A. INDUSTRI FARMASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799/
Menkes/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, Industri Farmasi adalah badan
usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat yang dimaksud dalam
Permenkes tersebut adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat,
yang meliputi pengadaan bahan awal, dan bahan pengemas, produksi,
pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk
didistribusikan. Sedangkan pengertian obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia dan untuk pengertian bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat
maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar
dan mutu sebagai bahan baku farmasi (2).
3
4
dicatatkan dengan kode saham INF secara resmi menjadi perusahaan terbuka
dengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk.
Berselang 10 tahun kemudian, pada tahun 2011, PT. Indofarma
melakukan kuasi reorganisasi sebagai awal era percepatan pertumbuhan. Tidak
hanya melakukan reorganisasi, PT. Indofarma juga melakukan renovasi
fasilitas produksi guna meningkatkan kapabilitas untuk menciptakan kondisi
yang ideal untuk terjaminnya kualitas dan stabilitas produk yang baik. Pada
tahun 2012, PT. Indofarma juga mulai mengkomersialisasi Indomach yang
merupakan unit usaha Engineering Pharmaceutical. Beberapa alat
pengemasan dan sortir tablet salah satu contoh alat Indomach yang digunakan
di bagian produksi PT. Indofarma. Tidak hanya itu, pengembangan PT.
Indofarma sampai ke tahap pendirian laboratorium uji ekivalensi dan klinis
PT. Farmalab Indoutama sebagai Entitas Anak Kepemilikan Tidak Langsung.
Pada tahun 2015, PT. Indofarma (Tbk) melakukan resertifikasi ISO
9001:2008 issue 8 No.IDO3/00102 Produksi dan Pemasaran dari SGS
Resertifikasi CPOB dari BPOM RI untuk sediaan Tablet Biasa dan Tablet
Salut Non Betalaktam, Serbuk Oral Non Betalaktam dan Kapsul Keras Non
Betalaktam. Kemudian, satu tahun kemudian, PT. Indofarma memperoleh
sertifikat CPOTB dari BPOM RI untuk sediaan setengah padat Resertifikasi
CPOB dari BPOM RI untuk sediaan Cairan Oral Non Betalaktam dan Semi
Solid Betalaktam. Hingga di tahun 2017, memperoleh sertifikat CPOTB dari
BPOM untuk sediaan tablet, kapsul, serbuk efervesen, cairan obat dalam dan
serbuk oral.
2. Visi, Misi, Nilai Inti, dan Makna Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk.
a. Visi PT. Indofarma (Persero) Tbk.
Visi PT. Indofarma (Persero) Tbk. adalah menjadi perusahaan healthcare
Indonesia pilihan utama yang berskala global.
b. Misi PT. Indofarma (Persero) Tbk.
1) Kami adalah perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan
8
6) Responsible (Bertanggungjawab)
Bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan secara tuntas,
tanpa paksaan dan siap menerima konsekuensi
d. Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk.
4. Struktur Organisasi
1. Tablet
2. Kapsul
3. Salep
4. Krim
Fasilitas Produksi Utama 5. Gel
6. Sirup
7. Sirup kering
8. Serbuk
9. Eliksir
1. Tablet
2. Kapsul
Fasilitas Produksi obat Herbal 3. Sirup
4. Serbuk
5. Gel
1. Tablet
Fasilitas produksi Betalaktam 2. Kapsul
3. Sirup kering
Quality Assurance (QA) adalah suatu konsep yang luas yang mencakup
semua aspek yang secara kolektif maupun individual mempengaruhi mutu dari
konsep desain hingga produk tersebut ditangan konsumen sedangkan Quality
Control (QC) adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian serta dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan
relevan dan telah dilakukan
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan
personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan
semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-
masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Struktur organisasi Industri Farmasi disusun sedemikian rupa sehingga
bagian produksi, Pengawasan Mutu, Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang
penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif. Personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di
luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam
melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan pribadi atau finansial.
Industri Farmasi memberikan pelatiahan bagi seluruh personil bertugas di
dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk
personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), personil lainnya yang
kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Bagi personil baru selain
17
pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB juga mendapatkan pelatihan
sesuai tugas yang diberikan. Pelatihan spesifik diberikan kepada personil ynag
bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih
atau area penanganan bahan berpotesi tinggi, toksik atau bersifat sensititasi.
Semua karyawan sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan dan
menerapkan hygiene perorangan dengan baik. Prosedur higiene perorangan
sebaiknya diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi,
baik karyawan purna waktu, paruh waktu atau bukan karyawan yang berada di
area pabrik (misalnya karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen
senior dan inspektur). Hal ini dilakukan untuk menjamin produk dari
pencemaran dan untuk keamanan personil. Bagi karyawan yang mengidap
suatu penyakit yang dapat merugikan kualitas produk dilarang menangani
bahan atau proses produksi sampai sembuh kembali.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak
dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat.
Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran, rancangan,
konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan. Tiap sarana kerja hendaklah memadai
sehingga setiap resiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai
kesalahan lain yang dapat mempengaruhi mutu obat dapat dihindarkan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain:
18
yang ada dievaluasi ulang secara rutin untuk memastikan bahwa proses
dan prosedur tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
c. Pencegahan Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang
tepat seperti produksi dalam gedung terpisah (diperlukan untuk penicillin,
hormon seks, sitotoksik tertentu dan lain-lain), tersedia ruang penyangga
udara dan penghisap udara, memperkecil resiko pencemaran yang
disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang atau masuknya udara yang
tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai, memakai
pakaian pelindung yang sesuai, melaksanakan prosedur pembersihan dan
dekontaminasi yang efektif, menggunakan sistem self-contained, dan
pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.
d. Sistem Penomoran Bets/Lot
Sistem yang menjabarkan cara penomoran bets atau lot dibuat secara rinci
untuk mempermudah identifikasi dan penelusuran produk antara, produk
ruahan atau obat dengan nomor bets/lot tertentu. Sistem penomoran
bets/lot hendaklah menjamin bahwa bets/lot yang sama tidak digunakan
berulang.
e. Penimbangan dan Penyerahan
Perhitungan, penimbangan, penyerahan dan penanganan bahan awal,
bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan dianggap suatu bagian
dari siklus produksi yang harus tercakup dalam prosedur tertulis dan
memerlukan dokumentasi yang lengkap.
f. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan yang
dikembalikan ke tempat penyimpanan didokumentasikan dan dicek
kembalikan ke gudang, kecuali jika telah memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.
22
Bahan dan produk yang ditolak diberi penandaan yang jelas dan disimpan
di restricted area. Bahan atau produk tersebut dapat dikembalikan kepada
pemasoknya, diolah ulang atau dimusnahkan. Bahan atau produk dapat
diolah ulang atau dipulihkan asalkan layak untuk diolah ulang melalui
prosedur tertentu yang disahkan dan hasilnya masih memenuhi
persyaratan spesifikasi yang ditentukan dan tidak terjadi perubahan yang
berarti didalam mutunya. Sisa produk yang tidak layak untuk diolah ulang
atau bahan pulihan yang tidak memenuhi spesifikasi, mutu, kemanjuran
atau keamanan tidak boleh ditambahkan kedalam bets selanjutnya.
Langkah apapun yang dilakukan terhadap bahan dan produk yang ditolak,
dipulihkan dan dikembalikan harus mendapat persetujuan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) terlebih dahulu dan terdokumentasi
dengan baik.
m. Karantina dan Penyerahan Produk Jadi
Karantina produk jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum produk
jadi diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan ketat dilakukan untuk
memastikan poduk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua
spesifikasi yang ditentukan.
n. Catatan Pengedalian Pengiriman Barang
Sistem disribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjamin
obat jadi yang pertama masuk (First-In-First-Out/FIFO) dan obat jadi
yang waktu kadaluarsanya (First-Expired-First-Out/FEFO) yang paling
mendekati didistribusikan terlebuh dahulu.
o. Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk
Ruahan dan Produk Jadi
Bahan disimpan rapi dan teratur untuk mencegah resiko pencampuran atau
pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan. Kondisi
24
penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada
penandaan berdasarkan uji stabilitas.
p. Keterbatasan Pasokan Produk Akibat Kendala Proses Pembuatan
Industri farmasi atau pemilik Izin Edar hendaklah melapor kepada otoritas
terkait dalam waktu yang tepat, setiap kendala dalam kegiatan pembuatan
yang dapat mengakibatkan keterbatasan/ketergangguan pasokan. Otoritas
terkait yang dimaksud adalah Kementerian Kesehatan dan Badan POM.
6. Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan
langkah-langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi
semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk.
Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk
jadi dari Industri Farmasi ke distributor.
Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang
diperlukan terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman.
Lebih lanjut, belum ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan
dan pemeliharaan prosedur penyimpanan dan pengiriman obat, serta
pengendalian kegiatan proses distribusi. Tujuan pedoman ini adalah untuk
membantu dalam menjamin mutu dan integritas obat selama proses
penyimpanan dan pengiriman obat. Personel kunci yang terlibat dalam
penyimpanan dan pengiriman obat hendaklah memiliki kemampuan dan
pengalaman yang sesuai dengan tanggung jawab mereka untuk memastikan
bahwa obat disimpan dan dikirimkan dengan tepat. Bagian gudang hendaklah
termasuk dalam struktur organisasi industri farmasi.
Tanggung jawab, kewenangan dan hubungan timbal-balik semua personel
hendaklah ditunjukkan dengan jelas. Jika dilakukan transaksi secara elektronis,
hendaklah tersedia sistem yang memadai dan prosedur yang jelas untuk
menjamin ketertelusuran dan kepastian mutu obat. Obat hendaklah ditangani
25
E. ISO 9001
ISO 9001 merupakan lembaga internasional di bidang sistem manajemen mutu.
Suatu lembaga/organisai yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak
lain yang independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan
internasioal dalam hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang
dihasilkannya. ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem
manajeman Mutu/Kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-persyaratan
dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu.
ISO 9001:2208 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau
jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan satndar sistem manajemen kualitas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management System (ISO 9001:2008)
merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk
manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan
produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana
kebutuhan atau pesayratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh
pelanggan dan organisasi (4).
Manfaat penerapan ISO 9001:2008 adalah sebagai berikut (4):
1. Meningkatkan kepercayaan pelanggan
2. Jaminan kulaitas produk dan proses
3. Meningkatkan produktivitas perusahaan dan marketing
4. Meningkatkan mtivasi, moral dan kinerja karyawan
5. Sebagai alat analisa competitor perusahaan
6. Maningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
7. Meningkatkan cost efficiency dan keamnan produk
33