Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu hitung peluang sesungguhnya telah di gunakan oleh manusia
sejak jaman kuno. Namun, penelitiannya baru dilakukan secara sungguh-
sungguh oleh para ahli matematika pada pertengahan abad ke-17. Pada
awalnya pemakaian ilmu hitung peluang banyak di warnai oleh segi
buruknya. Ketika itu para penjudi melakukan penyelidikan guna memperoleh
informasi tersembunyi agar memenangkan permainan kartu. Akan tetapi,
”analisis cerdik” mereka mengenai persoalan tersebut sebagian besar telah di
lupakan orang. Ilmu hitung peluang yang dewasa ini di kemukakan oleh 3
orang perancis, yaitu bangsawan kaya Chevalier De Mere dan dua ahli
matematika Blaise pascal serta Fieree de fermat.
Pada tahun 1652, de mereka bertemu dengan pascal dalam suatu
perjalanan.Untuk memperoleh bahan pembicaraan yang menarik, de mere
yang bersemangat dengan masalah duiawi, menyodorkan sejumlah pertanyaan
matematis. Soal yang di ajukan de mere itu di antaranya adalah cara membagi
hasil taruhan permainan dadu yang harus berhenti di tengan-tengah permainan
pascal. Membawa peluang persoalan tersebut dan bekerjasama dengan cermat
memikirkannya selama lebih kurang 2 tahun. Dari hasil penelitian inilah
muncul ilmu hitung peluang yang di kenal sampaai sekarang.
Munculnya teori peluang mungkin berawal dari perjudian. Setiap orang yang
berjudi pasti ingin menanga tetapi, banyak orang yang berkata bahwa bermain
judi adalah mempertaruhkan keberuntungan, karena terkadang menang dan
kalah. Oleh karena itu banyak penjudi yang tidak puas akan kekalahan, maka
mereka meminta bantuan para ahli matematika untuk mengatur suatu strategi
yang bagus sehingga kemungkinan untuk menang lebih besar.

1
Matematikawan yang di maksud antara lain Pa scal, Leibniz, fermat, dan
james bernaulli.
Selain dalam perjudian, banyak bidang-bidang lain yang berkaitan
dengan kejadian-kejadian yang bersifat peluang, menggunakan bantuan teori
peluang. Misalkan pada peramalan cuaca, penanaman modal saham dan
penilitian ilmiah.
Adapun tujuan mempelajari teori peluang agar mahasiswa dapat
menjelaskan konsep-konsep dasar teori peluang supaya lebih mudah dipahami
dan melatih kemampuan mahasiswa dalam pola pikir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nilai ekspektasi?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai harapan dan perubahan acak?
3. Bagaimana cara mencari peluang kejadian bersyarat?
4. Apa yang dimaksud dengan garis dan sudut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian nilai ekspektasi
2. Untuk mengetahui nilai harapan dan perubahan acak
3. Untuk mengetahui cara mencari peluang kejadian bersyarat
4. Untuk mengetahui pengertian garis dan sudut

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai Ekspektasi


Ekspektasi matematika atau harga harapan atau mean(rata- rata) atau sering
disebut ekspektasi saja, adalah satu konsep penting dalam teori dasar statistika. Jika X
adalah sembarang variabel radon, maka ekspektasi matematika dari variabel radom X
biasanya dinotasikan dengan E(X) atau µ.
Nilai ekspektasi matematika adaIah suatu nilai yang dapat dipakai untuk mewakili
kualitas data dalam bentuk range nilai.
Ekspektasi matematika dibagai menjadi dua bagian, yaitu : Ekspektasi pertama dan
Ekspektasi kedua.

1. Ekspektasi pertama berupa nilai pemusatan. Dalam hal itu, ekspektasi pertama
dinyatakan sebagai nilai rata-rata dan dituliskan dengan :

Selain rata-rata, nilai pemusatan yang banyak digunakan adalah nilai median
(tengah). Nilai median dapat ditentukan dengan menggunakan aturan berikut :

dengan m sebagai nilai median.

3
2. Ekspektasi kedua berupa nilai penyebaran. Dalam hal itu, ekspektasi kedua
dinyatakan sebagai nilai varians. Dengan istilah lain, ekspektasi kedua adalah rata-
rata penyebaran di sekitar nilai rata-rata.

Contoh :
1. Dari jumlah pelanggan yang melakukan transaksi pembelian computer setiap
harinya di toko XYZ selama 10 hari, diketahui data sebagai berikut :
1430321123
Nilai rata-rata :
Varians

Ruang solusinya adalah :


S = {0,1,2,3,4}
Histogram dari data tersebut adalah :
H (0) = 1
H (1) = 3
H (2) = 2
H (3) = 3
H (4) = 1

Fungsi kepadatan probabilitasnya adalah :


f (0) =1/10
f (1) = 3/10
f (2) = 2/10
f (3) = 3/10
f (4) = 1/10

4
Mediannya dapat dihitung dengan :
f(0) + f(1) = 0,4
f(0) + f(1) + f(2) = 0,6

Jadi, mediannya adalah 2

Cara lain menentukan median adalah dengan mengurutkan data lalu data yang berada
di posisi tengah itulah mediannya : 0 1 1 1 2 2 3 3 3 1

B. Nilai Harapan dari Peubah acak


Nilai harapan perubah acak X atau rata-rata distribusi peluang X ditulis atau
dalam statistik rata-rata ini disebut harapan matematik, dinyatakan sebagai E(X).
Rata-rata atau nilai harapan dari perubah acak X ini menggambarkan letak pusat
distribusi probabilitas.
Variabel random adalah fungsi pemetaan yang menandai dari hasil suatu eksperimen
sebagai suatu nilai numerik. Nilai numerik ini banyaknya dapat terhitung maupun tak
hingga, tergantung eksperimen dan ruang sampelnya.
Ada dua jenis variabel random :
1. Variabel acak diskrit adalah variabel random yang hanya dapat mengambil nilai
sebanyak terhitung.
2. Variabel acak kantin adalah variabel random yang dapat mengambil tak hingga
banyak nilai numerik

Contoh:
Tiga mobil dipilih secara acak dan setiap kategori memiliki mesin disel (D) atau tidak
memiliki mesin disel (F). jika X (variabel acak) = jumlah mobil dengan mesin disel,
daftarkan masing-masing hasil ke dalam S dan nilai X yang terkait.
Penjelasan:

5
Kamu harus memilih tiga mobil berdisel (D) dan tidak berdisel (F).
Karena jumlah mobil tidak disebutkan dan hanya tiga mobil yang dipilih, mobil yang
terpilih adalah 2 mobil disel dan satu mobil tidak berdisel, tiga mobil disel dan nol
mobil tidak berdisel, dan seterusnya.
Oleh karena itu, semua hasil yang mungkin adalah:
S = { (D,D,D), (D,D,F), (D,F,F), (F,F,F), (D,F,D), (F,F,D), (F,D,F), (F,D,D) }
Sekarang, beri tanda '3' untuk hasil yang menunjukkan tiga mobil disel
beri tanda '2' untuk hasil yang menunjukkan dua mobil disel
beri tanda '1' untuk hasil yang menunjukkan satu mobil disel
beri tanda '0' untuk hasil yang menunjukkan nol mobil disel
Oleh karena itu, variabel random X adalah X = 3, 2, 1, 0, 2, 1, 1, 2

Sifat-sifat nilai harapan:


- Jika a dan b konstanta, X dan Y peubah acak, maka E(aX+b) = a E(X) + b.
- Jika b suatu konstanta maka E(b ) = b
- Jika peubah acak X dikalikan dengan konstanta c, maka E(cX) = c E(X)
- Jika X dan Y peubah acak maka E (X–Y) = E (X) – E (Y)
- Jika X dan Y peubah acak yang bebas, maka E(X,Y) = E(X) E(Y)

C. Distribusi probabilitas
Distribusi probabilitas adalah suatu distribusi yang mengambarkan peluang dari
sekumpulan variat sebagai pengganti frekuensinya.
Distribusi probabilitas dibagi menjadi 2 :
1. Distribusi probabilitas diskrit
2. Distribusi probabilitas kontinu

6
a. Variansi dan kovariansi
1. Variansi
nilai harapan peubah acak X seringkali disebut rataan (mean) dan dilambangkan
dengan μ

- Tetapi, rataan tidak memberikan gambaran dispersi ataupencaran data. Rataan dari
masing- masing peubah acak berbeda mungkin sama, meskipun distribusinya tidak
sama. Oleh karena itu diperlukan besaran lain yang menggambarkan sebaran data.

- Selain rataan, besaran lain yang sangat penting dalamprobstat adalah variansi,
simpangan baku, dan kovariansi. Definisi. Misalkan X adalah variabel random
dengan distribusi peluang f(X) dan rataan μ. Variansi dari X adalah:

jika X diskrit, dan

jika X kontinu.

Akar kuadrat dari variansi disebut dengan deviasi standar atau simpangan baku
dari X dan dilambangkan dengan σ

Interpretasi: Nilai x – μ disebut penyimpangan suatu pengamatan dari rataannya.


Karena penyimpangan ini dikuadratkan lalu dirata-ratakan, maka σ2 akan lebih kecil
untuk kelompok nilai x yang dekat μ dibandingkan dengan kelompok nilai x yang
jauh dari μ.

7
Dengan kata lain, jika nilai-nilai x cenderngterkonsentrasi di dekat rataannya, maka
variansinya kecil. Sedangkan jika jauh dari rataan maka variansinya besar.

Perhatikan bahwa variansi selalu positif (mengapa?), dan simpangan baku adalah akar
positif dari variansi.

Variansi
kecil

Variansib
esar

Contoh 1. Diberikan disribusi peluang sbb:

x 1 2 3

f(x) 0.3 0.4 0.3

8
Hitunglah variansi dari X.

Jawaban:

Variansi juga dapat dihitung dengan rumus lain yang lebih mudah, yaitu: σ2 = E(X2) –
μ2

Contoh 2. Misalkan X menyatakan banyaknya bagian yang cacat dari suatu mesin
bila 3 suku cadang diambil secara acak dari proses produksi. Distribusi peluang X:.

x 0 1 2 3

f(x) 0.51 0.38 0.10 0.01

Hitunglah variansi dari X Jawaban: μ = E(X)=(0)(0.51) + (1)(0.38) + (2)(0.10) +


(3)(0.01) = 0.61 E(X2) = (0)(0.51) + (1)(0.38) + (4)(0.10) + (9)(0.01) = 0.87

Jadi, σ2 = 0.87 – (0.61)2 = 0.4979

9
D. Kovariansi
Misalkan X dan Y adalah variabel random dengan distribusi peluang gabungan f(x,
y). Kovariansi dari X dan Y adalah

jika X dan Y diskrit, dan

Jika X dan Y kontinu


Interpretasi: Kovariansi antara dua peubah acak menunjukkan sifat asosiasi
(hubungan) antara keduanya;

Jika kedua peubah tersebut bergerak kearah yang sama (X membesar dan Y
membesar) maka hasil kali (X - μx)(Y μy) cenderung bernilai positif;

Jika bergerak kearah berlawanan (X membesar dan Y mengecil), maka hasil kali (X -
μx)(Y - μy) cenderung akan bernilai negatif.

Tanda kovariansi (+ atau -) menunjukkan apakah hubungan antara kedua peubah acak
positif atau negatif.

Kovariansi juga dapat dihitung bila dengan rumus yang lebih mudah sebagai berikut:

10
Contoh 1. Misalkan X = jumlah ballpoint warna biru, dan Y = jumlah ballpoint warna
merah. Bila dua ballpoint diambil secara acak dari kotak, distribusi peluang
gabungannya sudah dihitung pada contoh terdahulu, yaitu:

f(x,y) x=0 x=1 x=2 h(y)

y=0 2/28 9/28 3/28 15/28

y=1 3/14 3/14 3/7

y=2 1/28 1/28

g(x) 5/14 5/18 3/28 1

Hitunglah kovariansi dari X dan Y


Jawaban:

Sehingga diperoleh

11
Contoh 2. X bagian pelari pria dan Y bagian pelari wanita yang menempuh lomba
maraton mempunyai distribusi peluang gabungan

Hitunglah kovariansi X dan Y


Jawaban:

Distribusi marginal X dan Y adalah

Dari fungsi peluang diatas diperoleh

sehingga

Sifat-Sifat Variansi

Teorema 1. Jika a dan b adalah konstanta maka :

12
σ2aX + b = a2σ2X = a2σ2

Akibat 1: Jika a = 1, maka σ2X + b = σ2X = σ2


Akibat 2: Jika b = 0, maka σ2 aX = a2σ2X = a2 σ2

Teorema 2. Jika X dan Y adalah peubah acak dengan distribusi peluang f(x,y) maka :

σ2aX+bY = a2σ2X + b2σ2Y + 2abσXY

Akibat 1: Jika X dan Y peubah acak saling bebas, maka:


σ2aX + bY = a2σ2X + b2σ2Y
Akibat 2: Jika X dan Y variabel random saling bebas, maka:
σ2aX - bY = a2σ2X + b2σ2Y

Contoh 1. Jika X dan Y adalah peubah acak dengan variansi σ2X = 2, σ2Y = 4 dan
kovariansi σXY = -2, hitunglah variansi dari peubah acak Z = 3X – 4Y + 8.

Jawaban:

σ2Z = σ23X-4Y+8

= σ23X-4Y (menurut Akibat 1 Teorema 1)

= 9σ2X + 16σ2Y - 24σX Y = 130

E. Peluang Kejadian Bersyarat


Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling
bergantung apabila terjadi atau tidak terjadinya kejadian A akan memengaruhi

13
terjadi atau tidak terjadinya kejadian B. Peluang terjadinya kejadian A dengan
syarat kejadian B telah muncul adalah:
P(A/B) = dengan syarat P(B) ≠ 0
Atau peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah muncul
adalah:
P(B/A) = dengan syarat P(A) ≠ 0
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh soal
Dalam sebuah kotak terdapat 6 bola merah dan 4 bola putih. Jika sebuah bola
diambil dalam kotak itu berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian.
Tentukan peluang yang terambil kedua-duanya bola merah.
Penyelesaian:
P(A) = ; P(B/A) =
P(AB) = P(A) . P(B/A)

F. GARIS DAN SUDUT

a. SUDUT
1. Pengertian Sudut
Sudut dibentuk dari dua sinar yang titik pangkalnya berimpit. Sinar
digambarkan berupa garis lurus yang di ujungnya tanda panah dan di
pangkalnya tanda titik. Dari gambar 1 dapat kita lihat bahwa sudut terdiri dari
dua buah kaki sudut, titik sudut dan daerah sudut.
- Kaki sudut adalah sinar yang membentuk sudut
- Titik sudut adalah titik potong dua sinar

14
- Daerah sudut (besar sudut) adalah daerah yang dibatasi oleh oleh kaki-
kaki sudut
2. Mengenal Satuan Sudut
a. Ukuran sudut dalam derajat
Ukuran sudut yang sering digunakan adalah derajat.
Misalkan sebuah benda bergerak pada sebuah lintasan yang berbentuk
lingkaran seperti pada gambar 2. pada mulanya benda tersebut pada titik A
kemudian ke titik B, C dan akhirnya kembali lagi ke titik A. benda
tersebut dikatakan bergerak dalam satu putaran dan panjang lintasan sama
dengan keliling lingkaran. Satu putaran penuh sama dengan 360 derajat.
1 derajat adalah besar sudut yang diputar oleh jari-jari lingkaran sejauh
1 1
putaran atau 1  putaran.
360 360
Ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat adalah menit (’) dan detik (”)

Hubungan antara derajat, menit dan detik

1 derajat = 60 menit atau 1  60 '



1 1
1 menit = derajat atau 1' 
60 60
1 menit = 60 detik atau 1'  60 "
'
1 1
1 detik = menit atau 1" 
60 60

b. Ukuran sudut dalam radian

15
Untuk mengenal dan memahami sudut dalam radian, amati dua buah
lingkaran pada gambar 3 dengan pusat pada sebuah titik yang sama.
'
O adalah titik pusat kedua lingkaran, OA dan OA masing-masing adalah
jari-jari lingkaran kecil dan lingkaran besar. Juring A ' OB ' adalah
perbesaran dari juring AOB yang berpusat di O sehingga juring AOB
sebangun dengan juring A ' OB ' . Sehingga diperoleh hubungan sebagai
berikut :
Panjang busur AB Panjang busur A' B'

OA OA '
Panjang busur AB
Nilai perbandingan tidak dipengaruhi oleh panjang
OA
jari-jari lingkaran melainkan hanya tergantung pada besar  AOB . Nilai
Panjang busur AB
perbandingan disebut besar  AOB dalam ukuran
OA
radian. Sehingga dapat disimpulkan :

1 radian sama dengan besar sudut pusat lingkaran yang


dibatasi oleh busur lingkaran yang panjangnya sama dengan
jari-jari.
 3,14159
1  radian   0,017453 radian
180 180
180 180
1 radian    57,296 
 3,14159

3. Penjumlahan dan Pengurangan yang Melibatkan Satuan Sudut


Untuk penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan satuan sudut, samakan
terlebih dahulu satuannya, ubah satuan derajat, menit dan detik ke dalam
satuan yang sama.
4. Mengukur Sudut dengan Busur Derajat

16
Busur derajat adalah alat untuk mengukur besar sudut dengan menggunakan
satuan derajat. Garis penghubung angka nol bagian atas dengan nol bagian
bawah disebut garis horizontal dan garis yang tegak lurus dengan garis itu
disebut garis vertical. Perpotongan antara garis horizontal dan garis vertical
disebut pusat busur.
5. Menggambar Sudut dengan Busur Derajat
Untuk menggambar sudut ABC dengan ukuran 500, ikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Buat salah satu kaki sudutnya, yaitu AB .
b. Letakkan busur derajat pada AB sehingga titik tengah busur derajat
berimpit dengan titik B dan garis lurus yang melalui titik tengah busur itu
berimpit dengan AB . Jadi yang berimpit dengan garis AB adalah garis
lurus yang melalui titik tengah busur, bukan bagian tepi bawah busur
derajat.
c. Perhatikan angka nol pada busur derajat yang terletak pada BA . Apakah
terletak di bagian dalam atau bagian luar? Jika terletak di dalam, maka
angka 50 yang digunakan juga yang berada di bagian dalam. Jika nol
terletak di luar, maka angka 50 yang digunakan juga yang berada di
bagian luar. Beri tanda dengan titik tempat angka 50 berada.
6. Melukis Sudut yang Besarnya Sama yang Diketahui
Ukurlah terlebih dahulu besar sudut yang diketahui menggunakan busur
dengan teliti. Kemudian, gambar ulang besar sudut tersebut pada tempat yang
tersedia. Bisa dengan busur tau jangka.
7. Membagi Sudut menjadi Dua Sama Besar
Membagi sebuah sudut menjadi dua sama besar berasal dari sifat
belahketupat, yaitu sudut belahketupat dibagi menjadi dua sama besar oleh
diagonalnya. Membagi sudut menjadi dua sama besar sama dengan melukis
garis bagi sudut.

17
8. Melukis Sudut-sudut Istimewa
Sudut-sudut istimewa yang akan dilukis adalah sudut-sudut 900, 450 , 600 dan
300.Untuk melukis sudut istimewa tersebut pada bidang polos dapat
menggunakan jangka dan penggaris. Busur derajat digunakan hanya untuk
menggambar atau mengukur sudut.
a. Melukis sudut 900
Langkah-langkah :
a. Buat garis AB
b. Buat busur lingkaran berpusat di titik B sehingga memotong
perpanjangan AB di titik B'
c. Dengan titik A dan B' sebagai pusat, buatlah dua busur lingkaran
berjari-jari sama yang saling berpotongan di luar garis AB' di titik C
d. Hubungkan B dan C, maka ABC = 90o
b. Melukis sudut 450
Langkah-langkah :
a. Buat dua garis saling tegak lurus ( DB AC )
b. Buat busur lingkaran dengan menggunakan jangka dari titik A yang
memotong AC di titik P dan memotong AB di titik Q
c. Buat busur lingkaran dari titik P dan dari titik Q dengan jari-jari yang
sama, sehingga berpotongan di titik R
d. Tarik garis dari titik A ke titik R
e. Garis AR membagi BAC menjadi dua bagian yang sama besar.
CAR = BAR = ½ x 90o = 45o
c. Melukis sudut 600
Langkah-langkah :
a. Buat garis AB
b. Buat busur lingkaran berpusat di titik A dan jari-jari AB
c. Dengan berpusat di titik B dan jari-jari tetap sama, buatlah busur
lingkaran sehingga kedua busur tadi berpotongan di titik C

18
d. Hubungkan titik A dan titik C, maka
BAC = 60o
d. Melukis sudut 300
Langkah-langkah :
a.
Lukis BAC = 60o
b. Buat busur lingkaran dengan menggunakan jangka dari titik A yang
memotong AC di titik P dan memotong AB di titik Q
c. Buat busur lingkaran dari titik P dan dari titik Q dengan jari-jari yang
sama, sehingga berpotongan di titik R
d. Tarik garis dari titik A ke titik R
e. Garis AR membagi BAC menjadi dua bagian yang sama besar
f. CAR = BAR = ½ x 60o = 30o
9. Jenis-jenis Sudut
a. Sudut siku-siku : sudut yang besarnya 900
b. Sudt lancip : sudut yang besarnya kurang dari 900
c. Sudut tumpul : sudut yang besarnya lebih dari 900
b. Hubungan Antar Sudut
1. Sudut Berpelurus
Jika dua sudut berjumlah 1800, maka salah satu sudut merupakan pelurus
sudut yang lain. Pasangan sudut yang demikian disebut pasangan sudut yang
saling berpelurus.

1350 450
A O B
 AOP adalah pelurus  BOP , sehinggs :
 AOP +  BOP = 1800

19
 AOB adalah sudut lurus, berarti  AOP dan  BOP saling berpelurus.
2. Sudut Berpenyiku
Jika dua sudut berjumlah 900, maka salah satu sudut merupakan penyiku sudut
yang lain. Dua sudut yang demikian disebut pasangan sudut yang saling
berpenyiku.

550
350
A D

 BAC +  CAD = 900


 BAD adalah sudut siku-siku, berarti  BAC dan  CAD saling
berpenyiku.

3. Sudut Bertolak Belakang

B
D
F

T E

A
C

 BOF disebut bertolak belakang dengan  AOT , demikian juga  BOT


bertolak belakang dengan  AOF , dan lainnya.
c. Membagi Ruas Garis

20
Sebuah ruas garis dapat menjadi dua bagian yang sama panjang dengan
menggunakan garis sumbu. Jika ruas garis PQ akan dibagi menjadi 3 bagian
yang sama maka ikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Letakkan titik P pada sembarang tempat.
2. Lukis PQ dengan panjang sembarang.

3. Lukis PR dengan panjang sembarang.


4. Dengan pusat titik p, lukis sebuah busur dengan jangka sehingga busur
tersebut memotong PR di titik S.
5. Dengan pusat titik S, lukis sebuah busur dengan jangka sehingga busur

tersebut memotong PR di titik T dan PS = ST


6. Dengan pusat titik T, lukis sebuah busur dengan jangka sehingga busur

tersebut memotong PR di titik U dan ST = TU


7. PQ akan dibagi menjadi 3 bagian, kita sudah menapatkan 3 titik (S, T dan
U). Hubungkan titik U dengan titik Q.

8. Dengan pusat titik U dan jari-jari TU buat busur sehingga memotong QU di


K.

9. Dengan pusat titik K dan jari-jari UK buat busur sehingga berpotongan


dengan busur yang pusatnya titik T di titik L.
10. Dengan pusat titik L dan jari-jari LT buat busur sehingga berpotongan
dengan busur yang pusatnya titik S di titik M.
11. Tarik garis melalui M dan S yang memotong PQ di N.

12. Tarik garis melalui L dan T yang memotong PQ di O.

d. Sifat-sifat Garis Sejajar


1. Kedudukan Dua Garis
H G

E F

21
D
C
Dari gambar kubus ABCD.EFGH di atas terdepat beberapa kedudukan garis
yaitu :
a) Garis AB dan EF disebut sejajar, sering ditulis AB EF.
b) Garis AB dan garis AD disebut berpotongan di titik A.
c) Garis AB dan garis CG disebut bersilangan. Garis yang bersilangan tidak
sejajar dan tidak berpotongan.

2. Sifat-sifat Sudut dari Dua Garis Sejajar.

a
b

2 1 2 1 c
3 4 3 4

P Q

Perhatikan garis a dan garis b. garis a b, garis c memotong kedua garis


tersebut berturut-turut di titik P dan Q sehingga terjadi sudut-sudut berikut P1,
P2, P3, P4, Q1, Q2, Q3, Q4.
a) Pasangan-pasangan sudut P1 dan Q1, sudut P2 dan Q2 disebut pasangan
sudut-sudut sehadap.
b) Pasangan-pasangan sudut P1 dan Q3 disebut pasangan sudut dalam
bersebrangan.
c) Pasangan-pasangan sudut P1 dan Q2 disebut pasangan sudut dalam
sepihak.

22
d) Pasangan-pasangan sudut P2 dan Q4 disebut pasangan sudut luar
bersebrangan.
e) Pasangan-pasangan sudut P2 dan Q1 disebut pasangan sudut luar sepihak.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekspektasi matematika atau harga harapan atau mean(rata- rata) atau
sering disebut ekspektasi saja, adalah satu konsep penting dalam teori dasar
statistika. Jika X adalah sembarang variabel radon, maka ekspektasi
matematika dari variabel radom X biasanya dinotasikan dengan E(X) atau
µ.Nilai ekspektasi matematika adaIah suatu nilai yang dapat dipakai untuk
mewakili kualitas data dalam bentuk range nilai.
Nilai harapan perubah acak X atau rata-rata distribusi peluang X
ditulis atau dalam statistik rata-rata ini disebut harapan matematik, dinyatakan
sebagai E(X). Rata-rata atau nilai harapan dari perubah acak X ini
menggambarkan letak pusat distribusi probabilitas.
Sudut dibentuk dari dua sinar yang titik pangkalnya berimpit. Sinar
digambarkan berupa garis lurus yang di ujungnya tanda panah dan di
pangkalnya tanda titik. Dari gambar 1 dapat kita lihat bahwa sudut terdiri dari
dua buah kaki sudut, titik sudut dan daerah sudut.
- Kaki sudut adalah sinar yang membentuk sudut
- Titik sudut adalah titik potong dua sinar
- Daerah sudut (besar sudut) adalah daerah yang dibatasi oleh oleh kaki-
kaki sudut

24
DAFTAR PUSTAKA

Fitriansyah. 2010. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Smp


Negeri 3 Belawanng Melalui Strategi Pembelajaran Quick On The
Draw”.JurnalPendidikanMatematika.(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.ht
ml)

uharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk
SMP / MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
(hal 200-209)
.

25

Anda mungkin juga menyukai