, dapat menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan hemolisis. Dalam
pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan, misalnya dipakai
untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik,
membuat obat-obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional(Hanafi, 2011).

C. KASUS DAN SKENARIO KLINIS


Pasien bernama Ny. P berusia 95 tahun dengan keluhan utama saat
pengkajian mengatakan pasien menderita hipertensi dengan tekanan darah
saat pengkajian yaitu 190/100 mmHg. Saat pengkajian, kondisi Ny. P kurang
bersih dan tercium bau tidak sedap, keluarga juga mengatakan bahwa Ny. P
hanya mandi 1x sehari yaitu setelah solat dzuhur. Ny. P. Saat ini menjalani
program pengibatan yaitu Vitamin C 100 mg : 3x1 setelah makan dan
Licocalk 500 mg : 2x1 setelah makan.

D. RUMUSAN MASALAH
Dalam pelaksanaannya, praktik berbasis bukti terdiri dari 5 tahapan proses,
dan melibatkan telaah kritis sebagai proses penting didalamnya sebelum suatu
keputusan klinis diterapkan kepada pasien. Adapun tahapannya adalah

Memformulasi Menerapkan
kan Mencari Melakukan hasil dalam Mengevaluasi
pertanyaan informasi telaah praktik hasil
spesifik kritis klinis
Tahapannya

Adalah :
Topical
1. Memformulasikan pertanyaan spesifik dengan konsep PICO (population,
anestesi/prepar
at steroid
intervention, comparation, outcome).
(lidocain)/ster
oid cream
untuk
menguranginy
eri
2. Mencari informasi terkait bukti ilmiah dan referensi
3. Melakukan telaah kritis (Critical appraisal) pada komponen validity dan
importancy terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ditemukan
4. Menentukan aksi yang akan dilakukan dari temuan-temuan termasuk juga
mengaplikasikan hasilnya dalam praktik klinis.
5. Mengevaluasi hasil dari praktek yang telah dilaksanakan berdasarkan bukti.
Memformulasikan pertanyaan spesifik dengan konsep PICO juga dapat
digunakan sebagai elemen dalam telaah kritis (Critical appraisal) itu sendiri.

P Seluruh penderita hipertensi yang ada di Kenagarian


(Problem) Durian Tinggi yaitu sebanyak 95 orang, dengan jumlah
sampel sebanyak 15 orang penderita hipertensi.
I Salah satu terapi jus yang dapat digunakan untuk
(Intervention) menurunkan tekanan darah pasien hipertensi adalah
terapi jus buah pepaya mengkal. Buah pepaya mengkal
mengandung antioksidan, tinggi serat dan telah terbukti
khasiatnya untuk menormalkan tekanan darah (Jain,
2011). Buah pepaya mengkal banyak mengandung zat-
zat kimia yang bermanfaat bagi tubuh, terutama untuk
pembuluh darah. Buah papaya mengkal kaya akan
vitamin A (β- Karotena), vitamin C, Peptin, enzim
papain serta kalium.Vitamin A (β- Kartena) dan
vitamin C sebagai antioksidan yang berperan penting
dalam mencegah dan memperbaiki kerusakan
pembuluh darah akibat aktivitas molekul radikal bebas.
Sedangkan peptin dapat menurunkan kadar kolestrol
dalam darah sehingga mengurangi terjadinya
arterosklerosis ( Kholish, 2011).Enzim papain
merupakan zat yang sangat aktif dalam memecah
protein sehingga terbentuk berbagai senyawa asam
amino yang bersifat autointoxicating atau otomatis
menghilangkan terbentuknya subtansi yang tidak
diinginkan akibatpencernaan yang tidak sempurna dan
tidak bermanfaat bagi tubuh, seperti penumpukan
lemak yang berlebihan dalam tubuh kemudian
dikeluarkan melalui feses. Enzim papain yang ada
dalam pembuluh darah akan menghancurkan
partikelpartikel yang menempel disepanjang pembuluh
darah penyebab arterosklerosis sehingga tekanan darah
dapat dinetralisir (Kholish, 2011).
C Dalam jurnal ini menunjukkan adanya pengaruh
(Comparation) pemberian terapi jus pepaya dalam menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi
O Diharapkan pemberian jus pepaya mengkal dapat
(Outcome) dijadikan terapi alternative untuk menurunkan tekanan
darah.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka kami dapat merumuskan suatu pokok
masalah yaitu :
“Apakah Terdapat Pengaruh Pemberian Jus Pepaya Mengkal dalam
Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi?”

E. METODE DAN STRATEGI PENELUSURAN BUKTI


Langkah-langkah penelusuran bukti :
1. Membuka internet
2. Ketik https://researchgate.net.publication.
3. Setelah muncul website dari google
4. Ketik keyword “jurnal pemberian jus pepaya untuk hipertensi”
5. Pilih 3 tahun terakhir dan free full text PDF
F. HASIL PENELUSURAN BUKTI
G. TELAAH KRITIS (VIA)
1. Validity
a. Desain
Desain penelitian ini adalah pre experiment dengan pendekatan one
group pretest posttest design.
b. Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi yang
ada di Kenagarian Durian Tinggi yaitu sebanyak 95 orang, dengan
jumlah sampel sebanyak 15 orang penderita hipertensi.
c. Uji statistik
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-
dependent.
d. Tabel Teknik pengumpulan data
Untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi tekanan darah pretest dan post test.
Data yang dikumpulkan melalui observasi akan diolah menjadi 2
macam yaitu melalui analisa univariat dan bivariat sebagai berikut:
analisis univariat pada data kategorik peringkasan data meng-gunakan
distribusi frekuensi aturan presen-tase dan analisis Bivariat dengan
meng-gunakan uji statistik.
2. Importance
a. Karakteristik subjek : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,
Jenis Kelamin di Puskesmas Muaro Paiti Lima Puluh Kota Tahun
2016.
b. Nilai signifikansi : Hasil uji statistik menggunakan uji t-Dependent
diperoleh terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah responden antara
sebelum dan sesudah intervensi dengan rata-rata perbedaan tekanan
darah sistolik 18,00 + 10,14 mmHg (p = 0,000) dan rata-rata
perbedaan tekanan darah diastolik 11,00 + 8,28 mmHg ( p = 0,000).
3. Applicability
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini menurut
kelompok kami sangat bisa untuk diterapkan sebagai intervensi
nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah karena kandungan yang
terdapat pada buah papaya mengkal bermanfaat menurunkan tekanan
darah tinggi dan buah pepaya mudah didapatkan.
Penelitian ini sangat sangat applicable karena penelitian ini sudah valid,
penelitian ini juga sudah mengandung unsur-unsur seperti : desain
penelitian, instrumen penelitian, tempat penelitian, analisa data, sampel,
hasil penelitian dipaparkan dengan jelas dalam penelitian ini, sehingga
kita dapat dengan mudah memahami tujuan dari hasil penelitian ini, dan
penelitian ini sangat kami anjurkan untuk diaplikasikan karena banyak
penelitian yang sudah melakukan intervensi pemberian jus pepaya
mengkal pada pasien hipertensi dan terbukti efektivitasnya.

H. PERBANDINGAN ANTARA JURNAL DENGAN KONDISI RILL


a. Jurnal
Dari hasil analisis jurnal, penelitian ini sangat bisa digunakan karena
dengan bertambahnya penelitian-penelitian terbaru yang dapat digunakan
dalam intervensi nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah, salah
satunya adalah pemberian jus pepaya mengkal.
b. Kondisi rill
Dari hasil analisis jurnal “Pengaruh Pemberian Jus Pepaya Mengkal
Dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi” belum banyak
diketahui oleh masyarakat luas sehingga pohon pepaya yang tumbuh
dipekarangan rumah sering tidak dimanfaatkan, padahal buah pepaya
mengkal merupakan salah satu bahan baku untuk pengobatan alternative
yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Menurut hasil wawancara dan observasi kami di rumah pasien didapatkan
hasil bahwa pasien dan keluarga belum mengetahui manfaat buah pepaya
mengkal untuk menurunkan hipertensi dan biasanya buah pepaya
dijadikan masakan.

I. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


1. Kelebihan
a. Jurnal ini sudah memaparkan secara jelas dan lengkap dari
pendahuluan, latar belakang dari tujuan, dan menambah intervensi
bagi dunia kesehatan untuk intervensi nonfarmakologi dalam
menurunkan tekanan darah tinggi.
b. Penelitian ini merupakan penelitian dengan uji statistik yang dilakukan
adalah uji sta-tistik t- dependent.
c. Jurnal ini memaparkan dengan jelas desain penelitian yang digunakan
d. Dalam jurnal ini juga menggunakan analisa univariat dan bivariat
2. Kekurangan
a. Pada jurnal ini tidak menyebutkan perbedaan pemberian intervensi
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

J. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah
responden sebelum dan sesudah pemberian jus pepaya mengkal dengan beda
rata-rata 18/11 mmHg di Kenagarian Durian Tinggi Wilayah Kerja Puskesmas
Muaro Paiti.

K. SARAN
Sebaiknya penyuluhan terkait pemberian jus pepaya mengkal lebih
ditingkatkan agar masyarakat lebih mengetahui tentang manfaat buah pepaya
mengal untuk menurunkan hipertensi dan untuk keluarga pasien sebaiknya
dapat terus melanjutkan intervensi yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani. (2010). Therapy Herbal Berbagai Penyakit. Jakarta: Eska Media


Adriani (2016). Pengaruh Pemberian Jus Pepaya Mengkal dalam Menurunkan
Tekanan Darah Penderitahipertensi. Jurnal IPTEKS Terapan. Diakses
tanggal 10 September 2019 Pukul 10.00 WIB.
http://researchgate.net.publication/323169744_PENGARUH_PEMBERIA
N_JUS_PEPAYA_MENGKALDALAM_MENURUNKAN_TEKANAN_
DARAH_PENDERITAHIPERTENSI_DI_PUSKESMAS
Darmojo, B. Dan Martono, H. (2015). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi
4. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Garnadi. (2012). Hidup Nyaman Dengan Hipertensi. Jakarta: Agro Media Pustaka
Hakim, Surya Jaka. (2016). Analisis Hubungan Faktor Pengendalian Hipertensi
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Tinggal Di Updt Griya
Werdha Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.
Lingga, Lanny. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta. EGC
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara
terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wilkinson, Judith. (2017). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC, ed.11. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi
bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.
World Health Organization. (2013). A Global Brief on Hypertension. Geneva: World
Health Organization

Anda mungkin juga menyukai