Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

“Pengaturan Hak Merek Di Indonesia”

Disusun oleh:

I Komang Ari Buana Nusantara P. NIM. 1704551161

Xxxxx

Xxxxx

Xxxx

xxxx

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merek menjadi salah satu kata yang sangat populer yang sering digunakan dalam hal
mempublikasikan produk baik itu lewat media massa seperti di surat kabar, majalah, dan tabloid
maupun lewat media elektronik seperti di televisi, radio dan lain-lain. Merek Merupakan salah
satu bentuk dalam wujud karya kekayaan Intelektual yang digunakan dalam membedakan suatu
barang maupun jasa milik perusahaan tertentu terhadap perushaan lainnya. Selain itu, Seiring
dengan semakin pesatnya persaingan dalam dunia perdagangan barang dan jasa ahkir-akhir ini
maka tidak heran jika merek memiliki peranan yang sangat signifikan untuk dikenali sebagai
tanda suatu produk tertentu di kalangan masyarakat dan juga memilki kekuatan serta manfaat
apabila dikelola dengan baik.
Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan
komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat.
Masyarakat dapat mencari informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka
dapat memilih produk yang diinginkan. Oleh karena itu, antarpemilik merek suatu produk akan
bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat selaku konsumen. Kondisi inilah yang
mendorong terjadinya tindakan persaingan yang tidak tepat seperti pemalsuan atau peniruan
merek.
Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 menjelaskan bahwa peran merek
menjadi sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang baik. Merek dapat
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan asal mula produk, mengetahui kualitas produk, serta
keaslian produk. Dengan demikian, diperlukan pengaturan yang memadai tentang merek untuk
memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat.
Namun pada prakteknya penerapan hak atas merek ini sering tidak sesuai dengan apa
yang ditentukan oleh undang-undang. Sehingga hal ini menimbulkan kerugian bagi pemilik
merek. Tindakan yang dapat menimbulkan kerugian ini merupakan tindakan pelanggaran
terhadap merek. Negara memilki tanggung jawab melakukan perlindungan atas penerapan hak
atas merek tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini Merek yang terdaftar dalam
Daftar Umum Merek (DUM) Direktorat Merek HKI membawa konsekuensi bahwa merek
tersebut harus dilindungi. Perlindungan HKI, perlu dipahami makna HKI itu sendiri sebagai hak
milik atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Sebelum
dimulainya rezim perlindungan terhadap HKI, pendekatan hukum terhadap HKI adalah dengan
pendekatan hukum kebendaan seperti yang diatur dalam KUH Perdata. Hak milik berdasarkan
Pasal 570 KUH Perdata adalah:
Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara leluasa dan untuk berbuat
terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-
undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak
mengganggu hakhak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan
hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, berdasarkan ketentuan-
ketentuan perundang-undangan.
Karena pada dasarnya dalam kegiatan perekonomian, terkadang bisa saja terjadi jika
merek yang telah terdaftar ternyata tidak pernah digunakan dalam kegiatan perdagangan. Merek
yang tidak pernah digunakan tersebut biasanya dikenal dengan merek non use. Merek non use
merupakan penyimpangan terhadap definisi merek karena dapat diartikan dengan merek yang
tidak lagi sebagai satu kesatuan yang utuh akibat tidak dipergunakannya merek tersebut dalam
perdagangan barang dan jasa meskipun merek tersebut sudah didaftarkan dalam Daftar Umum
Merek serta telah diberikan hak atas merek tersebut. Jika pemilik merek tidak memenuhi unsur
adanya penggunaan merek baik digunakan oleh dirinya sendiri atau penggunaannya diberikan
kepada orang lain dengan izin, maka hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik
merek dapat dimintakan penghapusan merek. Pengertian adanya pelanggaran hak atas merek
yang disebabkan oleh adanya merek non use adalah pelanggaran terhadap kewajiban yang
dimiliki pemilik merek untuk menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada
pihak lain untuk menggunakannya. Permasalahan yang cukup penting dalam merek non use
adalah adanya itikad tidak baik dari pemegang merek non use untuk merugikan konsumen
maupun menyesatkan pihak lain. Undang-Undang Merek menyatakan bahwa merek tidak dapat
didaftarkan atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis akan meninjau permasalahan merek dalam
sebuah makalah mengenai hak merek.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana syarat dan tata cara pengajuan permohonan merek?
2. Bagaimana mekanisme penghapusan/pembatalan hak merek yang sudah tidak
dipergunakan dalam kegiatan perdagangan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya,maka maksud dan
tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui syarat dan tata cara pengajuan permohonan merek
2. Untuk bengkaji bagaimana mekanisme penghapusan/pembatalan hak merek yang sudah
tidak dipergunakan dalam kegiatan perdagangan

Anda mungkin juga menyukai