Anda di halaman 1dari 3

Kemaren yg hariyanto 2011, nisa salah liat di tulisan yg bagian

sifat dan kandungan madu, jd ini tentang madu di copy ulang aja
ya. Ini udh bener

Madu
1. Manfaat madu untuk luka
Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka ulkus
kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat trauma dan pasca operasi serta
luka bakar. Madu dapat meningkatkan waktu penyembuhan luka bakar (Evan and
Flavin, 2009). Penggunaan madu sebagai dressing luka sudah dibuktikan dengan
adanya jurnal penelitian yang dilakukan Hariyanto (2009) tentang “Penggunaan Madu
Dalam Perawatan Luka” yang dijelaskan terjadi perubahan terhadap luka
dekubitus yang awalnya terdapat slough dan nanah menjadi kering dengan
menggunakan madu sebagai dressing.
Menurut Hariyanto (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Penggunaan Madu
Dalam Perawatan Luka”, madu yang digunakan sebagai perawatan luka adalah Madu
Apis Dorsata, madu hutan yang berasal dari Indonesia karena didalamnya memiliki
ketebalan kolagen yang sama seperti Madu Manuka yang berasal dari New Zealand
yang efektif dalam luka akut maupun kronik, sehingga dalam penelitian ini digunakan
Madu Manuka yang berasal dari New Zealand.
Pengunaan madu untuk terapi topikal sebagai dressing luka dapat digunakan
pada luka diabetikum dengan grade ringan. sedang, dan berat. Hal ini sebagaimana
dilakukan oleh Sundari Fauziyah dan Djoko Hendro (2017) dalam jurnalnya berjudul
“Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka Diabetik Pada Pasien Dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di RW 011 Kelurahan Pegirian Surabaya” yang menggunakan 10
responden dengan derajat luka berat 9 orang (90%), dan derajat luka ringan 1 orang
(10. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dengan diberikan terapi madu untuk luka
diabetikum terlihat perubahan derajat luka sebelum dan setelah diberikan terapi madu.
Derajat luka ringan bertambah jumlahnya dari 1 (10%) menjadi 3 responden (30%),
derajat luka sedang juga berubah dari yang semula tidak ada menjadi 4 responden
(40%), dan untuk derajat luka berat terjadi penurunan dari 9 orang (90%) menjadi 3
orang (30%). Dan dari hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon diperoleh ρ=0,023
yang berarti ada pengaruh terapi madu terhadap luka diabetikum.
2. Sifat dan zat yang terkandung dalam madu
Kandungan dan sifat madu dapat berbeda tergantung dari sumber madu. Pada
saat ini salah satu madu yang cukup dikenal luas dalam perawatan luka
adalah Manuka Honey. Madu lebih efektif digunakan sebagai terapi topikal
dikarenakan kandungan nutrisi dan sifat dari madu.
2.1. Osmolaritas yang tinggi
Madu merupakan larutan yang mengalami supersaturasi dengan
kandungan gula yang tinggi yang mempunyai interaksi kuat dengan
molekul air sehingga akan dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan mengurangi aroma pada luka. Salah satunya
pada luka infeksi dengan Staphylococcus Aureus. Seperti yang
dilaporkan Cooper et al (1999), hasil studi laboratorium menunjukkan
madu memiliki efek anti bakteri pada beberapa jenis luka infeksi salah
satunya akibat bakteri Staphylococcus Aureus. Hasil penelitian lain
melaporkan madu alam dapat membunuh bakteri Pseudomonas Aeruginosa
dan Clostritidium. Luka dapat mengalami steril terhadap kuman bila
menggunakan madu sebagai dressing untuk terapi topikal. Selain itu pH
yang rendah (3,6-3,7) dari madu dapat mencegah terjadi penetrasi dan
kolonisasi dari kuman. Kandungan gula yang tinggi pada madu jika kontak
dengan cairan luka khususnya luka kronis, cairan luka akan terlarut, sehingga
luka menjadi lembap dan ini baik untuk proses penyembuhan.
2.2. Hidrogen peroksida
Bila madu dilarutkan dengan cairan (eksudat) pada luka, hidrogen peroksida
akan dihasilkan. Hal ini terjadi akibat adanya reaksi enzim glukosa
oksidase yang terkandung di dalam madu, sehingga memiliki sifat
antibakteri tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan luka
dan akan mengurangi bau yang tidak enak pada luka khususnya luka
kronis. Hidrogen peroksida yang dihasilkan dalam kadar rendah dan tidak
panas sehingga tidak membahayakan kondisi luka. Selain itu hidrogen
peroksida yang dihasilkan tergantung dari jenis dan sumber madu yang
digunakan.
2.3. Aktivitas limfosit dan fagosit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sel darah lymphosit B and
lymphosit T dapat distimulus oleh madu dengan konsentrasi 0.1%. Adanya
aktivitas limfosit dan fagosit ini menunjukkan respon imun tubuh terhadap
infeksi khususnya pada luka. Berdasarkan penelitian Haryanto (2009)
bahwa madu hutan (Apis Dorsata) yang berasal dari Indonesia pada
percobaan menggunakan tikus menunjukkan pada hari ketiga telah terbentuk
sel darah baru (angiogenesis) dan ini efektif untuk perawatan luka. Selain
itu Madu ini sama efektifnya dalam akut maupun kronis. perawatan
luka baik dengan madu Manuka yang terkenal berasal dari New Zewland
2.4. Sifat asam dari madu
Madu yang bersifat asam dapat memberikan lingkungan yang asam pada luka
sehingga akan dapat mencegah bakteri melakukan penetrasi dan kolonisasi.
Selain itu dari kandungan air yang terdapat dalam madu akan dapat
memberikan kelembapan pada luka, ini sesuai dengan prinsip perawatan
luka moderen yaitu "Moisture Balance". Hasil penelitian Gethin GT et al
(2008) melaporkan madu dapat menurunkan pH dan mengurangi ukuran
luka kronis (ulkus vena/arteri dan luka dekubitus) dalam waktu 2
minggu secara signifikan. Hal ini akan memudahkan terjadinya proses
granulasi dan epitelisasi pada luka. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan
Haryanto dalam Wound Journal, 2009 didapatkan bahwa madu Apis
Dorsata ini memiliki ketebalan kolagen yang sama dengan Madu
Manuka.

Daftar Pustaka
1. Evan J. Flavin S. 2009. Honey: a guide for healthcare professionals of honey. Br J Nurs
17 (15): 524, S26, S28-30
2. Fauziyah, Sundari dan Hendro, Djoko. 2017. Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka
Diabetik pada Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RW 011 Kelurahan Pegirian
Surabaya. Jurnal Keperawatan STIKES William Booth. Diakses pada 14 Mei 2019 dari
https://www.neliti.com/publications/104791/pengaruh-terapi-madu-terhadap-luka-
diabetik-pada-pasien-dengan-diabetes-mellitus

Anda mungkin juga menyukai