Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TENTANG STROKE

DI RSPAU Dr. S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Stase Gawat Darurat

Disusun Oleh :

1. Bayu Rahmat Pujianto 24.18.1275


2. Miftihayatun Nasihah Ummu Fitriani 24.18.1276
3. Lainun lutfi 24.18.1277
4. Noviana Mulianingsih 24.18.1278
5. Julianti ode labae 24.18.1279

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIII

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Satuan Acara Penyuluhan Stroke Di RSPAU Dr.

S Hardjolukito Yogyakarta “ Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase Gawat Darurat


Program Profesi Ners Stikes Surya Global Yogyakarta Tahun 2019.

Yogyakarta, September 2019


Kelompok VI A

1. Bayu Rahmat Pujianto 24.18.1275


2. Miftihayatun Nasihah Ummu Fitriani 24.18.1276
3. Lainun lutfi 24.18.1277
4. Noviana Mulianingsih 24.18.1278
5. Julianti ode labae 24.18.1279

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Muskab Eko Riyadi S.kep., Ns., M.kep) ( )


Satuan Acara Penyuluhan
Bidang Studi : Keperawatan Gawat Darurat
Topik : Stroke
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : 15 menit
Hari/ Tanggal :
Tempat : Ruang IGD di RSPAU Dr. S. Hardjolukito

A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan
kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut
American Heart Association (AHA), angka kematian penderita stroke di Amerika setiap
tahunnya adalah 50 – 100 dari 100.000 orang penderita. Di negara-negara ASEAN
penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian.
Dari data South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka
kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh
Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Dari seluruh penderita stroke di
Indonesia, stroke ischemic merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar
52,9%, diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan
subaraknoid dengan angka kejadian masingmasingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4%
(Bajjirudin, 2013).
Di Indonesia berdasarkan riset kementerian kesehatan Indonesia tahun 2017
prevalensi penyakit tidak menular (PTM) khususnya stroke mencapai 8,3% urutan
keempat. Penderita stroke yang meninggal diusia muda mulai memprihatinkan, direntang
usia 45-54 tahun kematian karena stroke mencapai 15,9% diantara penyebabnyanya
lambannya penanganan terhadap penderita.
Penanganan terhadap pasien stroke terutama pasien baru seharusnya dilakukan
dengan cepat dan tepat. Kepastian penentuan tipepatologi stroke secara dini sangat penting
untuk pemberian obat yang tepat guna mencegah dampak yang lebih fatal. Prosedur utama
diagnosis stroke (Gold Standart) menggunakan Computed Tomography ( CT ) scan,
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Elektrokardiogram (EKG atau ECG). Kendala-
kendala penerapan gold standart diatas karena ada pasien yang tidak memungkinkan untuk
berpindah tempat, mahalnya biaya, tidak semua rumah sakit memiliki peralatan tersebut,
memakan waktu lebih lama dan efek radiasi. Diagnosis penyakit stroke dapat juga
dilakukan melalui pemeriksaan klinis mulai dari menanyakan gejala yang dirasakan
pasien, anamnesis atau pengambilan data riwayat penyakit pasien dan keluarganya, dan
pemeriksaan neurologi
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pasien dan keluarga dengan RSPAU Dr. S. Hardjolukito
C. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat memahami
tentang penyakit stroke
2. Tujuan Intruksional Khusus
Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Pengertian stroke
b. Penyebab Stroke
c. Tanda dan Gejala Stroke
d. Komplikasi Stroke
e. Penanganan Stroke
D. METODE
1. Diskusi
2. Ceramah
E. MEDIA
Leaflet
F. Materi
Terlampir
G. Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan Waktu Respon Keluarga Metode Media


1. PEMBUKAAN Ceramah Leaflet
Memberi salam 5 Menit Menjawab salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan Tujuan Mendengarkan
Melakukan kontrak waktu Bertanya
Memberikan kesempatan untuk
bertanya
2. KEGIATAN INTI
Melakukan apersepsi 6 menit Menjawab
Menjelaskan pengertian stroke Mendengarkan
Menjelaskan penyebab stroke
Menjelaskan tanda dan gejala stroke Mendengarkan
Menjelaskan komplikasi stroke
Menjelaskan penanganan stroke Mendengarkan
Memberikan kesempatan klien atau
keluarga untuk bertanya Mendengarkan

Bertanya

3. PENUTUP
Melakukan evaluasi 4 Menit Menjawab
Memberikan reinforcement Mendengarkan
Menyimpulkan kegiatan Menyimpulkan
bersama.
Salam penutup Menjawab salam
H. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
Menyiapkan materi penyuluhan, meminta ijin dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan, melakukan kontrak waktu dan tempat untuk melakukan penyuluhan
b. Evaluasi proses
Saat penyuluh mulai memberikan penyuluhan, sasaran mendengarkan, bersikap
kooperatif, terdapat timbal balik
c. Evaluasi hasil
klien dan keluarga mampu menyebutkan pengertian pengertian stroke, penyebab
stroke, tanda dan gejala stroke, komplikasi stroke, penanganan Stroke
Lampiran
STROKE

A. Pengertian
Stroke adalah terjadi perubahan sistem neurologis yang disebabkan karena adanya
gangguan suplai darah ke otak (Black & Hawks, 2012).
Stroke merupakan suatu kondisi gangguan fungsi otak yang timbul mendadak
akibat tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah yang berlangsung
lebih dari 24 jam (Alfa, 2014).
B. Penyebab Stroke
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik)
disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya
tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan
darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan
tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.
Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon
yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan stroke
(Arum, 2015) diantaranya :
a. Faktor risiko medis
Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:
1) Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
2) Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)
3) Migraine (sakit kepala sebelah)
b. Faktor risiko pelaku
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku menerapkan gaya hidup
dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat pada :
1) Kebiasaan merokok
2) Mengosumsi minuman bersoda dan beralkhohol
3) Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
4) Kurangnya aktifitas gerak/olahraga
5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang jelas
c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya stroke.
Hipertensi mengakibatkan adanya gangguan aliran darah yang mana diameter
pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun
berkurang. Dengan pengurangan aliran darah ke otak, maka otak kekurangan
suplai oksigen dan glukosa, lamakelamaan jaringan otak akan mati
2) Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian otot
jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung merupakan pusat
aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan mengalami kerusakan, maka aliran
darah tubuh pun menjadi terganggu, termasuk aliran darah menuju otak.
Gangguan aliran darah itu dapat mematikan jaringan otak secara mendadak
ataupun bertahap.
3) Diabetes mellitus
Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya lebih kaku
atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan atau oenurunan
kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan kematian
otak.
4) Hiperkolesterlemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam
darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada
pembuluh darah. Kondisi seperti ini lama-kelamaan akan menganggu aliran
darah, termasuk aliran darah ke otak.
5) Obesitas
Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu faktor
terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah.
Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar LDL (LowDensity Lipoprotein)
lebih tinggi disbanding kadar HDL (HighDensity Lipoprotein). Untuk standar
Indonesia,seseorang dikatakan obes jika indeks massa tubuhnya melebihi 25
kg/m. sebenarnya ada dua jenis obesitas atau kegemukan yaitu obesitas
abdominal dan obesitas perifer. Obesitas abdominal ditandai dengan lingkar
pinggang lebih dari 102 cm bagi pria dan 88 cm bagi wanita
6) Merokok
Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang
merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang-
orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen mempermudah
terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit
dan kaku. Karena pembuluh darah menjadi sempit dan kaku, maka dapat
menyebabkan gangguan aliran darah.
d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya stroke. Hal
ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. Pada orang-
orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena banyak penimbunan plak.
Penimbunan plak yang berlebih akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah
ke tubuh, termasuk otak.
2) Jenis kelamin
Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung beresiko lebih besar
mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Bahaya
terbesar dari rokok adalah merusak lapisan pembuluh darah pada tubuh.
3) Riwayat keluarga
Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke, maka kemungkinan
dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami stroke. Orang dengan riwayat
stroke pada keluarga memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke
disbanding dengan orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
4) Perbedaan ras
Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang Afrika-Karibia
sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal ini dimungkinkan
karena tekanan darah tinggi dan diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika-
karibia daripada orang non-Afrika Karibia. Hal ini dipengaruhi juga oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan
C. Tanda dan Gejala
Menurut Tarwoto (2013), tanda dan gejala stroke tergantung dari sisi atau bagian mana
yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke
hemoragik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya
kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat
kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan
otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik
sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan
saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan
metabolik otak akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam
membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada
area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada
stroke dengan gangguan pada arteri middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu
afasia motorik, sensorik dan afasia global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika
area pada area Broca, yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien
dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan kesulitan
dalam mengungkapkan bicara. Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area
Wernicke, yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat
menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan.
Sehingga respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia global
pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun mengungkapkan
pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya
menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami pembicaraan, menulis,
mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial
sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat
kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
f. Gangguan penglihatan, diplopia
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda,
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada
lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optik pada korteks
oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf
cranial III, IV dan VI.
g. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian makanan
masuk ke esophagus
h. Inkontinensia
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena terganggunya
saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
i. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan
tekanan intrakranial, edema serebri

Tabel tanda dan gejala stroke berdasarkan lokasi


Lokasi Syndrome
Arteri Karotis Interna (ICA) a. Kelumpuhan pada tangan, kaki
dan wajah yang berlawanan
dengan kerusakan otak
b. Gangguan sensori pada kaki,
wajah, dan tangan yang
berlawanan dengan kerusakan
otak
c. Afasia, apraksia, agnosia
Middle Cerebral Arteri a. Hemiplegi kontralateral
(MCA) b. Gangguan sensori kontralateral
c. Afasia
Anterior Cerebral Arteri a. Paralisis kontralateral
(ACA) b. Gangguan berjalan
c. Kehilangan sensoris
d. Kerusakan kognitif
e. Inkontinensia urine
Arteri Vertebra a. Pusing
b. Nistagmus
c. Dispagia
d. Disatria
e. Nyeri pada muka, hidung, atau mata
f. Kelemahan pada wajah
g. Gangguan pergerakan
Arteri basiler a. Quadriplegia
b. Kelemahan otot wajah, lidah, dan
faringeal

Sumber : Tarwoto (2013)

Tabel perbedaan PIS dan PSA


Gejala dan tanda PIS PSA
Kelainan / defisit Ringan Hebat
Sakit kepala Hebat Sangan Hebat
Kaku kuduk Jarang Biasanya ada
Kesadaran Terganggu Terganggu sebentar
Hipertensi Selalu ada Biasanya tidak ada
Lemah sebelah tubuh Ada sejak awal Awalnya tak ada
LCS Erotrosit >5000/mm3 Eritrosit . 25.000/mm3
Angiografi Shift ada Shift tidak ada

D. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya terjadi
akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur, thrombosis vena dalam,
atropi, inkontinensia urine dan bowl.
1) Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktifitas listrik otak
2) Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala clauster
3) Malnutrisi, karena intake yang tidak adekuat.
4) Hipoksia serebral dan menurunnya aliran darah otak
Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan karena perdarahan maka
terjadi gangguan perfusi jaringan akibat terhambatnya aliran darah otak. Tidak
adekuatnya aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan otak. Fungsi
otak akan sangat tergantung pada derajat kerusakan dan lokasinya. Aliran darah ke
otak snagat tergantung pada tekanan darah, fungsi jantung atau kardiak output,
keutuhan pembuluh darah. Sehingga pada pasien dengan stroke keadekuatan aliran
darah sangat dibutuhkan untuk menjamin perfusi jaringan yang baik untuk
menghindari terjadinya hipoksia serebral.
5) Edema serebri
Merupakan respon fisiologis terhadap adanya trauma jaringan. Edema terjadi
jika pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan meningkatkan
aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan sehingga cairan interstresial akan berpindah ke ekstraseluler
sehingga terjadi edema jaringan otak.
6) Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
Bertambahnya massa pada otak seperti adanya perdarahan atau edema otak
akan meningkatkan tekanan intrakranial yang ditandai adanya defisit neurologi seperti
adanya gangguan motorik, sensorik, nyeri kepala, gangguan kesadaran. Peningkatan
tekanan intrakranial yang tinggi dapat mengakibatkan herniasi serebral yang dapat
mengancam kehidupan.
7) Aspirasi
Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentan terhadap
adanya aspirasi karena tidak adanya reflek batuk dan menelan
E. Pencegahan
1) Periksa tekanan darah secara rutin. Riset menunjukkan, rajin kontrol mengurangi
40persen risiko stroke.
2) Singkirkan tembakau. Hasil studi memperlihatkan, menjauhi tembakau mengurangi
risiko stroke sampai 33 persen.
3) Lakukan latihan olahraga. Riset menunjukkan, mereka yang mulai latihan pada usia
antara 25-40 tahun, risikonya terserang stroke berkurang 57 persen. Sedangkan yang
mulai latihan saat usianya 40-55 tahun, kesempatannya 37 persen lebih baik untuk
terhindar dari stroke.
4) Konsumsi makanan yang bergizi
5) Kurangi makanan berlemak.
6) Jauhi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA

A, Basjiruddin ; darwin Amir (ed.). 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi) edisi 1.
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Carpenito, L.J. 2013. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2012. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2013. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo

Anda mungkin juga menyukai