KEDOKTERAN KELUARGA
HEALTH AND NUTRITION CLINIC
“DIARE AKUT”
Disusun Oleh
MEYRANI SILVIA
C111 12 129
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
A. IDENTITAS PASIEN.......................................................................................1
B. ANAMNESIS...................................................................................................1
C. PEMERIKSAAN FISIK..................................................................................4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................6
E. RESUME.....................................................................................................6
F. DIAGNOSIS…………………………………………...................................7
G. RENCANA TERAPI.......................................................................................7
A. DEFINISI..................................................................................................8
B. ETIOLOGI........................................................................................................8
D. PATOFISIOLOGI.........................................................................................10
E. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................12
F. DIAGNOSIS...................................................................................................14
G. PENATALAKSANAAN..............................................................................17
H. KOMPLIKASI...........................................................................................22
I. PENCEGAHAN..............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
iii
BAB I
LAPORAN PASIEN
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : An. M
Umur : 3 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn.A
Nama Ibu : Ny.T
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Makassar
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis
Keluhan Utama : Demam 2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP
Keluhan Tambahan : BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari sebelum datang ke poliklinik HNC orang tua
pasien mengatakan anak demam sepanjang hari,
demam timbul mendadak, tidak menggigil, tidak
kejang. 1 hari sebelum datang ke poliklinik HNC
mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna
kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja),
lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1
gelas. Sebelum ke poliklinik HNC mencret-
mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning,
ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir
1
(+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas,
muntah (-). BAK lancar dan tidak ada keluhan,
warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah,
tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake
makan dan minum sulit.
Riwayat Penyakit Dahulu : Anak pertama kali sakit seperti ini, Riwayat
kejang demam usia 1 tahun 8 bulan (kejang 1 kali
dengan durasi 30 detik)
Hamil : 38 minggu
PB : 50 cm
2
RIWAYAT MAKANAN
RIWAYAT PERKEMBANGAN
RIWAYAT IMUNISASI
BCG :-
DPT :-
Polio :-
Hep. B :-
Campak :-
3
C. PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri :
- BB : 12 kg
- TB : 16 cm
o BB/U : 12/16 x 100 % = 75 % → Gizi kurang
o TB/U : 86/96 x 100 % = 90 % → Baik
o BB/TB : 12/14 x 100 % = 86 % → kurang
STATUS GENERALIS
1. Kepala :
Bentuk : normochepal, ubun-ubun sudah menutup
Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata : visus normal, ptosis -/-, lagoftalmos -/-, hordeolum -/-,
udem
palpebra -/-, kunjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
sekret -/-, refelks cahaya +/+, mata cekung +/+, pupil
isokor
Hidung : septum deviasi -, sekret -/-, darah/bekas perdarahan -/-,
4
pernapasan cuping hidung -/-, edema mukosa -/-, hiperemis
mukosa -/-
Mulut : bibir kering +, lidah kotor -, faring hiperemis -,
pseudomembran, tonsil T1/T1, stomatitis -, lidah tremor
-, lidah kotor -, gusi berdarah –
Telinga : normotia, serumen +/+, membrane tympani intak.
2. Leher : pembesaran KGB -, pembesaran kel tiroid –
3. Torax : Paru : I : simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi
iga -,
pernapasan abdominotorakal, laserasi-,
penonjolan -, pembengkakan -, bintik-bintik
merah -
: P : nyeri tekan -, vocal premitus kanan kiri sama,
krepitasi-
: P : sonor di kedua lapang paru
: A : vesikuler +/+, wheezing -, ronkhi -/-, BJ I dan
II normal, tidak ada bunyi tambahan
4. Abdomen : I : retraksi epigastrium -, cembung, simetris, spider
nevi -, bintik-bintik merah -, distensi -
: A : bising usus + melemah, metallic sound -, bruit
-
: P : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), turgor kulit
normal, splenomegali (-), ginjal tidak teraba dan
tidak nyeri.
: P: hipertympani pada 4 kuadran abdomen, pekak
menunjukkan batas hepar 1 jari dibawah arcus costa
kanan.
5. Genitalia : skrotum dan testis normal, tidak fimosis, tidak
hipospadi.
6. Ekstremitas : atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-,
bintik-bintik
merah -/-
5
: bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-,
bintik-bintik merah -/-
7. Turgor kulit : Baik, < 2 detik.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
E. RESUME
2 hari sebelum datang ke poliklinik HNC orang tua pasien mengatakan anak
demam sepanjang hari, demam timbul mendadak, tidak menggigil, tidak kejang. 1
hari sebelum datang ke poliklinik HNC mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari
warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah
(-), sekali BAB 1 gelas. Sebelum masuk ke poliklink HNC mencret-mencret
sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir
(+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas. Anak terlihat lemas. Intake makan
dan minum sulit.
Pemeriksaan fisik : S = 37,4 C, N = 160 x/m, R = 24 x/m, Mata cekung +/+, bibir
kering dan hipertimpani
6
F. DIAGNOSIS
• Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang
• Kurang gizi
G. RENCANA TERAPI
Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab
Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet
PCT syr 3 x 1 cdo
Inj. Novalgin 1 x 150 mg
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 amp
Perbaikan gizi dengan pemberian makan yang seimbang (konsul gizi)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan menurut Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta
anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan
bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.
B. ETIOLOGI
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare
radang dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa
karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi
bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi,
radiasi. (Lung. McGraw Hill, 2003).
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral,
dengan air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian
terbanyak.
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut,
antara lain Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus,
Adenovirus. Norwalk virus dan Adenovirus sering menyebabkan
diare akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus sering
terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia dibawah 2
tahun.
8
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus
dengan frekuensi 20-30%. Subtipe E. Coli tersebut adalah :
Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
Entero Invasive E. Coli (EIEC)
Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
Shigella
Campylobacter yeyuni
Salmonella sp.
Yersinia
Vibrio
C. Parasit
Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara
4-115. Sering terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
Karbohidrat
Lemak
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
Alergi susu
Alergi makanan
CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
9
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi,
Hisrchrsprung’s disease dan Shor Bowel Syndrome.
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs
atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan
ganggaun sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
10
Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi.
11
lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi
efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa diantaranya memacu
peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas
intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa
obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti
reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi
seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi
perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik
peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan
diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh
lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau
nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang
berat menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi
garam empedu dan malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak
jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas
pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin
merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsopsi asam
empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.
Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe
I, III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan
IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit
gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac
disease dan protein loss enteropaties.
E. MANIFESTASI KLINIS
12
neurologik. Gejala gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan
muntah sedangkan manifestasi sistematik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.
Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran
cerna bagian atas.
13
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + _ Sering
muntah
Nyeri perut tenesmus Tenesmus tenesmus - Tenesmus Kramp
kramp[ kramp
Nyeri - + Kolik - - -
kepala
Lamanya >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3hari
sakit sifat
tinja
Frekuensi Sedang Sedikit>1 Sedikit banyak Sedikit Banyak
konsistensi 0x/hr
darah
Bau 5-10x/hr Lembek Sering Sering Sering Terus
Menerus
Warna Cair Sering Lembek Cair - Lembek + cair -
kadang
Leukosit Langu Merah- Busuk + Tidak Amais
hijau khas
Lain-lain Kuning- +kejang ± Busuk + tak Merah- Seperti
hijau – Kehijauan berwarna – hijau – air
anorexia + sepsis± Meteorismus infeksi cucian
sistematik beras - +
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan
darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing:
biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir.
Makanan dan minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis media,campak.
14
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan
yang diberikan serta riwayat imunisasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya :
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau
tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillart refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar
saluran gastrointestinal.
15
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura.
Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali
pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada
permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis
darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada
infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.
Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap
bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif
atau kuman yang memproduksi sitokin seperti Shigella,
Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN
kecuali pada S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat
Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila
terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita
immunocompromised.
16
diare kronik yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan
protozoa yang membentuk spora.
G. PENATALAKSANAAN
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia
Selatan yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan
berkurangnya lebih banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan
diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang
lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut
tidak menyebabkan kekurangan elektronik seberat pada disentri. Karena
itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya
hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang
rendah.
17
Ketentuan pemberian oralit formula baru:
Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan
diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
saluran cerna selama diare.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
Rencana Terapi B
18
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan
oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam.
Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak
. Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.
Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada
rencana terapi A.
Yaitu :
Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan
cairannya sehari-hari :
< 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
>2 tahun : 100-200ml tiap BAB
Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari
dengan dosis
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak
bisa minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan
infus dengan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL /
Ringer Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi
sebagai berikut :
Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam
(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)
19
Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk
anak < 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih
tua
Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan
pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23
menit
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A
bila pembengkakan telah hilang
20
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana
Terapi C.
Antibiotik
Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil
(10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera,
Shigella, Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan
sebagainya.
Probiotik
Prebiotik
21
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan.
Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinak yang menguntungkan kesehatan.
H. KOMPLIKASI
Dehidrasi
Hipoglikemi
Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan
yakni pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan
Kusmaul. Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha
dari tubuh untuk mempertahankan pH darah. (Suraatmaja, 2005)
Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan
kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium
plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik
meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan
cairan 0,45% saline – 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan
cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar
natrium plasma setelah 8 jam. Bila normallanjutkan dengan
rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam lagi dan periksa kembali
22
natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18%
saline – 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10
mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat
kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.
Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan
dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan
menurut kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan
peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka
diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam
4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24
jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus,
gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat
dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti.
Kejang
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.
23
I. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal – oral. Pemberian ASI yang benar
a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI
b. Penggunaan air besih yang cukup
c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air basar dan sebelum makan
d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
e. Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak.
24
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.
Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi
ke-3. Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan
Sadikin. 2005.
25