1. Waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang, yaitu pada hari yang
sama karena prosedur yang sederhana.
2. Persyaratan yang sederhana dan memudahkan konsumen.
3. Pihak pengadaian tidak mempermasalahkan peruntukan dana yang dipinjam
dan sanksi yang relatif ringan.
Tujun penggadaian :2
1
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 281
2
Ibid, Hlm: 282-283
Manfaat Penggadaian :3
1. Bagi Nasabah
Tersedianya dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit
perbankan. Di samping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai
barang bergerak secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang
bergerak yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi Perusahaan Pengadaian :
a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh
peminjam dana.
b. Penghadilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah
memperoleh jasa tertentu. Bank syariah yang mengeluarkan produk
gadai syariah dapat mendapat keuntungan dari pembebanan biaya
administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.
c. Pelaksanaan misi perum pengadaian sebagai BUMN yang bergerak di
bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang
memerlukan dana dengan prosedur yang relatif sederhana.
d. Berdasarkan PP No. 10 tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan
untuk: dana pembangunan semesta (55%), cadangan umum (20%),
cadangan tujuan (5%), dana sosial (20%).
3
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 283
4
Ibid, Hlm: 284
5. Sighat (ijab-kabul), yaitu akad kontak yang dilakukan antara nasabah dan
pihak bank atau pihak yang menggadaikan dengan yang menerima gadai.
5
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 284-
285
2. Harus berupa harta yang bernilai
3. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah
4. Harus diketahui keadaan fisiknya sehingga piutang tidak sah untuk
digadaikan harus berupa barang yang diterima secara langsung
5. Harus memiliki rahin (peminjaman/penggadai), setidaknya harus seizin
pemiliknya.
1. Qard al-Hasan
Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif. Oleh karena
itu, nasabah (rahin) dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang
gadaian (marhun) kepada pengadaian (murtahin). Ketentuannya :
a. Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual.
b. Karena bersifat sosial, tidak ada pembagian hasil. Pengadaian
hanya diperkenankan untuk mengenakan biaya administrasi
kepada rahin.
2. Mudharabah
Akad ini diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal
usaha atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Ketentuan :
a. Barang gadai dapat berupa barang bergerak dan barang tidak
bergerak, seperti emas, elektronik, kendaraan bermotor, tanah,
rumah, bangunan, dan lain-lain.
b. Keuntungan dapat dibagi setelah dikurangi dengan biaya
pengelolaan marhun.
3. Ba’i Muqayyadah
Akad ini diberikan bagi nasabah untuk keperluan yang bersifat
produktif, seperti pembelian alat kantor dan modal kerja. Dalam hal ini,
murtahin juga dapat menggunakan akad jual-beli untuk barang atau
6
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 286-
287
modal kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang
yang dapat dimanfaatkan oleh rahin dan murtahin.
4. Ijarah
Objek dari akad ini adalah pertukaran manfaat tertentu. Bentuknya
adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.