PENDAHULUAN
1
BAB II
TUGAS DAN PEMBAHASAN
2.1 Tugas
2.1.1 Pembuatan Peta Topografi
Pembuatan peta topografi merupakan kegiatan merencanakan penyajian
dalam bentuk peta yang baik, benar dan menarik. Untuk mendapatkan suatu hasil
peta yang baik harus direncanakan dengan baik pula. Dalam pemetaan topografi
sudah ada perjanjian internasional untuk menstandarkan desain peta yang
meliputi isi maupun keterangan-keterangan dalam peta topografi. Akan tetapi
standarisasi ini tidak dapat mencakup persoalan semuanya. Oleh karena itu
masing-masing negara mempunyai persoalan dan karakteristik daerah masing-
masing sehingga aturan ketat tidak dapat diterapkan.
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan,
lokasi, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi
juga menampilkan bervariasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan
vegetasi. Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka
militer bergantung pada peta untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur
tempur dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan material
yang harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan
tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan
menggunakan peta. Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta,
namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali
pengguna peta tahu bagaimana cara membacanya, begitu pun dalam dunia militer
betapa pentingnya peta topografi ini.
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat
peta dalam beberapa sistem, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta
topografi atau peta geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut
sistem koordinat UTM. Sedangkan bila kita melakukan pengukuran langsung di
lapangan menggunakan alat ukur theodolite, umumnya kita menggunakan
koordinat lokal. Untuk mengubah koordinat lokal menjadi koordinat UTM, maka
pada awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya harus diikatkan
2
kepada satu titik tetap (benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya sudah
diketahui. Sehingga dengan demikian konversi terhadap koordinat UTM dapat
dilakukan.
Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi
adalah informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu.
Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya
digunakan garis kontur. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik
dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap
referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi
tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka
bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala.
Kontur topografi adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik
yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum
tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan
interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua)
garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur
sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu
dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Cara Pembuatan Peta Topografi
Untuk membuat peta topografi diperlukan ketelitian yang akurat dan
keuletan seorang profesional juga. Tetapi telah saya urutkan berbagai cara
pembuatan peta topografi, inilah cara-cara pembuatan peta topografi :
1. Menentukan koordinat pada peta
2. Membuat garis kontur
3. Menyabungkan semua garis kontur yang ada dan sesuai.
3
Berikut hasil data penghitungan dan pengukuran kontur menggunakan nilai
JK dan jika terdapat sisa maka hitungkan JS-nya :
𝐼𝐾
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷
𝐵𝑇
𝑁𝑆
𝐽𝑆 = 𝑋 𝐽𝐾
𝐼𝐾
Keterangan :
JK = Jarak Kontur
IK = Interval Kontur
BT = Batas Tinggi
JD = Jarak Datar
JS = Jarak Sisa
Syarat :
Tidak boleh IK ≥ BT
4
𝑁𝑆 ^ Tidak memenuhi syarat
𝐽𝑆 = 𝑋 𝐽𝐾
𝐼𝐾 dalam pembuatan kontur.
1
𝐽𝑆 = 𝑋 0,86 𝑐𝑚
2
7. Dari D ke E
𝐽𝑆 = 0,43 𝑐𝑚
𝐼𝐾
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷
𝐵𝑇
4. Dari B ke D 2
𝐼𝐾 𝐽𝐾 = 𝑋 8,6 𝑐𝑚
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷 11
𝐵𝑇 𝐽𝐾 = 1,56 𝑐𝑚
2
𝐽𝐾 = 𝑋 16,1 𝑐𝑚
10
𝑁𝑆
𝐽𝐾 = 3,22 𝑐𝑚 𝐽𝑆 = 𝑋 𝐽𝐾
𝐼𝐾
1
𝑁𝑆 𝐽𝑆 = 𝑋 1,56 𝑐𝑚
𝐽𝑆 = 𝑋 𝐽𝐾 2
𝐼𝐾 𝐽𝑆 = 0,78 𝑐𝑚
1
𝐽𝑆 = 𝑋 3,22 𝑐𝑚
2
8. Dari D ke F
𝐽𝑆 = 1,61 𝑐𝑚
𝐼𝐾
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷
𝐵𝑇
5. Dari C ke D 2
𝐼𝐾 𝐽𝐾 = 𝑋 10,5 𝑐𝑚
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷 5
𝐵𝑇 𝐽𝐾 = 4,2 𝑐𝑚
2
𝐽𝐾 = 𝑋 7,9 𝑐𝑚
10
9. Dari E ke F
𝐽𝐾 = 1,58 𝑐𝑚
𝐼𝐾
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷
𝐵𝑇
𝑁𝑆
𝐽𝑆 = 𝑋 𝐽𝐾 2
𝐼𝐾 𝐽𝐾 = 𝑋 8,75 𝑐𝑚
16
1
𝐽𝑆 = 𝑋 1,58 𝑐𝑚 𝐽𝐾 = 1,09 𝑐𝑚
2
𝐽𝑆 = 0,79 𝑐𝑚
10. Dari E ke G
𝐼𝐾
6. Dari C ke E 𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷
𝐵𝑇
𝐼𝐾
𝐽𝐾 = 𝑋 𝐽𝐷 2
𝐵𝑇 𝐽𝐾 = 𝑋 5,1 𝑐𝑚
10
2
𝐽𝐾 = 𝑋 8,75 𝑐𝑚 𝐽𝐾 = 1,02 𝑐𝑚
1
5
BAB III
ANALISA
6
BAB IV
KESIMPULAN