Anda di halaman 1dari 5

D.

Tujuan dan Manfaat Pengadaian

Tujuan utama usaha pengadaian adalah mengatasi agar masyarakat yang


sedang membutuhkan uang tidak jatuh kepada tukang ijon atau renternir dengan
bunga yang sangat tinggi. Perusahaan pengadaian menyediakan pinjaman uang
dengan jaminan barang-barang berharga. Prosesnya pun sangat mudah, masyarakat
cukup datang ke kantor pengadaian terdekat dengan membawa jaminan barang
tertentu sehingga uang pinjaman dapat dalam waktu singkat terpenuhi sesuai
dengan nilai barang yang dijaminkan.1

Secara umum, keuntungan pengadaian dibandingkan dengan lembaga


keuangan bank dan nonbank lainnya adalah:

1. Waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang, yaitu pada hari yang
sama karena prosedur yang sederhana.
2. Persyaratan yang sederhana dan memudahkan konsumen.
3. Pihak pengadaian tidak mempermasalahkan peruntukan dana yang dipinjam
dan sanksi yang relatif ringan.

Tujun penggadaian :2

1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan


program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hukum
gadai.
2. Pencegahan politik ijon, pengadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring
pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi
dijerat pinjaman.pembiayaan berbasis bunga.
4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan mudah.

1
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 281
2
Ibid, Hlm: 282-283
Manfaat Penggadaian :3

1. Bagi Nasabah
Tersedianya dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit
perbankan. Di samping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai
barang bergerak secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang
bergerak yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi Perusahaan Pengadaian :
a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh
peminjam dana.
b. Penghadilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah
memperoleh jasa tertentu. Bank syariah yang mengeluarkan produk
gadai syariah dapat mendapat keuntungan dari pembebanan biaya
administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.
c. Pelaksanaan misi perum pengadaian sebagai BUMN yang bergerak di
bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang
memerlukan dana dengan prosedur yang relatif sederhana.
d. Berdasarkan PP No. 10 tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan
untuk: dana pembangunan semesta (55%), cadangan umum (20%),
cadangan tujuan (5%), dana sosial (20%).

E. Akad dan Rukun Gadai

Rukun gadai meliputi :4

1. Rahin (yang menggadaikan), dalam konteks perbankan, yaitu gadai emas


syariah adalah nasabah.
2. Murthin (yang menerima gadai), yaitu bank.
3. Marhun (barang yang digadaikan). Yaitu emas dan berlian.
4. Marhun bih (utang), yaitu pembiayaan.

3
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 283
4
Ibid, Hlm: 284
5. Sighat (ijab-kabul), yaitu akad kontak yang dilakukan antara nasabah dan
pihak bank atau pihak yang menggadaikan dengan yang menerima gadai.

Syarat gadai meliputi :5

1. Rahin dan Muntahin


a. Cakap bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang
baligh dan berakal. Menurut ulama Hanafiyah, kedua belah pihak yang
berakad tidak disyaratkan baligh, tetapi cukup berakal. Oleh karena itu,
menurut mereka, anak kecil yang mumayyiz boleh melakukan akad
rahn, dengan syarat mendapatkan persetujan dari walinya.
b. Layak untuk melakukan transaksi pemilikan. Setiap orang yang sah
melakukan jual-beli, juga sah untuk melakukan gadai karena gadai sa,a
seperti jual-beli merupakan pengelolaan harta.
2. Sighat (ijab-kabul)
a. Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan waktu-
waktu masa depan.
b. Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian utang, seperti
halnya akad jual-beli. Oleh karena itu, tidak boleh diikat dengan syarat
tertentu atau dengan suatu pada masa depan.
3. Marhun Bih (utang)
a. Merupakan hal yang wajib diberikan/diserahkan kepada pemiliknya.
b. Memungkinkan pemanfaatnya. Apabila sesuatu yang menjadi utang
tidak bisa dimanfaatkan, tidak sah hukumnya.
c. Dapat dikuantifikasikan atau dapat dihitung jumlahnya. Apabila tidak
dapat diukur atau tidak dapat dikuantifikasikan, tidak sah.
d. Utang boleh dilunasi dengan agunan itu.
4. Marhun (barang yang digadaikan)
Secara umum, barang gadai harus memenuhi beberapa syarat :
1. Harus perjualbelikan

5
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 284-
285
2. Harus berupa harta yang bernilai
3. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah
4. Harus diketahui keadaan fisiknya sehingga piutang tidak sah untuk
digadaikan harus berupa barang yang diterima secara langsung
5. Harus memiliki rahin (peminjaman/penggadai), setidaknya harus seizin
pemiliknya.

Dalam transaksi gadai terdapat empat akad, yaitu :6

1. Qard al-Hasan
Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif. Oleh karena
itu, nasabah (rahin) dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang
gadaian (marhun) kepada pengadaian (murtahin). Ketentuannya :
a. Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual.
b. Karena bersifat sosial, tidak ada pembagian hasil. Pengadaian
hanya diperkenankan untuk mengenakan biaya administrasi
kepada rahin.
2. Mudharabah
Akad ini diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal
usaha atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Ketentuan :
a. Barang gadai dapat berupa barang bergerak dan barang tidak
bergerak, seperti emas, elektronik, kendaraan bermotor, tanah,
rumah, bangunan, dan lain-lain.
b. Keuntungan dapat dibagi setelah dikurangi dengan biaya
pengelolaan marhun.
3. Ba’i Muqayyadah
Akad ini diberikan bagi nasabah untuk keperluan yang bersifat
produktif, seperti pembelian alat kantor dan modal kerja. Dalam hal ini,
murtahin juga dapat menggunakan akad jual-beli untuk barang atau

6
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hlm: 286-
287
modal kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang
yang dapat dimanfaatkan oleh rahin dan murtahin.
4. Ijarah
Objek dari akad ini adalah pertukaran manfaat tertentu. Bentuknya
adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.

Anda mungkin juga menyukai