Anda di halaman 1dari 25

Program Puskesmas dalam Program Keluarga Berencana

Greetty Permatahati

102015148

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

Email : greetty.2015fk148@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Keluarga Berencana merupakan suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Kontrasepsi Pil dan kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi yang
banyak diminati oleh masyarakat, sedangkan kontrasepsi implan hanya diminati oleh sebagian
kecil masyarakat. Penyebabnya karena masih merasa takut memakai alat kontrasepsi implan dan
juga kurangnya pengetahuan. Program Keluarga Berencana yang diwujudkan untuk menciptakan
keluarga berkualitas. Program keluarga berencana cenderung menurun, di karenakan oleh
beberapa faktor seperti cara penyampaian atau penyuluhan yang masih kurang baik sehingga
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang KB dan ada juga dikarenakan adanya anggapan bahwa
KB masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Kebijakan untuk meningkatkan program keluarga
berencana masih perlu mendapat perhatian, terutama pada peningkatan kualitas keterampilan
komunikasi untuk keluarga berencana konselor dalam melakukan konseling KB.
Kata kunci: keluarga berencana, alat kontrasepsi

Abstract
Family Planning is a program launched by the government in an effort to increase the awareness
and participation of the community through the maturation of marriage age, birth arrangement,
fostering family resilience, improving the welfare of small family, happy and prosperous.
Contraceptives Pills and injectable contraceptives are the most popular means of contraception,
while implant contraception is only in demand by a small proportion of the population. The reason
is because they still feel afraid to use contraceptive implants and also the lack of knowledge.
Family Planning Program which is realized to create quality family. The family planning program
tends to decrease, in due to some factors such as poor delivery or extension, resulting in a lack of
community knowledge about family planning and there is also the assumption that family planning
is still a taboo for the surrounding community. Policies to improve family planning programs still
need attention, especially on improving the quality of communication skills for family planning
counselors in conducting family planning counseling.

1
Key words: family planning, contraceptives

Skenario 6

Pada saat koordinasi dengan camat dan KKBN dilaporkan bahwa Wilayah Kerja Puskesmas
mengalami kenaikan jumlah kelahiran yang signifikan dibandingkan 2 tahun lalu. Angka total
fertility rate mencapai 3.1. disepakati untuk menggalakan KB di wilayah tersebut. Pioritas program
yang dilaksanakan adalah penigkatan cangkupan IUD dan pemasangan susuk KB. Yang menjadi
hambatan adalah adanya anggapan bahwa KB masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar.
Tingkat pendidikan masyarakat juga umumnya rendah (80% tidak tamat SMP).

Pendahuluan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan
monitoring dan evaluasi. SKN dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat dan dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional. Melalui
pendekatan SKN, yang tertuang dalam isu strategis RPJMN 2015-2019, terdapat 7 komponen SKN
yaitu Upaya Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan, Obat dan Alat, Pembiayaan, Sistem
Informasi/Regulasi/Manajemen, Pemberdayaan Masyarakat dan Penelitian Pengembangan.
Diperlukan optimalisasi komponen SKN untuk peningkatan kualitas dan akses pelayanan KB.1
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk maka di
adakannya program Keluarga Berencana (KB). Dalam Keluarga Berencana diidealkan sebuah
keluarga hanya terdiri dari orang tua dan dua anak. Dengan hanya memiliki dua anak saja,
diharapkan beban keluarga berkurang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Tujuan utama dari Keluarga Berencana adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak.1,2

2
Perlu juga adanya kesadaran dari masyarakat agar dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Serta kerja sama antara pemerintah, pemuka masyarakat dan masyarakat pada umumnya dalam
mensukseskan program Keluarga Berencana. Pencanangan Keluarga Berencana ini telah
berlangsung lama dan menyebar di seluruh pelosok desa di seluruh wilayah Indonesia.
Posyandu3

 Posyandu: Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat
yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari
masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa. Ia juga merupakan
suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja
Puskesmas
 Kegiatan pokok posyandu:
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
i. Ibu hamil
o Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, tekanan darah,
pemantauan nilai status gizi, pemberian tablet besi, pemberian imunisasi, tinggi
fundus dan konseling (perencanaan persalinan, pencegahan komplikasi dan KB
pasca persalinan)
o Dilakukan kelas ibu hamil (penyuluhan, perawatan payudara dan pemberian
ASI, peragaan pola makan ibu, peragaan perawatan bayi baru lahir.

ii. Ibu nifas dan menyusui


o Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,
o Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah (I segera setelah melahirkan, dan
1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama)
o Perawatan payudara
o Pemeriksaan umum, payudara, tinggi fundus

iii. Bayi dan anak balita


o Penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan dan
konseling, jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan dan deteksi dini tumbuh kembang.

3
b. Keluarga berencana (KB) - pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dapat dilakukan suntikan dan konseling KB. Jika tersedia
ruangan, alatan dan tenaga terlatih bisa juga dilakukan pemasangan IUD dan implant.
c. Imunisasi- hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas
d. Gizi- dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi:
- Penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan
konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin
A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita
yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis
merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas.
e. Pencegahan dan penanggulan diare- pencegahan dilakukan dengan penyuluhan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penanggularan dilakukan melalui pemberian
oralit.
 Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG): salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan
gizi masyarakat. Dititikberatkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan
pesan- pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, permanfaatan lahan perkarangan yang secara
keseluruhan kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.
 Tujuan:
1. Perbaikan keadaan gizi keluarga. (berat balita naik tiap bulan, tidak ada balita penderita
gizi buruk, tidak ada ibu hamil anemia, tidak ada balita kurang vitamin)
2. Perilaku yang mendukung perbaikan gizi keluarga (ibu hamil melakukan pemeriksaan rutin
darah, konsumsi makanan bergizi, minum tablet besi, bayi diberi ASI ekslusif dll)
3. Partisipasi dan pemerataan kegiatan (semua keluarga ikut serta dan turut dilakukan oleh,
untuk, dari dan masyarakat)
 Sasaran utama: wanita subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, ibu balita, bayi
 Pelaksanaan kegiatan:
- Kegiatan 1: pendaftaran balita- dilihat sudah punya KMS belum. Pendaftaran ibu hamil-
setelah mendaftar langsung ke kegiatan 4untuk mendapatkan layanan gizi oleh kader serta
pelayanan oleh petugas di kegiatan 5.
- Kegiatan 2: penimbangan balita. Anak ditimbang  hasil timbangan dicatat dalam KMS

4
- Kegiatan 3: pencatatan- pindahkan hasil yang didapat tadi ke dalam KMS
- Kegiatan 4: penyuluhan untuk semua balita dan ibu hamil
- Kegiatan 5: pelayanan imunisasi/ PMT balita, ANC bumil, KB buteki

Sarana manajemen Puskesmas

Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert V. (1960)
manajemen mempunyai lima unsur (5M), yaitu Men, Money, Materials, Machines, dan Methods.
Peterson 0.F., member of Indiana Univercity memasukan unsur mesin ke dalam material dan
metode diberi istilah the use sehingga katanya, “Management is the use of man, money and
materials to achieve a common goal”. Ada lagi seorang ahli bernama Mooney James D., 1954, is
memasukan unsur-unsur uang, material dan mesin ke dalam istilah yang disebut fasilitas sehingga
unsur-unsur manajemen adalah Men, Facilities, Method. George R. Terry dalam bukunya Principle
of Management mengatakan, ada enam sumber daya pokok dari manajemen, yaitu:Men and
women, Materials, Machines, Methods, Money, dan Markets. 4

Sistematika dari keempat pandangan para ahli itu jelas menunjukan, manusia merupakan
unsur manajemen yang pokok. Manusia tidak dapat disamakan dengan benda, is mempunyai
peranan, pikiran, harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap keadaan sekeliling dapat
menimbulkan pengaruh yang lebih jauh dan mendalam serta sukar untuk diperhitungkan secara
seksama. Oleh karena itu, manusia perlu senantiasa diperhatikan untuk dikemhangkan ke arah
yang positif sesuai dengan martabat dan kepribadiannya sebagai manusia. Sejalan dengan
pandangan itu, Harold Konntz dan Cyril O’Donnel (1972) menegaskan, “Manage-ment is the
development of people, not the direction of thing.”4

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen,
faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula
yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab
pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. 4

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan
alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang
yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk

5
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan
berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-
alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. 4

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha
untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. 4

Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan
yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Sedangkan metode adalah suatu tata cara kerja
yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-
pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang
dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri. 4

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)


produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan
faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen. 4

Beberapa sumber daya manajemen diatas pada dasarnya jika dikelompokkan dalam elemen
sistem manajemen dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) unsur, yaitu : 4

1. Masukan (input) yakni bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan
untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Masukan manajemen berupa sumber daya
manajemen yang terdiri atas man (ketenagaan), money (dana/biaya), material (bahan,
sarana dan prasarana), machine (mesin, peralatan/teknologi) untuk mengubah masukan
menjadi keluaran, method (metode), market dan marketing (pasar dan pemasaran),
minute/time (waktu), dan information (informasi), yang disingkat 7 M + 1 I;.4

6
2. Proses (process) yakni bagian atau elemen dari sistem yang berfungsi melakukan
transformasi/konversi yakni mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. 4
3. Hasil antara (output) yakni bagian atau elemen dari sistem yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses transformasi/konversi dalam sistem.4
4. Hasil akhir (outcome) yakni hasil yang dicapai dari suatu program berupa indikator-
indikator keberhasilan suatu program.4
5. Manfaat dan Dampak (impact) yakni efek langsung atau tidak langsung atau konsekuensi
yang diakibatkan dari pencapaian tujuan suatu program berupa manfaat dan dampak
dari program tersebut. 4
6. Umpan balik (feedback) yakni bagian atau elemen dari sistem yang merupakan hasil
antara dan hasil akhir dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut
serta informasi yang diterima dari lingkungannya. 4
7. Lingkungan (environment) yaitu bagian di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. 4
Berdasar definisi (Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat)
ditemukan 5 faktor pokok yang berperan penting dalam menetukan keberhasilan manajemen
kesehatan, yaitu: masukan (input), proses (process), keluaran (output), sasaran (target) serta
dampak (impact). Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari
menejemen termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan
prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan. 4

Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun fungsi
manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode
dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan. 4

Macam fungsi manajemen:

- Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat ada 6: Planning,


Organizing, Directing, Controlling, Coordinating, Evaluation (PODCCE). 4
- Menurut Freeman ada 6: Planning, Actuating, Coordinating, Guidance, Freedom,
Responsibility (PACGFR). 4

7
- Menurut George R. Terry ada 4: Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC). 4
- Menurut Barton ada 8: Planning, Organizing, Staffing, Budgeting, Implementing,
Coordinating, Reporting, Evaluation (POSBICRE). 4
- Menurut Luther M. Gullick ada 7: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting, Budgeting (POSDCoRB). 4
- Menurut Hendry Fayol ada 5: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,
Controling (POCCC). 4
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir
darikegiatan pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan
kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus. Macam pelayanan
kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).4

Sasaran (target group) adalah kepada siapa output yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan
tersebut ditujukan kepada UKP untuk perseorangan atau UKM untuk masyarakat (keluarga dan
kelompok). Sedangkan Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk
manajemen kesehatan dampak yang diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan dapat tercapai jika kebutuhan (needs) dan tuntutan (demands)
perseorangan/masyarakat dapat dipenuhi. 4

Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat
juga bersifat permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat
dipercayai untuk mencegah kehamilan.3

Alat dan Obat Kontrasepsi (ALOKON)

Pada saat ini Pemerintah menyediakan secara gratis tiga jenis alokon di seluruh wilayah
Indonesia, yaitu kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan susuk KB. Terdapat 7
provinsi yang menyediakan alokon lainnya juga secara gratis, yaitu Aceh, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Di provinsi lain, selain

8
kondom, AKDR, dan susuk KB, jenis alokon lainnya hanya tersedia secra gratis bagi masyarakat
miskin (Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1). Dengan demikian, memang ada
sebagian masyarakat yang harus membayar sendiri penggunaan alokon yang dibutuhkannya.3,4

Metode KB

Metode KB dapat dibedakan menjadi KB cara modern dan cara tradisional. Metode KB
cara modern adalah sterilisasi, pil, IUD, suntik, susuk KB, kondom, intravagina/diafragma,
kontrasepsi darurat dan Metode Amenorea Laktasi (MAL). Sedangkan cara tradisional misalnya
pantang berkala dan senggama terputus.5

Sterilisasi

Prosedur ini diindikasikan untuk mereka yang meminta sterilisasi dan yang mengerti secara
jelas sifat permanen dan kesulitannya serta pengembalian ke keadaan semula yang sering tidak
berhasil.5

Sterilisasi wanita merupakan metode kontrasepsi yang dipilih oleh 28% pasangan di
Amerika Serikat (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2003). Biasanya
dilakukan dengan oklusi atau pembelahan tuba uterina. Ini dapat dilakukan kapan saja, namun
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah keseluruhan sterilisasi dilakukan bersamaan dengan
pelahiran caesar atau per vagina yang disebut puerperalis. Sterilisasi tuba operatif nonpuerperalis
biasanya dilakukan melalui laparoskopi pada klinik bedah rawat jalan. Teknik histeroskopi atau
minilaparotomi untuk oklusi juga tersedia.5

Ketersediaan kontrasepsi pria secara tradisional terbatas pada kondom dan vasektomi. pada
saat ini, hingga setengah juta pria di Amerika Serikat menjalani vasektomi setiap tahun. Tidak
terdapat keraguan bahwa vasektomi lebih aman daripada sterilisasi tuba karena vasektomi kurang
invasif dan dikerjakan dengan analgesia lokal. Yang tidak menguntungkan, sterilisasi tidak segera
terjadi setelah vasektomi. Pengeluaran seluruh sperma yang tersimpan di saluran reproduksi
dibawah lokasi interupsi vas deferens memakan waktu sekitar 3 bulan atau 20 kali ejakulasi.5

Kontrasepsi Oral Kombinasi/Pil

9
Kontrasepsi oral kombinasi (KOK) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang paling
sering digunakan, serta banyaknya jenis yang dipasarkan sehingga hampir membingungkan. Cara
kerja kontraseptif KOK bersifat multiple, tetapi efek yang paling penting adalah mencegah ovulasi
dengan menekankan hypothalamic gonadotropin-releasing factor. Ini selanjutnya mencegah
sekresi hipofisis yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteneizing hormone (LH).
Progestin mencegah ovulasi dengan menekan LH dan juga mengentalkan mucus serviks sehingga
memperlambat masuknya sperma. Sebagai tambahan, progestin mengubah endometrium sehingga
tidak memungkinkan untuk implantasi. Estrogen mencegah ovulasi dengan menekan pengeluaran
FSH. Estrogen juga menstabilkan endometrium, yang mencegah terjadinya perdarahan
intermenstrual—juga dikenal sebagai breakthrough bleeding.5

Efek bersihnya adalah penekanan ovulasi yang sangat efektif, pencegahan migrasi sperma
melalui mukus serviks, dan menciptakan lingkungan endometrium yang tidak menguntungkan
untuk implantasi. Dengan demikian, kontrasepsi ini benar-benar memberikan proteksi absolut
terhadap kontrasepsi jika digunakan sesuai aturan.5

Idealnya, seorang wanita memulai penggunaan KOK pada hari pertama siklus menstruasi,
dan tidak diperlukan metode kontraseptif pengaman.sedangkan yang lebih tradisional “Mulai
Minggu”, wanita memulai penggunaan pil pada hari Minggu pertama setelah awitan menstruasi,
dan metode pengaman diperlukan selama 1 minggu untuk mencegah konsepsi.5

Kontrasepsi oral kombinasi mengganggu kerja beberapa obat. Sebaliknya, beberapa obat
menurunkan efektifitas KOK. Jika digunakan secara tepat, KOK merupakan metode pencegahan
kehamilan yang efektif dan dapat kembali dengan cepat.5

Hormon dalam jumlah yang sangat sedikit diekskresikan dalam ASI, namun tidak ada efek
samping pada bayi yang telah dilaporkan (World Health Organization, 1988). Ditekankan bahwa
agen-agen tersebut menurunkan volume ASI, walaupun datanya terbatas. Alternatifnya,
kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin mempunyai efek yang kecil terhadap laktasi,
berfungsi sebagai kontrasepsi yang baik sekali, dan dengan demikian dapat dipilih oleh wanita
yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.5

Sejumlah risiko kardiovaskular yang jarang, namun signifikan berhubungan dengan


penggunaan KOK. Ini mencakup penyakit tromboemboli, infark miokardial, dan stroke. Bagi

10
wanita dengan riwayat kejadian tersebut, KOK jangan dipertimbangkan. Faktor klinis lainnya yang
meningkatkan risiko thrombosis vena dan emboli dengan penggunaan KOK adalah hipertensi,
obesitas, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang sedikit aktifitas. Wanita yang menderita
hipertensi, merokok, atau sakit kepala migraine dengan aura visual dan menggunakan kontrasepsi
oral mempunyai risiko stroke yang meningkat.5

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/Intra Uterine Device (AKDR/IUD)

Alat yang inert secara kimiawi terdiri dari material yang tidak dapat diserap. Paling sering
polyethylene, dan diisi dengan barium sulfat untuk radiopasitas.alat yang mempunyai elusi
tembaga atau sebuah progestin yang terus menerus. Sebagian besar AKDR dibuat berbingkai, yang
terdiri dari struktur rigid. Alat tersebut mengandung gelang-gelang tembagayang berpillin
membentuk sebuah benang dan dilekatkan ke fundus miometrium.5

Dua AKDR yang aktif secara kimiawi yang saat ini di setujui penggunaannya di Amerika
Serikat mencakup alat pelepas progestin. Alat tersebut melepaskan levonosgestrel ke dalam uterus
dengan angka yang relatif konstan yaitu 20 µg/hari, yang menurunkan efek sistemik. Alat tersebut
mempunyai bingkai radiopak berbentuk T, yang batangnya di bungkus dengan reservoir silinder,
terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel. Terdapat dua buah benang coklat yang
menjuntai dan dilekatkan ke batang.5

Alat kedua adalah AKDR T 380A. Alat ini adalah sebuah polyethylene dan barium sulfat,
bingkai berbentuk T dengan tembag. Secara spesifik, kawat tembaga halus sebesar 314 mm2 yang
membungkus batang, dan masing-masing lengan mempunyai gelang-gelang tembaga sebesar 33
mm2, jadi totalnya 380 mm2 tembaga. Dua benang terulur dari dasar batang. Benang tersebut
semula berwarna biru, sekarang berwarna putih.5

Kedua tipe AKDR tersebut merupakan kontrasepsi yang efektif, dan kemampuannya untuk
mencegah kehamilan secara keseluruhan serupa dengan sterilisasi tuba. Ditekankan, angka
kehamilan menurun secara progresif setelah tahun pertama penggunaan.5

Di dalam uterus, tercetus respons inflamasi endometrial lokal yang hebat, terutama oleh
alat yang mengandung tembaga. Komponen seluler dan humoral inflamasi ini terlihat pada
jaringan endometrium dan cairan yang terdapat pada rongga uterus dan tuba uterine. Ini

11
menyebabkan menurunnya viabilitas sperma dan sel telur. Jika fertilisasi terjadi pada keadaan yang
tidak mungkin tersebut, maka terjadi proses inflamasi yang sama yang ditujukan terhadap
blastokista, dan endometrium diubah menjadi tempat yang tidak mendukung untuk terjadinya
implantasi. Dengan AKDR tembaga, kadar tembaga meningkatkan mucus akseptornya dan
menurunkan motilitas serta viabilitas sperma.5

Efek samping AKDR mencakup perdarahan uterus abnormal, dismenorea, ekspulsi, atau
perforasi uterus. Akan tetapi dengan penggunaan yang lama serta usia akseptor yang meningkat,
maka frekuensi kehamilan, ekspulsi, dan komplikasi perdarahan menurun. Kista ovarium
fungsional lebih sering terjadi pada bulan-bulan awal penggunaan LNG.IUS namun biasanya
sembuh secara spontan.5

Suntik

Suntikan hormonal adalah hormon steroid yang dipakai untuk keperluan kontrasepsi dalam
bentukan suntikan. Untuk mengatasi kerepotan dari pelaksanaan dari Pil Mini, maka preparat
injeksi diperkenalkan.7 Yang digunakan adalah long-acting progestin, yaitu Norestiteron enantat
(NETEN) dengan nama dagang depomedroksi progesterone acetat (DPMA). Suntikan diberikan
pada hari ke 3 – 5 pasca persalinan, segera setelah keguguran.6

Kerugian yang ditimbulkan adalah gangguan haid berupa siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan
bercak yang biasanya dirasakan pada bulan pertama penyuntikan serta amenore yang timbul pada
kebanyakan wanita setelah satu atau dua tahun setelah penyuntikan.Keadaan anovulasi yang
berlangsung lama sesudah pemakaiannya dihentikan. Berat badan bertambah, sakit kepala. Pada
sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin
dan penurunan HDL-kolesterol. 6,7

Susuk KB

Disebut juga implanon, adalah jenis kontrasepsi susuk tidak terdegradasi yang terdiri dari
simpai kopolimer etilen-viniasetat (EVA) sebagai pembawa substansi aktif senyawa progestin 3-
keto-dogestrel (3-keto-DSG). Bentuknya batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter

12
2 mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus berbentuk semprit sekali pakai dalam
kemasan steril kantong aluminium.8

Implanon memiliki keuntungan dengan menggunakan satu tangkai berisi 67 mg desogestrel.


Impalnon hanya menggunakan implant progesteron. Dan mengeluarkan 30 µg per hari dan implant
tetap efektif sampai 3 tahun.8

Sebagai kontrasepsi jangka panjang untuk menjarangkan / dan / atau mengakhiri kesuburan
selama laktasi, serta bila penggunaan estrogen merupakan kontraindikasi.8

Kondom Pria

Produk yang tersedia sejak lama ini merupakan kontrasepsi yang efektif, dan angka
kegagalannya pada pasangan yang termotivasi dengan kuat cukup rendah yaitu 3 atau 4 per 100
pasangan-tahun penggunaannya. Efektivitas kontraseptif kondom pria ditingkatkan cukup besar
dengan ujung reservoir dan mungkin dengan penambahan pelumas spermisidal. Efektivitas
kontraseptif ditingkatkan lebih jauh dengan penggunaan zat spermisidal intravagina. Zat tersebut,
seperti yang digunakan untuk pelumas, harus berbahan dasar air. Produk berbahan dasar minyak
menghancurkan kondom dan diafragma lateks.5

Speroff dan Darney (2001) menekankan langkah-langkah kunci berikut untuk menjamin
efektivitas kondom yang maksimal:5

1. Sebuah kondom harus digunakan pada setiap koitus


2. Kondom harus dipasang sebelum penis berkontak dengan vagina
3. Penarikan penis dilakukan ketika penis masih ereksi
4. Dasar kondom harus ditahan ketika penarikan penis
5. Harus digunakan spermisida intravaginal maupun kondom yang dilumasi dengan
spermisida.
Intravagina/diafragma

Diafragma terdiri dari kubah lateks sirkular dengan berbagai diameter yang diperkuat oleh
pegas logam sirkumferensial yang dibungkus oleh lateks. Metode ini efektif jika digunakan dalam
kombinasi dengan gel atau krim spermisida. Spermisida dioleskan ke dalam mangkok kubah dan
sepanjang pinggirnya.5

13
Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode KB tradisional yang mengandalkan pemberian air susu ibu bekerja dengan
penundaan atau penekanan ovulasi. MAL dilakukan sebagai kontrasepsi apabila menyusui secara
penuh, belum haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Metode kontrasepsi MAL hanya efektif
sampai 6 bulan dan selanjutnya dilakukan dengan metode pemakaian kontrasepsi lainnya.
Kelebihan metode ini adalah efektifitas tinggi, tidak menganggu senggama, tidak ada efek samping
dan tanpa biaya. Kekurangannya adalah sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, tidak melindungi
terhadap IMS, memerlukan persiapan sejak perawatan kehamilan.9

Pantang Berkala

Disebut juga metode kalender, dilakukan dengan cara menentukan waktu ovulasi dari daur
haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Masa berpantang dapat dapat dilakukan pada waktu
yang sama dengan masa subur bisa ditentukan dengan perhitungan kalender. Keuntungan dari
metode kalender adalah dapat digunakan untuk menghindari dan merencanakan kehamilan, tidak
ada efek samping, dan tanpa biaya. Sedangkan kekurangannya adalah angka kegagalan tinggi,
tidak mencegah IMS dan memerlukan motivasi yang tinggi.10

Senggama terputus

Metode pencegahan terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis dari
liang senggama sebelum ejakulasi, sehingga sperma dikeluarkan diluar liang senggama.
Kelebihannya adalah tanpa biaya, mudah diterima dan dapat dilakukan setiap waktu.
Kekurangannya adalah diperlukan penguasaan diri yang kuat, metode kontrasepsi ini tidak selalu
berhasil, tidak dapat melindungi dari IMS.10

14
Pendekatan SKN

Gambar 1. Pendekatan Sistem Kesehatan Nasional1

Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN dikelompokkan dalam subsistem:1

a. Upaya kesehatan
Upaya kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan. Pelaksanaan SKN ditekankan pada
peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia
kesehatan, serta upaya promotive dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif.1

b. Sumber Daya Manusia


Fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan guna
menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan
melalui perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan. Profesionalisme
sumber daya manusia kesehatan merupakan tuntutan bagi seluruh tenaga kesehatan yang
mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan manajemen kesehatan di fasilitas kesehatan (meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan), termasuk peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan bagi kader kesehatan.1

15
c. Obat dan Alat Kesehatan
Menjamin aspek keamanan, ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan dan mutu obat dan alat
kesehatan di semua fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan; melindungi masyarakat dari
penggunaan obat yang salah dan penyalahgunaan obat; meningkatkan penggunaan obat yang
rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam
negeri.1

d. Pembiayaan kesehatan.
Pembiayaan kesehatan meliputi public dan private good memegang peran yang sangat penting
untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Pembiayaan kesehatan meliputi komponen pembiayaan untuk pelayanan kesehatan, ketersediaan
tenaga, transportasi, dan logistik. Dengan sistem pembiayaan ini, diharapkan akan mencapai
universal health coverage tahun 2019 sesuai dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2011 tentang BPJS.1

e. Sistim/ Informasi/ Regulasi/ Manajemen


Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator,
prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola
secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan kesehatan. Informasi Kesehatan adalah Data Kesehatan yang telah diolah atau
diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah
koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai sub-sistem SKN agar
efektif, efisien, dan transparan dalam penyelenggaraan SKN yang meliputi tersedianya Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK); bimbingan dan pengawasan; pemantauan dan evaluasi;
umpan balik (feed back) dan reward bagi yang berprestasi.1

f. Pemberdayaan masyarakat

16
Pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari
pembangunan kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang
oleh dukungan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari pelaku pembangunan kesehatan
yang terdiri dari kelompok sasaran primer, sekunder dan tersier.1

g. Penelitian dan pengembangan kesehatan


Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terdiri atas: penelitian dan pengembangan
biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik,
teknologi intervensi kesehatan masyarakat, humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Sebagai contoh hal yang dapat dilakukan pengkajian adalah terkait perilaku, mutu,
akses dan pembiayaan kesehatan. Pelayanan KB dalam SKN sejalan dengan komponen –
komponen yang ada dalam Sistem Kesehatan Nasional, khususnya dalam sub sistem upaya
kesehatan yang memprioritaskan pada upaya promotif dan preventif. 1

Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu melalui: 1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan 2. Mencegah atau
memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas. 3. Mencegah atau
memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas.7
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe
abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga
Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu”
(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak). Mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang
diselengggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari
5 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan
lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Begitu pula untuk di Rumah Sakit, menurut Peraturan

17
Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit,
pelayanan KB merupakan pelayanan medik umum yang harus ada di RS. Dapat disimpulkan,
pelayanan KB merupakan:1,7,8
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan medik umum di Rumah Sakit
2. Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang
sehat dan cerdas
3. Upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
4. Memenuhi hak reproduksi klien.
Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam pelayanan KB, meliputi pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada ibu
hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval.
Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015, salah satu strateginya adalah
peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan KB melalui pelayanan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling secara sistematis dengan salah satu
program utama adalah memastikan seluruh penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan
pelayanan KB. Komunikasi, Informasi dan Edukasi adalah proses yang sangat penting dalam
pelayanan KB.1,8
Pengertian komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung/tidak langsung melalui
saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan suatu efek. Dalam bidang
kesehatan kita mengenal komunikasi kesehatan yaitu usaha sistematis untuk mempengaruhi
perilaku positif masyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik
menggunakan komunikasi individu maupun komunikasi massa. Sementara informasi adalah
keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang
disampaikan) dan edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif.1,7 Proses yang
diberikan dalam KIE, salah satunya adalah konseling. Melalui konseling pemberian pelayanan
membantu klien memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk terus menggunakan cara
tersebut dengan benar. Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara
klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan
membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.1
Pelayanan konseling KB memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu untuk
meningkatkan keberhasilan konseling KB dapat digunakan media KIE dengan menggunakan

18
lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) - KB. Konseling KB dapat dilaksanakan
bagi wanita dan pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Permenkes Nomor 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa
Pelayanan KB merupakan salah satu manfaat promotif dan preventif. Selama masa transisi menuju
universal health coverage pada tahun 2019, maka pelayanan KB bagi penduduk yang belum
terdaftar sebagai peserta program JKN, dapat dibiayai dengan Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda).1,7

Pengorganisasian Pelayanan KB
Pengorganisasian dalam manajemen pada prinsipnya merupakan suatu kegiatan
pengaturan sumber daya manusia dan sumber daya fisik lainnya untuk menjalankan rencana yang
telah ditetapkan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan program pelayanan
KB tidak sepenuhnya berada dijajaran sektor kesehatan, maka diperlukan upaya untuk
mengorganisasi semua sumber daya di lintas program dan lintas sektor agar mendapatkan hasil
yang optimal.8
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab pelayanan KB di wilayahnya
diharapkan dapat mengorganisir sumber daya yang ada dan menggali potensi pendukung lainnya,
serta berkoordinasi dengan lintas sektor terkait sehingga tidak terjadi duplikasi agar mendapatkan
hasil yang lebih optimal. Koordinasi dalam penyelenggaraan pelayanan KB perlu memperhatikan
lintas program baik di jajaran Kementerian Kesehatan maupun di BKKBN. Untuk tingkat
Kementerian Kesehatan meliputi Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Dasar dan Rujukan,
Pembiayaan Jaminan Kesehatan, Kesehatan Reproduksi Remaja, Kefarmasian di tingkat pusat,
provinsi dan Kabupaten/Kota. Adapun di tingkat BKKBN meliputi advokasi dan KIE,
penggerakan lini lapangan dan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi; di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota.8 Penguatan demand dalam rangka percepatan revitalisasi program KB untuk
pencapaian target penurunan TFR dilaksanakan melalui :1
1. Perubahan mind set untuk melembagakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan
Kampanye “Dua Anak Cukup”
2. Memastikan semua PUS mendapatkan informasi tentang Kesehatan Reproduksi dan KB

19
3. Memanfaatkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
Kelas Ibu Hamil, Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, termasuk Konseling Calon
Pengantin untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin, ibu, suami dan keluarga
tentang KB dan perencanaan keluarga.
4. Pemberdayaan Institusi Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan harus dilakukan secara
optimal terutama memberdayakan petugas dan kader KB di lapangan
5. Memanfaatkan tenaga-tenaga promotif dan preventif untuk menekan Kehamilan yang
Tidak Diinginkan dan menurunkan Angka Kematian Ibu.
6. Menyiapkan bahan-bahan KIE yang bersifat edukasi bagi keluarga dalam merencanakan
keluarganya.
7. Mempromosikan pesan pencegahan kehamilan “4 Terlalu” dan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
8. Pembinaan remaja melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) dan Generasi Berencana (GenRe)
9. Pembinaan kelompok-kelompok KB yang tergabung dalam bina keluarga balita, bina
keluarga remaja dan bina keluarga lansia.
10. Pendekatan kepada organisasi non pemerintah, LSM, swasta dan asosiasi-asosiasi serta
organisasi profesi.
Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle)

Proses persiapan pelaksanaan kegiatan epidemiologi adalah merupakan upaya perencanaan di


bidang epidemiologi untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu secara genetic penting dipahami
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) yang pengetrapannya disesuaikan disetiap
tingkat pelayanan kesehatan. Langkah-langkah siklus pemecahan masalah kesehatan tersebut pada
umumnya adalah sebagai berikut:11,12 (Lihat Gambar 2)

a. Analisis situasi untuk mengenal masalah (identifikasi)


b. Menentukan prioritas masalah
c. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai
d. Melakukan analisa tentang strategi dan intervensi terbaik untuk mencapai tujuan tersebut
e. Menyusun rencana operasional (plan of action)

20
f. Merencanakan sumber daya untuk pelaksanaan operasional tersebut (organisasi) SDM,
anggaran dan sarana
g. Melakukan penggerakkan (actuating), dengan menerapkan prinsip dan teknik menejemen
seperti: koordinasi, motivasi, supervise, pengawasan, pengendalian
h. Melakukan evaluasi yang hasilnya menjadi masukan untuk analisa situasi lebih lanjut

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah.11

Jenis Pelayanan Kesehatan

Menurut Departemen Kesehatan RI 1991, puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi


kesehatan fungsional yang merupakan pusat engembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Berdasarkan Buku
Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru ada 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh
puskesmas tetapi itu tergantung kepada faktor tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang
tersedia, dan kegiatan tersebut antara lain; upaya kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
peningkatan gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan, kesehatan
sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan gigi dan

21
mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata, laboratorium sederhana, pencatatan dan pelaporan dalam
rangka sistem informasi kesehatan, kesehatan usia lanjut, pembinaan pengobatan tradisional,
kesehatan remaja, dana sehat.13,14

Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh akses terhadap pelayanan. Pada tahun 1968 dalam
Rapat Kerja Kesehatan Nasional, disepakati bahwa puskesmas adalah sistem pelayanan kesehatan
terpadu yang dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) dan kemudian diberi nama
sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan yang berada di kabupaten dan di perkotaan.
Kegiatan pokok puskesmas mencakup; kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi,
kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pengobatan, perawatan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan gizi, usaha kesehatan sekolah,
usaha kesehatan jiwa, laboratorium, pencatatan dan pelaporan. Puskesmas juga dilengkapi dengan
dua piranti menejerial yang lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini
untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984 tanggung
jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya Program Paket Terpadu Kesehatan dan
Keluarga Berencana (Posyandu). Program ini mencakup; kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, imunisasi. Puskesmas mempunyai tanggung
jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah kerja masing-masing.11

Konsep Kedokteran Pencegahan

Winslow, Profesor kesehatan masyarakat pada Yale University pada tahun 1920
mendefinisikan (Leavel and Clark, 1958) kesehatan masyarakat (public health) ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan
efisiensi melalui usaha masyarakat yang teroganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan,
control infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan,
pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan
pengembangan aspek social, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunya
standar kehidupan yang adekuat untuk terjaga kesehatannya. Dari definisi ini dikembangkan
pengertian kedokteran pencegahan, yaitu ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup
dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisien, untuk berbagai kelompok dan

22
masyarakat oleh petugas kesehatan masyarakat, untuk perorangan dan keluarga oleh dokter umum
dan dokter gigi melalui proses kegiatan perorangan dan masyarakat. Terdapat 3 tahap pencegaha,
yaitu:15

 Pencegahan primer: dilakukan pada masa individu belum menderita sakit dan upaya yang
dilakukan berupa promosi kesehatan (health promotion) untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap masalah kesehatan, dan perlindungan khusus (specific protection) yang
merupakan upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu
misalnya melakukan imunisasi.
 Pencegahan sekunder: dilakukan pada masa individu mulai sakit. Terdiri dari diagnosis
dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) yang tujuan utama dari
tindakan ini adalah mencegah penyebaran penyakit menular dan mengobati/menghentikan
proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi serta
kecacatan. Selain diagnosis dini dan pengobatan segera, pembatasan kecacatan (disability
limitation) juga termasuk pencegahan sekunder, terutama untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk.
 Pencegahan tersier: rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik,
mental dan sosial.

Kesimpulan
Di masyarakat Indonesia seringkali mengalami kenaikan jumlah kelahiran oleh karena itu
pemerintahan mengadakan program KB dengan tujuan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas. Akan tetapi masih
kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan, maka dari itu diperlukan cara
pencegahan dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, dengan kerja sama dari
pihak-pihak yang merupakan jembatan masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan atau
pengertian dalam masalah dan pelayanan-pelayanan kesehatan sehingga dapat memberi dampak
baik terutama bagi masyarakat.

23
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman menejemen pelayanan keluarga
berencana. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2014.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin jendela data & informasi kesehatan.
Volume 2. Semester 2; 2013.
3. Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Kelompok Kerja Operasional. Pedoman
umum pengelolaan posyandu. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2012.
4. Satrianegara F, Saleha S. Buku ajar organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan serta
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
5. Manoe M., Rauf S., Usmany H editor. Kesehatan reproduksi wanita. In: Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Ujung Pandang: Bagian SMF Obstetri dan
Ginekologi FKUH; 1999.
6. Wiknjosastro H., Bari SA., Rachinhadhi T. editor. Kontrasepsi hormonal. In: Ilmu
Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo; 2007.
h. 543 – 556.
7. Depkes RI. Indikator Indonesia sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2010.
8. Hartanto, Hanafi. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan;
2004.
9. Wibowo A, dan tim. Kesehatan masyarakat di Indonesia: konsep, aplikasi dan tantangan.
Jakarta: Rajawali Pers; 2014.h.447-8.
10. Azis, Jufri. Buku praktis implementasi aparatur sipil Negara dalam bidang kesehatan untuk
pembinaan karir jabatan fungsional epidemiologi kesehatan. Jakarta: GP Press; 2015.h.91
11. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;
2009.h.17-24,181-241,329-33.
12. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat: keputusan
menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti Husada;2004.h.5-31.
13. Hartono B. Penataan sistem kesehatan daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2001.h.
28-42; 77-80.
14. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 1998.h.160-
170.

24
15. Rivai. Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan. Jurnal Mutiara Kesehatan
Indonesia. 2005; 1 (1): 3-16.

25

Anda mungkin juga menyukai