Anda di halaman 1dari 36

DEPARTEMEN ILMU LAPORAN KASUS

KESEHATAN MASYARAKAT SEPTEMBER 2019


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

KEDOKTERAN KELUARGA
HEALTH AND NUTRITION CLINIC
“TONSILITIS ”

Disusun Oleh
IRENE SABILONIA BITTICACA
C11108211J

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Irene SabiloniaBitticaca


NIM : C11108211J
Periode Kepaniteraan : 5 Agustus 2019 – 28 September 2019
Judul Laporan Kasus : Tonsilitis

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik


kedokteran keluarga Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, September 2019

Pembimbing

dr. Alifia Ayu Delima

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Halaman Pengesahan...............................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I LAPORAN KASUS...............................................................................1

A. IDENTITAS PASIEN.......................................................................................1

B. ANAMNESIS...................................................................................................1

C. PEMERIKSAAN FISIK..................................................................................2

D. RESUME..........................................................................................................4

E. DIAGNOSIS.....................................................................................................4

F. ANJURAN PENATATALAKSANA PENYAKIT...................................4

G. PROGNOSIS.............................................................................................4

H. KONSELING....................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................7

A. ANATOMI........................................................................................................7

B. EMBRIOLOGI................................................................................................16

C. FISIOLOGI...................................................................................................16

D. HISTOLOGI...................................................................................................20

E. DEFINISI........................................................................................................21

F. ETIOLOGI......................................................................................................21

G. FAKTOR PRESDIPOSISI..............................................................................21

H. PATOFISIOLOGI...........................................................................................22

I. KLASIFIKASI................................................................................................23

J. MANIFESTASI KLINIS................................................................................24

iii
K. DIAGNOSIS...................................................................................................25

L. TATALAKSANA...........................................................................................25

M. KOMPLIKASI................................................................................................28

BAB III PENUTUP............................................................................................29

KESIMPULAN......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iv
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. FA

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

B. ANAMNESIS

(Alloanamnesis : 4 September2019)

Keluhanutama : Demam

Riwayat perjalananpenyakit

Pasien datang dibawa oleh ibunya ke poliklinik HNC dengan

keluhan demam sejak 1 hari yang lalu. Demam terus menerus. Kejang tidak

ada. Nyeri kepala tidak ada. Nyeri menelan ada disertai rasa mengganjal di

tenggorok dan susahmenelan yang dirasakansejak 2 bulan yang lalu, rasa

mengganjal di tenggorokdirasakanterusmenerus dan semakinberatsejak 2

mingguterakhir. Batuk ada, berlendir berwarna putih, pilek ada, sesak tidak

ada. Mual ada, muntah tidak ada. Buang air kecil lancar. Buang air besar

lancar.

Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek, hidung

tersumbat, demam, dan sakit kepala juga sering dirasakan. Keluhan hilang

timbul. Sejak 2 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorokan dirasakan

1
terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga

mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik makanan padat

maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan

demam yang dirasakan terutama ketika serangan. Sejak 1 bulan yang lalu

keluhan gangguan suara/suara serak, sukar membuka mulut, sesak nafas

oleh penderita. Penderita juga mengeluhkan saat tidur mendengkur

(ngorok), rasa tercekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas,

kadang dirasakan selama 2 minggu terakhir.

Dalam 3 bulan ini, keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan

tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan,

makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan

hilang sendiri tanpa pengobatan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN PENGOBATAN

- Pasien mengeluhkan penyakit/keluhan yang samas ejak 3 bulan yang lalu,

yang dirasakan hilang timbul.

-Sebelumnya penderita belum mengobati keluhan-keluhan tersebut ke

dokter maupun ke bidan. Hanya obat beli di warung saja, yaitu obat

penurun panas dan obat batuk.

- Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis dan asma disangkal oleh

pasien.

- Riwayat alergi obat, makanan, debu/ udara dingin disangkal oleh pasien.

- Riwayat dirawat di RS, operasi THT 3 bulan yang lalu karena keluar

carian putih kental dari telinga kiri. Sebelumnya di beri obat tetes dan

antibiotik.

2
C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaanumum

Sakit sedang / Gizi baik / Kompos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanandarah : 100/70 mm/Hg

Pernafasan : 18x/menit

Suhu : 38,3 0C

Nadi :78x/menit

Kepala : rambut hitam, lurus, sulit dicabut

Mata

Pupil : Bulat, isokor 2mm ODS

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Telinga : otore tidak ada

Hidung : rhinorrhea tidak ada, epistaksis tidak ada

Mulut : stomatitis tidak ada, perdarahan ginggiva tidak ada

Bibir : tidak kering

Lidah : lidah kotor tidak ada

Tenggorokan : hiperemis

Tonsil : T3/T3, hiperemis

Leher

Kaku kuduk : tidak ada

Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

3
Paru

Inspeksi : simetris kiri sama dengan kanan saat statis dan dinamis

Palpasi : vokal fremitus kiri sama dengan kanan, nyeri tekan tidak

ada, massa tumor tidak ada

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : bronchovesikuler, rhonki tidak ada, whezing tidak ada

Jantung

Inspeksi : tidak tampak iktus kordis

Palpasi : iktus kordis tidak teraba

Perkusi : batas atas jantung ICS II sinistra

batas kanan jantung ICS VI linea parasternalis dextra

batas kiri jantung ICS V linea axillaris anterior sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I/II murni reguler, murmur tidak ada

Abdomen

Inspeksi : cembung, ikut gerak napas

Auskultasi : peristaltik ada, kesan normal

Palpasi : nyeri tekan tidak ada, lien tidak teraba, hepar tidak teraba

Perkusi : timpani

Ekstremitas : hangat, deformitas tidak ada, edema tidak ada

Kulit : tidak ada kelainan

D. RESUME

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ke poliklinik HNC

dengan keluhan demam sejak 1 hari yang lalu, demam terus menerus, Nyeri

4
menelan disertai rasa mengganjal pada tenggorokan. Batuk dan pilek ada.

Mual ada. Riwayat konsumsi makanan berminyak dan minuman dingin saat

di sekolah.

Keadaan umum : sakit sedang / gizi baik / kompos mentis

Suhu : 38.3oC

Tenggorokan : hiperemis

Tonsil : T3/T3 hiperemis

E. DIAGNOSIS

Tonsilitis

F. ANJURAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT


a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit tonsilitis
b. Preventif : Makan makanan berminyak dan minuman dingin
c. Kuratif :
 Terapi Medikamentosa :
o Cefadroxyl syrp 2x½ cth

o Dexametason tablet 3x½ tab

o Paracetamol (bila demam) tablet 3x½ tab

o Domperidon Tab 2x½ tab

o Vit C tab 1x1 tab

 Terapi nonmedikamentosa :
o Meningkatkan higiene mulut
o Menghindari minum minuman yang dingin
d. Rehabilitatif :-
G. PROGNOSIS : Dubia at bonam
H. KONSELING :
a. Penyakit yang diderita adalah penyakit radang pada tonsil yang
akan sering berulang

5
b. Menjelaskan kepada pasien mengenai gejala-gejala pada penyakit
tonsilitis dan komplikasi yang bisa terjadi dan kapan harus
dilakukan tindakan operasi.
c. Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan
berminyak dan minuman dingin
d. Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin
memerikasan dirinya jika ada keluhan
e. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga hygine
mulut.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi

faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal

(adenoid). Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring

dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di

bawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di

dalam faring, diliputiepi telskuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat

dengan kriptus didalamnya .Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsilafaringeal

(adenoid), tonsilapalatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-

tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.

Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah

tonsilapalatina, sedang tonsilafaringeal lebih dikenal sebagai adenoid.

Untuk kepentingan klinis, faring dibagi menjadi 3 bagian utama:

nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Satu pertiga bagian atas atau

nasofaring adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak

kecuali palatum molle bagian bawah. Bagian tengah faring disebut

orofaring, meluas dari batas bawah palatum molle sampai permukaan

lingual epiglotis. Bagian bawah faring dikenal dengan nama hipofaring atau

laringo faring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas yang terpisah

dari saluran pencernaan bagian atas.

7
Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan

limfoid yang melingkar dikenal dengan cincin Waldeyer, terdiri dari Tonsila

pharingeal (adenoid), Tonsila palatina, dan Tonsila lingualis.

Gambar 1. 1.Pharyngeal tonsil, 2. Palatine tonsil , 3. Lingual tonsil, 4.

Epiglottis

8
Gambar 2. Anatomi cincin waldayer

Tonsila Faringeal (adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari

jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau

segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah

ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun

mengeliling idaerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai

bursa faringeus.

Adenoid terletak pada nasofaring yaitu pada dinding atas nasofaring

bagian belakang.Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada

dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan

orifisium tuba eustachius. Pada masa pubertas adenoid ini akan menghilang

atau mengecil sehingga jarang sekali dijumpai pada orang dewasa. Ukuran

adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan

mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami

regresi.

Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai sebuah massa

yang terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi

9
sebagian besar atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid

mengandung sedikit sekali kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Tidak

ada jaringan khusus yang memisahkan adenoid ini dengan m. konstriktor

superior sehingga pada waktu adenoidektomi sukar mengangkat jaringan ini

secara keseluruhan. Adenoid mendapat darah dari cabang-cabang faringeal

A. Karotis interna dan sebagian kecil dari cabang-cabang palatina A.

Maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke dalam V.

Jugularis interna. Sedangkan persarafan sensoris melelui N. Nasofaringeal

yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N. Vagus.

Tonsila Lingualis

Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan

terdapat pada basis lidah diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah

anteroposterior dari papilla sirkumvalata ke epiglottis. Jaringan limfoid ini

menyebar ke arah lateral dan ukurannya mengecil. Dipisahkan dari otot-otot

lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Jumlahnya bervariasi, antara 30-

100 buah. Pada permukaannya terdapat kripta yang dangkal dengan jumlah

yang sedikit. Sel-sel limfoid ini sering mengalami degenerasi disertai

deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang akhirnya membentuk detritus.

Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang

merupakan cabang dari A. Karotis eksterna. Darah vena dialirkan sepanjang

V. Lingualis ke V. Jugularis interna. Aliran limfe menuju ke kelenjar

servikalis profunda. Persarafannya melalui cabang lingual N. IX.

Tonsila Palatina

10
Tonsil terletak di bagian samping belakang orofaring, dalam fossa

tonsilaris, berbentuk oval dengan ukuran dewasa panjang 20-25 mm, lebar

15-20 mm, tebal 15 mm, dan berat sekitar 1,5 gram. Berat tonsil pada laki-

laki berkurang dengan bertambahnya umur, sedangkan pada wanita berat

bertambah pada masa pubertas dan kemudian menyusut kembali.

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di

dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar

anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil

berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm. Permukaan tonsil merupakan

permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang merupakan muara dari

kripta tonsil. Jumlah kripta tonsil berkisar antara 20-30 buah, berbentuk

celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa kripta ada

yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir dibawah

permukaan kapsul.. Kripta dengan ukuran terbesar terletak pada pole atas

tonsil dan disebut kripta superior, normalnya mengandung sel-sel epitel,

limfosit, bakteri, dan sisa makanan. Kripta superior sering menjadi tempat

pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk

pertumbuhan kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah

tersebut.Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang

kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar.

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

 Lateral : M. konstriktor faring superior

 Anterior : M. palatoglosus

11
 Posterior : M. palatofaringeus

 Superior :Palatum mole

 Inferior : Tonsil lingual

Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat,

folikel germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel

(terdiri dari jaringan limfoid).

Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat

dan berhubungan dengan fascia faringobasilaris yang melapisi M.

konstriktor faringeus. Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil,

membentuk septa yang mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.

Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut

plika triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang

kadang-kadang membesar. Plika ini penting karena sikatrik yang terbantuk

setelah proses tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa

tonsilaris, sehingga dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.

Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit,

disebut sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak,

letaknya dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris

mukosa dari Weber, yang penting peranannya dalam pembentukan abses

peritonsil. Pada saat tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil

dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan.

12
Gambar 3.Potongan sagital rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring.

Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering

menjadi tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ketiga ruang potensial

tersebut adalah :

1. Ruang peritonsil (ruang supratonsil)

Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :

- Anterior : m. palatoglosus

- Lateral & posterior: m. palatofaringeus

- Dasar segitiga : pole atas tonsil

Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivarius Weber, yang bila

terinfeksi dapat menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.

2. Ruang retromolar

13
Terdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval,

merupakan sudut yang dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di

sebelah medial terdapat m. Buccinator, sementara pada bagianpostero-

medialnyaterdapat m. Pterygoideusinternus dan bagian atas

terdapatfasikuluslongus M. temporalis. Bila terjadi abses hebat pada

daerah ini akan menimbulkan gejala utama trismus disertai sakit yang

amat sangat, sehingga sulit dibedakan dengan abses peritonsil.

3. Ruang parafaring (ruang faringomaksila; ruang pterygomandibula)

Merupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat

pembuluh darah besar, sehingga bila terjadi abses, berbahaya sekali.

Adapun batas-batas ruang ini adalah

- Superior : Basis kranii dekat foramen jugulare

- Inferior : Os hyoid

- Medial : M. Konstriktor faringeus superior

- Lateral : Ramus ascendens mandibula, tempat m. Pterygoideus

interna dan bagian posterior kelenjar parotis

- Posterior : Otot-otot prevertebra

Ruang parafaring ini terbagi 2 (tidak sama besar) oleh prosesus

styloideus dan otot-otot yang melekat pada prosesus styloideus tersebut:

- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena

radang

tonsil, mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.

14
- Ruang post-styloid, lebih kecil, di dalamnya terdapat : A. Karotis

interna, V. Jugularis, N. Vagus dan saraf-saraf simpatis.

Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan

ruang retro faring.

FOSSA TONSIL

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-ototorofaring, yaitubatas anterior

adalahototpalatoglosus, batas posterior adalahototpalatofaringeus dan

batas lateral ataudindingluarnyaadalahototkonstriktor faring superior.

Berlawanandengandindingotot yang tipis ini, pada bagianluardinding

faring terdapatnervuske IX yaitunervusglosofaringeal.

PERDARAHAN

Tonsil mendapatpendarahandaricabang-cabangarterikarotiseksterna,

yaitu 1) arterimaksilariseksterna (arterifasialis)

dengancabangnyaarteritonsilaris dan arteripalatinaasenden; 2)

arterimaksilarisinternadengancabangnyaarteripalatinadesenden; 3) arteri

lingualis dengancabangnyaarteri lingualis dorsal; 4)

arterifaringealasenden. Kutubbawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh

arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteripalatinaasenden,

diantarakeduadaerahtersebutdiperdarahi oleh arteritonsilaris. Kutubatas

tonsil diperdarahi oleh arterifaringealasenden dan arteripalatinadesenden.

Vena-vena dari tonsil membentukpleksus yang

bergabungdenganpleksusdari faring. Aliranbalikmelaluipleksus vena di

sekitarkapsul tonsil, vena lidah dan pleksusfaringeal.

15
B. EMBRIOLOGI

Pada permulaanpertumbuhan tonsil, terjadiinvaginasikantongbrakialke

II kedinding faring akibatpertumbuhan faring ke lateral.

Selanjutnyaterbentukfosa tonsil pada bagian dorsal kantongtersebut, yang

kemudianditutupiepitel. Bagian yang

mengalamiinvaginasiakanmembagilagidalambeberapabagian,

sehinggaterjadikripta. Kriptatumbuh pada bulanke 3 - 6 kehidupanjanin,

berasaldariepitelpermukaan. Pada bulanke 3 tumbuhlimfosit di

dekatepiteltersebut dan terjadinodul pada bulanke 6, yang

akhirnyaterbentukjaringan ikat limfoid. Kapsul dan jaringan ikat lain

tumbuh pada bulanke 5 dan berasaldarimesenkim,

dengandemikianterbentuklahmassajaringan tonsil.

C. FISIOLOGI

Fungsijaringanlimfoid faring adalahmemproduksisel-

sellimfosittetapiperanannyasendiridalammekanismepertahanantubuhmasihdi

ragukan. Penelitianmenunjukkanbahwa tonsil

memegangperananpentingdalamfase-

fasepermulaankehidupanterhadapinfeksimukosanasofaringdariudarapernafas

ansebelummasukkedalamsalurannafasbagianbawah.

Pada tonsil terdapatsistemimunkompleks yang terdiriatassel M

(selmembran), makrofag, seldendrit, dan APCs yang

berperandalamtransportasi antigen

16
kesellimfositsehinggaterjadisintesisimunoglobinspesifik. Juga

terdapatsellimfosit B, limfosit T, sel plasma dan selpembawa IgG. Tonsil

merupakanjaringanlimfoid yang mengandungsellimfosit, 0,1-0,2%

darikeseluruhanlimfosittubuh pada orang dewasa. Proporsilimfosit B dan T

pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%.

Tonsil merupakan organ limfotiksekunder yang

diperlukanuntukdiferensiasi dan proliferasilimfosit yang sudahdisensitisasi.

Tonsil mempunyai 2 fungsiutamayaitu 1) menangkap dan

mengumpulkanbahanasingdenganefektif; 2) sebagai organ

utamaproduksiantibodi dan sensitisasisellimfosit T dengan antigen spesifik.

Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan

bahwa perenkim tonsil mempunyai kemampuan untuk

memproduksiantibodi. Penelitianterakhirmenyatakanbahwa tonsil

memegangperanandalammemproduksi Ig-A, yang

menyebabkanjaringanlokalresistenterhadaporganismepatogen.

Sewaktubarulahir tonsil secarahistologistidakmempunyai centrum

germinativum, biasanyaukurannyakecil. Setelah antibodidariibuhabis,

barulahmulaiterjadipembesaran tonsil dan adenoid, yamg pada

permulaankehidupan masa kanak-kanakdianggap normal dan

dipakaisebagaiindeksaktifitassistemimun. Pada waktupubertasatausebelum

masa pubertas, terjadikemunduranfungsi tonsil yang disertai proses involusi.

Kuman-kumanpatogen yang terdapatdalam flora normal tonsil dan

faring tidakmenimbulkanperadangan, karena pada

17
daerahiniterdapatmekanismepertahanan dan

hubungantimbalbalikantaraberbagaijeniskuman.

Terdapat 2 bentukmekanisme pertahanan tubuh, yaitu :

1. Mekanisme pertahanan non spesifik

Berupakemampuansellimfoiduntukmenghancurkanmikroorganisme.

Pada beberapatempatlapisanmukosa tonsil sangat tipis

sehinggamenjaditempat yang

lemahterhadapmasuknyakumankedalamjaringan tonsil.

Denganmasuknyakumankedalamlapisanmukosa,

makakumaniniakanditangkap oleh selfagosit, dalamhaliniadalahelemen

tonsil. Selanjutnyaselfagositakanmembunuhkumandengan proses oksidasi

dan digesti.

2. Mekanisme pertahanan spesifik

Merupakanmekanismepertahanan yang

pentingdalammekanismepertahanantubuhterhadapudaranpernafasansebelum

masukkedalamsalurannafasbawah. Tonsil dapatmemproduksi IgA yang

akanmenyebabkanresistensijaringanlokalterhadaporganismepatogen.

Disampingitu, tonsil dan adenoid juga dapatmenghasilkanIgE yang

berfungsiuntukmengikatselbasofil dan selmastosit, dimanasel-

seltersebutmengandunggranula yang berisi mediator vasoaktif,

yaituhistamin. Selbasofil yang terutamaadalahselbasofildalamsirkulasi

(selbasofilmononuklear) dan selbasofildalamjaringan (selmastosit).

Bila ada alergen, maka alergen

tersebutakanbereaksidenganIgEsehinggapermukaanselmembrannyaterangsa

18
ng dan terjadilah proses degranulasi. Proses

iniakanmenyebabkankeluarnyahistaminsehinggatimbulreaksihipersensitivita

stipe 1, yaituatopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.

Denganteknikimmunoperoksida,

dapatdiketahuibahwaIgEdihasilkandari plasma selterutamadariepitel yang

menutupipermukaantonsil, adenoid, dan kripta tonsil.

Sedangkanmekanismekerja IgA, bukanlahmenghancurkan antigen

akantetapimencegahsubstansitersebutmasukkedalam proses imunologi,

sehinggadalam proses netralisasidariinfeksi virus, IgA

mencegahterjadinyapenyakitautoimun. Oleh karenaitu, IgA

merupakanbarieruntukmencegahreaksiimunologisertauntukmenghambat

proses bakteriolisis.

Apabilaterjadiperadangan tonsil palatina yang

merupakanbagiandaricincinwaldeyer, makadapatterjadipembesaran tonsil,

berikutpembagianmenurut Thane &Cody :

 T1 :batas medial tonsil melewatipilar anterior sampai ¼ jarakpilar

anterior uvula

 T2 :batas medial tonsil melewati ¼ pilar anterior-uvula sampai ½

jarakpilar anterior-uvula

 T3 :batas medial tonsil melewati ½ pilar anterior-uvula sampai ¾

jarakpilar anterior-uvula

 T4 :batas medial tonsil melewati ¾ pilar anterior-uvula sampai uvula

ataulebih.

19
Gambar 4.Pembesaran Tonsil

D. HISTOLOGI

Secaramikroskopis tonsil memilikitigakomponenyaitujaringan ikat,

jaringaninterfolikuler,jaringan germinativum. Jaringan ikat berupatrabekula

yang berfungsisebagaipenyokong tonsil.

Trabekulamerupakanperluasankapsul tonsil keparenkim tonsil.

Jaringaninimengandungpembuluhdarah, syaraf, saluranlimfatik efferent.

Permukaanbebas tonsil ditutupi oleh epitelstatified squamous.1,16. Jaringan

germinativum terletakdibagiantengahjaringan tonsil,

merupakanselindukpembentukansel-sellimfoid.

Jaringaninterfolikelterdiridarijaringanlimfoiddalamberbagaitingkat

pertumbuhan.16,18. Pada

tonsilitiskronisterjadiinfiltrasilimfositkeepitelpermukaan tonsil.

Peningkatanjumlahsel plasma di dalamsubepitelmaupun di

dalamjaringaninterfolikel. Hiperplasia dan pembentukan fibrosis

darijaringan ikat parenkim dan

jaringanlimfoidmengakibatkanterjadinyahipertrofi tonsil.

20
E. DEFINISI

Tonsilitisadalahperadangan tonsil palatina yang

merupakanbagiandaricincinWaldeyer.

CincinWaldeyerterdiriatassusunankelenjarlimfa yang terdapat di

dalamronggamulutyaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil

faucial), tonsil lingual (tonsil pangkallidah), tonsil tuba Eustachius (lateral

band dinding faring atau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007).

Sedangkanmenurut Reeves (2001)

tonsilitismerupakaninflamasiataupembengkakanakut pada tonsil

atauamandel.

F. ETIOLOGI

Tonsillitis bakterialissupuralisakut paling seringdisebabkan

olehstreptokokus beta hemolitikus group A, misalnya:

Pneumococcus,staphylococcus, Haemalphilus influenza,

sterptoccoccusnonhemoliticusataustreptoccusviridens.

Bakterimerupakanpenyebab pada 50% kasus. Antara lainstreptococcus B

hemoliticusgrup A,streptococcus,PneumoccoccusVirus, Adenovirus, Virus

influenza serta herpes.

G. FAKTORPRESDIPOSISI

Beberapa faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis, yaitu:

 Rangsangankronis (rokok, makanan)

 Higienemulut yang buruk

 Pengaruhcuaca (udaradingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)

 Alergi (iritasikronisdari allergen)

21
 Keadaanumum (kuranggizi, kelelahanfisik)

H. PATOFISIOLOGI

Saatbakteriatau virus

memasukitubuhmelaluihidungataumulut,amandelberperansebagai filter,

menyelimuti organism yang berbahayatersebutsel-

seldarahputihiniakanmenyebabkaninfeksiringan pada

amandel.Haliniakanmemicutubuhuntukmembentuk antibody terhadapinfeksi

yang akandatangakantetapikadang-

kadangamandelsudahkelelahanmenahaninfeksiatau virus.Infeksi bakteri dari

virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.

Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel

menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi

tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim

pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini

adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses

(absesperitonsiler). Absesbesar yang terbentukdibelakang tonsil

menimbulkan rasa sakit yang intens dan demamtinggi (39C-40C).

Absessecaraperlahan-lahanmendorong tonsil

menyeberangketengahtenggorokan.

Dimulaidengansakittenggorokanringansehinggamenjadiparah,

pasienhanyamengeluhmerasasakittenggorokannyasehinggaberhentimakan.

22
Tonsilitisdapatmenyebabkankesukaranmenelan,panas,bengkak,dan

kelenjargetahbeningmelemahdidalamdaerahsubmandibuler.Sekresi yang

berlebihmembuatpasienmengeluhsukarmenelan,belakangtenggorokanakante

rasamengental.Hal-hal yang

tidakmenyenangkantersebutbiasanyaberakhirsetelah 72 jam.

I. KLASIFIKASI

Macam-macam tonsillitis

 Tonsillitis akut

Gambar 5.Tonsilitis Akut

a. Tonsilitis viral

Inilebihmenyerupaicommon cold yang disertai rasa

nyeritenggorok. Penyebab paling terseringadalah virus Epstein Barr.

b. Tonsilitisbakterial

Radangakut tonsil dapatdisebabkankumangrup A stereptococcus

beta hemoliticus, pneumococcus, streptococcus viridian dan

streptococcus piogenes. Infiltrasibakteri pada lapisanepiteljaringan

23
tonsil

akanmenimbulkanreaksiradangberupakeluarnyaleukositpolimorfonu

klearsehinggaterbentuk detritus.Detritus

merupakankumpulanleukosit, bakteri yang mulaimati.

 Tonsilitismembranosa

a. TonsilitisDifteri

Penyebabnyayaitu oleh kumanCoryne bacterium diphteriae,

kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di

salurannapasbagianatasyaituhidung, faring dan

laring.Seringdituemukan pada anakberusia< 10 tahun dan

frekuensitertinggi pada usia 2 – 5 tahunwalaupun pada orang

dewasamasihmungkinmenderitapenyakitini.

Gambar 6.TonsilitisDifteri

 Tonsilitiskronik

24
Faktorpredisposisitimbulnyatonsilitiskronisialahrangsangan yang

menahundarirokok, beberapajenismakanan, higienemulut yang buruk,

pengaruhcuacakelemahanfisik dan pengobatantonsilitis yang

tidakadekuatkumanpenyebabnyasamadengantonsilitisakuttetapikadang-

kadangkumanberubahmenjadikumangolongan gram negatif.

Gambar 7.Tonsilitis Kronis

J. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnyapenderitaseringmengeluh oleh

karenaserangantonsilitisakut yang berulangulang, adanya rasa sakit (nyeri)

yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi),

nyeriwaktumenelanatauadasesuatu yang

mengganjalbilamenelan,terasakering dan napasberbau.

Gejala umum yang dikeluhkan yaitu nyeri yangseringkalidirasakan di

telinga, demam, tidakenak badan, sakitkepala, mualmuntah, pada

pemeriksaan tonsil membesardenganpermukaantidak rata, kriptusmembesar

dan terisi detritus, tidaknafsumakan, mudahlelah, nyerikepala.

K. DIAGNOSIS

Anamnesis

25
1) Riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)

2) Apakah pengobatan adekuat

3) Kapan gejala itu muncul

4) Bagaimana pola makannya

5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut

Pemeriksaanfisik

1) Tonsilitis akut

Tonsilitis tampak hiperemis, membengkak, detritus (+) berbentuk

folikel atau lacuna atau tertutup membrane semu, kelenjar

submandibular membengkak dan nyeri tekan .

2) Tonsilitis kronik

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari

tonsilitis kronis yang mungkin tampak, yakni :

1. Tampakpembesaran tonsil oleh karenahipertrofi dan

perlengketankejaringansekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi

oleh eksudat yang purulenatausepertikeju.

2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetapkecil, mengeriput, kadang-

kadangsepertiterpendam di dalam tonsil bed dengantepi yang

hiperemis, kripta yang melebardanditutupieksudat yang purulen.

Berdasarkanrasioperbandingan tonsil denganorofaring,

denganmengukurjarakantarakeduapilar anterior

dibandingkandenganjarakpermukaan medial kedua tonsil,

makagradasipembesaran tonsil dapatdibagimenjadi:

T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

26
T1 :<25% volume tonsil dibandingkandengan volume orofaring

T2: 25-50% volume tonsil dibandingkandengan volume orofaring

T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkandengan volume orofaring

T4 :>75% volume tonsil dibandingkandengan volume orofaring

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dapatdilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas)

kumandarisediaanapus tonsil.Biakan swab

seringmenghasilkanbeberapamacamkumandenganderajatkeganasanyang

rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokusviridans,

Stafilokokus,atauPneumokokus.

Pemeriksaanpenunjang yang

dapatdilakukanuntukmemperkuatdiagnosatonsilitisakutadalahpemeriksaanla

boratoriummeliputi :

Leukosit :terjadipeningkatan

Hemoglobin :terjadipenurunan

Usap tonsil untukpemeriksaan kultur bakteri dan tessensitifitasobat

L. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tonsillitis secaraumum jikapenyebabbakteri,

diberikanantibiotik peroral (melaluimulut )selama 10 hari,

jikamengalamikesulitanmenelan, bisadiberikandalambentuksuntikan. Dalam

beberapa kasus pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukanjika:

1) Tonsilitisterjadisebanyak 7 kali ataulebih /tahun .

2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam 2 tahun.

3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam 3 tahun.

27
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis akut

 Antibiotikgolonganpenelitianatausulfanamidselama 5 hari dan

obatkumuratauobatisapdengandesinfektan,

bilaalergidengandiberikaneritromisinatauklidomisin.

 Antibiotik yang adekuatuntukmencegahinfeksisekunder,

kortikosteroiduntukmengurangi edema pada laring dan obatsimptomatik.

 Pemberianantipiretik

Penatalaksanaan tonsillitis kronik

 Terapilokaluntuk hygiene mulutdenganobatkumur / hisap.

 Terapiradikaldengantonsilektomibilaterapimedikamentosaatauterapikons

ervatiftidakberhasil.

M. KOMPLIKASI

 Peritonsilitis

Peradangan tonsil dan daerahsekitarnya yang berattanpaadanya

trismus dan abses.

 AbsesPeritonsilar (Quinsy)

Kumpulan nanah yang terbentuk di

dalamruangperitonsil.Sumberinfeksiberasaldaripenjalaran tonsillitis akut

yang mengalamisupurasi, menembuskapsul tonsil dan

penjalarandariinfeksigigi.

 AbsesParafaringeal

28
Infeksidalamruangparafaringdapatterjadimelaluialirangetahbeningatau

pembuluhdarah.Infeksiberasaldaridaerah tonsil, faring, sinus paranasal,

adenoid, kelenjarlimfefaringeal, os mastoid dan ospetrosus.

 AbsesRetrofaring

Merupakanpengumpulan pus dalamruangretrofaring.Biasanyaterjadi

pada anakusia 3 bulansampai 5

tahunkarenaruangretrofaringmasihberisikelenjarlimfe.

 Kista Tonsil

Sisamakananterkumpuldalamkriptamungkintertutup oleh jaringan

fibrosa dan inimenimbulkankistaberupatonjolan pada tonsil

berwarnaputih dan berupacekungan, biasanyakecil dan multipel.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau

amandel. Tonsilitis terdapat pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari

Cincin Waldeyer. Penyebaran melalui droplet infection yaitu alat makan dan

makanan.

29
Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lainstreptococcus B

hemoliticus grup A, streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus

influenza serta herpes. Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung

atau mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang

berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada

amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi

yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan

infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.

Tonsilitis dibagi menjadi tonsilitis akut, membranosa, dan Angina Plout

Vincent. Gejala yang timbul biasanya berupa nyeri tenggorokan, demam, sulit

menelan, dan gangguan lain pada daerah tonsil dan tenggorokan.

Untuk diagnosis tonsilitis biasanya hanya dengan melihat tonsil secara

langusng dengan pemeriksaan pada orofaring.

Penatalaksanaan pada tonsilitis akut meliputi antibiotik peroral, antipiretik,

kortikostreroid, dan tonsilektomi dilakukan sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit EGC

2. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung

dan Tenggorok. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-5. Jakarta

30
3. Andrina YMR. Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara. 2003. Diunduh

dari:repository.usu.ac.id pada tanggal 15 April 2011.

4. Baba Y, Kato Y, Saito H, Ogawa K. Management of deep neck infection by a

transnasal approach: a case report. Journal of Medical Case

Report. 3: 7317, 2009. Diunduh dari:www.jmedicalcasereports.com pada

tanggal 22 April 2011

5. Ballenger, John Jacob. M.S, M.D. Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok

Kepala dan Leher. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal : 295-97, 318-23, 346-

55

6. E, Steyer, Terrence, M.D, Peritonsiller Abscess: Diagnosis and Treatment.

Available at: www.aafp.org/afp, Accesed on Okt, 2010.

7. Fachruddin,Darnila, Abses Leher Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorokkan, editor Soepardi EA, Iskandar N, Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, edisi keenam, Jakarta, 2007:

185-8.

8. Mehta, Ninfa. MD. Peritonsillar Abscess. Available from.

www.emedicine.com. Accessed at Okt 2010.

9. Murray A.D. MD, Marcincuk M.C. MD. Deep neck infections. [Diperbaharui

Juli 2009] Diunduh dari: www.eMedicine Specialties//Otolaringology

and facial plastic surgery.com pada tanggal 25 April 2011

10. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit-penyakit Nasofaring dan

Orofaring. Dalam: Adams, Boies, dan Higler, editors. Boies: Buku ajar

31
penyakit THT Edisi VI. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1997.

hal. 320-355.

32

Anda mungkin juga menyukai