Anda di halaman 1dari 28

DEPARTEMEN ILMU LAPORAN KASUS

KESEHATAN MASYARAKAT SEPTEMBER 2019


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

KEDOKTERAN KELUARGA
HEALTH AND NUTRITION CLINIC
“DIARE AKUT”

Disusun Oleh
MEYRANI SILVIA
C111 12 129

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Meyrani Silvia


NIM : C111 12 129
Periode Kepaniteraan : 02 September 2019 – 07 September 2019
Judul Laporan Kasus : Diare Akut

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik


kedokteran keluarga Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, September 2019

Pembimbing

dr. Alifia Ayu Delima

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Halaman Pengesahan...............................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I LAPORAN KASUS...............................................................................1

A. IDENTITAS PASIEN.......................................................................................1

B. ANAMNESIS...................................................................................................1

C. PEMERIKSAAN FISIK..................................................................................4

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................6

E. RESUME.....................................................................................................6

F. DIAGNOSIS…………………………………………...................................7

G. RENCANA TERAPI.......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8

A. DEFINISI..................................................................................................8

B. ETIOLOGI........................................................................................................8

C. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO .........................................10

D. PATOFISIOLOGI.........................................................................................10

E. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................12

F. DIAGNOSIS...................................................................................................14

G. PENATALAKSANAAN..............................................................................17

H. KOMPLIKASI...........................................................................................22

I. PENCEGAHAN..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
BAB I

LAPORAN PASIEN

A. IDENTITAS/BIODATA

Nama : An. M
Umur : 3 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn.A
Nama Ibu : Ny.T
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Makassar

Tanggal Masuk : 03 September 2019, Pukul 10.30 WITA

B. ANAMNESIS

Alloanamnesis
Keluhan Utama : Demam 2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP
Keluhan Tambahan : BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari sebelum datang ke poliklinik HNC orang tua
pasien mengatakan anak demam sepanjang hari,
demam timbul mendadak, tidak menggigil, tidak
kejang. 1 hari sebelum datang ke poliklinik HNC
mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna
kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja),
lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB  1
gelas. Sebelum ke poliklinik HNC mencret-
mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning,
ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir

1
(+), busa (-), darah (-), sekali BAB  1 gelas,
muntah (-). BAK lancar dan tidak ada keluhan,
warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah,
tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake
makan dan minum sulit.

Riwayat Penyakit Dahulu : Anak pertama kali sakit seperti ini, Riwayat
kejang demam usia 1 tahun 8 bulan (kejang 1 kali
dengan durasi 30 detik)

Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga dan lingkungan rumah tidak ada


yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Pengobatan : Di rumah diberi obat sanmol, berobat ke dokter 1


kali diberi obat penurun panas.

Riwayat Alergi : Alergi obat, makanan, dan cuaca disangkal

Riwayat Psikososial : Os merupakan anak 3 dari 2 bersaudara. Disekitar


lingkungan os tidak ada yang menderita seperti
ini. Dan lingkungan sekitar rumah bersih. Os
sehari-hari susah makan dan minum.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


Riwayat kehamilan : ANC di bidan 7 kali

Selama kehamilan : Riwayat minum jamu-jamuan, obat-obatan tidak pernah

Hamil : 38 minggu

Riwayat Persalinan : Lahir di Bidan, Normal

BBL : 3100 gram

PB : 50 cm

2
RIWAYAT MAKANAN

6 bulan = ASI diberikan selama

> 6 bulan - 2 tahun = ASI + MPASI

> 2 tahun = Sufor + Makanan Pokok.

Kesan : Pola makanan sesuai Usia

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Motorik kasar : Melompat, Berjalan usia 2,5 tahun

Motorik halus : Menulis, Menggambar

Verbal : Bicara sudah berbentuk kata dan tidak jelas

Sosial : Dapat bersosialisasi dengan orang lain

Kesan : Pertumbuhan anak tidak sesuai umur

RIWAYAT IMUNISASI

BCG :-

DPT :-

Polio :-

Hep. B :-

Campak :-

Kesan : Imunisasi tidak lengkap

3
C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E4 V6 M5)

Tanda- tanda Vital :


- S : 37,4 °C (di UGD 39,2 0C)
- N : 160x/menit, kuat angkat, reguler
- P : 24x/menit
- TD : -

Antropometri :

- BB : 12 kg
- TB : 16 cm
o BB/U : 12/16 x 100 % = 75 % → Gizi kurang
o TB/U : 86/96 x 100 % = 90 % → Baik
o BB/TB : 12/14 x 100 % = 86 % → kurang

Kesan : Gizi kurang

STATUS GENERALIS

1. Kepala :
Bentuk : normochepal, ubun-ubun sudah menutup
Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata : visus normal, ptosis -/-, lagoftalmos -/-, hordeolum -/-,
udem
palpebra -/-, kunjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
sekret -/-, refelks cahaya +/+, mata cekung +/+, pupil
isokor
Hidung : septum deviasi -, sekret -/-, darah/bekas perdarahan -/-,

4
pernapasan cuping hidung -/-, edema mukosa -/-, hiperemis
mukosa -/-
Mulut : bibir kering +, lidah kotor -, faring hiperemis -,
pseudomembran, tonsil T1/T1, stomatitis -, lidah tremor
-, lidah kotor -, gusi berdarah –
Telinga : normotia, serumen +/+, membrane tympani intak.
2. Leher : pembesaran KGB -, pembesaran kel tiroid –
3. Torax : Paru : I : simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi
iga -,
pernapasan abdominotorakal, laserasi-,
penonjolan -, pembengkakan -, bintik-bintik
merah -
: P : nyeri tekan -, vocal premitus kanan kiri sama,
krepitasi-
: P : sonor di kedua lapang paru
: A : vesikuler +/+, wheezing -, ronkhi -/-, BJ I dan
II normal, tidak ada bunyi tambahan
4. Abdomen : I : retraksi epigastrium -, cembung, simetris, spider
nevi -, bintik-bintik merah -, distensi -
: A : bising usus + melemah, metallic sound -, bruit
-
: P : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), turgor kulit
normal, splenomegali (-), ginjal tidak teraba dan
tidak nyeri.
: P: hipertympani pada 4 kuadran abdomen, pekak
menunjukkan batas hepar 1 jari dibawah arcus costa
kanan.
5. Genitalia : skrotum dan testis normal, tidak fimosis, tidak
hipospadi.
6. Ekstremitas : atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-,
bintik-bintik
merah -/-

5
: bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-,
bintik-bintik merah -/-
7. Turgor kulit : Baik, < 2 detik.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Hb Ht Trombo Leuko Ket


19/10/2013 12,5 40 346 24.37 F. GE
- L : 4 - 6 / LPB
- Er : 10 – 15 / LPB
- Bakteri (+)
- Jamur (+)
- Infeksi batang gram negatif
- Erosi mukosa usus
- Infeksi jamur (+)
20/10/2013 12,9 - - 10.84 LED
25 mm

E. RESUME

2 hari sebelum datang ke poliklinik HNC orang tua pasien mengatakan anak
demam sepanjang hari, demam timbul mendadak, tidak menggigil, tidak kejang. 1
hari sebelum datang ke poliklinik HNC mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari
warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah
(-), sekali BAB  1 gelas. Sebelum masuk ke poliklink HNC mencret-mencret
sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir
(+), busa (-), darah (-), sekali BAB  1 gelas. Anak terlihat lemas. Intake makan
dan minum sulit.

Pemeriksaan fisik : S = 37,4 C, N = 160 x/m, R = 24 x/m, Mata cekung +/+, bibir
kering dan hipertimpani

Pemeriksaan Laboratorium : (19/10/2013) F. GE L : 4 - 6 / LPB, Er : 10 – 15 /


LPB, Bakteri (+), Jamur (+).Infeksi batang gram negatif, Erosi mukosa usus,
Infeksi jamur (+). (20/10/2013) LED 25 mm.

6
F. DIAGNOSIS
• Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang
• Kurang gizi

G. RENCANA TERAPI
 Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab
 Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet
 PCT syr 3 x 1 cdo
 Inj. Novalgin 1 x 150 mg
 Inj. Ceftriaxone 1 x 1 amp
 Perbaikan gizi dengan pemberian makan yang seimbang (konsul gizi)

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan menurut Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta
anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan
bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.

B. ETIOLOGI

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare
radang dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa
karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi
bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi,
radiasi. (Lung. McGraw Hill, 2003).
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral,
dengan air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian
terbanyak.
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut,
antara lain Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus,
Adenovirus. Norwalk virus dan Adenovirus sering menyebabkan
diare akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus sering
terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia dibawah 2
tahun.

8
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
 E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus
dengan frekuensi 20-30%. Subtipe E. Coli tersebut adalah :
 Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
 Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
 Entero Invasive E. Coli (EIEC)
 Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
 Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
 Shigella
 Campylobacter yeyuni
 Salmonella sp.
 Yersinia
 Vibrio

C. Parasit
 Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
 Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
 Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara
4-115. Sering terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
 Karbohidrat
 Lemak
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
 Alergi susu
 Alergi makanan
 CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan

9
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi,
Hisrchrsprung’s disease dan Shor Bowel Syndrome.

C. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pertama
kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air
oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal tersebut beberapa
faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti
diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berurangnya keasaman
lambung, menurunnya motilitas usus dan faktor genetik.

D. PATOFISIOLOGI
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs
atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan
ganggaun sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
 Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi

10
 Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi.

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu


diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus (IDAI,
2010).
 Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmosis antara lumen usu dan darah maka pada
segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke
arah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam
lumen usus. Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan
demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar
natrium yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi
kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena
ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose, sukrose, laktose,
maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon
sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah
atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan
memberikan dampak yang sama.
 Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia,
garam empedu bentuk dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan
mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan
menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan
perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi
lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam

11
lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi
efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa diantaranya memacu
peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas
intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa
obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti
reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi
seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
 Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi
perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik
peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan
diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh
lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau
nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang
berat menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi
garam empedu dan malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak
jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas
pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin
merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsopsi asam
empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.
 Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe
I, III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan
IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit
gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac
disease dan protein loss enteropaties.

E. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala


lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi

12
neurologik. Gejala gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan
muntah sedangkan manifestasi sistematik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung


sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan
elektronik ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga
meningkat bila ada pans. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps kardiovaskuler
dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi
hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasi berat.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat


dehidrasi.Panas badan umunya terjadi pada penderita dnegan
inflammantory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang
terjadi pada perut bagian bawah serta rektum, menunjukkan terkenanya
usus besar.

Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran
cerna bagian atas.

Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEEC EIEC Kolera


klinik
Mas tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72
Jam

13
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + _ Sering
muntah
Nyeri perut tenesmus Tenesmus tenesmus - Tenesmus Kramp
kramp[ kramp
Nyeri - + Kolik - - -
kepala
Lamanya >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3hari
sakit sifat
tinja
Frekuensi Sedang Sedikit>1 Sedikit banyak Sedikit Banyak
konsistensi 0x/hr
darah
Bau 5-10x/hr Lembek Sering Sering Sering Terus
Menerus
Warna Cair Sering Lembek Cair - Lembek + cair -
kadang
Leukosit Langu Merah- Busuk + Tidak Amais
hijau khas
Lain-lain Kuning- +kejang ± Busuk + tak Merah- Seperti
hijau – Kehijauan berwarna – hijau – air
anorexia + sepsis± Meteorismus infeksi cucian
sistematik beras - +

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan
darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing:
biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir.
Makanan dan minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis media,campak.

14
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan
yang diberikan serta riwayat imunisasi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya :
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau
tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillart refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
 Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar
saluran gastrointestinal.

15
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura.
Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali
pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada
permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis
darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada
infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.
 Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap
bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif
atau kuman yang memproduksi sitokin seperti Shigella,
Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN
kecuali pada S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat
Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila
terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita
immunocompromised.

4. Pemeriksaan Penunjang lain


a) Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah
dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotik.
b) Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui
kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada

16
diare kronik yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan
protozoa yang membentuk spora.

G. PENATALAKSANAAN

Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana


pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh
ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO.
Meperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk
mengobati pasien. Untuk itu, Departemen kesehatan menetapkan lima
pilar penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yangdiderita anak
balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,
yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia
Selatan yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan
berkurangnya lebih banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan
diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang
lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut
tidak menyebabkan kekurangan elektronik seberat pada disentri. Karena
itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya
hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang
rendah.

17
Ketentuan pemberian oralit formula baru:

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru


b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka
sisa larutan harus dibuang.

Pemberiaan Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan
diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
saluran cerna selama diare.

Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
 Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
 Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.

Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO


tahun 2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni
rencana terapi A untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk
dehidrasi ringan/sedang, terapi C untuk dehidrasi berat.

Rencana Terapi B

18
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan
oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam.
Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak
. Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.
Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada
rencana terapi A.
Yaitu :
 Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan
cairannya sehari-hari :
 < 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
 >2 tahun : 100-200ml tiap BAB
 Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari
dengan dosis
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak
bisa minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan
infus dengan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL /
Ringer Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi
sebagai berikut :
 Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
 Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam
(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)

19
Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit
 Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
 Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk
anak < 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih
tua
 Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
 Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan
pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23
menit
 Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A
bila pembengkakan telah hilang

Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian,


Kemudian Pilih Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
 Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi
telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk
dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana
Terapi B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti
Rencana Terapi A

20
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana
Terapi C.

Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B


 Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam
di rumah
 Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam rencana terapi A
 Tunjukkan cara menyiapkan oralit
 Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di
rumah
 Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
 Member makan anak
 Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

Antibiotik

Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil
(10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera,
Shigella, Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan
sebagainya.

Probiotik

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang


difermentasi yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan
dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk
bayi yang tidak minum ASI.

Prebiotik

21
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan.
Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinak yang menguntungkan kesehatan.

Diet pada Diare

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat.


Pasien dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas,
makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi
harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

H. KOMPLIKASI
 Dehidrasi
 Hipoglikemi
 Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan
yakni pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan
Kusmaul. Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha
dari tubuh untuk mempertahankan pH darah. (Suraatmaja, 2005)
 Gangguan elektrolit
 Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan
kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium
plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik
meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan
cairan 0,45% saline – 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan
cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar
natrium plasma setelah 8 jam. Bila normallanjutkan dengan
rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam lagi dan periksa kembali

22
natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18%
saline – 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10
mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat
kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.
Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.

 Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan
dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.

 Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan
menurut kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan
peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka
diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam
4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24
jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus,
gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat
dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti.

 Kejang
 Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.

23
I. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal – oral. Pemberian ASI yang benar
a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI
b. Penggunaan air besih yang cukup
c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air basar dan sebelum makan
d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
e. Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak.

24
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.

Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK UI; 2007.

Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi
ke-3. Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan
Sadikin. 2005.

25

Anda mungkin juga menyukai