Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek
ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah,
ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diridan tawakal sepenuhnya kepada-Nya,
merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakan dalam menyempurnakan
cabang-cabang keimanan. Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah
tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan
tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak
serta perilaku keseharian. Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah
dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai
membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikir
dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern.

Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha
menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan,
agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran
spiritualitas Islam. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tecermin dalam
aturan muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain
itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi
dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin
menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak
disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat
pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan memahami Tafsir tentang Tuhan?


2. Apa yang dimaksud dengan Tauhid?
3. Bagaimana cara membuktikan adanya Tuhan?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Ingin memahami Tafsir tentang Tuhan.


2. Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan tauhid
3. Ingin mengetahui bagaimana cara pembuktian adanya Tuhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Memahami Tafsir tentang Tuhan

Kata ilah yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-quran di pakai untuk menyatakan
berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS.al-Jatsiyah :23 :

……..ُ‫أَفَ َرأ َ ْيتَ َم ِن ات َّ َخذَ ِإلَ َههُ َه َواه‬

Bagaimana pendapatmu mengenai orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan Ilah bisa mengandung arti
berbagai benda.Perkataan ilah dalam al-quran juga di pakai dalam bentuk tunggal ,ganda,dan
banyak. Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-
Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang
komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan
(utopia) mereka. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari
segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu
Allah. Sementara itu dalam pemikiran barat tentang Tuhan dikenal dengan teori evolusionisme,
yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang sederhana, lama-kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula di kemukakan oleh Max Muller. Proses
pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut :

3
1. Dinamisme

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan
Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

2. Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu
yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu
hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha
untuk memenuhi kebutuhan roh.

3. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang
bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi
angin dan lain sebagainya.

4. Henoteoisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu
dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang
sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu
bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui

4
Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan Tingkat Nasional).

5. Monoteismo

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme


hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme
ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan
teisme.Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max
Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya
rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan
pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka
berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur
golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa
Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah
agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan
relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-
macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan
didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan
monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).

5
2.2 Memahami apa itu tauhid

Tauhid adalah mengesakan Allah, Kalimatnya adalah “laa ilaaha ilallah”, menurut Ibnu
Qayyim Al- Jauzi, kalimat tersebut disebut sebagai “Kalimatul Wahdah” yakni kalimat satu yang
mejnadi missi utama seluruh Nabi dan Rasul diutus ke muka bumi ini.

Ajaran Tauhid adalah ajaran sepanjang sejarah manusia, ajaran dari tiap-tiap Nabi dan
Rasul. Sejak dari Nabi Adam AS, Idris AS, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Daud AS, Isa AS
sampai pada zaman Nabi Muhammad SAW.

‫وح ي إ ِ ل َ يْ ِه أ َن اه ُ ََّل إ ِ َٰل َ ه َ إ ِ اَّل أ َن َا‬ َ ِ‫َو َم ا أ َ ْر سَ لْ ن َا ِم ْن ق َ بْ ل‬


ِ ُ ‫ك ِم ْن َر سُ و ٍل إ ِ اَّل ن‬
ْ ‫ف َا‬
‫ع ب ُد ُو ِن‬
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku". (Al-Anbiya’ : 25)

2.2.1 Pembagian Tauhid


Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua:
1. Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb SWT dan
mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama), sifat, dan perbuatan-Nya.
Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT sematalah Rabb yang
Menciptakan, Memiliki, Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma
dan Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Meliputi segala
sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Dia SWT mempunyai asma' (nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi:

6
‫ض ۚ َج ع َ َل ل َ كُ ْم ِم ْن أ َنْ ف ُ ِس كُ ْم أ َ ْز َو ا ًج ا َو ِم َن‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫او ا‬َ ‫ط ُر ال سا َم‬ ِ ‫ف َا‬
‫ي ٌء ۖ َو هُ َو ال سا ِم ي ُع‬ ْ َ‫ْس كَ ِم ث ْلِ ِه ش‬ َ ‫ْاْل َنْ ع َا ِم أ َ ْز َو ا ًج ا ۖ ي َ ذْ َر ُؤ كُ ْم ف ِ ي ِه ۚ ل َ ي‬
‫ص ي ُر‬ِ َ ‫الْ ب‬
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-
pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang
Maha Mendengar dan Melihat”. (Asy-Syura : 11)

2. Tauhid dalam tujuan dan permohonan, dinamakan tauhid uluhiyah dan ibadah, yaitu
mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll.
Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki
hak uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk disembah, bukan
yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti:
berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan
semisalnya melainkan hanya untuk Allah SWT semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari
ibadah ini kepada selain Allah SWT maka dia
adalah seorang musyrik lagi kafir. Firman Allah SWT:

ۚ ‫َّللا ِ إ ِ َٰل َ ًه ا آ َخ َر ََّل ب ُ ْر هَا َن ل َه ُ ب ِ ِه ف َإ ِن ا َم ا ِح سَ ا ب ُه ُ ِع نْ د َ َر ب ِ ِه‬


‫َو َم ْن ي َ دْ عُ َم َع ا‬
‫إ ِ ن ا ه ُ ََّل ي ُفْ لِ ُح الْ كَ ا ف ِ ُر و َن‬
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun
baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-
orang yang kafir itu tiada beruntung”. (QS. Al-Mukminun:117)

Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini. Oleh sebab
itulah Allah SWT mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada

7
mereka, agar mereka beribadah kepada Allah SWT saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-
Nya. (Zakaria, 2008:10)

2.2.3 Hakekat dan Inti Tauhid:


Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah
SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya SWT tanpa sebab atau
perantara. Seseorang melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan
semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah yang
mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang lain.
Tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa (faith in the unity of God). Suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya
Tuhanlah yang mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah). Sebagai konsekuensinya, maka
hanya Tuhan itulah satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya,
serta yang harus ditakuti (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu Zat yang luhur dan segala-galanya,
Hakim Yang Maha Tinggi, Yang terbatas, Yang Kekal, Yang tiada berubah-ubah, Yang
kesamaanya sedikt pun di alam ini, sumber segala kebaikan kebenaran, Yang Maha Adil dan Suci,
Tuhan itu bernama Allah SWT. (Zakaria, 2008:15)

Lawan dari tauhid ialah syirik, yaitu mempersekutukan Tuhan. Suatu kepercayaan tentang
adanya lagu tuhan selain Allah SWT. Kepercayaan syirik ini adalah dosa besar di sisi Allah :

َ ِ‫ك ب ِ ِه َو ي َغْ فِ ُر َم ا د ُو َن َٰذ َ ل‬


‫ك لِ َم ْن ي َ شَا ُء ۚ َو َم ْن‬ َ ‫ش َر‬ ْ ُ ‫َّللا َ ََّل ي َغْ فِ ُر أ َ ْن ي‬ ‫إ ِ ان ا‬
‫ظ ي ًم ا‬ِ َ‫اَّلل ِ ف َ ق َ ِد ا فْ ت َ َر َٰى إ ِ ث ْ ًم ا ع‬ ْ ُ‫ي‬
‫ش ِر ْك ب ِ ا‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. ( Al- Nisa’ : 48).

8
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

‫ك‬ ِ ‫اَّلل ِ ۖ إ ِ ان‬


َ ‫الش ْر‬ ‫ش ِر ْك ب ِ ا‬ ‫َو إ ِ ذْ ق َا َل ل ُقْ َم ا ُن َِّل بْ ن ِ ِه َو هُ َو ي َ ِع ظُ ه ُ ي َا ب ُن َ ا‬
ْ ُ ‫ي ََّل ت‬
ِ َ ‫ل َ ظ ُ ل ْ مٌ ع‬
ٌ‫ظ ي م‬
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman : 13)

Lawan Tauhid selain syirik ialah paham yang meniadakan samasekali adanya Tuhan, yaitu
atheisme. Menurut Islam, aliran atheisme suatu kekafiran yang paling besar, musuh manusia yang
terang-terangan. Tuhan mengancamnya dengan hukuman yang paling dahsyat pula. Firman Allah
SWT:

ِ ‫ص ََل ة‬ ‫ح أ َ ْن ت َقْ صُ ُر وا ِم َن ال ا‬ ٌ ‫ْس عَ ل َ يْ كُ ْم ُج ن َا‬


َ ‫ض ف َل َي‬ ِ ‫ض َر بْ ت ُ ْم ف ِ ي ْاْل َ ْر‬ َ ‫َو إ ِ ذ َا‬
‫إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ ْن ي َفْ ت ِ ن َ كُ مُ ال ا ِذ ي َن كَ ف َ ُر وا ۚ إ ِ ان الْ كَ ا ف ِ ِر ي َن كَ ا ن ُوا ل َ كُ ْم عَ د ًُّو ا ُم ب ِ ي ن ً ا‬
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu”. (An-Nisa’ : 101)

‫ص ل اى‬
َ ِ ‫ت َر سُ ْو َل هللا‬ ُ ْ‫ سَ ِم ع‬: ‫ ق َا َل‬، ُ ‫َّللا ُ عَ نْ ه‬
‫ي ا‬ َ ‫ض‬ِ ‫عَ ْن أ َن َِس ب ِن َم ا لِ كٍ َر‬
َ ‫ إ ن ا‬، ‫ ي َا ا بْ َن آ د َ َم‬: ‫ك َو ت َع َ ا ل َـى‬
‫ك‬ َ َ ‫ (( ق َا َل هللا ُ ت َب‬: ‫هللا ُ عَ ل َ يْ ِه َو سَ ل ا َم ي َ ق ُ ْو ُل‬
َ ‫ار‬
‫ يَا‬، ‫ي‬ْ ِ‫ك َو ََّل أ ُب َ ا ل‬ َ ْ‫كَ ا َن ف ِ ي‬ ‫ك عَ ل َ ى َم ا‬ َ َ‫ت ل‬
ُ ‫ي غَ ف َ ْر‬ْ ِ ‫ي َو َر َج ْو ت َن‬ ْ ِ ‫َم ا د َعَ ْو ت َن‬
‫ك‬َ َ‫ت ل‬
ُ ‫ غَ ف َ ْر‬، ‫ي‬ ْ ِ ‫س ت َغ ف َ ْر ت َن‬
ْ ‫ا‬ ‫ ث ُ ام‬، ‫ك عَ ن َا َن ال سا َم ا ِء‬
َ ُ ‫َت ذ ُن ُو ب‬ْ ‫ا بْ َن آ د َ َم ل َ ْو ب َ ل َ غ‬
ِ ‫ي ب ِ ق ُ َر ا بِ ْاْل َ ْر‬
‫ ث ُ ام‬، ‫ض َخ طَ ا ي َ ا‬ ْ ِ ‫ك ل َ ْو أ َت َيْ ت َن‬ َ ‫ ي َ ا ا بْ َن آ د َ َم إ ِ ن ا‬، ‫ي‬ ْ ِ‫َو ََّل أ ُب َا ل‬
. )) ً ‫ك ب ِ ق ُ َر اب َه ا َم غْ فِ َر ة‬ َ ُ ‫ َْل َت َيْ ت‬، ‫ي شَ يْ ئ ًا‬ ْ ِ‫ك ب‬ ُ ‫ش ِر‬ْ ُ ‫ي ََّل ت‬ ْ ‫ل َ ق ِ ي ت َن‬
9
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama
engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah
engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi
langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak
peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang
hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan
ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].

Pengetahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui
pemberitaan wahyu (revelation). Pengetahuan itu mustahil didapat dengan pemikiran akal semata.
Mengapa? Karena pikiran mahusia lemah (dhaif) untuk menjangkau masalah Ketuhanan kalau ia
hanya berjalan sendirian. Pikiran manusia sifatnya nisbi, sedang Tuhan sifatnya mutlak (absolut).

Mungkin saja pikiran manusia dapat mengenal Tuhan dengan jalan pemikiran filsafat
dengan menelaah dan merenungkan terhadap alam semesta yang melingkungi hidupnya atau
terhadap dirinya sendiri, seperti hasil yang didapat oleh Socrates (470-399 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM). Dengan pemikiran filsafat mereka menemukan Tuhan, yang diistilahkan oleh
Aristoteles sebagai “Sebab Pertama”. Akan tetapi Tuhan yang mereka temukan itu dengan jalan
filsafat semata, berakhir dengan lumpuhnya Tuhan itu, karena Tuhan yang ia temukan itu
selanjutnya tidak befungsi. Dia menemukan lalu meyakini adanya Tuhan, tetapi keyakinan itu
kemudian menjadi mati, karena dia tidak bisa membuktikan imannya di dalam keseluruhan
hidupnya padahal iman itu harus dibuktikan. Pembuktiannya ialah dengan jalan menyembah dan
mengabdi kepadaNYa. Tuhan memiliki undang-undang yang harus dipatuhi, perintah-perintah
yang wajib dilaksanakan, tapi juga ada larangan-laranganNya yang harus dijauhi. Dapatkah
manusia dengan akalnya semata mengenal semua ini lengkap dengan siste iman dan ibadah yang
benar. Mustahil, jawab akal itu sendiri. Semua itu hanya dapat dikenal dengan pasti melalui wahyu.

Begitu juga kelumpuhan Tuhannya kaum Deisme. Tuhan aliran ini hanya sekedar Tuhan,
bukan faktor yang aktif dalam kehidupam seharo-hari. Ia tidak perlu disembah dan ditaati

10
perintahNya. Dapatkah seorang hanya dengan percaya saja, tidak dengan patuh dan tunduk?
(Ismail, 2008: 10-23)

Islam mengajarkan bahwa kepercayaan atau iman seseorang haruslah dibuktikan dengan
jalan melaksanakan penyembahan (ibadah) dan mentaati segala hukum-hukum Tuhan (syari’ah)
yang telah digariskan lewat wahyu-wahyuNya yang diturunkannya kepada Rasulallah SAW. Maka
pelaksanaan ibadah dan syari’ah adalah manifestasi dari iman seseorang. Kemudian konsep
kepercayaan dengan segala perintah dan larangan Tuhan hanya mungkin ditemukan dalam agama.
Sebab itu realisasi yang benar dari keyakinan kepada Tuhan ialah melakukan ibadah sesuai dengan
yang dikehendaki oleh Tuhan itu sendiri.

Doktrin Tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan
kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk mengihlaskan seluruh hidup
dan kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan harapan yang dikejarnya
ialah keridhaan Allah (mardhatillah). Hal ini membawa konsekuensi pada pembinaan karakter yang
agung, menjadi manusia yang suci, jujur dan teguh memegang amanah, yang akhirnya melahirkan
insan kamil. Maka Tauhid merupakan kekuatan yang besar yang mampu mengatur secara tertib
manusia yang berjuta-juta yang hidup tersebar di laut dan di darat, dan tepi-tepi pantai hingga ke
bukit-bukit. (Ismail, 2008: 25)

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar bahwa pada suatu hari dia berjalan dengan Khalifah
Umar bi Khattab RA dari Madinah menuju Mekah, di tengah jalan mereka berjumpa dengan
seorang penggembala, yang sedang turun dari tempat pengebalaan dengan kambing-kambingnya
yang banyak. Khalifah ingin menguji sampai di mana penggembala itu bersifat amanah. Antar
keduanya terjadi percakapan sebagai berikut:

Khalifah : “Wahai penggembala, Juallah kepadaku seekor anak kambing dari ternakmu
itu!”.

Gembala : “Aku ini hanya seorang budak”.

Khalifah : "Katakan saja kepada tuanmu, anak kambing itu telah dimakan serigala”.

Gembala : “Kalau begitu di mana Allah?”

11
Amat singkat jawaban anak gembala itu “Di mana Allah?”

Bagi Khalifah Umar dan bagi kaum muslimin di kala itu umumnya, pertanyaan yang
sesingkat itu sudah cukup untuk menggugah dhamir, meremangkan bulu kuduk. Seakan-akan anak
gembala itu berkata: “Memang, tuan saya yang memiliki ternak ini bisa saja saya tipu, dia tidak
melihat apa yang saya lakukan di sini, tetapi bagaimana saya akan menipu Allah! Bukankah Allah
melihat apa-apa yang saya perbuat, karena Ia mengetahui apa yang terbersit dalam hati seseorang
dimanapun ia berada.”

Tidaklah heran, apabila waktu itu Khalifah Umar bercucuran air mata karena terharu. Lalu
beliatu pergi bersama anak gembala itu menjumpai yang empunya ternak itu. Ditebusnya
kemerdekaan anak gembala dan lalu beliatu bekata: “Kalifat fa ainallah inilah yang memerdekakan
kamu di duina ini, semoga dengan kalimat itu pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak”.
Demikianlah contoh pengaruh tauhid yang membentuk pribadi para kaum muslimin dahulu mulai
dari golongan elit sampai lapisan kaum awam.

Tauhid juga akan membebaskan manusia dari seribu satu macam belenggu kejahatan
duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan dan perhambaan, baik oleh
sesama manusia, maupun oleh hawa nafs dan harta benda. Karena dengan tauhid, manusia hanya
akan menghambakan diri kepada Allah semata.

Dengan jiwa tauhid yang tinggi, seseorang akan bebas dari belenggu-belenggu ketakutan
dan duka-cita dalam kemiskinan harta benda, karena yakin bahwa tiap binatang melata di bumi ini
dari Tuhan jualah rezekinya. Kewajiban bagi manusia ialah berkerja dan berusaha sambil berdo’a,
hasilnya di tangan Tuhan sendiri. Tauhid juga membebaskan manusia dari ikatan-ikatan kursi,
kedudukan dan jabata. Sebab tauhid menyadarkan manusia bahwa hanya Tuhanlah yang dapat
menaik-turnkan seseorang dari kursi dan jabatannya. Dan Tuhan berkuasa memuliaakan atau
menghinakan seseorang. Allah SWT adalah sumber dari segala kemuliaan:

12
ُ ِ ‫الْ كَ لِ مُ الطا ي‬
‫ب‬ ْ َ ‫َم ْن كَ ا َن ي ُ ِر ي د ُ الْ ِع از ة َ ف َلِ ل ا ِه الْ ِع از ة ُ َج ِم ي ع ًا ۚ إ ِ ل َ يْ ِه ي‬
ُ ‫ص ع َد‬
ٌ ‫عَ ذ َ ا‬
ۖ ٌ ‫ب شَ ِد ي د‬ ِ ‫ص ا لِ ُح ي َ ْر ف َع ُه ُ ۚ َو ال ا ِذ ي َن ي َ ْم كُ ُر و َن ال سا ي ِ ئ َا‬
‫ت ل َ ُه ْم‬ ‫َو الْ ع َ َم ُل ال ا‬
‫ك هُ َو ي َ ب ُو ُر‬ َ ِ ‫َو َم ْك ُر أ ُو َٰل َ ئ‬
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.
Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan
orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka
akan hancur”. (Fathir :10)

Tauhid juga akan membebaskan manuusia dari perasaan takut mati. Tauhid menyadarkan
manusia bahwa persoalan mati adalah di tangan Tuhan, dan setiap yang berjiwa pasti mengalami
mati. Mati adalah pintu gerbang yang setiap makhluk akan lewat di pintu gerbang itu.
Konsekuensinya menumbuhkan semangat jihad seseorang untuk menegakkan yang hak dan
menghancurkan yang bati;, sekalipun ia harus menyabung nyawa dan mempertaruhkan jiwa raga.
Jadi, seorang muslim harus memiliki keberanian: berani berpihak kepada kebenaran dan keadilan,
berani hidup juga berani mati demi keagungan Allah SWT. (Muthahhari, Murtadha. 2002: 47)

2.2.4 Buah Hakekat Iman:

Seseorang hanya boleh tawakkal kepada Allah SWT semata, tidak memohon kepada makhluk serta
tidak memperdulikan celaan mereka. Ia ridha kepada Allah SWT, mencintaiNya dan tunduk kepada
hukumNya.

Tauhid Rububiyah diakui manusia dengan naluri fitrahnya dan pemikirannya terhadap alam
semesta. Tetapi sekedar mengakui saja tidaklah cukup untuk beriman kepada Allah SWT dan
selamat dari siksa. Sungguh iblis telah mengakuinya, juga orang-orang musyrik, namun tidak ada
gunanya bagi mereka. Karena mereka tidak mengakui tauhid ibadah kepada Allah SWT semata.

Siapa yang mengakui Tauhid Rububiyah saja, niscaya dia bukanlah seorang yang bertauhid dan
bukan pula seorang muslim, serta tidak dihormati/diharamkan darah dan hartanya sampai dia
mengakui dan menjalankan Tauhid Uluhiyah. Sehingga dia bersaksi bahwa tidak Ilah
(sesembahan) yang berhak disembah selain Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan dia
13
mengakui hanya Allah SWT saja yang berhak disembah, bukan yang lainnya. dan konsekuensinya
adalah hanya beribadah kepada Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagiNya. (Zakaria, 2008:3)

Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah memiliki ketergantungan satu sama lain:

1. Tauhid Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah. Siapa yang mengakui bahwa
Allah SWT Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, Yang Memiliki, dan yang memberi rizki niscaya
mengharuskan dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Maka dia
tidak boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta tolong kecuali kepadaNya,
tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Dia tidak memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali
hanya kepada Allah SWT semata, bukan kepada yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan
bagi tauhid rububiyah agar setiap orang hanya menyembah Allah SWT saja, tidak menyekutukan
sesuatu dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah SWT adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan
pemiliknya

2. Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-sama, akan tetapi
keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur
dan sedangkan makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak untuk disembah,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

1. Firman Allah SWT :

‫ﻟﺍﻮ ﻳ ﻭﻨ ﻣﺍﻦﻳﺀ ﺬﱠﻟﺍَﻢﻠْﺒﺇِِﺴﳝ ﻧﺎﺍﻮَﻬﺑﺃِﻈﻢُﻭﻠْ ٍﻢﻟَﺌﻟﻚ َﻬﺍﻢْﻷَﻣﺘﻢ ﻫﻬ ﻭﻦﻣ َﺪﻥﻭ‬


Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah orang -orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. Al-An'aam: 82)

2. Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Siapa yang bersaksi
bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan
sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba
14
dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan
(siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka

adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah
ada". Muttafaqun 'alaih.

3. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Allah
SWT berfirman, 'Wahai keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku,
niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai
keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-
Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan Adam,
jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang
menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku datang
kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi)." HR. at-Tirmidzi.2

2.2.5 Balasan Ahli Tauhid

Firman Allah SWT:

‫ت ت َ ْج ِر ي ِم ْن‬ ٍ ‫ت أ َ ان ل َ ُه ْم َج ن اا‬ ِ ‫ص ا لِ َح ا‬ ‫ال ا ِذ ي َن آ َم ن ُوا َو عَ ِم ل ُوا ال ا‬ ‫ش ِر‬


ِ َ ‫َو ب‬
‫ْاْل َنْ َه ا ُر ۖ كُ ل ا َم ا ُر ِز ق ُوا ِم نْ َه ا ِم ْن ث َ َم َر ة ٍ ِر ْز ق ًا ۙ ق َا ل ُوا َٰهَ ذ َا ال ا ِذ ي‬ ‫ت َ ْح ت ِ َه ا‬
‫ج ُم طَ اه َر ة ٌ ۖ َو هُ ْم‬ ٌ ‫ِم ْن ق َ بْ ُل ۖ َو أ ُت ُوا ب ِ ِه ُم ت َشَا ب ِ ًه ا ۖ َو ل َ ُه ْم ف ِ ي َه ا أ َ ْز َو ا‬ ‫ُر ِز قْ ن َا‬
‫ف ِ ي َه ا َخ ا لِ د ُو َن‬

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi
mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi
rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada
isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah : 25)

15
Dari Jabir r.a, ia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata, 'Wahai
Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa dipastikan?' Beliau menjawab, 'Siapa yang meninggal
dunia dan keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk dan
siapa yang meninggal
1
Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. (3435) dan ini lafaznya, dan Muslim no. (28)
2
Shahih. HR. at-Tirmidzi no. (3540), Shahih Sunan at-Tirmidzi no. (2805).

Akhirnya, tauhid akan membebaskan manusia dari perasaan keluh-kesah, bingung


menghadapi persoalan hidup dan keputusasaan. Dengan tauhid, seorang muslim memiliki jiwa
besar, tidak berjiwa kerdil, memiliki jiwa yang agung dan tengan (tuma’ninah). Jadi, tauhid
memberikan kebahagiaan hakiki kepada manusia di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Karena itu pendidikan tauhid sangat penting bagi manusia, terutama bagi generasi muda yang
merupakan cermin dan harapan masa datang.

2.3 Pembuktian Adanya Tuhan

2.3.1 Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak
memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal”
yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula
bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk
kegiatan ilmiah dan kehidupan. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya adanya makhluk,
tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah
diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa
alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta? (Hanafi, 2003: 5)

16
2.3.2 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam
bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua
termodinamika” (Second law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan
berpijak. Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan
perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum
tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi
tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari
keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan
antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”. Bertitik tolak dari kenyataan bahwa
proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu
membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak
dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan. (Hanafi,
2003: 8)

2.3.3 Metode Pembuktian Ilmiah atau teori big bang

Al-Quran telah mengungkapkan dalam kurun empat belas abad sebelum penemuan modern tentang
dentuman besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya, bahwa ketika diciptakan, alam
semesta menempati volume yang sangat kecil:

َ‫ض َكﺎﻧَﺘَﺎ َرتْقًﺎ فَفَﺘ َ ْقﻨَﺎ ُﻫ َمﺎ ۖ َﻭ َجعَ ْﻠﻨَﺎ ِﻣﻦ‬ َ ‫ت َﻭ ْﺍﻷ َ ْر‬ ‫ﺃ َ َﻭﻟَ ْﻢ ﻳَ َر ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ َكفَ ُرﻭﺍ ﺃ َ ﱠﻥ ﺍﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺴ َم َﺎﻭﺍ‬
َ‫ش ْيءٍ َحي ٍ ۖ ﺃَفَ ََل ﻳُؤْ ِﻣﻨُﻮﻥ‬ َ ‫ﺎء ُك ﱠل‬ ِ ‫ْﺍﻟ َم‬

17
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al-
Anbiyaa:30)

Terjemahan ayat diatas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya,
bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” yang berarti “bercampur,
bersatu” dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang
menjadi satu. Frasa “kamai pisahkan” diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang
mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur
ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.
Dalam ayat itu, langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk) dengan
satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara tentang “telur kosmik”
yang mengandung semua materi dialam semesta sebelum dentuman besar. Dengan kata lain,
semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak
dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah struktur
keseluruhan alam semesta. Kebenaran lain yang terungkap dalam Al-Quran adalah
pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang
pergeseran merah dalam spectrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al-Quran sebagai berikut:
“dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya. (Qs. Adz-Dzariyaat, 51:47) singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern
mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al-Quran dan bukan dogma materialis. Materialis
boleh saja menyatakan bahwa semua itu “kebetulan”, namun fakta yang jelas adalah bahwa alam
semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Aallah dan satu-satunya pengetahuan yang
benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada
kita.

Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini
mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan
alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan
induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak
18
mempunyai landasan ilmiah. Percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang pasti, karena
ilmu pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati dengan hanya penelitian secara
empiris saja. Teori yang disimpulkan dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan
untuk mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa
kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya merupakan interpretasi terhadap pengamatan
dan pandangan tersebut belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak sarjana percaya
padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana pun tidak mampu
melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti: “Gaya” (force), “Energy”, “alam”
(nature), dan “hukum alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang mengenal apa itu: “Gaya,
energi, alam, dan hukum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu memberikan penjelasan terhadap
kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti ahli teologi yang tidak mampu memberikan
penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang
tidak diketahui.

Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “iman kepada yang ghaib” dan ilmu
pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan ilmiah”. Sebab, baik agama maupun ilmu
pengetahuan kedua-duanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang
lingkup agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “penentuan hakikat” terakhir dan asli,
sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu
pengtahuan memasuki bidang penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti
ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab itu harus ditempuh
bidang lain. (Hanafi, 2003: 11-13)

2.3.4 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000
mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh
sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar
pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang
190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya,
termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa. Logika manusia dengan
19
memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa
mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik
semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa
tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan. Metode pembuktian adanya Tuhan melalui
pemahaman dan penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil
ikhtira”. Di samping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil inayah”. Dalil
‘inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat
alam bagi kehidupan manusia (Hanafi, 2003: 15-18)

2.3.5 Pembuktian Adanya Tuhan dengan Teori DNA

Dalam studi biomolekuler ditegaskan bahwa Deoxyribo Nucleic Acid yang sering disingkat DNA.
DNA terletak dalam kromosom, kromosom terletak dalam inti sel. Inti sel terletak dalam sel, setiap
jaringan tubuh mengandung sel. Dalam struktur kerumitan yang menakjubkan ini tidak mungkin
terjadi secara kebetulan, pasti ada yang Maha Mencipta, Maha Mengatur, dan Maha Memelihara,
sehingga menjadi makhluk yang sempurna. Hal ini tidak mengherankan jika banyak ilmuan yang
menemuka jalan kebenaran adanya Tuhan melalui study kontemplatif, seperti beberapa ilmuwan
berikut ini:

a. Anthony Flew

adalah filsuf atheis terkenal. sebagai seorang professor filsafat asal Inggris Anthony Flew memilih
menjadi atheis diusia 15tahun, dan pertama kali memunculkan namanya sendiri didunia akademis
dengan sebuah karya yang terbit ditahun 1950. Selama 54tahun kemudian, ia mendukung atheisme
sebagai pengajar di Universitas Oxford, Universitas Aberdeen, Universitas Keele, dan Universitas
Reading dibanyak Universitas di Amerika dan Kanada yang dia kunjungi, dalam berbagi debat,
dibuku-buku, diruang-ruang kuliah, dan dalam tulisan-tulisannya. Namun tiba-tiba, Anthony Flew
telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini menerima bahwa alam semesta
telah diciptakan.

Penyebab utama dari perubahan pandangan yang sangat mendasar ini adalah bukti jelas dan pasti
yang diungkap ilmu pengetahuan tentang penciptaan. Setelah mengetahui kerumitan makhluk
20
hidup yang didasarkan pada keberadaan informasi, Anthony Flew menyadari bahwa asal-usul yang
sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelegent design) dan bahwa atheisme
telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan.

Anthony Flew mengemukakan alas an-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini
dalam ungkapan berikut:

“berdasarkan tingkat kerumitan yang hamper tak dapat dipercaya daru penataan yang dibutuhkan
untuk memunculkan kehidupan, penelitian para pajar biologi terhadap DNA telah menunjukan
bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan”

“sudah terlampaui sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah
tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak”

“saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhlu hidup pertama berevolusi dari benda
mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya”

Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya
telah benar-benar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai
ganda terpilih) dari molekul DNA, kode genetic yang ada padanya, susunan nukleotida semuanya
menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sebuah besar informasi, dan banyak
temuan mengejutkan lainnya telah mengungkapan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini
dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus.

b. Kazoo Mukarami Ph.D

ahli genetika terkemuka dunia sesudah mengadakan penelitian selama lebih dari 40 tahun sampai
pada kesimpulan pada DNA yang terdapat bahwa DNA didalam inti sel semua makhluk hidup
mengandung DNA yang sama dimana terdapat 3-5 milyar kode genetic dan dapat menghasilkan
70 triliun perintah-perintah, dan itulah yang mengatur seluruh fungsi vital secara selaras seluruh
makhluk hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, termasuk manusia. Sehingga Kazoo
Mukarami mengambil kesimpulan ada sesuatu kekuasaan yang sangat besar yang ia sebut sebagai

21
Sang Agung atau Tuhan yang mengatur semua ini. (Kazoo Mukarami Ph.D dalam The Divine
Massage of the DNA).

Seorang ilmuwan yang penemuannya sehebat Galileo, Newton, dan Einsten berhasil membuktikan
tentang keterkaitan antara Al-Quran dan rancang struktur tubuh manusia. Ilmuwan tersebut adalah
Dr. Ahmad Khan, lulusan summa cumloude dari Duke University. Walaupun ia ilmuwan muda
yang tengah menanjak terlihat cintanya hanya untuk Allah dan untuk penemuan genetiknya.

c. Dr. Ahmad Khan

Salah satu penemuan Dr.Akhmad Khan yang menggeparkan ilmu pengetahuan adalah
diketemukannya informasi lain selain kontruksi polipeptida yang dibangun dari kodon DNA ayat
pertama yang mendorong penelitiannya adalah surat Fussilat (41) ayat 53 yang juga dikuatkan
dengan hasil penemuan Prof. Keith Moore Ahli embriologi dari Kanada penemuannya tersebut
dilhami ketika hotip pada waktu sholat jumat membacakan salah satu ayat yang ada kaitannya
dengan ilmu biologi. Bunyi ayat tersebut adalah:

ِ ‫ق َﻭفِي ﺃ َ ْﻧفُ ِﺴ ِﻬ ْﻢ َحﺘ ﱠ ٰى ﻳَﺘَﺒَيﱠﻦَ ﻟَ ُﻬ ْﻢ ﺃَﻧﱠهُ ْﺍﻟ َح ُّق ۗ ﺃ َ َﻭﻟَ ْﻢ ﻳَ ْك‬


‫ف‬ ِ ‫سﻨُ ِرﻳ ِﻬ ْﻢ آﻳَﺎتِﻨَﺎ فِي ْﺍْلفَﺎ‬
َ
‫ش ِﻬيﺪ‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫عﻠَ ٰى ُك ِل‬ َ ُ‫ﺑِ َرﺑِ َﻚ ﺃَﻧﱠه‬
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS.Al
Fussilat:53)

Hipotesis awal yang diajukan oleh Dr. Akhmad Khan adalah kata “ayatina” yang memiliki
makna “ayat Allah” dijelaskan oleh Allah bahwa tanda kekuasaan-Nya ada juga dalam diri
manusia. Menurut Akhmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA manusia. Selanjutnya ia
beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat al-quran merupakan bagian dalam gen manusia.
Dalam dunia Biologi dan Genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi

22
protein sama sekali. Area tanpa produksi ini disebut Jonk DNA atau DNA sampah. Kenyataannya
DNA tersebut menurut Akhmad Khan jauh sekali dalam makna sampah menurut hasil risetnya,
Jonk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda-
tanda Allah kebesaran.

Setelah bekerja sama dengan adikn ya yang bernama Imron, seorang yang ahli analisis system,
laboratorium genetiknya mendapatkan proyek pemerintah. Proyek tersebut ditujukan untuk
meneliti kecerdasan manusia. Dengan kerja kerasnya Akhmad Khan berupaya untuk menemukan
huruf arab yang mungkin dibentuk dari rantai kodon pada kromosom pada manusia. Sampai
kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat al-quran. Akghirnya pada tanggal 20 Januari 1999
pukul 02 pagi ia menemukan ayat pertama “bismillahirrahmanirahim iqra bismirabbikal
ladzikholaq” , bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan “ ayat tersebut adalah awal dari
surat al alaq yang merupakan surat pertama ang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di
Gua Hira. Anehnya setelah penemuan pertama tersebut lainnya muncul satu persatu secara cepat
sampai sekarang ia telah berhasil menemukan satu/10 ayat al-quran.

Dalam wawancara yang dikutip “ummi” edisi 6/X99, Akhmad Khan menyatakan: “saya yakin
penemuan ini luar biasa, dan saya mempertaruhkan karir saya untuk ini. Saya membicarakan
penemuan saya dengan dua rekan saya blife dan Martin seorang ahli Genetika yang selama ini
sinis dengan Islam. Saya menyurati dua ilmuan lain yang selama ini selalu alergi terhgadap Islam
yaitu Dan Larhamnar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreisman dari University Berlin.

Akhmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas


yang banyak memuat kode kode genetika rantai kodon pada kromosom manusia yaitu; T,C,G dan
A masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf arab yang apabila dirangkai akan
menjadi firma Allah yang sangat mengagumkan.

Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan: semoga penerbitan buku saya “Al-Quran dan
Genetika”, semakin menyadarkan umat islam bahwa islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita
tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu, politik, pendidikan, atau seni. Semoga para ilmuwan
menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga

23
dengan ilmu keperawatan, penulis berharap akan dating suatu generasi yang mendalami prinsip-
prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama islam hal ini dapat dimulai dari niat baik para
pemegang kebijakan (decision maker) yang beragama islam baik di instansi pendidikan atau pada
level pemerintah. Memfasilitasi serta memberi dukungan secara moral dan finansial. (Hanafi, 2003:
21-25)

BAB III
24
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa proses pemikiran
tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut :

1. Dinamisme

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan
Allah”.

2. Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik, mempunyai roh.

3. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.

4. Henoteoisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Lama-


kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu).

5. Monoteismo

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme


hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.

25
Kewajiban kita layaknya manusia hanya menyembah kepada Allah SWT saja.
Allah swt telah menciptakan untuk manusia berbagai prasarana berupa alam semesta ini. Semua
itu untuk mewujudkan peribadatan kepada-NyaTauhid juga akan membebaskan manusia dari
macam belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan,perbudakan
dan perhambaan. Tauhid juga akan membebaskan manusia dari perasaan takut mati. Tauhid juga
tentunya menuntun kita kejalan kebenaran Allah SWT.

3.2 Saran

Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat :

1. Memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang Tuhan dan Tauhid.


2. Lebih mendekatkan diri kepada Allah.
3. Meyakini bahwa hanya Allah lah yang esa.

26
DAFTAR PUSTAKA

M, Hanafi. 2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru.

Zakaria, A. 2008. Pokok-pokok Ilmu Tauhid. Garut: IBN AZKA Press.

Ismail, Roni. 2008. Menuju Hidup Islam. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Muthahhari, Murtadha. 2002. Manusia dan Alam Semesta. Jakarta: PT. Lentera basritama.

M, Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakankeempat, Jakarta :BulanBintang

27

Anda mungkin juga menyukai