Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

OLEH :

NI MADE NANDA DEWINTA

P07120017138

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2019
A. DEFINISI

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)


yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan jamur.
(Kemenkes, 2016).

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.


Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran
infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal (Misnadiarly, 2008).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai pada jaringan


parenkim paru yang biasanya disebabkan karena infeksi bakteri dengan tanda dan
gejala seperti batuk, sesak napas, demam tinggi, disertai dengan penggunaan otot
bantu napas dan adanya bercak infiltrate pada jaringan paru (Depkes RI, 2002).

Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang


disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasit namun
pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik
seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru disebabkan oleh selain
mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut sebagai pneumonistis
(Djojodibroto, 2014).

B. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia :
1. Berdasarkan epidemiologis
Berdasarkan epidemiologi, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia), adalah
pneumonia yang berkembang di luar rumah sakit serta pneumonia
infeksius pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah
sakit
b. Pneumonia nasokomial (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia) adalah pneumonia yang terjadi72 jam atau lebih setelah
perawatan di rumah sakitkarena penyakit lain atau prosedur
c. Pneumonia aspirasidisebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada
paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena
bahan yang teraspirasi mungkin mengandung bakteri anaerobtik atau
penyebab lain dari pneumonia.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
2. Berdasarkan kuman penyebab
Menurut mikroorganisme penyebab, pneumonia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Pneumonia bakteri
1. Bakterial/tipikal
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-
paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut misalnya klebsiela pada penderita
alkoholik dan Staphylococcus pada penderita pasca infeksi
influenza.
2. Tidak khas/atipikal
Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik
diagnostik standar pneumonia pada umumnya dan tidak
menunjukkan respon terhadap antibiotik b-laktam. Mikroorganisme
patogen penyebab pneumonia atipikal pada umumnya adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, dan Legionella
pneumophila.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal
dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga
36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit,
terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental
dan berwarna hijau atau merah tua.
c. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah.
3. Berdasarkan predileksi infeksi
Menurut predileksi, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-
bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri
yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru
penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi
paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan
udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita
kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya.
3) Pneumonia interstialis (bronkhiolitis)
Radang pada dinding alveoli , peribronkhial dan interlobular
4. Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2
ISPA antara lain :
1) Pneumonia sangat berat : Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak
dapat minum.
2) Pneumonia berat: Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa
sianosis dan dapat minum.
3) Pneumonia sedang: Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada
dan pernafasan cepat.

C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara
primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebaran infeksi terjadi melalui
droplet dan sering disebabkan oleh bakteri positif-gram, streptococcus
pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering
menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa. Pada bayi
dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernafasan,
adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Selain faktor tersebut,
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu (Menurut
Misnadiarly. (2008) :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri yang biasa didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa. serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma
(Said, 2010).
Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda
dengan anak yang lebih besar (Said, 2010). Etiologi pneumonia pada
neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus Group B dan bakteri Gram
negatif seperti E. coli, Pseudomonas sp., atau Klebsiella sp. Pada bayi yang
lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae type B, dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja,
selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma
pneumoniae (Barson, 2011).
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus. Virus yang terbanyak ditemukan di negara maju penyebab pneumonia
pada anak adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan
Parainfluenza Virus
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos. Jamur yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda
Albicans, Mycoplasma Pneumonia
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi
yang premature. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari.
Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carini pada jaringan paru atau
specimen yang berasal dari paru.
5. Faktor lain yang memengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP),
penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
a. Umur dibawah 2 bulan
b. Tingkat sosio ekonomi rendah
c. Gizi kurang
d. Berat badan lahir rendah
e. Tingkat pendidikan rendah
f. Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
g. Kepadatan tempat tinggal
h. Imunisasi yang tidak memadai
i. Menderita penyakit kronis

D. MANIFESTASI KLINIS/ TANDA DAN GEJALA


1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri
dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
2. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
E. PATOFISIOLOGI

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas


menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan
penyeraban kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan
kuman dialveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan
stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke
permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses
fogositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel
makrofag dialveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya
kuman dan debris (Mansjoer, 2000).
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi
inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan
eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel
darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang
cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi
parsial bronkhi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang
terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi
dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer,
2002).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Chest x-ray
teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multipel abses/ infiltrat, empiema (staphylococcus);
penyebaran atau lokasi ilfiltrasi (bakterial); atau penyebaran/ ekstensif
nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray
mungkin bersih
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi :
a. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
c. Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada
pneumonia stafilokok
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
4. Pemeriksaan darah.perifer lengkap
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umunnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi
pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara
15.000- 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Dan pergeseran LED
meninggi.
5. Biopsi paru (LED meningkat)
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat
dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin
meningkat, aspirasi biopsi jaringan paru

6. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah


Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil
dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti
bakteri dan virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru
untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
7. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus. Secara umum,
uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri
tipik. Akan tetapi, untuk deteksi infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma
dan Klamidia, serta beberapa virus seperti RSV, Sitomegalo, campak,
Influenza A dan B, peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengonfirmasi
diagnosis
8. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru – paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan. Volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain
menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia).
9. Spirometrik static
Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
10. Bronkostopsi
Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
11. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
12. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik
(CMV), karakteristik sel raksasa (rubella).
13. Pemeriksaan mikrobiologi
Dilakukan untuk penderita pneumonia berat yang dirawat di RS. Diagnosa
dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, dan
aspirasi paru.
14. C- Reactive Protein (CRP)
C-Reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh
hepatosit. Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri,
atau infeksi bakteri superfisialis dari profunda. Kadar CRP biasanya lebih
rendah pada infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda.
15. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O2 >
35 % untuk mempertahankan saturasi O2 > 90 %
16. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan
atau disfungsi organ yaitu :
a) Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)
b) Memerlukan vasopresor > 4 jam
c) Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
d) Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada pasien Pneumonia meliputi :
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapi
secepatnya maka biasanya diberikan :
a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50 – 70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5
hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab
infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari
resistensi antibiotic.
b. Koreksi gangguan asam bas dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9%
dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.
d. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada penderita
yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin. Selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernapasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau
paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus
dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2perlu dibantu dengan
memberikan O22 l/menit secara rumat.
b. Kebutuhan Istirahat
Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan klien
harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat,
usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat
sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa
5% dan NACL 0,9% dalm perbandingan 3:1 ditambahkan KCL 10
mEq/500 ml/botol infus.

H. KOMPLIKASI
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2003, komplikasi pneumonia
yaitu :
1. Efusi Pleura
2. Empiema
3. Abses Paru
4. Pneumothoraks
5. Gagal nafas
6. Sepsis

PATHWAY
Bakteri, virus, jamur, protozoa

Masuk ke dalam saluran nafas

Respon sistem pertahanan tubuh

Terjadi proses inflamasi dan proliferasi

PNEUMONIA

Batuk produktif Terjadi konsolidasi dan

Sekret sukar keluar pengisian rongga paru oleh eksudat

Sesak nafas Tertahan dijalan nafas Difusi gas terganggu

Suplai oksigen
Pola Nafas Tidak Bersihan Jalan Gangguan
Efektif (0005) Nafas Tidak Efektif menurun Pertukaran
(0001) Gas (0003)

Terjadi hiposis jaringan

Mengakibatkan penurunan Sirkulasi perifer

kesadaran terganggu
Distress Pemaparaan Pengisian
CRT > 3 detik

Gangguan Ventilasi Perfusi Perifer Tidak


Spontan (0004) Efektif (0009)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PNEUMONIA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Identitas
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
2. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa : - Batuk - Sesak nafas
- Takipnea - Merintih – Sianosis
-Keluhan Tambahan : Manifestasi nonspesifik berupa: - Demam - Gelisah - Nafsu
makan berkurang- Malaise - Keluhan gastrointestinal
2. Keluhan saat pengkajian
Hal yang dikeluhkan pasien saat pasien dikaji
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas (infeksi
pada hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada pasien dengan
riwayat alkoholik, post operasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan
imonosupresi. Hampir 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita
pneumonia dan 50% akan meninggal.
3) Riwayat keluarga
a) Social ekonomi
b) Lingkungan rumah
c) Penyakit keluarga
d) Genogram

Pengkajian Keperawatan menurut Betz & Sowden, 2004 yaitu:


a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji adanya tanda-tanda gawat pernapasan dan respons terhadap
terapi oksigen. Pantau nilai saturasi oksigen
c. Kaji tanda-tanda dehidrasi.
d. Kaji respons anak terhadap pengobatan
e. Kaji kemampuan keluarga untuk mengelola program pengobatan di
rumah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan benda asing
dalam jalan nafas .
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi .
3. Gangguan Ventilasi Spontan berhubungan dengan kelelahan otot
pernafasan .
4. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas .
5. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan kurang aktivitas fisik .
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Bersihan Jalan Setelah diberikan 1. Identifikasi


Nafas Tidak Efektif asuhan keperawatan kemampuan batuk
berhubungan selama ... x 24 jam 2. Monitor adanya
dengan benda asing maka bersihan jalan retensi sputum
dalam jalan nafas . nafas meningkat, 3. Monitor tanda dan
dengan kriteria hasil : gejala infeksi
 Batuk efektif saluran napas
meningkat 4. Monitor input dan
 Produksi output cairan
sputum 5. Jelaskan tujuan
menurun dan prosedur
 Mengi batuk efektif
menurun 6. Kolaborasi
 Wheezing pemberian
menurun mukolitik atau
 Mekonium ekspektoran, jika
menurun perlu

2. Gangguan Setelah diberikan 1. Monitor frekuensi,


Pertukaran Gas asuhan keperawatan irama, kedalaman,
berhubungan selama ... x 24 jam dan upaya napas
dengan maka pertukaran gas 2. Monitor pola napas
ketidakseimbangan meningkat, dengan 3. Monitor adanya
ventilasi-perfusi . kriteria hasil : sumbatan jalan
 Dispnea napas
menurun 4. Auskultasi bunyi
 Bunyi napas napas
tambahan 5. Monitor saturasi
 PCO2 oksigen
membaik 6. Monitor nilai AGD
 PO2 membaik 7. Monitor hasil x-ray
 Takikardia toraks
membaik 8. Jelaskan tujuan dan
 pH arteri prosedur
membaik pemantauan
9. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3. Gangguan Ventilasi Setelah diberikan 1. Monitor frekuensi,
Spontan asuhan keperawatan irama, kedalaman,
berhubungan selama ... x 24 jam dan upaya napas
dengan kelelahan maka ventilasi 2. Monitor pola napas
otot pernafasan. spontan meningkat, 3. Palpasi
dengan kriteria hasil : kesimetrisan
 Volume tidal ekspansi paru
meningkat 4. Monitor nilai AGD
 Dispnea 5. Jelaskan tujuan dan
menurun prosedur
 Penggunaan pemantauan
otot bantu 6. Informasikan hasil
napas pemantauan, jika
menurun perlu
 PCO2
membaik
 PO2 membaik

4. Pola Nafas Tidak Setelah diberikan 1. Monitor pola napas


Efektif asuhan keperawatan (frekuensi,
berhubungan selama ... x 24 jam kedalaman, usaha
dengan hambatan maka pola nafas nafas)
upaya nafas . membaik dengan 2. Posisikan semi-
kriteria hasil : fowler atau fowler
 Dispnea 3. Berikan minum
menurun hangat
 Penggunaan 4. Lakukan fisioterapi
otot bantu dada, jika perlu
nafas menurun 5. Berikan oksigen,
 Pemanjangan jika perlu
fase ekspirasi 6. Anjurkan asupan
menurun cairan 2000 ml/hari,
 Frekuensi jika tidak
nafas kontraindikasi
membaik 7. Kolaborasi
 Kedalaman pemberian
nafas bronkodilator,
membaik ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
5. Perfusi Perifer Setelah diberikan 1. Periksa sirkulasi
Tidak Efektif asuhan keperawatan perifer
berhubungan selama ... x 24 jam 2. Identifikasi faktor
dengan kurang maka perfusi perifer risiko gangguan
aktivitas fisik meningkat, dengan sirkulasi
ditandai dengan kriteria hasil : 3. Monitor panas,
pengisian kepiler >  Denyut nadi kemerahan, nyeri,
3 detik, turgor kulit perifer atau bengkak pada
menurun. meningkat ekstremitas
 Warna kulit 4. Anjurkan
pucat menurun berolahraga rutin
 Kelemahan 5. Anjurkan
otot menurun menggunakan obat
 Pengisian penurun tekanan
kapiler darah, antikoagulan,
membaik dan penurun
 Akral kolesterol, jika
membaik perlu
 Turgor kulit 6. Anjurkan
membaik melakukan
perawatan kulit
yang tepat
7. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan

D. IMPLEMENTASI

Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata


untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua
perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktuyang telah ditentukan. Dalam
implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat
mendelegasikan kepada perawat lain dipercaya.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana


evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Pustaka


Obor Populer

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Said, M., 2010, Pneumonia Anak Balita dalam Rangka Pencapaian, Jakarta:
MDG4.

Smeltzer, Suzane dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner and Suddarth. Cetakan I. Volume I. Edisi 8. Jakarta: EGC

Betz & Sowden. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

PDPI. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas di


Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut.


Depkes RI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai