Anda di halaman 1dari 15

Bruxism

Definisi

Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-


gesek gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah, bisa
timbul pada masa anak-anak maupun dewasa.
Biasanya tindakan ini dilakukan pada saat tidur di
malam hari dan penderita tidak menyadari bahwa ia
memiliki kebiasaan buruk tersebut. Bruxism lebih sering dimiliki oleh kaum wanita
dibandingkan pria.

Penyebab

Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang tumbuh. Pada
orang-orang dewasa biasanya bruxism timbul karena adanya maloklusi (hubungan yang
tidak baik antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah), stres, rasa marah, rasa sakit,
atau frustasi.

Akibat

Bruxism dapat menyebabkan abrasi (aus) permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan
rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email (lapisan terluar
dari gigi) yang melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu
pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu
lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal (jaringan penyangga
gigi), maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi
Temporo Mandibular Joint (sendi yang menghubungkan rahang bawah dan tulang
kepala).

Gejala

Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi yang
beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi
rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul
rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda
yang tidak rata pada tepi lidah.

Perawatan

Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak menyadari


bahwa mereka memiliki kebiasaan tersebut.
Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan
dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan
digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi
rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan
mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam
menghentikan kebiasaan buruknya.
Bila penyebab utama dari bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan
psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan
kebiasaan buruk ini.
http://www.klikdokter.com/illness/detail/18
KESEHATAN GIGI BAYI DAN BALITA
Posted on April 20, 2008 by Bintang Bangsaku
Mulut adalah pintu gerbang kehidupan bagi manusia baru. Seorang bayi berhubungan
pertama kali dengan ibunya melalui mulutnya pada saat menyusui. Pada saat menyusui
itulah bayi belajar mengenali lingkungan sekitarnya.
Dibawah ini akan dijelaaskan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan gigi anak.

1. Menyusui ASI vs susu botol

Menyusui ASI tidak saja hanya suatu cara untuk memberikan masukkan makanan bagi
bayi tetapi juga melatih bayi untuk merangsang perkembangan otot-otot rongga mulut
melalui gerakan menghisap. Pada saat menyusui, mulut bayi agak tertutup, lidah bergerak
ke depan bersentuhan dengan bibir bawah, rahang bawah bergerak keatas dan kebawah,
kedepan dan kebelakang membentuk gerakan yang ritmis. Gerakan-gerakkan ini tidak
saja melatih otot tetapi juga mengurangi resiko radang telinga dan saluran pernafasan.

2. Pertumbuhan gigi

Pertumubuhan gigi adalah suatu proses yang alami dan tanpa rasa sakit. 40 % anak
melewati masa tumbuh gigi tanpa gejala, namun banyak juga anak-anak yang mengalami
masalah pada waktu akan tumbuh gigi. Gejala yang biasanya timbul adalah produksi air
liur yang berlebihan, gangguan pola makanan, gangguan pola tidur dan kenaikan suhu
tubuh.
Gigi manusia terdiri dari 2 set. Set yang pertama atau yang biasa disebut gigi susu akan
mulai tumbuha pada saat usia bayi sekitar 6 bulan dan akan tanggal satu persaatu dimulai
saat anak berusia 6 tahun. Set kedua adalah gigi tetap yang akan tumbuh menggantikan
gigi susu. Gigi ini akan mulai tumbuh pada saat anak usia 6 tahun.
Menanti dan mengamati tumbuhnya gigi anak adalah peristiwa penting bagi orang tua.
Namun setelah gigi tumbuh, seringkali gigi susu diabaikan karena dianggap hanya gigi
sementara dan akan diganti dengan gigi tetap. Padahal gigi susu memgang peranan
penting dalam perkembangan anak sehingga harus dijaga serta dirawat kesehatannya
sampai gigi tanggal.
Gigi susu yang tidak dirawat dan dijaga kebersihannya akan mudah terserang karies,
sehingga tanggal sebelum waktunya. Jika gigi susu tanggal sebelum waktunya, gigi-gigi
disebelahnya akan bergeser untuk menempati ruang yang kosong. Akibatnya gigi tetap
yang akan tumbuh akan kekurangan tempat dan gigi tetap akan tumbuh berjejal. Gigi
berjejal selain mengganggu penampilan juga menyebabkan kelainan pengunyahan. Jika
anak kehilangan gigi depannya, anak akan kesulitan untuk mengucapkan bunyi ‘s’ selain
itu akan kesulitan menggigit makanan yang disukainya.

3. Kebiasaan buruk

3.1. Sindroma susu botol


Sindroma susu botol adalah karies pada gigi anak yang biasanya menyerang gigi-gigi
depan rahang atas. Keadaan ini disebabkan oleh kebiasaan minum susu botol atau larutan
gula pada waktu tidur. Faktor yang paling menentukan adalah lamanya gigi terekspose
oleh larutan gula. Gula tersebut akan diubah oleh bakteri plak menjadi asam. Asam yang
diproduksi oleh bakteri inilah yang akan melarutkan email gigi anak sehingga gigi
menjadi berlubang.
Kondisi ini dapat dicegah dengan :
a. Gendonglah bayi selama bayi menyusui, sehingga jika ia tertidur menyusui dapat
dihentikan dan bayi ditidurkan di tempat tidur.
b. Biarkan bayi tidur tanpa susu botol atau isilah botol dengan air tawar.
c. Jangan merendam dot dalam air gula.
d. Bersihkan plak pada gigi bayi/anak dengan handuk basah
e. Tanyakan kepada dokter gigi atau dokter anak untuk penambahan fluor
f. Hentikan penggunaan botol begitu anak sudah dapat minum dari gelas

3.2. Menghisap jempol atau menghisap dot

Menghisap jempol dianggap hal yang biasa pada bayi. Ada bayi yang tidak melakukan
hal ini namun ada juga yang terus melakukannya sampai ia beranjak dewasa. Ada yang
hanya melakukan saat terlalu lelah atau bosan. Menghisap jempol memeng memberikan
rasa aman dan nyaman. Namun jika kebiasaan ini berlanjut tentu membawa dampak pada
kondisi rongga mulut. Biasanya anak dengan kebiasaan ini gigi depannya akan lebih
maju, langit-langit menjadi lebih tinggi, gigi belakang bersilang yang semuanya ini akan
mempengaruhi penampilan dan juga fungsi pengunyahan. Tetapi keadaan ini diharapkan
akan bisa kembali normal jika anak dapat menghilangkan kebiasaan ini sebelum tumbuh
gigi tetapnya.
Pemakaian dot yang terlalu lamapun dapat memberikan dampak yang sama seperti pada
kebiasaan menghisap jempol, akan menyebabkan gigi tonggos.

4. Perawatan Kesehatan gigi anak

4.1. Membersihkan gigi

Orang tua sudah harus mulai membersihkan gigi anak segera setelah gigi anak tumbuh
pertama kali. Basuhlah gigi dengan lembut menggunakan handuk halus basah terutama
setelah menyusui. Gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit juga harus dibasuh untuk
menghilangkan sisa makanan dan susu.
Saat anak berusia kira-kira 18 bulan, sudah harus diperkenalkan dengan sikat gigi.
Gunakan sikat gigi dengan bulu yang halus dan kepala sikat yang kecil. Agar anak senang
dan terbiasa menyikat gigi harus dimulai sejak dini.
Selain cara menyikat gigi yang benar, posisi orang tua dalam membantu anak menggosok
gigi juga penting untuk diperhatikan. Jika anak masih terlalu kecil, ia dapat dibaringkan
di meja bayi. Jika anak sudah agak besar, anak dapat dibaringkan di sofa dan kepala bayi
dipangkuan orang tuanya. Posisi tersebut akan sangat membantu dalam pembersihan gigi
anak.
Waktu menyikat gigi harus selalu diingat, sebaiknya dilakukan dua kali sehari, pagi
sesudah sarapan dan malam sebelum tidur.

4.2. Pemberian fluorida

Fluorida adalah mineral yang mampu menguatkan email gigi. Mineral ini sangat
dibutuhkan pada masa pertumbuhan daan perkembangan.
ASI dan susu sapi murni hanya sedikit mengandung fluorida namun susu formula
biasanya telah diberi tambahan fluorida. Fluorida tambahan terdapat dalam sediaan cair
maupun tablet. Dosisnya ditentukan berdasarkan umur dan berat badan serta kondisi air
setempat, untuk itu tanyakan pada dokter gigi yang merawat gigi anak anda.

4.3. Konsumsi makanan yang bemanfaat bagi gigi dan yang merugikan gigi.

Sayuran yang mempunyai banyak serat sangat bermanfaat bagi gigi, selain bergizi juga
membantu pembersihan gigi. Keju, kacang-kacangan juga bermanfaat bagi gigi serta
makanan dan minuman yang mengandung kalsium.
Sebaliknya makanan yang manis dapat merugikan kesehatan gigi. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa semua makanan manis berbahaya bagi kesehatan gigi dan harus dihindari
sama sekali. Karena biar bagaimanapun tubuh kita tetap membutuhkan zat gula untuk
menambah energi.
Berbahaya atau tidaknya makanan bergula yang kita makan sangat bergantung pada :
a. Jenis gula.
Gula terdiri dari berbagai jenis sukrosa, fruktosa(gula pada buah-buahan), laktosa ( gula
pada susu ) dan maltosa. Diantara semua jenis gula, sukrosalah yang paling berbahaya.
Sukrosa banyak dikonsumsi dalam bentuk gula pasir dan gula ynag digunakan untuk
membuat kue. Jadi semua makanan yang mengandung gula jenis ini merugikan kesehatan
gigi seperti biskuit, coklat, permen, kue, sirop dsb.
b. Sifat makanan bergula.
Makanan bergula yang bersifat lengket atau sulit dihilangkan dari gigi berbahaya bagi
kesehatan gigi.
c. Frekwensi memakan makanan bergula.
Semakin sering dan semakin lama makanan bergula ada di dalam mulut akan semakin
tinggi kadar asam di dalam mulut.

Anak-anak justru sangat menyenangi makanan yang manis-manis ini. Kita semua
menyadari hampir mustahil untuk melarang anak mengkonsumsi permen coklat
kesukaannya, namun ada banyak cara untuk mengatasi hal ini :
• Jangan dibiasakan untuk memberikan permen, coklat dan makanan manis sebagai
hadiah kepada anak.
• Gantilah cemilan manis dengan cemilan dari buah, sayuran atau kacang-kacangan.
• Jika anak tetap merengek meminta makanan manis tersebut, berikan makanan tersebut
bersamaan dengan waktu makan.
• Biasakan anak untuk berkumur setiap habis makan makanan yang manis-msnis.

4.4. Pemeriksaan rutin ke dokter gigi.


Selain hal-hal yg disebutkan diatas, pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali
tetap diperlukan. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk memonitor pertumbuhan dan
perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan gigi anak sejak dini.
Kunjungan pertama ke dokter gigi sebaiknya dilakukan pada saat anak dalam keadan
sehat, sehingga anak hanya diperiksa tanpa ada tindakan yang menyakitkan. Hal ini untuk
menghidari kesan yang buruk dari anak tentang dokter gigi. Dokter gigi seringkali
menjadi sosok yang mengerikan bagi anak. Oleh karena itu sebelum membawa anak ke
dokter gigi perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Persiapan anak
- Ceritakan tugas dokter gigi, perlihatkan foto-foto dokter gigi
- Jangan menakut-nakuti anak
- Jangan jadikan dokter gigi sebagai hukuman bagi anak.
- Usahakan anak sudah makan sebelum ke dokter gigi
- Bawakan mainan atau bacaan yang disenangi anak.
b. Buatlah perjanjian dengan okter gigi, supaya anak tidak menunggu terlalu lama
c. Catatlah semua keluhan anak dan hal-hal yang ingin anda utarakan atau tanyakan pada
dokter gigi.
d. Pada kunjungan pertama, perkenalkan anak pada dokter giginya. Ceritakan tentang si
anak agar anak merasa akrab.
e. Biasanya dokter gigi akan menanyakan dan mencatat data serta keluhan anak.
f. Mintalah pada dokter gigi untuk memeriksa anak sambil memberi kesempatan pada
anak untuk mengenal peralatan dokter gigi. Jangan melakukan perawatan yang
memberikan rasa sakit pada anak saat kunjungan pertamanya .

PENUTUP.

Jika semua usaha ini dilakukan dengan baik niscaya putra-putri Bapak/Ibu akan tumbuh
dengan sehat, cerdas dan memiliki senyum cemerlang. Karena “Senyum anak adalah
kebahagian Ibu”

Drg. Yulia S.B. Widyastuti, MKGA http://bawana.wordpress.com/2008/04/20/kesehatan-


gigi-bayi-dan-balita/
Gigi Sehat Senyum Indah

Jurnal Bogor, 15 January 2009 oleh


Rubrik: Kesehatan

Kedokteran Gigi Estetika merupakan salah satu cabang terbaru Ilmu Kedokteran Gigi
dalam menempatkan seorang dokter gigi untuk memandang ilmu yang dimilikinya
sebagai ‘Art and Science’ (Ilmu dan Seni).

Bogor – Maksud dari perkataan di atas adalah, sekarang ini seorang dokter gigi tak hanya
bisa merawat dan mengobati penyakit gigi dan mulut saja, melainkan mempunyai
pengetahuan dan apresiasi terhadap suatu nilai seni, sehingga mampu memberikan solusi
yang terbaik bagi pasien untuk bisa tersenyum dengan indah dan sehat. Demikian
diungkapkan Dokter Gigi Klinik Pajajaran, Jl. Pajajaran-Sukasari No.19 Bogor, drg. Rini
Lucksiana.

Salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang sangat berhubungan dengan bidang estetika
adalah ortodonsi atau lebih dikenal masyarakat sebagai ilmu merapikan gigi, kawat gigi
atau behel.

Pemakaian kawat gigi atau behel kini banyak dijumpai oleh anak usia remaja hingga
umur diatas 40 tahun. “Hal ini menunjukkan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat
untuk tampil lebih indah, enak dipandang mata, dan tentu saja sehat,” ujar Rini kepada
Jurnal Bogor, kemarin.

Sebenarnya, menurut Rini, tujuan utama perawatan menggunakan kawat gigi ataupun
behel adalah untuk memperbaiki susunan gigi-geligi yang tak teratur atau tak normal
akibat kelainan pertumbuhan tulang, kesalahan posisi atau letak gigi atau kesalahan
hubungan antara gigi-geligi rahang atas dengan yang bawah. “Dengan penggunaan alat
tersebut dapat mengembalikan fungsi pengunyahan secara ideal, dan meningkatkan
penampilan estetika wajah,” jelas Rini.

Adapun beberapa faktor utama penyebab kelainan susunan gigi-geligi, di antaranya


faktor keturunan, misalnya majunya tulang rahang atas pada anak atau tonggos yang
diturunkan dari salah satu orangtuanya. Kemudian, faktor heriditer atau bawaan yang
disebabkan oleh kurangnya asupan mineral saat kehamilan, sehingga sangat berpengaruh
pada proses pembentukan gigi-geligi.

“Selain itu, faktor kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari akan menyebabkan langit-
langit-langit rahang atas menjadi dalam yang berakibat terdorongnya gigi-geligi depan
maju,” kata perempuan kelahiran Balikpapan, 1 Juli 1978 itu.

Rini mengatakan, ada dua cara perawatan ortodonsi, kawat gigi atau behel yang biasa
dilakukan. Semuanya itu tergantung pada tingkat keparahan kelainan gigi-geligi, usia saat
dilakukan perawatan serta kerjasama dari pasien itu. “Kedua cara tersebut ialah
menggunakan alat lepasan (Removable Appliances), dan mempergunakan alat cekat
(Fixed Appliances),” terang Rini.

Rini pun menjelaskan, yang dimaksud dengan removable appliances adalah di mana
pasien dapat melepas dan memasang kawat gigi sendiri. Alat ini biasanya berwujud plat
aklirik berwarna atau putih dengan kawat-kawat pembantu yang terbuat dari stainless
steel dan menempel di dalam rongga mulut dengan bantuan kawat cangkolan yang
memegang gigi-geligi tertentu.

“Sedangkan fixed appliances yaitu di mana alat ortodensi atau dikenal dengan istilah
behel. Alat ini tidak dapat dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien. Bentuknya kotak-
kotak kecil terbuat dari logam stainless steel, keramik, plastik atau komposit (braket)
yang melekat di gigi-geligi. Behel ini dapat ditambah dengan asesoris oleh karet warna-
warni, sehingga populer di kalangan remaja,” pungkas Rini.

Nasia Freemeta I http://www.jurnalbogor.com/?p=8878


drg Hj Fauziah Kaimoeddin

Kepala Puskesmas Puuwatu

085242786XXX
Pertanyaan : Dok, saya punya anak berumur empat tahun lima bulan. Anak kami ini
punya hobi mengonsumsi cokelat dan makanan cemilan lainnya. Dengan kondisi itu saya
jadi khwatir akan kesehatan giginya ke depan. Pertanyaan kami, bagaimana mendeteksi
dini penyakit dan kelainan gigi pada anak-anak. Terima kasih dok atas jawabannya.

Tanggapan:
Anak-anak yang berkunjung ke dokter gigi biasa terjadi karena giginya sudah
mengalami kerusakan yang amat parah, sering bengkak, berlubang yang sangat besar
sekali bahkan anak yang sudah ada yang ompong. Untuk mengetahui lebih lanjut berikut
akan diuraikan bagaimana terjadinya proses kerusakan gigi dan dan juga apa saja
kelainan gigi yang terdapat pada anak-anak pada umumnya.
Penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu sumber gangguan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan. Orang bijak akan mengatakan anak adalah suatu
anugerah, sehingga apabila kita ingin memperhatikan kesehatan mereka, tentu harus
memperhatikan sekali keadaan yang diderita anak. Banyak sekali terjadi salah pengertian
bahwa penyakit sering diabaikan oleh orang tua karena beranggapan bahwa nantinya
akan digantikan gigi dewasa.
Nah, untuk ini kami akan menguraikan beberapa faktor penyebab terjadinya lubang
pada gigi seperti kuman yang ada di dalam gigi. Kuman ini sebenarnya secara normal ada
dan diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus
di gigi dapat menjadi penyebab lubang gigi.
Sisa makanan terutama karbohidrat seperti gula, roti atau makanan lemak lainnya yang
lengket pada gigi, sisa makanan yang melekat terus pada gigi dapat diubah oleh kuman
menjadi asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang.
Gigi dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit untuk dibersihkan
secara sempurna dapat mempercepat proses lubang gigi. Waktu, dari ketiga faktof di atas
tentunya membutuhkan waktu dalam berproses.
(*)http://www.kendaripos.co.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=3571
Ditulis oleh Johan IH Amuis Senin, 29 Juni 2009 21:56

Perawatan Gigi Susu Tentukan Bentuk Gigi Dewasa


Johan IH Amuis- Kota Jambi

ADA beberapa faktor membuat seseorang tampak indah dan menarik. Salah satunya
senyum yang menawan dengan susunan gigi geligi rapi. Sayangnya, tidak semua orang
memiliki susunan gigi geligi yang baik dan teratur. Lalu apa yang menyebabkan gigi
tidak teratur?

Menurut, Drg. P. Sitanggang, M.Kes, secara garis besar penyebab gigi tidak teratur
adalah penyebab langsung dan tidak langsung. Adapun, penyebab langsungnya, anatara
lain, Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya (premature loss).

Gigi susu akan goyang akibat tekanan dari gigi tetap dan lama-kelamaan akan tanggal
sesuai dengan waktu pergantiannya. Proses ini berlangsung normal secara fisiologis.
Tetapi ada gigi susu yang tanggal sebelum waktunya karena beberapa hal, misalnya
karena karies gigi atau trauma (benturan/jatuh).

“Hal ini menyebabkan gigi tetapnya kehilangan arah/petunjuk untuk tubuh dan terjadi
penyempitan ruangan. Akibatnya gigi tetap akan tumbuh diluar lengkung gigi,”ujar
Sitanggang.

Penyebab langsung berikutnya, yakni, karena gigi yang tidak tumbuh/tidak ada (missing
teeth). Karena berbagai faktor ternyata tidak semua orang memiliki jumlah gigi yang
normal, adakalanya gigi seseorang tidak tumbuh.

Gigi geligi yang biasa tidak tumbuh pada rahang atas adalah gigi Insisivus (seri) pertama
dan kedua, premolar (geraham kecil) kedua dan molar (geraham besar) ketiga.

Sedangkan di rahang bawah gigi premolar kedua dan molar ketiga. “Apabila seseorang
mengalami kelainan ini, maka pada lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan
kosong sehingga tampak celah antara gigi (diastema), atau bisa juga dikarenakan, gigi
yang berlebih (supenumerary teeth),”jelasnya.

Kelainan ini merupakan kebalikan dari gigi yang tidak tumbuh. Gigi berlebih ditunjukan
dengan pertumbuhan gigi lebih banyak jumlahnya dibandingkan jumlah normalnya.
Apabila gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi
berjejal (crowding),”jelas Sitanggang.

Sitanggang, menyebutkan, bisa juga dikarenakan tanggalnya gigi tetap, atau gigi tetap
terpaksa dicabut bila berlubang besar dan tidak mungkin lagi dilakukan penambalan,
sehingga terdapat ruang kosong pada lengkung gigi dan gigi tampak renggang (diastema).
Selain itu,bisa juga dikarenakan gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap
penggantinya telah tumbuh (persistens). Kelainan gigi ini merupakan kebalikan dari
kelainan premature loss. “Dimana gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan tampak
berjejal,”sebut Sitanggang lagi.

Adakalanya, dikarenakan bentuk gigi tetap tidak normal. Karena beberapa hal, seseorang
bisa memiliki satu atau lebih gigi dengan bentuk tidak normal. Misalnya gigi seri kedua
rahang atas yang bentuknya konus/pasak, sehingga lebih kecil dibandingkan yang
lainnya.

Akibatnya terdapat ruang kosong antara gigi dan gigi tampak renggang. Selain itum,
kebiasaan-kebiasaan buruk. Anak-anak yang sering melakukan kebiasaan buruk
berulang-ulang dapat berakibat kelainan pada gigi dan jaringan pendukungnya.

Sedangkan, penyebab tidak langsung dari susunan gigi tidak teratur, yakni, segala hal
yang menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
secara tidak langsung juga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan rahang dan
gigi geligi, seperti, faktor keturunan (genetika).

Seorang anak yang mengalami kelainan posisi gigi bisa diturunkan dari kedua orang
tuanya. Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang rahang) kelas III Angle
(cakil) kemungkinan akan mempunyai anak dengan kondisi gigi yang serupa.

Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah karena setiap orang tua pasti akan mewariskan
gen-gen (sifat menurun) kepada anak-anaknya, faktor gangguan pada janin (kongenital).

Berikan Contoh dari Orangtua

KETIDAKTERATURAN gigi dapat dicegah saat usia anak prasekolah dan sekolah dasar,
yakni pada usia 3-11 tahun.

Menurut drg Polisman Sitanggang, ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam
mencegah gigi tidak teratur, yaitu pendekatan psikologis. Secara psikologis anak-anak
belum peduli dengan keberhasilan dan kesehatan giginya. Karena itu, peran orangtualah
untuk mengajarkan pada anak tentang perlunya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.

Memberi contoh dan membiasakan menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur pada
si anak, misalnya. Setelah si anak secara psikologis dapat menerima perawatan, butuh
konsultasi ke dokter gigi untuk diambil tindakan bila dipandang perlu. “Seperti mencabut
gigi susu yang belum tanggal sedangkan gigi tetapnya sudah tumbuh,” ujarnya.

Kemudian penambalan gigi susu yang berlubang agar tidak tanggal sebelum waktunya.
Pembuatan alat (space maintainer) untuk mempertahankan posisi ruangan gigi yang telah
tanggal sebelum waktunya serta mencegah dan menghilangkan kebiasaan buruk.
Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh anak-anak seperti mengisap jari, bernapas
melalui mulut, dan proses penelanan yang salah. Karena itu, orangtua harus mengetahui
kebiasaan buruk si anak dan mencegahnya sejak dini. “Bila anak sudah melakukan
kebiasaan buruk, orangtua segera berkonsultasi ke dokter gigi untuk menghilangkan
kebiasaan buruk tersebut sebelum terjadi kelainan gigi,” tegas drg Sitanggang.(amu)
http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?
option=com_content&view=article&id=1144%3Aperawatan-gigi-susu-tentukan-bentuk-
gigi-dewasa&Itemid=38
Kebiasaan buruk yang dilakukan pada masa kanak-kanak, bisa menyebabkan gigi
moncong (maloklusi). Misalnya menghisap jari jempol, pensil, dan lain sebagainya.

Menurut dokter gigi di Rumah Sakit Mardi Rahayu Rikko Hudyono, kebiasaan menggigit
jari, bisa menyebabkan gigi maju pada bagian depan (protrusi). Meletakkan lidah di
antara gigi rahang atas dan bawah juga bisa menyebabkan gigi menjadi maju dan
renggang. ”Ngedot sampai usia SD, bernafas melalui mulut, pencabutan atau kehilangan
gigi terlalu dini, dan kerusakan gigi yang luas pada masa anak-anak (karies rampan), itu
semua termasuk penyebab, kenapa gigi bisa tumbuh moncong,”

Selain faktor kebiasaan buruk, pertumbuhan gigi yang kurang normal juga dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor skeletal. Faktor genetik, dipengaruhi oleh keturunan.
Misalnya seorang ayah yang mempunyai rahang besar dengan gigi besar, dan ibu
mempunyai rahang kecil dengan gigi kecil. Mempunyai anak yang rahangnya meniru ibu,
dan gigi meniru bapak. Hal ini dapat menyebabkan gigi berdesakan. ”Tapi, kalau anak
meniru rahang bapak dan gigi meniru ibu, susunan giginya akan terlihat renggang,”
jelasnya melalui koran ini, kemarin.

Sementara faktor skeletal, yaitu majunya gigi dan bentuk wajah dipengaruhi oleh bentuk
rahang. Misalnya bentuk rahang atas yang menonjol ke depan, akan menyebabkan gigi
tampak maju, dan bentuk wajah menjadi cembung.
”Atau sebaliknya, rahang bawah lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan rahang atas,
sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi gigitan terbalik, yaitugigi depan
terletak di belakang gigi bawah,” ujarnya.
Pertumbuhan gigi yang kurang normal tersebut, memang sulit di atasi untuk yang
dipengaruhi oleh faktor genetik dan skeletal. Tapi kalau penyebabnya karena kebiasaan
buruk, masih bisa teratasi. “Untuk mencegahnya hindari kebiasaan buruk dan dilanjutkan
dengan perawatan ortodonsia http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=16078
Kebiasaan Buruk Sebabkan Gigi Tumbuh Berjejal

Selasa, 25 September, 2001 oleh: hanny


Kebiasaan Buruk Sebabkan Gigi Tumbuh Berjejal
Gizi.net - Gigi perlu dirawat sejak dini agar anak tidak mengalami gangguan
tumbuh kembang gigi, di samping mempertahankan keadaan gigi yang normal,
sehingga saat dewasa memperoleh oklusi gigi yang harmonis, fungsional, dan
estetis. Kebiasaan mengemut makanan, minum susu dalam botol dot menjelang
tidur, mengisap jari, dan penyakit talasemia merupakan beberapa faktor penyebab
gangguan pertumbuhan gigi. Hal itu dikemukakan Prof Dr drg Retno Hayati SKM
SpKGA dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam Ilmu Kesehatan Gigi
Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Sabtu (22/9), di Jakarta.

Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi geligi bawah dengan gigi geligi atas
waktu mulut ditutup. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi di dalam lengkung
geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan
gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap tulang
tengkorak dan otot di sekitarnya, serta ada keseimbangan fungsional sehingga
memberikan estetika yang baik.

Dalam tahap pertumbuhan gigi dan perkembangan oklusi, khususnya periode transisi
pergantian gigi sulung ke gigi permanen, banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan lengkung gigi. Maloklusi bukan penyakit, melainkan keadaan
morfologik yang menyimpang dari oklusi normal dan standar estetika pada kelompok
etnik tertentu.

Karies gigi sulung menyebabkan gigi tanggal terlalu


awal. Pergeseran gigi di sebelahnya menyebabkan penyempitan ruang pada
lengkung gigi. Akibatnya, gigi permanen tidak memperoleh ruang cukup dan akan
tumbuh dengan susunan gigi berjejal.

Talasemia

Menurut Retno, faktor lingkungan yang dapat menyebabkan maloklusi mencakup


penyakit, status nutrisi, dan kebiasaan oral. Salah satu contoh penyakit yang dapat
menyebabkan maloklusi adalah talasemia. Talasemia adalah penyakit kelainan darah
yang diturunkan. Tubuh penderita tidak dapat membentuk hemoglobin dalam jumlah
cukup. Selain itu, sel darah merah pecah sebelum waktunya sehingga penderita
mengalami anemia berat.

Akibat anemia hemolitik, anak talasemia mengalami hambatan tumbuh kembang


fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan tulang
penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak maju.
Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen, muka lebih
cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua mata lebih lebar.
Dalam kaitan itu, untuk mencegah gangguan pertumbuhan tulang dan gigi, anak
perlu mendapat transfusi darah terus-menerus agar tidak anemia.

Kebiasaan minum susu dengan botol dot menjelang tidur, bisa menyebabkan karies
gigi. Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang tergenang di mulut sepanjang
malam, akan mengalami proses hidrolisa oleh bakteri plak menjadi asam yang
kemudian melarutkan email gigi. Demineralisasi ini tidak terjadi di permukaan,
melainkan di subsurface (lapisan di bawah permukaan gigi).

"Permukaan gigi tampak utuh, tetapi sebenarnya lapisan di bawahnya telah larut.
Demineralisasi awal tampak seperti bercak putih di gigi. Lama-lama kecoklatan,
kemudian berlubang," urai Retno.

Untuk mengatasi, plak yang merupakan media bakteri dan sukrosa untuk menempel
ke gigi dibersihkan, kemudian gigi diberi lapisan fluor untuk remineralisasi. Anak
sebaiknya tidak minum susu sambil tiduran, dan minum air putih setelah minum
susu. Kalau terpaksa, begitu anak tertidur, botol dot harus segera diambil dan mulut
anak dikeringkan. Akibat serupa bisa terjadi pada anak yang punya kebiasaan
mengemut makanan.

Gosok gigi harus dibiasakan begitu gigi mulai tumbuh. Namun, Retno menyarankan,
anak di bawah tiga tahun tidak menggunakan pasta gigi, karena belum mampu
berkumur-kemungkinan pasta gigi tertelan.

"Pasta gigi mengandung fluor. Fluor dalam jumlah yang tepat memang membantu
pertumbuhan gigi, tetapi kelebihan fluor menyebabkan dental fluorosis atau
gangguan struktur email gigi. Ada bagian email yang hilang, karena mengganggu
pembentukan email. Akibatnya struktur email lemah, rapuh, dan mudah erosi,"
papar Retno. (atk)

sumber: kompas, 24 september 2001 http://www.gizi.net/cgi-


bin/berita/fullnews.cgi?newsid1001350700,53012,

Anda mungkin juga menyukai