Merek menjadi salah satu kata yang sangat populer yang sering digunakan dalam hal mempublikasikan produk baik itu lewat media massa seperti di surat kabar, majalah, dan tabloid maupun lewat media elektronik seperti di televisi, radio dan lain-lain. Merek Merupakan salah satu bentuk dalam wujud karya kekayaan Intelektual yang digunakan dalam membedakan suatu barang maupun jasa milik perusahaan tertentu terhadap perushaan lainnya. Selain itu, Seiring dengan semakin pesatnya persaingan dalam dunia perdagangan barang dan jasa ahkir-akhir ini maka tidak heran jika merek memiliki peranan yang sangat signifikan untuk dikenali sebagai tanda suatu produk tertentu di kalangan masyarakat dan juga memilki kekuatan serta manfaat apabila dikelola dengan baik. Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat. Masyarakat dapat mencari informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat memilih produk yang diinginkan. Oleh karena itu, antarpemilik merek suatu produk akan bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat selaku konsumen. Kondisi inilah yang mendorong terjadinya tindakan persaingan yang tidak tepat seperti pemalsuan atau peniruan merek. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 menjelaskan bahwa peran merek menjadi sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang baik. Merek dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan asal mula produk, mengetahui kualitas produk, serta keaslian produk. Dengan demikian, diperlukan pengaturan yang memadai tentang merek untuk memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat. Namun pada prakteknya penerapan hak atas merek ini sering tidak sesuai dengan apa yang ditentukan oleh undang-undang. Sehingga hal ini menimbulkan kerugian bagi pemilik merek. Tindakan yang dapat menimbulkan kerugian ini merupakan tindakan pelanggaran terhadap merek. Negara memilki tanggung jawab melakukan perlindungan atas penerapan hak atas merek tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek (DUM) Direktorat Merek HKI membawa konsekuensi bahwa merek tersebut harus dilindungi. Perlindungan HKI, perlu dipahami makna HKI itu sendiri sebagai hak milik atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Sebelum dimulainya rezim perlindungan terhadap HKI, pendekatan hukum terhadap HKI adalah dengan pendekatan hukum kebendaan seperti yang diatur dalam KUH Perdata. Hak milik berdasarkan Pasal 570 KUH Perdata adalah: Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara leluasa dan untuk berbuat terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang- undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu hakhak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, berdasarkan ketentuan- ketentuan perundang-undangan. Karena pada dasarnya dalam kegiatan perekonomian, terkadang bisa saja terjadi jika merek yang telah terdaftar ternyata tidak pernah digunakan dalam kegiatan perdagangan. Merek yang tidak pernah digunakan tersebut biasanya dikenal dengan merek non use. Merek non use merupakan penyimpangan terhadap definisi merek karena dapat diartikan dengan merek yang tidak lagi sebagai satu kesatuan yang utuh akibat tidak dipergunakannya merek tersebut dalam perdagangan barang dan jasa meskipun merek tersebut sudah didaftarkan dalam Daftar Umum Merek serta telah diberikan hak atas merek tersebut. Jika pemilik merek tidak memenuhi unsur adanya penggunaan merek baik digunakan oleh dirinya sendiri atau penggunaannya diberikan kepada orang lain dengan izin, maka hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek dapat dimintakan penghapusan merek. Pengertian adanya pelanggaran hak atas merek yang disebabkan oleh adanya merek non use adalah pelanggaran terhadap kewajiban yang dimiliki pemilik merek untuk menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Permasalahan yang cukup penting dalam merek non use adalah adanya itikad tidak baik dari pemegang merek non use untuk merugikan konsumen maupun menyesatkan pihak lain. Undang-Undang Merek menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftarkan atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang tidak beritikad baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis akan meninjau permasalahan merek dalam sebuah makalah mengenai hak merek. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana syarat dan tata cara pengajuan permohonan merek? 2. Bagaimana mekanisme penghapusan/pembatalan hak merek yang sudah tidak dipergunakan dalam kegiatan perdagangan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya,maka maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui syarat dan tata cara pengajuan permohonan merek 2. Untuk bengkaji bagaimana mekanisme penghapusan/pembatalan hak merek yang sudah tidak dipergunakan dalam kegiatan perdagangan