Anda di halaman 1dari 41

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

PRODI S1 KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

TIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. 0291- 442993/437218


Website : http://www.umkudus.ac.id
Email : sekretariat@umkudus.ac.id
sekretariat@um

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 1


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT


atas terselesaikannya buku panduan pembelajaran laboratorium Keperawatan
Menjelang Ajal Dan Paliatif. Buku panduan pembelajaran laboratorium ini
merupakan salah satu bagian dari buku panduan pembelajaran laboratorium sebagai
pendekatan dalam pencapaian kompetensi lulusan S-1 keperawatan.
Buku panduan pembelajaran laboratorium ini membahas tentang prosedur,
teori dan konsep keperawatan menjelang ajal dan paliatif, serta penerapan dalam
asuhan keperawatan pada berbagai kasus dan tingkat usia.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun
demikian aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di
lapangan menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa
dalam dunia nyata.
Kami berharap buku panduan pembelajaran laboratorium keperawatan
menjelang ajal dan paliatif ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Kami juga merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan buku
panduan pembelajaran laboratorium ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan pembelajaran laboratorium ini
sangat kami harapkan. Semoga buku panduan pembelajaran laboratorium ini dapat
mengantarkan mahasiswa mencapai tujuan sebagai perawat yang professional.

Kudus, Agustus 2019


Tim

Penyusun

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I : PENDAHULUAN
1. Profil Lulusan S1 Keperawatan ...................................................................... 4
BAB II : RANCANGAN PEMBELAJARAN
1. Identitas Mata Kuliah....................................................................................... 5
2. Deskripsi Mata Kuliah .................................................................................... 5
3. Capaian Pembelajaran ..................................................................................... 5
4. Penilaian Dan Pembobotan ............................................................................. 5
5. Waktu .............................................................................................................. 5
BAB III : MATERI PEMBELAJARAN LABORATORIUM
1. Teknik Menyampaikan Berita Buruk............................................................... 6
2. Prinsip Komunikasi Dalam Perawatan Paliatif….......................................... 15
3. Pemeriksaan Fisik dan Psikologis Pada Pasien dalam kondisi
Terminal / menjelang Ajal ............................................................................ 20
4. Manajemen Nyeri pada pasien dengan penyakit kronis
dan terminal ................................................................................................... 25
5. Berbagai Terapi Komplementer dalam penanganan pasien
dengan penyakit kronis dan terminal ........................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................41

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 3


BAB I

PENDAHULUAN

1. PROFIL LULUSAN S1 KEPERAWATAN

1) Care Provider
2) Communicator
3) Educator and health promoter
4) Manager and leader
5) Researcher

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 4


BAB II

RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini mempelajari tentang perspektif keperawatan dan konsep
perawatan paliatif, etik, kebijakan, teknik menyampaikan berita buruk,
komunikator, kebutuhan psikologis pasien paliatif, manajemen nyeri, berbagai
macam terapi komplementer, tinjuan agama dan budaya tentang penyakit kronik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Skill Laboratory :
1. Teknik menyampaikan berita buruk
2. Prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif
3. Pengkajian fisik dan psikologis
4. Manajemen nyeri
5. Berbagai terapi komplementer

D. PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN


Praktik
1. Ujian kompetensi = 70 %
2. Nilai observasi/PROJECT/partisipasi kuliah = 30 %

E. WAKTU
SKS Laborat : 1 sks
1 sks x 170 menit x 14 minggu efektif x 3 kelas = 7.140 menit

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 5


BAB II
MATERI PEMBELAJARAN LABORATORIUM

INSTRUKSIONAL KERJA
TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
IK.TMBB UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Teknik Menyampaikan Berita
Revisi Tanggal Buruk

Rektor

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 9


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan Berita No. Dokumen:
Buruk
Berlaku:

1. DEFINISI
Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah
pandangan hidup pasien tentang masa depannya dan atau menempatkan mereka pada
situasi akan perasaan tidak adanya harapan, putus asa, ancaman terhadap kesejahteraan
mental atau fisik seseorang, berisiko mengganggu kemapanan, atau di mana suatu pesan
yang diberikan menimbulkan suatu pilihan yang sempit
sempit bagi individu dalam hidupnya.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 6


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

Beberapa contoh kasus yang seringkali berpotensi menimbulkan berita buruk


adalah : Janin meninggal, Kecelakaan (kehilangan anggota badan), Kasus anak
(leukemia, epilepsi, kelainan kongenital, post meningo ensefalitis), Kematian Anggota
keluarga yang tengah dirawat, Hepatitis / HBs Ag (+), Kehamilan yang tidak diinginkan
(hamil diluar nikah atau gagal KB), Idiosinkrasi terapi (sindrom Steven Johnson),
Medical abuse (kasa tertinggal pada luka jahitan, dll), Retardasi mental, Skizofrenia, dan
sebagainya.
2. TUJUAN
Mencegah kesalahan dalam komunikasi yang dapat menimbulkan dampak yang
serius baik secara fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang
harus diselesaikan di pengadilan.
3. PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon ( bila diperlukan ).
4. PERSIAPAN PASIEN
Pra orientasi
a. Melakukan persiapan penyampaian berita buruk :
a) Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang akan
disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil laboratorium atau pun
pemeriksaan penunjang ada saat percakapan. Persiapkan juga pengetahuan dasar
tentang prognosis atau pun terapi pilihan terkait penyakit pasien.
b) Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman. Pastikan
bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis lain atau pun
dering telepon.
c) Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir. Perkenalkan
diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan hubungan mereka dengan
pasien.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 7


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

d) Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Tulislah kata2
spesifik jika perlu, yang akan disampaikan atau yang harus dihindari dalam
penyampaian
b. Kontrak waktu dengan keluarga pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1) Menyapa dan Memberi Salam pada pasien dan keluarga
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga pasien
b. Fase Kerja
1) Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
2) Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya
sakit parah, atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau keluarganya
dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan.
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
a) Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?
b) Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini?
c) Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?
d) Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda?
Atau menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan?
e) Dengan gejala-gejala yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?
f) Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda turun drastis?

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 8


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

3) Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya


Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu
pasien, orang tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap
orang dapat berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-
masing. Setiap orang mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi
lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi yang
lebih detail, maka petugas medis harus menghormati keinginannya dan
menanyakan pada siapa informasi sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat
diajukan untuk mengetahui berapa besar keinginan tahu pasien dapat berupa:
a) Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah Anda ingin
mengetahui lebih lanjut?
b) Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci mengenai kondisi
Anda? Jika tidak, apakah Anda ingin saya menyampaikannya pada
seseorang?
c) Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang terjadi pada
diri mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana yang Anda pilih?
d) Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan dan menjelaskan
dengan tepat apa yang saya pikir jadi masalah kesehatan?
e) Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengenai masalah ini?
Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak
menyampaikan pada pasien diagnosis atau informasi penting lainnya.
Sementara petugas medis mempunyai kewajiban secara hukum untuk
memberikan inform consent pada pasien dan disisi lain hubungan terapetik
yang efektif juga membutuhkan kerjasama dengan keluarga. Maka jika
keluarga meminta demikian, tanyakan mengapa mereka tidak menginginkan
petugas medis memberikan informasi pada pasien,

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 9


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

apa yang mereka takutkan akan apa yang petugas medis sampaikan, dan
apa pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa petugas medis
bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah pasien ingin
informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang mungkin diajukan.
4) Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan
penuh empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan.
Sampaikan informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana
yang mudah dipahami. Hindari kata-kata manis (eufemisme) ataupun istilah-
istilah kedokteran. Lebih baik gunakan kata yang jelas seperti “meninggal” atau
“kanker”. Jangan meminimalkan keparahan penyakit. Sering-sering
memberikan jeda setelah penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien dapat
memahami apa yang disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang sesuai
saat diskusi. Hindari kalimat “Saya minta maaf” atau “Maafkan saya” karena
kalimat tersebut dapat diniterpretasikan bahwa petugas medis bertanggung
jawab atas apa yang terjadi, atau bahwa semua ini karena kesalahan petugas
medis. Lebih baik gunakan kalimat “ Maafkan saya harus menyampaikan pada
Anda mengenai hal ini”. Beberapa kalimat lain yang dapat dipilih untuk
menyampaikan berita buruk:
a) “Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda terkena
kanker leher rahim”

b) “Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berdasarkan hasil


pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah meninggal”

c) “Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Hasil ini menunjukkan Anda pada stadium awal penyakit kanker”

d) “Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil biopsi sumsum tulang
belakang menunjukkan putri Anda menderita leukemia”

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 10


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

5) Memberikan respon terhadap perasaan pasien


Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk
memberi jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon pasien
dan keluarga dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada pasien yang
menangis, marah, sedih, cemas, menolak, menyalahkan, merasa bersalah, tidak
percaya, takut, merasa tidak berharga, malu, mencari alasan mengapa hal ini
terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi meninggalkan ruangan. Siapkan diri dalam
menghadapi berbagai reaksi. Dengarkan dengan tenang dan perhatian penuh.
Pahami emosi pasien dan ajak pasien untuk menceritakan perasaannya. Contoh
kalimat yang dapat digunakan untuk merespon perasaan pasien:
a) “Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi yang sulit”
b) “Anda terlihat sangat marah. Dapatkan Anda ceritakan apa yang Anda
rasakan?”
c) “Apakah berita ini membuat Anda takut?”
d) “Sampaikan saja perasaan Anda tentang apa yang baru saya sampaikan”
e) “Saya berharap hasil ini berbeda”
f) “Apakah ada seseorang yang Anda ingin saya hubungi?”
g) “Saya akan coba membantu Anda”
h) “Saya akan bantu Anda untuk menyampaikannya pada anak-anak Anda”
Selalu diingat bahwa reaksi mereka normal. Sebaiknya sediakan kertas
tisu. Komunikasi non verbal yang akan sangat membantu adalah : Petugas
medis menyodorkan tisu, menawarkan minuman. Gunakan sentuhan jika
memang pantas, karena ada juga pasien atau anggota keluarga tidak suka
disentuh, bersikap sensitif terhadap perbedaan budaya dan pilihan personal.
Hindari humor atau komentar yang tidak pada tempatnya.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 11


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

Beri waktu pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka. Jangan


mendesak dengan terburu-buru menyampaikan informasi lebih lanjut. Jika
emosi sudah dikeluarkan, biasanya pasien atau keluarga lebih mudah diajak
pada langkah berikutnya.
6) Merencanakan tindak lanjut
Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, ini bisa berupa:
a) Pemeriksaan lanjut untuk mengumpulkan tambahan informasi

b) Pengobatan gejala-gejala yang ada

c) Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan


pengobatannya

d) Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan untuk


sembuh, bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan terapi apa
saja yang tersedia.

e) Mengatur rujukan yang sesuai

f) Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut

g) Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan


secara emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh yang disegani,
pekerja sosial, konselor spiritual, peer group, atau pun terapis profesional

Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa
petugas medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan petugas
medis akan terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan. Katakan mereka
dapat menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan lebih lanjut. Tentukan
waktu untuk pertemuan berikutnya.
Petugas medis juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat
pulang. Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 12


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk Berlaku:

pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa atau ingin
bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat memberikan dukungan
pada pasien?
7) Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana
perjalanan penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain mereka ingin
mempunyai kepastian tentang masa depan sehingga dapat merencanakan hidup
mereka, atau pasien merasa ketakutan dan berharap bahwa Petugas medis akan
mengatakan penyakitnya tidak serius.
Sebelum langsung menjawab pertanyaan pasien tentang prognosis,
sebaiknya Petugas medis mengumpulkan informasi tentang alasan mereka
menanyakan hal tersebut. Pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:
a) “Apa yang Anda harapkan akan terjadi?”
b) “Apa pengalaman yang Anda punyai tentang seseorang dengan penyakit
seperti ini?”
c) “Apa yang Anda harapkan terjadi?”
d) “Apa yang Anda harapkan untuk saya lakukan?”
e) “Apa yang membuat Anda takut untuk yang akan terjadi?”
Petugas medis harus mempertimbangkan dampak pemberian informasi
prognosis. Pasien yang ingin merencanakan hidup mereka biasanya
mengharapkan informasi yang lebih rinci. Sedangkan pasien yang sangat
khawatir atau cemas, mungkin akan lebih baik mendapat informasi secara
umum saja. Jawaban Petugas medis yang definitif seperti : Anda hanya
mempunyai usia harapan hidup sampai 1 tahun akan berisiko menyebabkan
kekecewaan jika ternyata terbukti usia harapan hidupnya lebih singkat. Jawaban
seperti ini juga dapat menimbulkan kemarahan dan rasa frustasi jika dokter
merendahkan usia harapan hidup pasien. Kalimat berikut lebih disarankan
dalam menjawab pertanyaan tentang prognosis:

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 13


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Menyampaikan No. Dokumen:
Berita Buruk
Berlaku:

Sekitar sepertiga pasien dengan kasus seperti ini dapat bertahan hidup sampai
satu tahun, separuhnya bertahan hidup dalam 6 bulan, apa yang akan terjadi
sesungguhnya pada diri Anda, saya sungguh tidak tahu.
Setelah jawaban tersebut Petugas medis sebaiknya melanjutkan dengan
menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik, sambil tetap
berencana untuk kemungkinan terburuk. Sampaikan juga ke pasien dan keluarga
bahwa kejutan yang tidak diharapkan dapat terjadi hal ini dan pasien lebih
mempersiapkan mental untuk menghadapi sehingga dapat mengurangi
penderitaan. Petugas medis harus meyakinkan pasien dan keluarga bahwa Petugas
medis akan siap mendukung dan membantu mereka.

b. Fase Terminasi
1) Melakukan Evaluasi tindakan
2) Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3) Berpamitan
4) Cuci tangan dan Mendokumentasikan tindakan

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a) Sikap Terapeutik
1) Berhadapan dan kontak mata
2) Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Mempertahankan jarak terapeutik
b) Tehnik Komunikasi
1) Menggunakan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 14


INSTRUKSIONAL KERJA
PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF

IK.PKDPP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Prinsip Komunikasi Dalam
Revisi Tanggal Perawatan Paliatif

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prinsip Komunikasi Dalam No. Dokumen:
Perawatan Paliatif Berlaku:

1. DEFINISI
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien
sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008)
2. TUJUAN
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan, mengurangi keraguan.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 15


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prinsip Komunikasi Dalam No. Dokumen:
Perawatan Paliatif Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon ( bila diperlukan ) dll
4. PERSIAPAN PASIEN
Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Kontrak waktu dengan keluarga pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a) Fase Orientasi
1) Menyapa dan Memberi Salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga
b) Fase Kerja
1) Menghargai martabat serta harga diri pasien dan keluarga
(Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan
membuat hubungan terapeutik dengan pasien berkembang ).
2) Komunikasi terbuka, jujur dan empati
(Komunikasi sebaiknya tidak membahas mengenai patologi atau persiapan
kematian namun sebaiknya menekankan pada kekuatan orang tersebut).
3) Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon verbal dan
nonverbal pasien dan keluarga.
4) Gunakan pesan yg pendek & jelas, suara lembut.
( Saat berkomunikasi mungkin saja pasien akan menghindari topik pembicaraan,
diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon
umum yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti kesedihan,
mati rasa, penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika pasien
memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini,

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 16


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prinsip Komunikasi Dalam No. Dokumen:
Perawatan Paliatif Berlaku:

perawat harus mengizinkan dan katakan bahwa pasien bisa kapan saja
mengungkapkannya. Terkadang pasien perlu mengatasi berduka mereka
sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika pasien ingin
membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat)
5) Memberikan reinforcement positif
c) Fase Terminasi
1) Melakukan Evaluasi tindakan
2) Menjelaskan rencana tindak lanjut dan berpamitan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan dan melakukan dokumentasi tindakan

6. Hal – Hal Yang Perlu Di Perhatian


Hal Hal yang perlu di perhatikan dalam teknik komunikasi pada pasien terminal adalah
A. Pada tahap Denial/Menolak ; pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi dan menunjukkan reaksi menolak. Pada tahap ini kita dapat mempergunakan
teknik komunikasi :
(1) Listening
a) Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan
observasi komunikasi non verbal.
b) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang.
(2) Silent
a) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien
secara non verbal.
b) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar
dari situasi sesungguhnya.
(3) Broad opening
a) Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 17


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prinsip Komunikasi Dalam No. Dokumen:
Perawatan Paliatif Berlaku:

b) Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya
B. Pada Tahap Angger/ Kemarahan terjadi karena kondisi pasien mengancam
kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan
cita-citanya. Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi
(1) listening : perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan
pasien lalu diklarifikasikan.
a) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa
yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
b) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah
merupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang
kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai
orang yang dapat dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima
kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.
C. Pada Tahap Bargaining / Menawar Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan
pasien dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan
dirinya.
(1) Focusing
a) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
b) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
(2) Sharing perception
a) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 18


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prinsip Komunikasi Dalam No. Dokumen:
Perawatan Paliatif Berlaku:

b) Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.


D. Pada Tahap Depresi / Kemurungan (Depresi) Selama tahap ini, pasien cenderung
untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat
untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya
sebelum meninggal
(1) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
(2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
(3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
E. Pada Tahap Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh
pasien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian. Fase ini sangat membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-
reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya:
ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat
(1) Informing, Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek
yang sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
(2) Broad opening, Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya
dan harapan-harapannya.
(3) Focusing, Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan
menjaga agar tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan
perasaan tenang dan damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan
pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan
seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 19


INSTRUKSIONAL KERJA
PENGKAJIAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN PALIATIF

IK.PFPPP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengkajian Fisik Dan Psikologis
Revisi Tanggal Pada Pasien Paliatif

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengkajian Fisik Dan Psikologis No. Dokumen:
Pada Pasien Paliatif Berlaku :

1. DEFINISI
Pengkajian merupakan awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien.
2. TUJUAN
a. Mengumpulkan data / informasi tentang pasien
b. Menentukan rencata tindakan yang tepat

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 20


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengkajian Fisik Dan No. Dokumen:
Psikologis Pada Pasien Berlaku:
Paliatif

3. PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon ( bila diperlukan ), Form pengkajian, dll
4. PERSIAPAN PASIEN
Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Kontrak waktu dengan keluarga pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1) Menyapa dan Memberi Salam
2) Memperkenalkan diri dan Menanyakan panggilan kesukaan
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan klien dan keluarga
b. Fase Kerja
1) Memulai untuk pengkajian Kondisi Kesehatan Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian
Menjelang kematian. Fase ini ditandai dengan :
a) Perubahan tanda-tanda vital: nadi melemah dan lambat; penurunan
tekanan darah; pernafasan ireguler dan tersengal-sengal melalui mulut.
b) Sirkulasi melemah: sensasi berkurang; kulit teraba dingan pada akral
ujung hidung, dan telinga; sianosis pada ekstremitas.
c) Tonus otot menghilang: relaksasi otot wajah; kesulitan bicara; gangguan
menelan dan perlahan-lahan refleks muntah menghilang penurunan
aktivitas sistem pencernaan; penurunan refleks motorik.
d) Kegagalan sensorik: pandangan kabur; kegagalan fungsi indra perasa
dan penciuman.
e) Tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya bervariasi, dari
sadar, mengantuk, stupor, hingga koma.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 21


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengkajian Fisik Dan Psikologis No. Dokumen:
Pada Pasien Paliatif
Berlaku:

Mendekati kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati
pada klien meliputi:
a) Pupil berdilatasi
b) Refleks menghilang
c) Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d) Pernafasan Cheyne Stokes
e) Tidak bisa bergerak
f) Klien mengorok atau bunyi nafas terdengar kasar
g) Tekanan darah menurun
Kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien
antaralain:
a) Pernafasan, nadi, dan tekanan darah terhenti
b) Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal
c) Pergerakn otot sudah tidak ada
d) Pada ensefalogram datar (garis kotak) berarti aktivitas listrik otak
terhenti.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 22


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengkajian Fisik Dan Psikologis No. Dokumen:
Pada Pasien Paliatif Berlaku:

2) Memulai untuk pengkajian Kondisi Psikologis


Respons psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalah
ansietas (kematian). Respons tersebut antara lain:
a) Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat.
b) Ketidak berdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian.
c) Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan mental apabila meninggal.
d) Perasaan takut dalam proses menjelang ajal.
e) Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit termilnal
dan ketidak mampuan diri.
f) Kekhawatiran tentang pertemuan dengan Sang Pencipta atau perasaan ragu
tentang keberadaan Tuhan atau Sang Penguasa.
g) Gambaran negatif tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan
tentang kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses menjelang
ajal.
h) Ketakutan terhadap kematian yang ditunda.
i) Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya
pencapaian tujuan hidup yang penting
Tuliskan data yang anda dapatkan dari pertanyaan dibawah ini:
a. Kondisi pikiran dan suasana hati (mood), Apakah dalam bulan terakhir anda
merasakan: Merasa putus asa atau merasa tidak berdaya?kehilangan minat?,
Apakah anda merasa depresi? Apakah anda merasa tegang atau cemas?,
Apakah anda pernah mengalami serangan panik?, Apakah ada hal spesifik
yang anda harapkan?
b. Penyesuaian terhadap sakit
Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan hati-hati
ekspektasi pasien

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 23


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengkajian Fisik Dan Psikologis No. Dokumen:
Pada Pasien Paliatif Berlaku:

c. Sumber – sumber dan hal yang menguatkan


Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang, hobi, iman dan
kepercayaan
d. Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol). Adakah masalah
psikologis, social, spiritual yang dialami yang berkontribusi terhadap gejala
yang dialami?
e. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risiko
stress psikologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
c. Fase Terminasi
1) Melakukan Evaluasi tindakan
2) Melakukan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Sikap terapeutik dengan Berhadapan dan kontak mata, Membungkuk ke arah
klien dengan sikap terbuka dan rileks, Mempertahankan jarak terapeutik dengan tehnik
komunikasi yaitu Menggunakan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti,
Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat.

Ekg Normal Dan


Abnormal

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 24


INSTRUKSIONAL KERJA
MANAJEMEN NYERI

IKP.MN UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Manajemen Nyeri
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:
Berlaku:

1. DEFINISI
Managemen nyeri atau pain
pain management adalah salah satu bagian dari displin
ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya
upaya upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya
termasuk pendekatan
katan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan
psikologikal. Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain
terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat
untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi
klien dan mengatasi rasa nyeri.
nyeri

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 25


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:
Berlaku:

Managemen Nyeri Non Farmakologikal Merupakan upaya-upaya mengatasi atau


menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya
tersebut antara lain dengan relaksasi nafas dalam, massage, dan therapy music yang
dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist. Setiap
individu membutuhkan rasa nyaman.

2. TUJUAN
a. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut ( durasi nyeri berkurang )
b. Meminimalkan reaksi tak diinginkan

3. PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon ( bila diperlukan )
4. PERSIAPAN PASIEN
Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Kontrak waktu dengan keluarga pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1) Menyapa dan Memberi Salam
2) Memperkenalkan diri dan Menanyakan panggilan kesukaan
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan klien dan keluarga
b. Fase Kerja
1) Fase Kerja Relaksasi Nafas Dalam
a) Menjaga privasi pasien
b) Mempersiapkan posisi pasien : nyaman, tenang dan rileks, fokuskan
fikiran.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 26


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:
Berlaku:

c) Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada satu tangan di abdomen


d) Meminta
nta pasien melakukan nafas dalam (menarik nafas
naf dalam melalui
hidung hingga 4 hitungan, jaga mulut tetap tertutup,, tahan dalam hitungan
2 ( Meminta pasien merasakan mengembangaya dada (cegah lengkung
pada punggung)
e) Meminta menghembuskan
meng nafas perlahan dalam 8 hitungan (lewat mulut
bibir seperti meniup) (Meminta pasien merasakan mengempiskan dada
dan kontraksi dari otot
f) Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan latihan ini bila mengalami
sesak nafas,
nafas nyeri dan kondisi tidak nyaman lain nya.

2) Fase Kerja Massage


a. Menjaga privasi pasien
b. Atur pasien dalam posisi pronasi. Bila tidak bisa,
bisa, dapat diatur dengan
posisi miring.
c. Letakkan sebuah bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga posisi
yang tepat
d. Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perawat). Usap kedua tangan
sehingga lotion akan rata pada permukaan tangan
e. Lakukan masase pada punggung. Masase dilakukan dengan menggunakan
jari-jari
jari dan telapak tangan, dan tekanan yang halus.gunakan lotion sesuai
kebutuhan
1. Metode masase :
a) Selang seling tangan. Masase punggung dengan tekanan
pendek, cepat, bergantian tangan.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 27


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:
Berlaku:

b) Remasan. Usap otot bahu dengan setiap tangan anda yang


dikerjakan secara bersamaan.
bersamaan

c) Gesekan.
Gesekan Masase punggung dengan ibu jari, dengan gerakan
memutar sepanjang tulung punggung dari sakru ke bahu.

d) Eflurasi.
Eflurasi. Masase punggung dengan kedua tangan, dengan
menggunakan tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas untuk
membantu aliran balik vena.

e) Petriasi.
Petriasi Tekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda
dengan arah yang berlawanan dengan menggunakan gerakan
meremas
meremas.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 28


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:
Berlaku:

f) Tekanan menyikat. Secara halus tekan punggung dengan ujung-


ujung
ujung jari untuk mengakhiri masase.
masase

3) Membersihkan
embersihkan badan pasien yang terkena lotion
4) Mengatur kembali pasien pada posisi yang nyaman

5) Fase Kerja Terapi Musik


Terapi musik adalah suatu usaha
usaha untuk meningkatkan kualitas fisik dan
mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
bentuk dari gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Purwanto, 2013).
Prosedur
rosedur dalam memberikan terapi musik menurut (Purwanto, 2013)
yaitu :
a. Konsentrasi
Konsentrasi dapat dilakukan dengan cara dibawah ini atau sesuai dengan
keinginan anda.
1) Anda berada di tempat yang tenang, jauhkan dari kebisingan, serta

tempat yang teduh dan sejuk. posisikan tubuh anda senyaman

mungkin.

2) Pasang headphones ditelinga untuk meminimalkan suara dari luar.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 29


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:

Berlaku:

b. Relaksasi
Relaksasi dapat dilakukan dengan cara dibawah ini atau sesuai dengan
keinginan anda.
1) Anda dapat meminum air putih / susu / teh hangat (sesuai keinginan

anda), dan tenangkan sejenak diri anda kurang lebih selama lima

menit.

2) Anda memejamkan mata, membayangkan bahwa anda berada disuatu

tempat yang indah yang anda ingin kunjungi (pantai, pegunungan,

dll), lalu bayangkan anda berada disana dan merasakan angin yang

berhembus menyentuh kulit anda.

3) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan hingga memenuhi dada

4) Hembuskan secara perlahan melalui mulut, jadikan embusan itu lebih

panjang dari pada saat menghirup. ( Gunakan cara bernafas dengan

cara 4, 2, 8. Yang artinya menghirup udara melalui hidung selama 4

hitungan, tahan selama 2 hitungan dan hembuskan selama 8 hitungan.

Ulangi selama minimal 3 kali atau anda sudah merasa rileks ).

c. Fase Terminasi
1) Melakukan Evaluasi tindakan
2) Menjelaskan rencana tindak lanjut dan berpamitan
3) Mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 30


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Nyeri No. Dokumen:
Berlaku:

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Sikap Terapeutik
1) Berhadapan dan kontak mata
2) Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Mempertahankan jarak terapeutik
b. Tehnik Komunikasi
1) Menggunakan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 31


INSTRUKSIONAL KERJA
BERBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK PASIEN PALIATIF

IKP.BTKPP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Berbagai Terapi Komplementer
Revisi Tanggal Untuk Pasien Paliatif

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 9


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi Komplementer No. Dokumen:
Untuk Pasien Paliatif Berlaku:

1) DEFINISI
Terapi komlementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern (Smith et al., 2004).
Terapi komplementer untuk pasien paliatif adalah cara penanggulangan penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan
lihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional bagi klien yang
sedang menderita penyakit kronis dan sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit
yang dideritanya.
Obat – obat yang digunakan untuk terapi komplementer bersifat
bersifat natural yaitu
mengambil bahan dari alam, seperti jamu – jamuan, rempah
empah yang sudah dikenal (jahe,
kunyit, temu lawak dan sebagainya),
sebagainya), contoh terapi dengan daun sirsak, kulit manggis,
dll.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 32


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Pasien Berlaku:
Paliatif

Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat


proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual
memiliki kekuatan penyembuhan, contoh terapi Banson, PMR, SEFT, terapi dengan
daun sirsak untuk pasien kanker, dll.
2) TUJUAN
Meningkatkan kepercayaan diri klien, Memberikan solusi kepada klien untuk semua
keluhan yang dirasakan klien.
3) PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon ( bila diperlukan ).
4) PERSIAPAN PASIEN
Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Kontrak waktu dengan keluarga pasien
5) INSTRUKSIONAL KERJA
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan Memberi Salam
2) Memperkenalkan diri dan Menanyakan panggilan kesukaan
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan klien dan keluarga
c. Fase Kerja
a) Fase Kerja Terapi Banson
1) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
2) Bantu pasien memilih kalimat spiritual yang akan digunakan :
a.Tahlil : Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah).
b.Tasbih : Subchaanallaah (Maha Suci Allah)
c. Istighfar : Astaghfirullaah-hal ’’adziim (Aku mohon ampun kepada
Allah Yang Maha Agung).

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 33


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

d.Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)


e.Allahuakbar (Allah Maha Besar)
3) Instruksikan pasien untuk santai dan menutup mata Menarik nafas dalam
melalui hidung, dan jaga mulut tetap tertutup, hitungan sampai 3 tahan
selama inspirasi, dan keluarkan nafas melalui mulut .
4) Instruksikan pada pasien untuk mengendurkan otot-otot / Relaks.
5) Instruksikan pd pasien untuk Bernapas secara alamiah. Mulai mengucapkan
kalimat spiritual yang dipilih dibaca/ diucapkan secara berulang-ulang dan
khidmat.
6) Beritahu pada klien bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah
fokuskan pikiran.
7) Beritahu klien untuk melakukan point 2-6 dg waktu 10 sampai 20 menit.

b) Fase Kerja Terapi PMR


1) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
2) Instruksikan pasien untuk Menggenggam tangan kiri membuat suatu
kepalan.Rasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan kepalan
perlahan-lahan, sambil merasakan rileks selama ± 8 detik. Lakukan gerakan
2 kali. serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
3) Instruksikan pasien untuk Menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Lakukan
penegangan ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan,
Lakukan gerakan ini 2 kali.
4) Instruksikan pasien untuk menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-
otot bisep akan menjadi tegang. Lakukan penegangan otot ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 34


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

5) Instruksikan pasien mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-


akan menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2
kali.
6) Instruksikan pasien mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya
terasa dan kulitnya keriput, mata dalam keadaan tertutup. Rasakan
ketegangan otot-otot dahi selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
7) Instruksikan pasien Menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
8) Instruksikan pasien menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
9) Instruksikan pasien untuk Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga
akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut. Rasakan ketegangan otot-otot
sekitar mulut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-
lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
10) Instruksikan Pasien meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat,
kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga pasien dapat merasakan
ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas. Lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan.
Lakukan gerakan ini 2 kali.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 35


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

11) Instruksikan pasien fleksi kepala / membawa kepala ke muka, kemudian


pasien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya. Rasakan
ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
12) Instruksikan pasien mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang
dipertahankan selama ± 8 detik, kemudian rileks. Rasakan ketegangan otot-
otot punggung selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-
lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
13) Instruksikan pasien Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak-banyaknya. Tahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat
ketegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan lega. Lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
14) Instruksikan pasien Tarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian tahan
sampai perut menjadi kencang dan keras. Rasakan ketegangan otot-otot
tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
15) Instruksikan pasien meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang. Rasakan ketegangan otot-otot paha tersebut selama ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2
kali.
16) Instruksikan pasien meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut,
lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-
lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 36


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

c) Fase Kerja Terapi SEFT


1) SET UP
(a) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
(b) Instruksikan pasien untuk Minum air putih diiringi do’a sepenuh hati
dg merasakan Cinta (Bismillah) & Syukur (Alhamdulillah)
(c) Minta pasien untuk melepaskan jam tangan, perhiasan, mematikan
hand phone & menjauhkan diri dari alat-alat elektronik : menghindari
energi toxin)
(d) Instruksikan pasien untuk menekan titik nyeri ( didada sebelah kiri)
atau ditangan kiri atau kanan / karate chop dan mengucapkan
kalimat set up ( do’a) yang sesuai dg masalah masing masing dg
khusyu’ dan sepenuh hati sebanyak 3x
Yaa Allah, meskipun saya merasa _______ (keluhan yang
dirasakan),tapi saya ikhlas menerima sakit/masalah saya ini dan
saya pasrahkan kepada-Mu kesembuhan saya / sepenuhnya”
2) Tune-In
Instruksikan pada klien untuk Merasakan sakit yg diderita, kemudian
pusatkan pikiran kita pada rasa sakit itu, sembari mulut dan hati berdo’a
: “ Ya Allah saya ikhlas menerima sakit saya ini dan saya pasrahkan
kesembuhan saya pada-MU “
3) Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik ini adalah titik-titik
kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa
kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 37


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 38


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

d) Fase Terapi Daun Sirsak untuk Pasien Kanker

Sirsak,, nangka belanda, atau durian belanda (Annona


Annona muricata L.)
adalah tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan.
Selatan Di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka
sebrang, nangka landa (Jawa).

Daun sirsak memilki lebar 3 -77 cm dan panjang antara 6 – 18 cm.


Daun yang tua berwana hijau tua dan yang muda berwarna hijau kekuningan.
Daun sirsak ternyata mengandung banyak manfaat
manfaat untuk bahan pengobatan
herbal, dan untuk menjaga kondisi tubuh. Dibalik manfaatnya tersebut
ternyata tak lepas dari kandungannya yang banyak mengandung acetogenins,
annocatacin,, annocatalin, annohexocin, annonacin
annonacin, annomuricin,
anomurine, anonol,
anonol caclourine, gentisic acid, gigantetronin,
gigantetronin linoleic acid,
muricapentocin. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak
muricapentocin.
sekali manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk
meningkatkan kekebalan tubuh.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 39


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Berbagai Terapi No. Dokumen:
Komplementer Untuk Berlaku:
Pasien Paliatif

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Purdue University
Amerika Serikat, menyatakan bahwa daun sirsak ini memiliki kandungan yang
sangat baik untuk pengobatan berbagai macam penyakit terutama penyakit kanker.
Pada penelitian tersebut membuhktikan bahwa daun sirsak mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker. Adapun beberapa jenis kanker yang diklaim dapat diobati
adalah kanker payudara, kanker prostat, kanker paru-paru dan 12 jenis kanker lainya.
Cara yaitu ambil 10 lembar daun sirsak tua, lalu rebuslah dengan 3 gelas air. Biarkan
hingga tersisa 1 gelas air, minumlah 2 kali setiap harinya selama 2 minggu

d. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menjelaskan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan pada pasien
4) Mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan

6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Sikap Terapeutik
1) Berhadapan dan kontak mata
2) Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Mempertahankan jarak terapeutik
a. Tehnik Komunikasi
1) Menggunakan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 40


DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit Salemba
Medika.
Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC.
MH. Pribadi Zen (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Profesional.
Jogjakarta: D-Medika Mundakir (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam
Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan Volume 1.Jakarta:EGC.
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat
Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.

Buku Panduan Komunikasi Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif 41

Anda mungkin juga menyukai