Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik


A. PUBERTAS
Masa remaja awal ditandai dengan terjadinya beberapa perubahan.
Perubahan-perubahan ini mengubah penampilan fisik begitu banyak sehingga
anak perempuan seketika terlihat seperti wanita dan anak laki-laki seperti pria.
Tinggi dan berat badan meningkat tajam sehingga ukuran badan remaja
terlihat lebih seperti orang dewasa.
Pubertas tidak sama dengan masa remaja. Bagi sebagian besar dari
kita, pubertas berakhir jauh sebelum masa remaja, meskipun pubertas adalah
penanda paling penting dari permulaan masa remaja. Pubertas adalah periode
pematangan fisik yang cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh
yang terjadi terutama pada masa remaja awal. (Santrock, 2011).
Pubertas diawali dengan produksi hormon seksual oleh ovarium pada
wanita dan testis pada pria. Hormon-hormon ini memicu serangkaian
perubahan fisiologis yang mengarah ke ovulasi dan menstruasi pada wanita
dan produksi sel sperma pada laki-laki. Ini adalah karakteristik seks utama
yang menunjukkan bahwa remaja memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Perubahan-perubahan fisik ini disertai dengan aktivasi hasrat seksual dan
peningkatan berkencan, berciuman, mengelus, masturbasi, dan aktivitas
seksual lainnya. (Lahey, 2012).
Masa ini adalah masa peralihan dari masa sekolah menuju masa
pubertas, di mana seorang anak yang telah besar, (puer = anak besar) ini
berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap, termasuk kelompok
orang dewasa.

1
Pra pubertas adalah saat-saat terjadinya kemasakan seksual yang
seungguhnya, bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologik yang
berhubungan dengan kemasakan kalenjar endokerin. Kalejar endokerin adalah
kalenjar yang bermuara langsung di dalam saluran darah. Dengan melalui
pertukaran zat yang ada di antara jaringan-jaringan kalenjar dengan pembuluh
rambut di dalam kalenjar tadi. Zat-zat yang dikeluarkan itu disebut hormon,
selanjutnya hormon-hormon tadi memberikan stimulasi pada tubuh anak,
sedemikian rupa. Sehingga anak merasakan adanya rangsangan-rangsangan
tertentu. Suatu rangsangan hormonal ini menyebabkan rasa tidak tenang pada
diri anak, suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumnya pada akhir dunia
anak-anaknya yang cukup menggembirakan.
Peristiwa kemasakan tersebut pada wanita terjadi 1,5 sampai 2 tahun
lebih awal daripada pria. Terjadinya kemasakan jasmani bagi wanita biasa
ditandai dengan adanya menstruasi pertama. Sedang pada pria ditandai
dengan keluarnya sperma yang pertama, biasanya lewat bermimpi merasakan
kepuasan seksual.
Bagi masa remaja awal, adanya kematangan jasmani (seksual) itu pada
umumnya digunakan dan dianggap sebagai tanda-tanda primer akan
datangnya masa remaja.
Adapun tanda-tanda lain disebutnya sebagai tanda sekunder dan tanda
tertier (Ahmadi & Sholeh, 1991).
Tanda-tanda sekunder dapat disebutkan antara lain:
- Pria
a. Tumbuhnya suburnya rambut pada janggut, kumis, dan
lain-lain.
b. Selaput suara semakin besar dan berat.
c. Badan mulai membentuk “Segi Tiga”, urat-uratpun jadi
kuat, dan muka bertambah persegi.

2
- Wanita
a. Pinggul semakin besar dan melebar.
b. Kalenjar-kalenjar pada dada menjadi berisi (lemak).
c. Suara menjadi bulat, merdu, dan tinggi.
d. Muka menjadi bulat dan berisi.

Tanda lain yang jelas dari pubertas adalah peningkatan cepat dalam
berat badan dan tinggi badan yang dikenal sebagai adolescent growth spurt.
Sebelum pubertas, peningkatan berat badan yang cepat sering terjadi, sebagian
besar dalam bentuk lemak. Ini bisa menjadi sumber keprihatinan baik bagi
remaja maupun orang tuanya, tetapi segera sebagian besar berat badan ini
disebarluaskan ke bagian tubuh lainnya. Pada sekitar masa pubertas, remaja
tiba-tiba menjulang tinggi.

B. CITRA DIRI
Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik pada masa pubertas
adalah: remaja sibuk dengan tubuh mereka dan mengembangkan gambaran
seperti apa tubuh mereka (Mueller, 2009). Kepedulian akan “citra tubuh”
sangat kuat sepanjang masa remaja, tetapi terutama selama masa remaja awal.
Perbedaan gender mencirikan persepsi remaja tentang tubuh mereka. Secara
umum, anak perempuan kurang senang dengan tubuh mereka dan memiliki
lebih banyak “citra tubuh” negatif daripada anak laki-laki sepanjang masa
pubertas (Bearman & lain-lain, 2006). Seiring dengan perubahan pubertas,
perempuan sering menjadi lebih tidak puas dengan tubuh mereka, mungkin
karena lemak tubuh mereka meningkat. Sebaliknya, anak laki-laki menjadi
lebih puas ketika mereka bergerak melalui pubertas karena massa otot mereka
meningkat (Santrock, 2011).

3
C. OTAK

Seiring dengan bagian tubuh lainnya, otak juga berubah selama masa
remaja, tetapi studi tentang perkembangan otak remaja masih dalam tahap
awal. Ketika kemajuan teknologi terjadi, langkah yang signifikan juga akan
mungkin dibuat dalam memetakan perubahan perkembangan otak remaja
(Paus, 2009; Steinberg, 2009).

Peneliti menemukan bahwa hampir dua kali lebih banyak koneksi


sinaptik dibuat daripada yang pernah digunakan (Huttenlocher & Dabholkar,
1997). Koneksi yang digunakan diperkuat dan bertahan, sedangkan koneksi
yang tidak terpakai diganti dengan jalur lain atau menghilang. Artinya, dalam
bahasa ilmu saraf, koneksi ini akan “dipangkas.”

Hasil dari pemangkasan ini adalah bahwa pada masa remaja, individu
memiliki “koneksi saraf yang lebih sedikit, lebih selektif, lebih efektif
daripada yang mereka lakukan sebagai anak-anak.” (Kuhn, 2009, p. 153). Dan
pemangkasan ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan remaja untuk
terlibat dan tidak terlibat dalam pengaruh koneksi saraf mana yang akan
diperkuat dan mana yang akan hilang.

Banyak perubahan di otak remaja yang telah dijelaskan melibatkan


bidang ilmu sosial yang berkembang pesat, yang melibatkan hubungan antara
perkembangan, otak, dan proses sosioemosional (de Haan & Gunnar, 2009).
Misalnya, pertimbangkan pandangan peneliti terkemuka Charles Nelson
(2003) bahwa, meskipun remaja mampu memiliki emosi yang sangat kuat,
korteks prafrontal mereka belum berkembang secara memadai ke titik di mana
mereka dapat mengendalikan gairah ini. Seolah-olah otak mereka tidak
memiliki rem untuk memperlambat emosi mereka.

4
2.2 Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran
adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman,
penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Kognitif adalah suatu proses berpikir,
yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif
berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai
seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan
belajar (Susanto, 2011:47).

A. TEORI PIAGET
Perkembangan kognitif remaja menggambarkan bagaimana pikiran remaja
berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif
remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi
formal (period of formal operation).
Apa karakteristik dari tahap operasional formal? Pemikiran
operasional formal lebih abstrak daripada pemikiran operasional konkret.
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkrit sebagai jangkar
pemikiran. Mereka dapat memunculkan situasi-situasi makebelieve, proposisi
abstrak, dan peristiwa-peristiwa yang murni hipotetis, dan dapat mencoba
untuk berpikir logis tentang mereka. Kualitas pemikiran abstrak selama tahap
operasional formal terbukti dalam kemampuan pemecahan masalah verbal
remaja. Sedangkan pemikir operasional konkret perlu melihat unsur-unsur
beton A, B, dan C untuk dapat membuat kesimpulan logis bahwa jika A = B
dan B = C, maka A = C, pemikir operasional formal dapat memecahkan
masalah ini hanya melalui presentasi lisan. Indikasi lain dari kualitas abstrak
pemikiran remaja adalah kecenderungan mereka yang meningkat untuk
berpikir tentang pikiran itu sendiri. Seorang remaja berkomentar, “Saya mulai

5
berpikir mengapa saya berpikir seperti apa saya. Kemudian saya mulai
berpikir mengapa saya berpikir tentang apa yang saya pikirkan tentang diri
saya. ”Jika ini terdengar abstrak, dan itu menggambarkan fokus remaja yang
meningkat pada pikiran dan kualitas abstraknya. Mendampingi sifat abstrak
pemikiran operasional formal dianggap penuh dengan idealisme dan
kemungkinan, terutama selama awal tahap operasional formal, ketika
asimilasi mendominasi. Remaja terlibat dalam spekulasi panjang tentang
karakteristik ideal — kualitas yang mereka inginkan dalam diri mereka sendiri
dan orang lain. Pemikiran seperti itu sering membuat remaja membandingkan
diri mereka dengan orang lain sehubungan dengan standar ideal tersebut. Dan
pikiran mereka sering kali merupakan peluang fantasi untuk kemungkinan
masa depan. Pada saat yang sama ketika para remaja berpikir lebih abstrak
dan idealis, mereka juga berpikir lebih logis. Anak-anak cenderung
memecahkan masalah melalui trial and error; remaja mulai berpikir lebih
sebagai seorang ilmuwan berpikir, menyusun rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji solusi. Jenis pemecahan masalah ini
membutuhkan penalaran hipotetis-deduktif, yang melibatkan pembuatan
hipotesis dan menyimpulkan implikasinya, langkah-langkah yang
memberikan cara untuk menguji hipotesis. Dengan demikian, pemikir
operasional formal mengembangkan hipotesis tentang cara memecahkan
masalah dan kemudian secara sistematis menyimpulkan jalur terbaik untuk
mengikuti untuk memecahkan masalah (Santrock, 2011.)
Idealnya, seorang remaja sudah punya pola pikir sendiri. Diantaranya
bisa digambarkan yaitu: mulai bisa berpikir logis tentang suatu gagasan yang
abstrak, mulai bisa membuat rencana, strategi, membuat keputusan,
memecahkan masalah, serta mulai memikirkan masa depan, muncul
kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji hipotesis atau
permasalahan, belajar instropeksi diri, wawasan berpikirnya semakin luas,
bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, jati diri atau identitas. Para remaja

6
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan
mengadaptasi informasi tersebut dengan pemikirannya sendiri (Santrock,
2003).

B. PERKEMBANGAN MINAT DAN BAKAT

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang


masih perlu dikembangkan melalui latihan. Jadi, bakat adalah kemampuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif
bersifat umum atau khusus (talenta) (Fatimah, 2010).

Sedangkan minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan – kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada
suatu pilihan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa bakat dan minat berbeda
tetapi memiliki kesamaan dalam hal pilihannya terhadap suatu hal
tertentu (Mappiare, 1982).

Faktor perbedaan bakat atau minat khusus bergantung pada seks,


intelegensi, lingkungan dimana dia hidup, kesempatan untuk mengembangkan
minat, minat teman sebaya, status dalam kelopok sosial, kemampuan bawaan,
minat keluarga, dll. Dalam masa remaja, minat yang dibawa pada masa
kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang.
Selain itu, tanggung jawab yang harus dipikul semakin besar serta
berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati, maka remaja dari
waktu ke waktu harus membatasi minatnya (Hurlock, 1980).

C. EGOSENTRISME REMAJA
“In youth, we clothe ourselves with rainbows, and go brave as the
zodiac.” — Ralph Waldo Emerson, American Poet, 19th Century (Santrock,
2011).

7
Egosentrisme remaja adalah kesadaran diri remaja yang tinggi.
Menurud David Elkind (1976) ada empat ciri utama dari adolescent
egocentrism:
a. Imaginary audience. Banyak remaja bertindak seolah-olah mereka percaya
bahwa penonton menonton semua yang mereka lakukan. Jika mereka
tersandung, tergagap-gagap, atau mengenakan pakaian yang salah, semua
orang akan memperhatikan dan membicarakannya.
b. Personal fable. Remaja sering percaya bahwa tidak ada yang memiliki
masalah serupa atau mungkin mengerti apa yang sedang dia alami. Rasa
keunikan pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak ada yang
bisa mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Sebagai bagian dari
upaya mereka untuk mempertahankan rasa keunikan pribadi, remaja
mungkin membuat cerita tentang diri yang penuh dengan fantasi,
membenamkan diri dalam dunia yang jauh dari kenyataan (Santrock, 2011).
c. Hypocrisy. Seringkali baik bagi remaja untuk menyalin pekerjaan rumah
orang lain, tetapi seorang guru yang meninggalkan kelas untuk melakukan
panggilan telepon pribadi yang singkat tidak bertanggung jawab di mata
remaja.
d. Pseudostupidity, Elkind percaya bahwa remaja sering menggunakan logika
yang terlalu sederhana. Misalnya, ketika remaja mengatakan, “Jika pecandu
alkohol tahu mereka akan mati karena sirosis hati, mengapa mereka tidak
berhenti?” mereka gagal mempertimbangkan banyak faktor yang
berkontribusi terhadap kecanduan alkohol. Dengan demikian, pemikiran
mereka terkadang terdistorsi sedikit oleh egosentrisme mereka, membuat
hubungan mereka satu sama lain dan dengan orang dewasa lebih sulit secara
bersamaan (Lahey, 2012).

8
2.3 Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan dari masa
remaja ke masa dewasa ditandai oleh perubahan dalam lingkup emosional dan
sosial dalam kehidupan kita (Lahey, 2012). Perubahan yang signifikan ini
termasuk peningkatan upaya untuk memahami diri sendiri dan mencari
identitas. Perubahan juga terjadi dalam konteks sosial kehidupan remaja,
dengan transformasi yang terjadi dalam hubungan dengan keluarga dan teman
sebaya dalam konteks budaya. Remaja juga dapat mengembangkan masalah
sosioemosional, seperti kenakalan dan depresi.
A. HARGA DIRI
Beberapa kritikus berpendapat bahwa perubahan perkembangan dan
perbedaan gender dalam harga diri selama masa remaja telah dibesar-besarkan
(Harter, 2006). Terlepas dari perbedaan hasil dan interpretasi, harga diri anak
perempuan cenderung menurun setidaknya selama masa remaja awal.
Mengapa harga diri para gadis menurun selama masa remaja awal? Satu
penjelasan menunjukkan gambar tubuh negatif perempuan selama perubahan
pubertas. Penjelasan lain melibatkan minat yang lebih besar remaja putri
remaja mengambil dalam hubungan sosial dan kegagalan masyarakat untuk
menghargai ketertarikan itu (Impett & lain-lain, 2008). Harga diri
mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan (Krueger,
Vohs, & Baumeister, 2008). Harga diri remaja mungkin menunjukkan
persepsi tentang apakah dia cerdas dan menarik, misalnya, tetapi persepsi itu
mungkin tidak akurat. Dengan demikian, harga diri yang tinggi dapat merujuk
pada persepsi yang akurat dan dibenarkan tentang nilai seseorang sebagai
seseorang dan keberhasilan dan pencapaian seseorang, tetapi itu juga dapat
menunjukkan rasa superioritas yang arogan, megah, tidak beralasan terhadap
orang lain. Dengan cara yang sama, harga diri yang rendah dapat
menunjukkan persepsi yang akurat tentang kekurangan seseorang atau

9
ketidaksadaran yang patuh, bahkan patologis dan rendah diri (Santrock,
2011).

B. IDENTITAS

Siapa saya? Sebenarnya saya ini apa? Apa yang akan saya lakukan
dengan hidup saya? Apa yang berbeda dengan saya? Bagaimana saya bisa
membuatnya sendiri? Pertanyaan-pertanyaan ini merefleksikan pencarian
identitas. Sejauh ini teori perkembangan identitas yang paling komprehensif
dan provokatif adalah Erik Erikson.

Apa itu Identitas? Identitas adalah potret diri yang terdiri dari banyak
bagian, termasuk ini:

- Karir dan jalur kerja yang ingin diikuti (identitas kejuruan / karir)
- Apakah orang itu konservatif, liberal, atau menengah-dari-jalan
(identitas politik)
- Keyakinan spiritual seseorang (identitas agama)
- Apakah orang itu lajang, menikah, bercerai, dan sebagainya
(identitas hubungan)
- Sejauh mana orang tersebut termotivasi untuk mencapai dan
intelektual (prestasi, identitas intelektual)
- Apakah orang itu heteroseksual, homoseksual, atau biseksual
(identitas seksual)
- Bagian mana dari dunia atau negara seseorang berasal dan
seberapa intens orang tersebut mengidentifikasikan diri dengan
warisan budayanya (identitas budaya / etnis)
- Hal-hal yang disukai orang, yang dapat mencakup olahraga,
musik, hobi, dan sebagainya (minat)

10
- Karakteristik kepribadian individu, seperti introvert atau
ekstrovert, cemas atau tenang, ramah atau bermusuhan, dan
sebagainya (kepribadian)
- Citra tubuh individu (identitas fisik)

Pengembangan identitas dilakukan dalam bentuk potongan-potongan.


Keputusan tidak dibuat sekali dan untuk semua, tetapi harus dilakukan lagi
dan lagi. Pengembangan identitas tidak terjadi dengan rapi, dan itu tidak
terjadi secara dahsyat (Cote, 2009).

Erik Erikson (1950, 1968) adalah yang pertama mengerti bagaimana


pertanyaan sentral tentang identitas adalah untuk memahami perkembangan
remaja. Selama ini, kata Erikson, remaja dihadapkan dengan memutuskan
siapa mereka, apa saja hal-hal tentang mereka, dan kemana tujuan hidup
mereka.

Pencarian identitas selama masa remaja dibantu oleh moratorium


psikososial, yang merupakan istilah Erikson untuk kesenjangan antara
keamanan masa kanak-kanak dan otonomi orang dewasa. Selama periode ini,
masyarakat meninggalkan para remaja yang relatif bebas dari tanggung jawab
dan bebas untuk mencoba identitas yang berbeda. Eksperimen remaja dengan
peran dan kepribadian yang berbeda. Mereka mungkin ingin mengejar satu
karir satu bulan (pengacara, misalnya) dan karir lain bulan depan (dokter,
aktor, guru, pekerja sosial, atau astronot, misalnya). Mereka mungkin
berpakaian rapi satu hari, dengan sembrono di hari berikutnya. Eksperimen ini
adalah upaya yang disengaja pada sebagian remaja untuk mencari tahu di
mana mereka cocok di dunia. Sebagian besar remaja akhirnya membuang
peran yang tidak diinginkan.

Remaja yang berhasil mengatasi identitas yang saling bertentangan


muncul dengan kesadaran diri yang baru yang menyegarkan dan dapat

11
diterima. Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitas ini
menderita apa yang disebut Erikson sebagai kebingungan identitas.
Kebingungan ini mengambil salah satu dari dua program: Individu menarik
diri, mengisolasi diri dari teman sebaya dan keluarga, atau mereka
membenamkan diri di dunia teman-teman dan kehilangan identitas mereka di
kerumunan (Santrocks, 2011).

C. HUBUNGAN SOSIAL
a. Pertemanan
Bagi kebanyakan anak, menjadi populer dengan teman
sebayanya adalah motivator yang kuat. Dimulai pada masa remaja
awal, bagaimanapun, remaja biasanya lebih memilih untuk memiliki
lebih sedikit pertemanan yang lebih intens dan intim daripada anak-
anak muda.
Harry Stack Sullivan (1953) adalah ahli teori yang paling
berpengaruh untuk mendiskusikan pentingnya persahabatan remaja.
Selama masa remaja, kata Sullivan, teman menjadi semakin penting
dalam memenuhi kebutuhan sosial. Secara khusus, Sullivan
berpendapat bahwa kebutuhan untuk keintiman mengintensifkan
selama masa remaja awal, memotivasi remaja untuk mencari teman
dekat. Jika remaja gagal mengembangkan persahabatan yang erat,
mereka mengalami kesepian dan rasa harga diri yang berkurang.
Banyak gagasan Sullivan telah bertahan dalam ujian waktu.
Misalnya, laporan remaja mengungkapkan informasi pribadi dan
intim kepada teman-teman mereka lebih sering daripada anak-anak
yang lebih muda (Buhrmester, 1998). Remaja juga mengatakan
bahwa mereka lebih bergantung pada teman daripada pada orang tua
untuk memenuhi kebutuhan mereka akan persahabatan, kepastian
nilai, dan keintiman. Naik turunnya pengalaman dengan teman-

12
teman membentuk kesejahteraan remaja (Bukowski, Motzoi, &
Meyer, 2009; Laursen & Pursell, 2009).

b. Hubungan Percintaan
Remaja menghabiskan banyak waktu baik berkencan atau
berpikir tentang kencan (Collins, Welsh, & Furman, 2009; Connolly
& McIsaac, 2009). Kencan dapat menjadi bentuk rekreasi, sumber
status, latar untuk belajar tentang hubungan yang dekat, serta cara
menemukan pasangan.
Ada tiga tahap ciri pengembangan hubungan romantis di masa
remaja (Connolly & McIsaac, 2009):
- Masuk ke atraksi romantis dan afiliasi sekitar usia 11
hingga 13 tahun. Tahap awal ini dipicu oleh pubertas. Dari
11 hingga 13, remaja menjadi sangat tertarik dengan
romantisme dan mendominasi banyak percakapan dengan
teman sesama jenis. Mengembangkan naksir seseorang
adalah hal yang biasa dan naksir sering dibagikan dengan
seorang teman sesama jenis. Remaja muda mungkin atau
mungkin tidak berinteraksi dengan individu yang menjadi
objek kegilaan mereka. Ketika kencan terjadi, biasanya
terjadi dalam pengaturan grup.
- Menjelajahi hubungan romantis pada usia sekitar 14 hingga
16 tahun. Pada titik ini pada masa remaja, dua jenis
keterlibatan romantis terjadi:
(a.) Kencan santai muncul antara individu-individu yang
saling tertarik. Pengalaman kencan ini seringkali
singkat, bertahan paling lama beberapa bulan, dan
biasanya hanya bertahan selama beberapa minggu.

13
(b.) Kencan dalam kelompok adalah umum dan
mencerminkan tertanam dalam konteks teman sebaya.
Teman sering bertindak sebagai fasilitator pihak ketiga
dari hubungan kencan potensial dengan
mengkomunikasikan minat romantis teman mereka dan
menegaskan apakah ketertarikan ini berbalas.
(c.) Mengkonsolidasikan ikatan romantis diadik pada
sekitar 17 hingga 19 tahun. Pada akhir tahun-tahun
sekolah menengah, hubungan romantis yang lebih
serius berkembang. Ini ditandai dengan ikatan
emosional yang kuat yang lebih mirip dengan
hubungan romantis dewasa. Obligasi ini sering lebih
stabil dan tahan lama daripada obligasi sebelumnya,
biasanya berlangsung satu tahun atau lebih

D. PERMASALAHAN REMAJA
Sejak 1994, ketika teks Amerika pertama pada psikologi remaja
diterbitkan oleh G. Stanley Hall, sebuah perdebatan terus berlanjut tentang
sifat emosi remaja. Apakah itu kesenangan atau seperti yang Hall akan miliki,
saat “badai dan stres”? Seperti banyak debat filosofis yang akhirnya
diselesaikan oleh bukti ilmiah, kebenaran terletak di suatu tempat di antara
sudut pandang ekstrem.
Bertentangan dengan pandangan populer remaja, penelitian saat ini
menunjukkan bahwa sekitar 80% remaja relatif bahagia dan disesuaikan
dengan baik (Arnett, 1999; Shaffer & lainnya, 1996). Di sebagian besar
wilayah, remaja juga disesuaikan dengan anak-anak dan orang dewasa, tetapi
ada tiga area di mana remaja memiliki masalah yang lebih besar daripada
orang yang lebih muda dan lebih tua:

14
i. Konflik Orangtua-Anak
Konflik antara orang tua dan anak meningkat selama
masa remaja awal dan tetap umum sampai mereka menurun
pada remaja akhir (Arnett ,1999). Konflik-konflik ini
biasanya berfokus pada pacaran, berapa lama remaja harus
jauh dari rumah, di mana mereka bisa pergi, dan dengan
siapa mereka dapat bersama (yang sering mencerminkan
perbedaan dalam pandangan orang tua dan remaja tentang
seks, alkohol, narkoba, kenakalan, dan keamanan).
ii. Perubahan Suasana Hati
Banyak penelitian menunjukan itu sekarang,
dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan dewasa, remaja
mengalami lebih banyak pergeseran suasana hati dan suasana
hati yang lebih positif dan negatif. (Arnett, 1999; Roberts,
Caspi & Moffitt, 2001). Dibandingkan dengan anak-anak dan
orang dewasa, remaja juga jauh lebih mungkin untuk merasa
sadar diri, malu, canggung, kesepian, gelisah, dan terabaikan.
iii. Perilaku Berisiko
Selama masa remaja, ada peningkatan tajam dalam
jumlah perilaku yang membuat anak terancam bahaya. Ada
peningkatan yang mencolok dalam minum untuk menjadi
mabuk, penggunaan obat-obatan, mengemudi sembarangan
(kecelakaan mobil dan kematian), hubungan seks tanpa
kondom, aggresion, dan perilaku nakal, yang tidak menurun
sampai awal masa dewasa (Arnett, 1999; Steinberg, 2009).
Tingkat bunuh diri juga meningkat secara dramatis selama
masa remaja (tetapi masih jauh lebih rendah daripada di
masa dewasa).

15
Mengapa perubahan yang tidak menguntungkan ini
terjadi selama masa remaja? Tidak ada yang tahu pasti, tetapi
tampaknya masa remaja adalah masa yang sulit bagi banyak
anak muda karena kombinasi alasan. Perubahan di otak,
peningkatan hormon seks, peningkatan stres sosial, dan
konflik otonomi selama periode transisi alami ini tampak
untuk terlibat (Arnett, 1999; Casey, Jones, & Hare, 2008;
Spear, 2000).
iv. Kenakalan Remaja
Label kenakalan remaja diterapkan pada remaja yang
melanggar hukum atau terlibat dalam perilaku yang dianggap
ilegal. Seperti kategori gangguan lainnya, kenakalan remaja
adalah konsep yang luas; pelanggaran hukum berkisar dari
membuang sampah sampai pembunuhan.
v. Depresi dan Bunuh Diri
Seberapa luas depresi pada masa remaja? Tingkat
pernah mengalami gangguan depresi mayor berkisar 15
hingga 20 persen untuk remaja (Graber & Sontag, 2009).
Faktor keluarga tertentu berisiko menyebabkan remaja
mengalami depresi (Graber & Sontag, 2009; Liem, Cavell, &
Lustig, 2010; Waller & Rose, 2010). Ini termasuk memiliki
orang tua yang depresi, orang tua yang tidak merengkuh
secara emosional, orang tua yang memiliki konflik
perkawinan tinggi, dan orang tua dengan masalah keuangan.
Hubungan teman sebaya yang buruk juga dikaitkan
dengan depresi remaja (Kistner & lain-lain, 2006). Tidak
memiliki hubungan dekat dengan sahabat, memiliki lebih
sedikit kontak dengan teman, dan mengalami penolakan

16
teman sebaya, semua meningkatkan kecenderungan depresi
pada remaja.
Perilaku bunuh diri jarang terjadi di masa kanak-kanak
tetapi meningkat pada masa remaja dan kemudian meningkat
lebih lanjut di masa dewasa yang sedang berkembang (Park
& lain-lain, 2006). Bunuh diri adalah penyebab kematian
ketiga di usia 10 hingga 19 tahun saat ini di Amerika Serikat
(Pusat Statistik Kesehatan Nasional, 2008; Piruccello,
2010).

17

Anda mungkin juga menyukai