Beranda
Picture
BAB I
TINJAUAN TEORI
a. Pankreas
Bagian eksokrin pankreas ( bagian terbesar prankeas) mengahasilkan
enzim-enzim pencernaan, bagian endokrinnya , berupa pulau-pulau langerhans
( sekitar satu juta pulau) , mengahsilkan hormon. Pulau langerhans terdiri atas
sel-sel alfa, yang menghasilkan glukogaon sel-sel beta yang menghasilkan insulin.
Glukoagon dan Insulin mengatur kadar gula darah : Insulin adalah hormon
hipoglikemik ( menurunkan gula darah ) sedangkan glukoagon bersifat
hiperglikemik ( meningkatkan gula darah). Selain ini ada sel delta yang
menghasilkan somatostatin, yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon ;
sel f mengahasilkan polipeptida pangkreatik, yang berperan mengatur fungsi
eksokrin pakreas. ( Jan Tambayong, 2001)
b. Glukagon
Sasaran utama Glukoagon adalah hati, dengan (1) merombak glikogen menjadi
glukosa (glikogenolisis) ; (2) sintesis glukosa dari asam laktat dan dar molekul
non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino ( glukoneogenesis) ; dan (3)
pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati sehingga gula darah naik. Sekresi
glucagon dirangsang turunya kadar gula darah, jug anaiknya kadar asam
aminao darah ( setelah makan banyak). Sebaliknya dihambat oleh kadar gula
darah yang tinggi dan oleh somatostatin. ( Jan Tambayong, 2001)
c. Insulin
Insulin adalah hormone yang dihasilkan dalam sel beta pulau sel intra alveolar.
Hormon ini terdiri dari dari asam amino. Produksinya oleh sel beta dirangsang
oleh peningkatan gula darah, sepeti yang terjadi setelah makan makanan yang
mengandung karbohidrat ; insulin bersirkulasi dalam darah dan akhirnya
dihancurkan oleh ginjal dan hati.fungsinya adalah merangsang transfer glukoosa
melalui dinding sel dan mencegah peningkatan gula darah diatas batas normal.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel alfa pulau sel hepar menjadi
glukosa. Kerja ini menghasilkan efek berlawanan dengan kerja insulin. Produksi
hormon ini dirangsang oleh penurunan gula darah, yang dapat diakibatkan oleh
puasa atau melakukan latihan sedang sampai berat. ( Jhon Gibson, 2002 )
B. Definisi DM Tipe II
Berikut ini adalah pengertian Deabetes Melitus Tipe II menurut beberapa ahli,
diantaranya:
a. Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent
Millitus (NIDDM)
adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan
dalam produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan
tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di
dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011)
b. Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak
mampu
menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang
normal, sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler
akibat insulin. (Elizabeth J Corwin, 2009)
c. Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi,
kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport
glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011)
E. Patofisiologi DM Tipe II
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya resistensi insulin
perifer, gangguan “hepatic glucose production (HGP)”, dan penurunan fungsi
cell β, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel β. Mula-mula timbul
resistensi insulin yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk
mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal.
Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin
hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat
itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta itu
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi
mengsekresi insulin.( FKUI,2011 )
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan insulin. Akan tetapi
jarang terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total
insulin yang di lepaskan. Hal ini mendorong semakin parah kondisi seiring
dengan bertambah usia pasien. Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan
adiposa memperlihatkan resitensi terhadap insulin yang bersirkulasi dalam
darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-4) yang ada disel
tidak adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses
glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar glukosa darah
serta mestimulasai penguraian simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk
mengahasilkan sumber bahan bakar alternative, sehingga meningkatkan zat- zat
ini didalam darah. Hanya sel-sel otak dan sel darah merah yang terus
menggunakan glukosa sebagai sumber energy yang efektif . Karena masih
terdapa insulin , individu dengan DM Tipe II jarang mengandalkan asam lemak
untuk menghasilkan energi dan tidak rentang terhadap ketosis. (Elizabeth J
Corwin, 2009)
F. Komplikasi DM Tipe II
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati dengan
insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh
pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi
alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat
berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya
mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan
diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang menderita
diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang
menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai dengan
hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (di
atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis osmotic. Tanda gejala
mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi
cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya koma
atau hampir koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri
dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam
berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan pengosongan
lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah makan), diare
noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat
dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih
meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit serebrovaskular, penyakit
arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati
dan neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta depresi sistem saraf pusat.
f. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan
glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat
lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis. (Jaime
Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
H. Penatalaksanaan DM Tipe II
a. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Pemicu sekresi insulin
(1) Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas
untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek ekstra pankreas yaitu
memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi tidak penting karena
ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien insulinopenik.
Mekanisme kerja golongan obat ini antara lain:
Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( Stored
insulin)
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa (FKUI, 2011)
(2) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonylurea,
dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini
terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivate asam benzoat)
dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
melalui hati.(FKUI, 2011)
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
(1) Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.
Etformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap
insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga
pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan
glukosa darah dan menghambat absorbsi glukosa dari usus pada
keadaan sesudah makan. (FKUI, 2011)
(2) Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek
farmakologis meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini
bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi
produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)
c) Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase
alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di
lumen usus dan tidak menyebabakan hipoglikemia dan juga tidak
berpengaruh pada kadar insulin.(FKUI, 2011)
d) Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan terhadap
sekresi glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar glukosa dapat
diturunkan. (FKUI, 2011)
2) Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang
bila kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa
darah akan terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide
penghubung (C-peptide)yang masuk kedalam aliran darah dalam jumlah
ekuimolar.
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM Tipe II akan
memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya.
Pada DM Tipe II tertentu akan butuh insulin bila:
a) Terapi jenis lain tida dapat mencapai target pengendalian kadar
glukosa darah
b) Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan
pembedahan, infark miocard akut atau stroke.
Pengaruh insulin tehadap jaringan tubuh antara lain insulin
menstimulasi pemasukan asam amino ke dalam sel dan kemudian
meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan
lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin
menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk di gunakan sebagai
sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot
dan hati.(FKUI,2011)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
1) Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil
yang ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien
maupun keluarga pasien.
2) Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat
memanfaatkan potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan
anggota keluarga yang sakit dan menyelesaikan masalah penyakit
diabetes dan resikonya.
3) Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam
pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
4) Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih,
menghindari alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk
kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau
pekerjaan, pola makan yang baik
5) Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan
dan meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau
yang memiliki resiko
6) Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan
jasmani atau kebugaran yang sesuai.
c. Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control metabolic yang lebih
baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau obat
hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas
2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3) Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai pada orang dewasa mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan
kebutuhan metabolic selama kehamilan dan laktasi atau penyambuhan dari
penyakit metabolic
4) Dapat mempertahankan berat badan yang memadai
5) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka pendek, komplikasi
kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, neuropati autonomic dan
penyakit jantung
6) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab pasien
3. Keuhan utama
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
5. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
6. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas / istirahat
Gejala :
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda :
Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau
dengan aktivitas
Letargi / disorientasi, koma
Penurunan kekuatan otot
Sirkulasi
Gejala :
Adanya riwayat hipertensi
Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda :
Takikardia
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
Nadi yang menurun / tidak ada
Disritmia
Krekels
Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
Integritas Ego
Gejala :
Stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda :
Ansietas, peka rangsang
Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning : poliuri
Makanan / cairan
Gejala :
Hilang nafsu makan
Mual / muntah
Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat.
Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
Haus
Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda :
Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Ganguan memori (baru, masa lalu) kacau mental.
Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda :
Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
Pernafasan
Gejala :
Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda :
Lapar udara
Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
Frekuensi pernafasan
Keamanan
Gejala :
Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda :
Demam, diaphoresis
Kulit rusak, lesi / ilserasi
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
B. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan
metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat
akibat adanya mual muntah
2 Resiko devisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic dan
poliuria
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan produksi energi
4 Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan
tentang perawatan kulit.
5 Resiko cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot.
6. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi :
a. Timbang berat badan tiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
c. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan
fungsi gastroisntetinal baik
d. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, pH, dan
HCO3
Rasional : Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan
dan terapi insulin terkontrol.
e. Kolaborasi dengan ahli diet
Rasional : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
2. Devisit volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic dan poliuria
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan
oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat
secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD
orotstatik
Rasional : Hipovelemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
b. Ukur berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik di status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
Intervensi :
a. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Membuat
jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat
lemah.
b. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup /
tanpa diganggu.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD sebelum / sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi secara fisiologi.
d. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi,
berpindah tempat.
Rasional : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
dengan penurunan kegiatan akan pada energi pada setiap
kegiatan.
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayan diri / harga d iri positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
4. Gangguan integritas kulit b/d gangrene
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan integritas kulit dapat membaik.
Kriteria hasil : - Mempertahankan integritas kulit
- Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah
kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau
kegemukan / kurus
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasinya perifer,
imobilitas fisik dan gangguan status nutrisi.
b. Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk
Rasional : Mengidentifikasi pathogen dan terapi pilihan
c. Rendam kaki dalam air steril pada suhu kamar dengan larutan
betadine tiga kali sehari selama 15 menit
Rasional : Germisidal lokal efektif untuk luka permukaan
d. Balut luka dengan kasa kering steril. Gunakan plester kertas
Rasional : Menjaga kebersihan luka / meminimalkan
kontaminasi silang. Plester adesif dapat membuat abrasi terhadap
jaringan mudah rusak.
e. Berikan dikloksasi 500 mg per oral setiap 6 jam, mulai jam 10
malam amati tanda-tanda hipersensitivitas, seperti : pruritus,
urtikaria, ruam
Rasional : Pengobatan infeksi / pencegahan komplikasi.
Makanan yang mengganggu absorbsi obat memerlukan
penjadwalan sekitar jam makan. Meskipun tidak ada riwayat
reaksi penicilin tetapi dapat terjadi kapan saja.
http://www.scribd.com/doc/108457262/Asuhan-Keperawatan-Diabetes-Melli
tus-Tipe-II#scribd
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Ny.M
2. Jenis Kelamin : perempuan
3. Umur / Tanggal Lahir : 60 tahun,28-maret-1955
4. Kawin / Belum Kawin : kawin
5. A g a m a : kristen
6. Suku / Bangsa : pamona
7. Pendidikan : SMP
8. Pendapatan :
9. Pekerjaan : IRT
10. Hubungan dengan pasien : istri
11. Alamat : kelei
5 5
- Tonus otot kanan / kiri : kanan skala 4 kiri skala 5
- Koordinasi gerak :
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : tak ada kelainan
- Triceps kanan / kiri : tak ada kelainan
c. Sensori
- Nyeri : nyeri pada bagian yang di
infus
- Rangsang suhu : baik tidak ada kelainan
- Rasa raba : baik tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : baik
- Kekuatan kanan / kiri : normal (skala 5)
- Tonus otot kanan / kiri : baik tidak ada kelainan
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : baik tidak ada kelainan
- APR kanan / kiri : baik tidak ada kelainan
- Babinsky kanan / kiri : ..........................................................................
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada nyeri
- Rangsang suhu : baik tidak ada kelainan
- Rasa raba : baik tidak kelainan
Data lain : ..........................................................................
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : baik tak ada kelainan
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : pasien rabun jauh
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : ada
- Gerakan kelopak mata : baik tak ada kelainan
- Pergerakan bola mata : baik tak ada kelainan
- Pergerakan mata ke bawah & dalam ................................................... : baik tak ada
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : baik tak ada kelainan
- Refleks dagu : baik tak ada kelainan
- Refleks cornea : baik tak ada kelainan
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : tidak ada gerakan mimik
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan .................................................... : baik tak ada
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : baik
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : baik
- Refleks muntah : baik tak ada kelainan
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : ............................................. baik tak ada
- Suara : suara pasien lantang dan
jelas
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik kiri dan
kanan
- Mengangkat bahu : pasien dapat mengangkat
bahunya
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : tidak ada
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : tidak ada
b. Kernig Sign : tidak ada
c. Refleks Brudzinski : tidak ada
Data lain : ..........................................................................
2. Eliminasi
Buang air kecil
a.
Kebiasaan
- Frekuensi / hari : 5 – 6 kali
- Warna : kuning bening
- Jumlah / hari : ..................................................................................
b. Perubahan selama sakit : 4-6 kali, kuning ........................................................
Buang air besar
a. Kebiasaan
- Frekuensi / hari : 1-2 kali sehari pagi atau sore
- Warna : coklat kekuningan
- Konsistensi : lunak
b. Perubahan selama sakit : sejak masuk hari jumat,BAB 1
kali, pada hari selasa coklat, keras.
3. Olah raga dan aktivitas
a. Apakah anda suka berolah raga ? tidak suka berolahraga
b. Jenis olah raga apa yang disukai ? ..............................................................................
c. Apakah olah raga tersebut dilaksanakan secara teratur ? .......................................
..................................................................................................................................................
4. Istirahat dan tidur
a. Kebiasaan
- Tidur malam jam 10.00 bangun jam 06.00
- Tidur siang jam tidak bangun jam ...........................
- Apakah anda mudah terbangun ? ..................................................................... tidak
- Apakah yang dapat menolong anda untuk dapat tidur
nyaman ?
b. Perubahan selama sakit : ..................................................................................
5. Hygiene
a. Kebiasaan
- Mandi : 2 kali / hari
- Menyikat gigi : 2 kali / hari
- Kebersihan rambut : shampo 2 kali / hari
b. Perubahan selama sakit : mandi 1 kali sehari,sikat gigi 2
kali,belum pernah shampo
Catatan :
Jika ada hal-hal yang ada dipengkajian silahkan di
tambah .............................................................
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA
DX2:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien S:
Hasil: pasien dan keluarga sudah memahami Pasien dan keluarga sudah mengetahui tentang proses
10.00 tentang proses jalannya penyakit yang diderita, perjalanan penyakit DM Tipe 2
perbedaan DM Tipe 1&2, dan gaya hidup yang
sesuai dengan kondisi pasien. Pasien dan keluarga sudah sedikit memahami
prebedaan DM Tipe 1 dan 2
Pasien dan keluarga memahami gaya hidup yang baik
pada penderita DM.
O:
KU :Baik
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
S:
09.30
DX3: Pasien mengkonsumsi makanan yang seimbang
1. Memberikan bantuan dengan proses (menghabiskan 1 porsi makanan dari RS/tim gizi).
Keluarga pasien melaporkan pasien sudah suka makan
interaktif sayuran).
Hasil: pasien dan keluarga memahami tentang O:
KU:BAIK
makanan yang perlu di jauhi bagi pasien DM. A:
2. Memberikan informasi tentang Pertahankan Intervensi.
P:
makanan yang bisa di konsumsi/diet
Lanjutkan intervensi 1 dan 2
(panduan piramida makanan pasien DM)
Berikan bantuan dengan proses interatif yang berfokus
Hasil: Pasien bersedia mengikuti program
kepada kebutuhan terhadap modifikasi diet.
diet. Pemberian program diet, mempersiapkan pasien untuk
mematuhi pola diet yang diharapkan.
JAM/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
06-08-2015 06-08-2015
1. Kolaborasi dalam pemberian obat anti 11.00
S:
konstipasi dan terapi penurunan glukosa darah.
Pasien mengatakan sudah bisa BAB 1x 1 hari
dengan konsistensi lembek warna kekuningan
Pasien mengatakan sudah tidak terasa nyeri
pada abdomen regio 9.
O:
KU: Baik
GDS : 180mg/dl
GDP : 175mg/dl
GD2PP : 250mg/dl (hasil lab terakhir tanggal
06-08-2015)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Hentikan intervensi (Pasien Pulang)
DX3: S:
Pasien mengkonsumsi makanan yang
1. Memberikan bantuan dengan proses seimbang (menghabiskan 1 porsi makanan dari
interaktif RS/tim gizi).
09.00 Keluarga pasien melaporkan pasien sudah
Hasil: pasien dan keluarga memahami
suka makan sayuran).
tentang makanan yang perlu di jauhi bagi O:
KU:BAIK
09.30 pasien DM. A:
2. Memberikan informasi tentang makanan Pertahankan Intervensi.
P:
yang bisa di konsumsi/diet (panduan piramida Hentikan Intervensi
Diposkan oleh Bondan Eka Putra di
makanan pasien DM)
23.36
Hasil: Pasien bersedia mengikuti program
diet. PASIEN PULANG TGL: 06-08-2015 JAM 12.00 Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Translate
Arsip Blog
▼ 2016 (27)
o ▼ Januari (27)
ASKEP SEMINAR KASUS DM TIPE 2 DI RSUD POSO RUANG I...
STIKES HUSADA MANDIRI POSO <!--[if !mso]>v\:* {...
ASUHAN KEPERAWATAN HEMATOMA POSTPARTUM
FISIOLOGI URETRA
ASUHAN KEPERAWATAN THIFUS ABDOMINALIS PADA IBU HAM...
LAPORAN PENDAHULUAN OSTESARKOMA
TERAPI CAPD
KUESIONER PENELITIAN
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS SECTIO CAESAREA
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOATRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
ASUHAN KEPERAWATAN KUSTA (MORBUS HANSEN)
ASUHAN KEPERAWATAN GONORE ATAU GONORRHOEA
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS
PSIKOLOGI LANSIA
PENGGUNAAN ELEKTROMIOGRAFI DALAM MEDIS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMFIGUS VULGARIS
ASUHAN KEPERAWATAN POLIOMILITIS
KEPERAWATAN GERONTIK
STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDO...
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROIDISME
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
ASUHAN KEPERAWATAN PJK
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA