Anda di halaman 1dari 25

PSIKOLOGI SOSIAL (I)

Mata Kuliah Psikologi Umum II


Pertemuan Ke : ( 13)
DosenPengampu : Debby Anggraini Daulay, M.Psi., Psikolog

Kelas : B
No. Nama NIM Skor Skor
Presentasi Makalah
1. Santri Amanah 18110
2. Gieta Qoery R 18111
3. Viny Andriani 18112
4. Rachel Medi 18113
Sipayung
5. Nizla Mahyuni 18114

Universitas Sumatera Utara


Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi

Medan - 2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
BAB I .................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
Defenisi Psikologi Sosial ................................................................................................ 3
Kelompok dan Pengaruh Sosial ...................................................................................... 3
Deindividuasi .............................................................................................................. 4
Uninvolved Bystanders ............................................................................................... 4
Bekerja dan Pemecahan Masalah Dalam Kelompok .................................................. 6
Konformitas , Peran sosial dan Kepatuhan ................................................................. 8
Sisi Positif dari Kelompok ........................................................................................ 11
Sikap dan Persuasi ........................................................................................................ 12
Asal Mula Sikap ........................................................................................................ 12
Persuasi dan Perubahan Sikap................................................................................... 13
BAB II............................................................................................................................... 18
KASUS ............................................................................................................................. 18
Sumber Kasus ............................................................................................................... 18
Identitas ......................................................................................................................... 18
Gambaran Kasus ........................................................................................................... 18
BAB III ............................................................................................................................. 21
ANALISA KASUS ........................................................................................................... 21
Evaluasi Kasus .................................................................................................................. 21
Rekomendasi ................................................................................................................. 21
Senarai .......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

2
BAB I

PEMBAHASAN

Defenisi Psikologi Sosial nizla


Psikologi sosial adalah cabang psikologi yang mempelajari individu ketika
mereka berinteraksi dengan orang lain atau kelompok. Sampai saat ini, kami telah
mempelajari orang-orang sebagai individu yang dihapus dari konteks sosial di
mana mereka hidup. Tetapi orang hidup dengan orang lain. Pembelajaran mereka
yang paling penting datang dari orang lain, motif mereka yang paling penting
adalah motif sosial, dan sebagainya. Psikologi Sosial membuat intervensi untuk
membentuk tingkah laku manusia agar lebih adaptif dan tepat guna dalam situasi
dimana orang itu berada.

Orang hampir selalu bersama orang lain. Itu bagian dari sifat manusia
sebagai makhluk sosial. Aristotle menulis, "Manusia pada dasarnya adalah
binatang sosial ... Siapa pun yang tidak dapat menjalani kehidupan bersama atau
hidup mandiri tanpa perlu, dan karena itu tidak mengambil bagian dalam
masyarakat, adalah makhluk buas atau dewa." Orang butuh, suka, dan sangat
dipengaruhi oleh orang. Psikolog sosial mempelajari atraksi, kebutuhan, dan
pengaruh ini.

Tidak akan cukup untuk mempelajari manusia secara terpisah, kita harus
memeriksa psikologi individu dalam konteks situasi sosial di mana mereka hidup.
Untuk memahami orang sepenuhnya, kita harus melihat bagaimana mereka
dipengaruhi oleh konteks sosial mereka.

Kelompok dan Pengaruh Sosial


Kita mulai tentang pengaruh sosial dengan melihat efek dari menjadi
anggota kelompok. Anda dapat memahami kekuatan pengaruh sosial hanya
dengan melihat wajah negatif dan positifnya.

3
Deindividuasi nizla
Mendekati abad ke-20, seorang pria Afrika-Amerika bernama William C
ditangkap dan dituduh membunuh sapi keluarga kulit putih di selatan Lou lynch
gerombolan mengambil Carr dari sheriff, yang tidak melawan mereka, dan
melakukan persidangan. Selama era di mana penggantungan ini terjadi, rata-rata
dua orang Amerika digantung setiap minggu di Amerika Serikat. Pembantaian ini
tentang prasangka rasial, tetapi mereka banyak membahas tentang efek kelompok
terhadap perilaku individu. Massa Lynch hampir tidak pernah orang yang telah
membunuh sebelumnya ketika al yang akan membunuh sendiri sesudahnya.
Sesuatu tentang berada dalam kelompok mengubah individu yang tidak mampu
membunuh menjadi gerombolan yang sangat mampu membutuhkan (Postmes &
Spears, 1998). Analisis penggantungan selama periode 47 tahun menemukan
kekejaman terburuk terjadi ketika massa lebih besar dan masing-masing individu
merasa lebih anonyous (Mullen, 1986). Suatu proses merasa anonim dan tidak
dapat diidentifikasi dalam suatu kelompok adalah deindividuation (Zimbardo,
1969). Dalam keadaan ini, orang kurang menyadari perilaku dan kurang peduli
dengan apa yang orang lain pikirkan tentang perilaku mereka. Perasaan itu adalah
peningkatan kemungkinan melakukan tindakan yang biasanya tidak akan Anda
lakukan. Dalam sebuah kelompok di mana penampilan setiap orang sama - seperti
mengenakan pakaian yang sama - dan menstimulasi faktor lingkungan seperti
panas dan kebisingan di dalam kemungkinan terjadinya deindividuasi. Pikirkan
sendiri: tingkah laku Anda sendiri di pertandingan, berpakaian dalam warna tim.
Anda mungkin meneriaki penghinaan vulgar di tim lawan atau lebih agresif dari
biasanya. Seperti penelitian pada lynch mobs menunjukkan. Pengekangan yang
diakibatkan oleh deindividuasi dapat membuat orang lebih agresif menjadi lebih
agresif ketika mereka tidak dapat diidentifikasi (Zimbardo, 19).

Uninvolved Bystanders viny


Pada April 2010 seorang pria tunawisma yang baru saja menyelamatkan
seorang wanita dari ditikam oleh perampok. Dia terbaring sekarat ketika puluhan
orang berjalan tanpa membantu. Ratusan ribu orang menonton video itu di
YouTube, tetapi bagi para psikolog ini adalah contoh lain dari apa yang disebut
efek pengamat. "Efek Pengamat” terkenal di telinga insiden sebelumnya. Pada

4
tahun 1964, surat kabar dan majalah dipenuhi dengan cerita-cerita tentang
kematian Kitty Genovese. Cerita-cerita itu menggambarkan bagaimana dia
ditikam sampai mati di daerah perumahan di New York City selama 30 menit
sementara 38 tetangganya datang ke jendela mereka dan menonton. Luar biasa,
tidak ada yang keluar untuk membantu atau bahkan menelepon polisi. Bagaimana
hal seperti itu dapat ditunda? Apakah Kitty kebetulan tinggal di lingkungan yang
tidak peduli? Para ahli psikolog tidak berpikir itu adalah jawaban dan
meluncurkan sejumlah studi tentang mengapa berada dalam kelompok yang tidak
terstruktur sering membuat setiap individu lebih kecil kemungkinannya untuk
membantu seseorang yang membutuhkan. Menariknya, laporan berita kematian
Ms. Genovese berubah menjadi sangat tidak akurat. Tinjauan transkrip
persidangan dari penyerangnya dio tidak mendukung Gagasan bahwa 38 orang
benar-benar menyaksikan acara tersebut dan melakukan bantuan yang tidak
diketahui (Manning, Levine, & Collins, 2007). Meskipun demikian, mitos urban
ini merangsang beberapa penelitian yang sangat solid.

Bibb Latané, John Darley, dan Judith Rodin melakukan serangkaian


percobaan dalam upaya untuk memahami kurangnya tindakan oleh pengamat
ketika mereka melakukan satu eksperimen (Latané & Rodin, 1969) , seorang
peneliti perempuan ketika perguruan tinggi melakukan kecelakaan palsu. Para
siswa mendengar dia memanjat dan kemudian jatuh dari kursi. Dia mengerang
seolah-olah sangat kesakitan dan memohon seseorang untuk membantunya keluar
dari benda berat. Ketika para siswa sendirian di bagian lain ruangan, 70% pergi
untuk membantunya. Tetapi ketika mereka dipasangkan dengan satu siswa lain
yang tidak menanggapi pertolongan wanita itu, hanya 7% mencoba untuk
membantu.

Dalam eksperimen yang sama (Darley & Latané, 1968), mahasiswa


"mendengar" kejang epilepsi bertahap melalui interkom. . Delapan puluh lima
persen siswa berusaha mencari bantuan untuk korban kejang ketika mereka pikir
mereka sendiri yang mendengarnya, tetapi ketika mereka berpikir bahwa orang
lain juga mendengarkan, hanya 30% yang mencari bantuan. Psikolog sosial tidak
berpikir bahwa para pengamat yang gagal membantu dalam keadaan darurat
kurang memiliki kualitas pribadi; sebaliknya, mereka dipengaruhi oleh berada

5
dalam suatu kelompok. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa semakin
besar kelompoknya, semakin kecil kemungkinan seseorang untuk menawarkan
diri membantu orang yang sedang kesusahan (Garcia-Herrero & lainnya, 2002:
Latané & Nida, 1981)

Mengapa kita kurang suka membantu ketika kita dalam kelompok yang
tidak terstruktur? Latané dan Darley (1970) mengemukakan bahwa berada di
hadapan orang lain memengaruhi persepsi kita tentang kebutuhan akan bantuan
dan tanggung jawab kita untuk membantu. Ketika kami melihat suatu peristiwa,
kami mencari informasi kepada orang lain. Jika tidak ada orang lain yang
berusaha membantu, maka kecil kemungkinannya kami akan membantu karena
kelihatannya tidak ada alasan untuk membantu: "Tidak ada yang terlihat khawatir,
jadi tidak boleh ada masalah." Seperti yang disebutkan dalam eksperimen "wanita
dalam kesusahan" Latané dan Rodin, 70% dari individu yang pergi sendirian
mencari bantuan untuk orang yang telah jatuh, tetapi jumlah itu berkurang
menjadi 7% ketika mereka dipasangkan dengan orang lain (sebenarnya
Konfederasi ahli percobaan) yang tidak berusaha sama sekali untuk menawarkan
bantuan. Dalam eksperimen pengamat lain yang berusaha dicari cara oleh
konfederasi, para partisipan riset juga cenderung membantu.

Kehadiran pengamat lain juga membuat kita cenderung tidak memikul


tanggung jawab untuk membantu. Grup yang tidak terstruktur menciptakan difusi
tanggung jawab. Jika setiap orang dalam grup bertanggung jawab atas hukuman
mati tanpa pengadilan, maka tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab
secara individual. Dalam keadaan darurat, seseorang yang sendirian jelas
bertanggung jawab untuk membantu orang yang membutuhkan; siapa pun, dalam
kelompok pengamat yang bertanggung jawab dapat disebarkan, tanpa seorang pun
merasa bertanggung jawab.

Bekerja dan Pemecahan Masalah Dalam Kelompok viny


Kita manusia sering berkumpul bersama untuk bekerja dalam kelompok.
Kita belajar sama dan mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan masalah di

6
perguruan tinggi, bisnis, dan kota kita. Apakah bekerja bersama dalam kelompok
menghasilkan yang terbaik dalam diri kita? Terkadang iya dan kadang tidak.
Dalam beberapa kasus, berada dalam suatu kelompok meningkatkan kinerja
masing-masing anggota kelompok. Ketika hal ini terjadi, Social Facilitation
dikatakan terjadi (Levine&others 1993).
Kadang-kadang berada dalam suatu kelompok mengakibatkan
berkurangnya upaya oleh anggota kelompok secara individu. Dua variabel kunci
yang yang memengaruhi kemalasan sosial adalah (1)Ukuran kelompok dan (2)
Sifat Tugas. Semakin besar grup , semakin besar kemungkinan anggota individu
untuk mengurangi kontribusi individu mereka pada upaya kelompok
(Sorkin&others 2001). Mereka mungkin bermalas malasan dalam kelompok yang
lebih besar karena mereka percaya bahwa orang lain dapat memberikan kontribusi
yang lebih baik, karena anggota lain tidak menanggapi secara positif upaya awal
mereka untuk berkontribusi.
Mengapa saya lebih sering bernyanyi ketika saya Sedang di dalam mobil
sendirian daripada ketika ada teman di mobil dengan saya? Mungkin Anda pernah
mengalami saat ketika Anda harus berbicara di depan audiens, dan merasa bahwa
Anda tidak melakukan yang terbaik. Istilah untuk ini adalah Social Inhibition-
ketika kinerja menderita sebagai akibat dari kehadiran orang lain. Ini adalah
kebalikan dari fasilitasi sosial. Apa yang terjadi disini? Mengapa kehadiran orang
lain terkadang menghambat kinerja dan terkadang memfasilitasinya? Ternyata
sifat tugas adalah faktor penting. Berada di hadapan orang lain mengaktifkan
sistem saraf simpatik, dan beberapa tugas dilakukan dengan lebih baik pada
tingkat yang lebih tinggi dari rangsangan simpatetik , sementara tugas-tugas
lain dilakukan dengan lebih baik pada tingkat yang lebih rendah dari rangsangan
semacam itu (Zajonc, 1965).
Atlet profesional, musisi, dan bahkan instruktur yang memberi kuliah di
depan kelas sering melakukan pekerjaan terbaik mereka di hadapan audiensi,
karena mereka melakukan keterampilan yang telah berulang kali. Tetapi atlet dan
pemain amatir (seperti siswa berbicara di depan kelas, atau pemain baru di malam
mic terbuka) tidak memiliki keterampilan yang dipraktikkan. Bagi mereka, tugas
itu lebih sulit, dan mereka cenderung berkinerja buruk ketika hadirin hadir.

7
Fenomena yang akrab dikenal sebagai "tersedak" di bawah tekanan sering terjadi
ketika hasilnya penting bagi kita dan kita berada di hadapan orang lain
(Baumeister, 1984). Bahkan praktisi yang terlatih dapat tersedak ketika
melakukan sesuatu dengan baik dan rutin, jika mereka terlalu memusatkan
perhatian pada apa yang mereka coba lakukan (Beilock & Carr, 2001).

Pemecahan Masalah Kelompok. gita


Secara umum, kelompok-kelompok kecil orang lebih baik memecahkan
masalah intelektual yang kompleks dalam kelompok, daripada mereka bekerja
sendiri (Laughlin & others 2006; Sorkin & others, 2001). Apa yang menyebabkan
pengambilan keputusan kelompok mengakibatkan groupthink? Ada tiga faktor
utama: (1) proses polarisasi, (2) kekompakan anggota kelompok, dan (3) ukuran
kelompok. Penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan dari kita tidak
merekomendasikan opsi berisiko ketika kita sendirian dengan orang yang
meminta nasihat. Namun, ketika kelompok orang membahas dilema seperti itu,
mereka lebih cenderung mengambil posisi ekstrem dan merekomendasikan opsi
berisiko (Stoner, 1961). Diskusi masalah dalam kelompok sering mengarah pada
polarization pemikiran, mendorong pendapat kita ke arah "kutub" masalah yang
ekstrem. Groupthink lebih mungkin terjadi dalam ikatan kohesif. Para anggota
kelompok kohesif umumnya lebih suka untuk setuju satu sama lain dan mencegah
perbedaan pendapat. Karena alasan itu, bukti dan pendapat yang saling
bertentangan seringkali tidak dipresentasikan, sehingga kelompok tersebut
memiliki perasaan keliru tentang kebenaran keputusan mereka sebagai kelompok
besar yang baik. Akhirnya, ukuran kelompok itu penting, karena sifat interaksi di
antara anggota kelompok berubah ketika ukuran kelompok meningkat (Fay &
lain-lain, 2000).

Konformitas , Peran sosial dan Kepatuhan gita

Konformitas
Manusia adalah makhluk sosial, jadi kita cenderung berperilaku seperti
yang dilakukan orang lain dalam kelompok yaitu, kita biasanya menyesuaikan

8
diri. Kesesuaian menghasilkan tekanan dalam kelompok untuk bertindak seperti
yang dilakukan orang lain. Sebuah studi terkenal tentang konformitas dilakukan
oleh Solomon Asch (1956). Dia meminta mahasiswa untuk menjadi peserta
penelitian dalam percobaan yang menurutnya menyangkut persepsi visual. Setiap
siswa berpartisipasi dalam kelompok dengan "peserta penelitian" lainnya yang
semuanya sebenarnya adalah sekutu eksperimen. Tugasnya adalah untuk
mengatakan yang mana dari tiga garis sehingga sisi kanan gambar itu sama
panjangnya dengan garis A. Tugas itu sengaja dibuat mudah, dengan garis Y
menjadi pilihan yang jelas benar. Tetapi peserta yang sebenarnya adalah yang
terakhir dalam barisan karena setiap siswa diminta untuk menyatakan pilihannya
dengan keras. Beberapa putaran pertama dimainkan seperti yang diharapkan,
tetapi kemudian segalanya berubah. Satu demi satu, konfederasi yang memainkan
bagian dari peserta penelitian nyata memilih jalur X. Kesulitan peserta nyata
segera terlihat. Peserta pada awalnya sering terjebak pada jawaban yang benar,
tetapi akhirnya sesuai. Dalam 74% kasus yang luar biasa, para peserta
menyesuaikan diri dengan tekanan kelompok yang memberikan jawaban yang
salah. Seberapa "dalam" konformitas ini? Apakah peserta penelitian tahu bahwa
mereka hanya setuju dengan pendapat kelompok, atau apakah kelompok itu benar-
benar mengubah penilaian mereka? Orang dapat menyesuaikan diri karena dua
alasan: untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman (seperti persetujuan
atau penolakan sosial) atau untuk mendapatkan informasi. Dalam situasi Asch,
orang-orang tampaknya menyesuaikan diri dengan alasan sebelumnya, untuk
meminta persetujuan dan menghindari ketidaksetujuan. Kita tahu ini karena ketika
tugas yang sama dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda yang memungkinkan
peserta penelitian untuk membuat penilaian mereka secara pribadi hampir tidak
ada kesesuaian dengan penilaian yang keliru dari individu lain terjadi.
Tampaknya, kita dapat mengambil keputusan secara pribadi meskipun
menghadapi tekanan dari orang lain, tetapi kita sering mengikuti orang banyak
dalam hal perilaku lahiriah. Untuk mendapatkan persetujuan sosial, atau untuk
tetap menjadi bagian dari grup, kita menyesuaikan diri. Kita juga menyesuaikan
diri karena kita memandang orang lain sebagai sumber informasi.
Beberapa faktor meningkatkan kemungkinan kesesuaian dengan kelompok:

9
1.Ukuran kelompok.
Sampai pada suatu titik, semakin banyak orang dalam kelompok semakin besar
kemungkinan kita untuk mengikuti. Namun, seiring dengan bertambahnya
kelompok, perilaku yang menyesuaikan menjadi tidak normal.

2. Kelompok dengan suara bulat


Konformitas paling tinggi ketika kita menghadapi suatu kelompok yang semuanya
merasakan hal yang sama tentang suatu topik dengan suara bulat/sepakat. Tetapi
konformitas sangat berkurang ketika bahkan satu orang lain dalam grup
merasakan seperti yang kita lakukan (Nail & others, 2000).

3. Budaya dan konformitas


Percobaan Solomon Asch (1956) menunjukkan kesesuaian dalam penilaian
panjang garis telah direplikasi dalam 17 budaya berbeda di seluruh dunia (Bond &
Smith, 1996). Kesesuaian terjadi dalam semua budaya, tetapi orang-orang dari
budaya individualistis, yang menekankan pada kesejahteraan individu seperti di
Amerika Utara - kurang sesuai dengan tugas Asch daripada orang-orang dari
budaya kolektivis, yang menekankan kesejahteraan masyarakat sebagai
keseluruhan daripada individu (Bond & Smith, 1996).

Peran sosial (social roles and social norms) rachel


Ketika orang bekerja bersama dalam kelompok, upaya masing-masing
individu perlu dikoordinasikan dengan orang lain untuk menghindari kekacauan.
Menanggapi kebutuhan ini, peran sosial dan norma sosial berkembang, untuk
memberikan pedoman tentang apa yang diharapkan dari kita (Levine & others,
1993). Sama seperti aktor dalam drama yang memiliki naskah untuk peran
mereka, peran sosial memberi tahu kita bagaimana kita diharapkan berperilaku.
Dalam kursus ini, Anda memainkan peran sebagai mahasiswa, dan orang baik
yang memberi tahu Anda hal-hal menarik tentang psikologi memainkan peran
sebagai instruktur. Setiap peran sosial memberi orang seperangkat harapan untuk
perilaku yang sesuai dalam suatu situasi. Anda tidak akan terkejut ketika orang

10
yang berperan sebagai instruktur berdiri di depan kelas dan kuliah, tetapi Anda
akan terkejut jika siswa yang duduk di sebelah Anda berdiri dan menyampaikan
ceramah selama 45 menit tentang pentingnya pengkondisian klasik untuk
pemahaman kita tentang cinta romantis. Peran sosial memiliki dampak yang kuat
pada perilaku individu. Ketika kita ditempatkan dalam peran baru, perilaku kita
sering berubah agar sesuai dengan peran itu. Dalam kecanduan untuk
menyesuaikan diri dengan banyak peran sosial kita (siswa, karyawan, teman, dan
lain-lain kadang-kadang dapat bertentangan, kita juga berperilaku sesuai dengan
norma yang diucapkan dan tidak dikenal yang dikenal sebagai norma sosial.
Norma sosial budaya kita memberi tahu kita bagaimana seharusnya kita dalam
situasi tertentu. Kebanyakan orang selalu mengikuti norma sosial budaya mereka.
Ketika kita dikejutkan oleh norma-norma yang berbeda ketika kita bepergian, atau
ketika orang-orang dari budaya lain mengunjungi kita. Memahami peran kita, dan
orang lain, sangat memudahkan bersama dalam masyarakat untuk kebaikan
bersama. Tanpa peran dan norma sosial, Anda tidak akan tahu apa yang
diharapkan dari instruktur psikologi Anda. Sebagai contoh, Menjadi seorang
siswa akan jauh lebih sulit jika Anda tidak tahu bahwa orang yang memainkan
peran sebagai instruktur akan memberikan kuliah , dimana anda dalam peran
siswa, dianggap membuat catatan dan belajar, dan bahwa siswa tersebut akan diuji
dan ditetapkan nilai oleh instruktur. Peran dan norma adalah sumber pengaruh
yang harus dipahami.

Kepatuhan (Obedience) gita


Salah satu jalur penyelidikan yang paling menarik dan sering kali
menakutkan dalam psikologi sosial adalah penelitian tentang kepatuhan,
melakukan apa yang diperintahkan kepada kita oleh orang-orang yang berwenang.
Penelitian ini sebagian didorong oleh perilaku tentara dalam perang dunia 2 dan
perang lainnya. yang melakukan kekejaman yang tak terpikirkan ketika
diperintahkan untuk melakukannya

Sisi Positif dari Kelompok


Apakah pembahasan tentang pembangunan sosial ini seperti loafing,
polarisasi, dan groupthink meyakinkan Anda bahwa orang tidak boleh bekerja

11
sama dalam hal apa pun, atau bahwa satu-satunya cara untuk tetap menjadi orang
yang baik adalah dengan hidup di gua sebagai pertapa? Seharusnya tidak sama
sekali.

Ada banyak hal yang tidak dapat diselesaikan oleh satu orang yang bekerja
sendirian. Meskipun benar bahwa orang-orang bekerja lebih keras sendirian
daripada ketika bekerja dalam suatu kelompok, namuun empat orang yang bekerja
bersama akan dapat menarik sebuah kapal yang berat ke pantai, yakni sesuatu
yang sulit dilakukan oleh ditarik oleh satu orang. Dalam studi kepatuhan Milgram,
Anda melihat bahwa kehadiran orang-orang yang menolak untuk mematuhi
instruksi eksperimen membuat orang lain lebih cenderung menolak untuk
memberi kejutan, juga.

Kelompok juga dapat menjadi sarana penyembuhan—contohnya support


groups dan group therapies—dan dapat memberikan dukungan dan kenyamanan
emosional.

Sikap dan Persuasi rachel


Sikap adalah minat khusus, karena mereka sering dipelajari dari orang lain
dan sikap sering kali tercermin dalam perilaku kita terhadap orang lain. Psikologi
sosial mendefinisikan sikap sebagai evaluasi yang membuat kita cenderung
bertindak dan merasakan dengan cara tertentu. Perlu dicatat bahwa definisi ini
memiliki tiga komponen di dalamnya, yaitu: (1) keyakinan, seperti keyakinan
bahwa door-to-door salespeople biasanya tidak jujur; (2) perasaan, seperti rasa
ketidaksukaan yang kuat terhadap door-to-door salespeople; dan (3) sifat dan
perilaku, seperti ancang-ancang kita untuk berlaku kasar pada mereka ketika
mereka datang. Darimana sikap kita terbentuk, dan apa yang membuatnya
berubah? (Lahey, 2012)

Asal Mula Sikap rachel


Beberapa sikap dipelajari dari pengalaman tangan pertama. Anak-anak
yang digigit oleh anjing kadang-kadang membawa sikap negatif terhadap anjing

12
pada sisa hidup mereka, terutama terhadap jernis anjing yang menggigit mereka.
Itulah, beberapa sikap muncul menjadi classically conditioned (Lahey, 2012).

Persuasi dan Perubahan Sikap


Sikap adalah sesuatu yang dapat berubah meskipun telah dibentuk.
Pengetahuan penulisan paling awal pada psikologi sosial adalah tentang
mengubah sikap orang-orang melalui persuasi (bujukan) (Lahey, 2012). Mungkin
Anda tidak sering mendengarkan orasi, tetapi sebenarnya keberadaan persuasi
sangat dekat dengan Anda. Misalnya iklan-iklan ditelevisi, Koran, majalah,
brosur, dsb.

Persuasi adalah bagian dasar dan penting dari interaksi kita dengan
anggota soaial lainnya. Tapi karena akibat penting berpotensi (teman anda
sebenarnya bisa berbicara pada anda untuk meminjamkannya mobil anda!),
penting untuk mengetahui sesuatu tentang sifat mereka. Persuasi dari sebuah
komunikasi tidak semata-mata ditentukan oleh kualitas logika dari argumen. Bisa
saja logika, faktanya, menjadi faktor penting yang paling sedikit. Perhatikan
bahwa kualitas komunikasi persuasi jatuh kedalam tiga kategori umum:
karakteristik dari pembicara, komunikasi uitu sendiri, dan orang yang
mendengarnya (Lahey, 2012).

Karakteristik Pembicara
Karakteristik pembicara adalah salah satu faktor yang menentukan
bagaimana jadinya komunikasi persuasi. Ada beberapa karakteristik yang
ditunjukan menjadi penting untuk persuasi. Umumnya, pembicara yang lebih
dapat dipercaya, maka pesan lebih meyakinkan. Carl Hovland menyebutnya
sleeper effects. Meskipun percobaan persuasi oleh pembicara yang lemah dalam
kredibilitas awalnya tidak efektif, pesan mereka bisa memiliki pengaruh
dikemudian hari. Hal ini dikarenakan orang-orang cenderung melupakan apa yang
diperkenalkan pembicara dan apa pesannya (Lahey, 2012). Biasanya seseorang
yang memiliki karisma, terkenal, dan popular akan lebih mudah meyakinkan
Anda dengan pesan yang disampaikannya dibandingkan yang tidak memiliki ciri

13
tersebut. Tetapi orang-orang seperti ini hanya mempengaruhi kita sebatas tentang
produk yang mereka tawarkan saja, tidak lebih.

Karakteristik Pesan santri


Selain kualitas pembicara, karakteristik pesan, berdampak pada seberapa
persuasif pesan tersebut. Bukti yang cukup menunjukkan bahwa komunikasi yang
menimbulkan rasa takut dapat meningkatkan persuasif komunikasi, tetapi hanya
dalam kondisi tertentu (Mewborn & Rogers, 1979). Menakut-nakuti, komunikasi
persuasif bisa efektif jika (a) daya tarik emosionalnya relatif kuat (tapi tidak
terlalu kuat), (b) pendengar berpikir bahwa hasil yang menakutkan (seperti gigi
yang busuk atau kangker paru-paru) seperti terjadi kepada mereka, dan (c)
pesannya menawarkan caraa yang efektif untuk menghindari hasil yang
menakutkan (seperti cara mudah untuk berhenti merokok) (Witte and Allen,
2000).

Manusia sangat dipengaruhi oleh susunan kata dari masalah-masalah yang


kita sering kali mencapai penyelesaian berbeda untuk masalah yang persisi sama
jika dibingkai secara berbeda. Penelitian terbaru menyatakan bahwa kesamaan
muncul untuk menjadi komunikasi persuasi sebenarnya: Membingkai pesan yang
sama dalam cara yang berbeda kadang-kadang bisa membuat semuanya berbeda.

Sebuah contoh yang sangat baik dan tak terpisahkan disediakan oleh
psikolog Beth Meyerowitz and Shelly Chaiken (1987). Mereka membandingkan
persuasif dari dua pesan yang dibentuk untuk meyakinkan wanita usia perguruan
tinggi untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Dua kelompaok wanita
membaca tiga brosur tentang kanker payudara dan pemeriksaan sendiri. Brosur
mereka serupa, kecuali beberapa pernyataan. Salah satu kelompok membaca
pernyataan yang dibingkai untuk menekankan keuntungan dari pemeriksaan
bagian dada sendiri:

Dengan melakukan pemeriksaan dada sendiri sekarang, Anda bisa mengetahui


seperti apa payudara normal Anda yang sehat sehingga Anda akan lebih siap
untuk mengetahui adanya perubahan kecil, perubahan yang tidak normal seiring
brtambahnya usia. Penelitian menunjukkan bahwa wania yang melakukan

14
pemeriksaan payudara sendiri memiliki peluang lebih besar untuk menemukan
tumor pada tahap awal penyakit yang lebih dapat diobati.(Hlm. 504).

Kelompok lainnya membaca pernyataan-pernyataan yang dibingkai untuk


meyakinkan kerugian yang terlibat jika tidak melakukan pemeriksaan payudara
sendiri:

Dengan tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri sekarang, Anda tidak


bisa mengetahui seperti apa payudara normal Anda yang sehat sehingga Anda
tidak siap untuk mengetahui adanya perubahan kecil, perubahan yang tidak
normal seiring bertambahnya usia. Penelitian menunjukkan bahwa wania yang
tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri memiliki penurunan kesempatan
untuk menemukan tumor pada tahap awal penyakit yang lebih dapat diobati.
.(Hlm. 504).

Empat bulan kemudian, Wanita-wanita itu diwawancarai untuk


memastikan jika pesan memiliki pengaruh positif. Hasilnya menunjukan bahwa
pesan kedua, yang dibingkai dengan potensi kerugian lebih efektif daripada versi
pertama. Wanita-wanita membaca pesan yang dibingkai dengan kerugian
memiliki sikap yang jauh lebuh positif terhadap pemeriksaan payudara sendiri dan
hamper dua kali lebih mungkin untuk mempraktikkannya, Sementara mereka
yang membaca pesan potensi keuntungan tidak lebih mungkin untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri daripada kelompok yang tidak membaca brosur.
Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa ini hanyalah contoh lain dari pengaruh
yang besar dari komunikasi yang, membangkitkan rasa takut, karena dua brosur
tidak membangkitkan jumlah rasa takut yang berbeda. Meskipun banyak yang
telah dipelajari tentang cara terbaik untuk membingkai pesan untuk mendorong
pemeriksaan payudara sendiri dalam beberapa tahun terakhir, professional
kesehatan jarang membingkai banding dengan cara yang paling efektif (Kline &
Mattson, 2000). Memahami pembingkaian (Framing) membantu kita
menunjukkan bahwa persuasi yang efektif bukan hanya hasil dari apa yang Anda
katakan tetapi juga bagaimana Anda mengatakannya.

15
Karakteristik Pendengar santri
Selain kualitas pembicara dan pesan, karakteristik pendengar tertentu
membantu memastikan akan menjadi seberapa persuasif sebuah argumen. Orang-
orang yang kurang cerdas umumnya mudah untuk dibujuk (dipengaruhi).
Pengecualiannya adalah ketika pesan itu rumit dan sulit dimengerti; pada kondisi
ini, pendengar yang lebih cerdas lebih mudah dipengaruhi (Rhodes &Wood,
1992). Beberapa orabg memiliki kebutuhan lebih besar untuk persetujuan sosial
(sebuah kebutuhan untuk disetujui atau seperti orang lain) daripada orang
lain.Orang dengan kebutuhan pengakuan social tinggi umumnya lebih mudah
dipengaruhi daripada orang yang lemah dalam kebutuhan ini (Baron & Byrne,
1982). Orang dengan harga diri tinggi umumnya sangat percaya diri dengan
pendapat mereka dan sulit untuk dipengaruhi, sedangkan dengan tingkat percaya
diri rendah cenderung tidak memberi cukup perhatian pada komunikasi untuk
diayunkan (diombang-ambing) (Lahey, 2012).

Teknik Pengaruh Sosial santri


Beberapa bagaimana cara mengajukan argument yang palin persuasif
kepada pendengar orang lebih baik dari yang lainnya dalam mempengaruhi orang-
orang untuk mengubah sikap mereka. Ini sebagian karena mereka memiliki
karakteristik pembicara persuasif, dan sebagian karena mereka mengerti
karakteristik pesan dan pendengar (mereka mengetahui mereka). Tapi beberapa
orang yang persuasif (dari politikus sampai tenaga penjual) juga tau dan
menggunakan beberapa teknik pengaruh social yang simpel (Cialdini &
Goldstein, 2004). Seperti yang Anda baca, cobalah untuk mengenali contoh teknik
ini dalam hidup Anda sendiri.

Sebuah teknik klasik dari pengaruh sosial adalah the foot-in-the-door


technique (Freedman & Fraser, 1966; Burger, 1999). Permintaan kecil dibuat
terlebih dahulu, dan Anda mematuhinya. Kemudian ada tindak lanjut dengan
permintaan yang lebih besar. Jika seseorang memanggil Anda di rumah dan
mengatakan baahwa dia adalah peneliti dari universitas lain yang ingin datang dan
memeriksa rumah Anda, apakah Anda setuju membiarkannya masuk?
Kebanyakan orang enggan untuk setuju, tapi orang-orang yang pertama kali setuju

16
untuk menjawab beberapa pertanyaan melalui telepon lebih memungkinkan untuk
mengizinkan peneliti memeriksa rumah mereka. Menyetujui satu permintaan kecil
membuat kita lebih cenderung menyetujui permintaan kedua yang lebih besar
(Myers, 2005).

The low-ball technique (Cialdini & Goldstein, 2004) adalah taktik dealer
mobil terkenal, mirip dengan the foot-in-the-door Yang awalnya Anda sepakati
dengan kesepakatan yang masuk akal. Namun, kemudian kesepakatannya diubah
(biaya tambahan ditambahkan, dll), namun tetap saja orang biasanya
menyelesaikan transaksi, meskipun mereka tidak menyetujui kesepakatan yang
baru. Kebanyakan orang tidak meninggalkan kesepakatan, bahkan ketika
harganya naik (Burger, 1986).

Percaya atau tidak, orang-orang lebih cenderung memenuhi permintaan


bantuan kecil jika pertama mereka meminta bantuan yang lebih besar yang pada
awalnya mereka katakan tidak. Ini dikenal sebagai teknik “door in the face”
(Cialdini & others, 1975). Bayangkan jika Anda diminta menyumbang $100 untuk
organisasi amal yang Anda lakukan, pada prinsipnya, mendukung. Mungkin anda
akan mengatakan tidak-itu jumlah uang yang banyak, bukan? Tetapi bagaimana
jikaa Anda kemudian ditanya apakah Anda memiliki uang receh untuk
disumbangkan? Apakah anda akan lebih mungkin untuk menyumbang sesuatu
daripada jika Anda hanya diminta untuk memberikan kontribusi besar? Mungkin
sekarang Anda akan memberikan satu atau dua dollar. Cobalah ini dilain waktu
saat Anda menggalang dana untuk tujuan yang layak.

17
BAB II

KASUS

Sumber Kasus
Diperoleh dari wawancara langsung dengan subjek.

Identitas

1. Identitas Subjek
Nama : OT
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Saudara : Tiga Bersaudara

2. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : JT (Alm.)
Nama Ibu : RP

Gambaran Kasus
OT adalah seorang gadis berusia 18 tahun. Ia lahir dari keluarga yang
terbilang harmonis, sebelum ayahnya meninggal dunia di usianya yang ke 10.
Sejak saat itu, keluarganya yang hangat pun berubah menjadi dingin.

Ibu yang sejak dulu menjadi tempat ternyamannya untuk mengadu pun
berubah menjadi seseorang yang tak ia kenal. Ibunya kerap kali pulang larut
malam dengan bau alkohol dan asap rokok pada tubuhnya. Perlakuan kasar baik
verbal maupun non-verbal dari sang ibu bukan lagi sesuatu yang asing bagi OT
dan kedua kakaknya. Puncak dari kehancuran keluarganya adalah ketika sang ibu
tiba-tiba menghilang di suatu malam, meninggalkan OT dan kedua kakaknya, dan
tak pernah kembali hingga detik ini.

18
MP, kakak dari ibu OT, akhirnya membawa keponakan-keponakannya itu
ke sebuah kota kecil di Sumatera Utara dan memulai hidup baru di sana. OT
menjadi orang yang benar-benar berbeda. Ia tumbuh menjadi seorang gadis yang
pendiam dan sungkan berinteraksi pada siapapun, bahkan pada kedua kakaknya.
Ia tak pernah keluar rumah dan bermain bersama anak-anak seusianya.

Di bangku Sekolah Menengah Pertama, OT masih menjadi seseorang yang


enggan bersosialisasi. Ia enggan berbicara jika tidak diminta, raut wajahnya pun
selalu tampak dingin dan tidak bersahabat. Ini membuat teman-teman sekelasnya
pun takut mendekatinya. Adapun yang mencoba mendekatinya hanyalah
sekelompok anak laki-laki nakal yang meledek fisiknya yang saat itu tergolong
gemuk.

Belum lagi karena orang tua OT tak pernah datang saat pengambilan rapor
bulanan. Desas-desus OT adalah anak yatim piatu pun menyebar, dan kemudian
menjadi bahan olokan komplotan yang selalu membullynya.

OT benar-benar merasa tak berguna dan tak diinginkan. Tak jarang ia


menghabiskan malamnya dengan menangis dan menyakiti dirinya sendiri dengan
cubitan dan benturan pada kepalanya.

Hingga di tingkat kedua, ia bertemu dengan seorang gadis berinisial R di


kelas barunya. R memiliki kepribadian hampir sama dengan dirinya, pendiam dan
selalu menyendiri bersama gawai di tangannya. R kemudian menjadi teman
pertama OT.

Keduanya semakin dekat setelah R berani menceritakan kisah hidupnya


pada OT, yang secara kebetulan, memiliki banyak kemiripan dengan hidupnya
sendiri. Kemudian, OT dikenalkan oleh R pada sebuah permainan di dunia maya
yang kerap disebut sebagai Roleplayer pada salah satu platform media sosial.

Roleplayer adalah sebuah permainan di mana para pemainnya berperan


sebagai orang lain, dalam hal ini adalah public figure, selebritis, dan lain-lain.
Pemainnya bebas melakukan apa saja dan merancang dunianya sendiri dalam
linimasa, dengan syarat tidak boleh merusak citra tokoh yang ia perankan.

19
OT pun mulai merancang dunianya sendiri. Ia mulai berteman dan
berinteraksi sebebas mungkin dengan akun-akun roleplayer lainnya tanpa ragu,
karena tak ada satu pun orang yang tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, tak ada
orang yang akan menghina fisik dan kehidupannya. Dunia barunya membuat ia
terlena pada kenyamanan yang tak pernah ia dapat.

Rasa nyaman itu semakin parah saat ia bergabung dengan roleplayer


group chat R. Orang-orang di sana dengan bebas bercerita tentang bagaimana
kehidupan nyata tak pernah berpihak pada mereka. OT awalnya merasa takut dan
tak suka dengan pembicaraan itu. Namun, melihat bagaimana respon mereka
terhadap semua cerita, OT berpikir bahwa tak ada salahnya untuk berbagi.

Akhirnya OT pun berani bercerita. Selanjutnya, respon yang ia dapat


adalah sesuatu yang tak pernah terbayangkan olehnya. Semua orang yang ada di
sana memberikan semangat, motivasi, bahkan pelukan virtual yang entah
mengapa terasa nyata dan hangat. Orang-orang itu hingga kini masih ada, dan tak
pernah meninggalkan OT sebagaimana yang mereka janjikan.

Tiap jatuhnya, OT selalu bercerita pada teman-teman mayanya itu. Ketika


ia ditolak ujian masuk universitas, ketika kakak-kakaknya harus pergi merantau
demi melanjutkan pendidikan mereka, ketika setiap malam ia harus terjaga ketika
ada suara-suara aneh di kepalanya. OT selalu membagikannya pada teman
mayanya.

Kenyamanannya membuat OT seakan lupa bahwa ia masih hidup di dunia


nyata. Kebenciannya pada dunia nyata semakin menjadi karena ia tak pernah
menemukan orang-orang sehangat yang ia temukan di dunia maya. Gap year yang
ia alami pun semakin memperparah keadaannya karena yang dia lakukan hanya
bermain gawai hampir 24 jam di kamar tidurnya.

20
BAB III

ANALISA KASUS

Evaluasi Kasus
Sebenarnya fenomena di mana orang-orang lebih nyaman berada di dunia
maya dibanding di dunia nyata bukanlah hal yang baru. Namun, hal ini bisa
disebabkan oleh banyak hal.

Dalam kasus OT, sikap OT yang suka menyendiri adalah respon dari
peristiwa yang tidak diinginkannya, yaitu meninggalnya sang ayah dan kepergian
ibunya. Perilaku OT tersebut sesuai dengan pernyataan Hofman bahwa beberapa
sikap dipelajari dari tangan pertama. Tindakan ibu OT yang meninggalkan ia dan
kakak-kakaknya serta perlakuan teman-temannya yang tidak berpihak kepadanya
membuatnya merasa tidak nyaman dan minder. Rasa minder itu pun
mempengaruhi partisipasi OT dalam mengambil tanggung jawab dalam
lingkungannya, di mana ia selalu memilih untuk menjadi penonton saja karena ia
berpikir bahwa ada orang yang lebih baik yang akan melakukan tugas tersebut
(uninvolved by others).

Karena ketidaksukaannya pada dunia nyata, OT mencari sisi lain


kehidupan dan kebetulan ia bertemu dengan R yang memperkenalkannya pada
salah satu permainan di dunia maya yakni roleplayer. Ia menemukan hidup baru
di sana, bersama orang-orang baru yang tidak pernah ditemukannya di dunia
nyata, orang-orang baru yang mampu memberikannya dukungan dan kenyamanan
emosional (support group).

Namun OT menyikapi dukungan dan kenyamanan tersebut dengan keliru. Ia


terbuai dengan semua perlakuan teman mayanya hingga ia lupa bahwa ia masih
memiliki kehidupan nyata yang tidak mungkin ditinggalkannya (deindividuation).

Rekomendasi
Rekomendasi dan saran kepada OT antara lain:

21
1. Menjadikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya sebagai pendorong agar lebih
semangat untuk sukses.

2. Jadikan penilaian orang lain sebagai media untuk evaluasi, bukan acuan nilai
dari diri sendiri.

3. Mendekatkan diri kepada Tuhan

Rekomendasi untuk pembaca:

1. Jangan mencoba hal yang beresiko tinggi, apalagi dalam kondisi pikiran yang
kacau.

2. Berpikir positif. Bagaimanapun kejamnya perlakuan orang-orang kepada kita,


tetap masih ada orang baik disisi lain.

3. Mendekatkan diri kepada Tuhan

22
Senarai

Psikologi Sosial: cabang ilmu psikologi yang mempelajari individu saat mereka
berinteraksi dengan orang lain.

Deindividuasi: Dimana saat orang berada di dalam kelompok merasa tidak


terindentifikasi atau anonym sehingga kurang peduli dengan apa yang orang lain
pikirkan.

Uninvolved Bystanders: Saat orang di dalam kelompok ia cenderung menjadi


penonton dan tidak mengambil tanggung jawab karena merasa akan ada orang lain
yang akan mengambil tanggung jawab.

Social facilitation: Efek dimana bekerja dalam kelompok meningkatkan kinerja


masing-masing individu.

Social Inhibition: Ketika kehadiran / harapan orang lain menghambat kinerja


suatu tugas.

Groupthink: Proses pengambilan keputusan yang salah yang mungkin terjadi


dalam kelompok.

Polarization: Kecenderungan diskusi kelompok untuk membuat keyakinan dan


sikap yang lebih ekstrem.

Conformity: Menghasilkan tekanan kelompok bahkan ketikavtidak ada


permintaan langsung untuk mematuhi yang telah dibuat.

Social Roles : Pedoman yang ditentukan secara budaya yang memberi tahu orang
apa perilaku yang diharapkan dari mereka.

Social Norms: Pedoman yang disediakan budaya untuk menilai perilaku yang
dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Obdience: Melakukan apa yang orang katakana oleh orang dalam kekuasaan

Attitudes: Evaluasi yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak dan


merasakan yang seharusnya.

23
Persuasion: Proses merubah sikap orang lain melalui argument dan cara terkait
lainnya.

Sleeper Effect: Menurut Hovland, potensi untguk pembicara yang lemah


kredibilitas untuk mempengaruhi pendapat setelah beberapa waktu.

24
DAFTAR PUSTAKA

Lahey, B. B. (2012). Psychology An Introduction. New York: McGraw-Hill.

25

Anda mungkin juga menyukai