Psikologi Umum I
Abnormalitas
Disusun Oleh :
Kelompok 7 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Abnormalitas ini dengan baik dan tepat waktu, meskipun masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh
Dosen Pengampu yang telah membimbing mata kuliah Psikologi Umum I di
Universitas Sumatera Utara dan membantu kami dalam proses penyelesaian tugas
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan ataupun pedoman, menambah wawasan serta pengalaman bagi para
pembacanya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, akhir kata kami ucapkan
Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................iii
LATAR BELAKANG......................................................................................iii
TUJUAN...........................................................................................................iv
RUMUSAN MASALAH.................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
6.1 Schizophrenia.................................................................................................13
6.2 Gejala Skizofrenia............................................................................................13
Jenis-Jenis Skizofrenia.....................................................................................15
6.3 Penyebab Skizofrenia ......................................................................................16
PENUTUP ...........................................................................................................38
KESIMPULAN ...........................................................................................38
SARAN .......................................................................................................38
Penyakit kejiwaan adalah hal yang sama pentingnya dengan penyakit fisik.
Oleh karena itu, kelainan kejiwaan bukanlah hal yang seharusnya dianggap
remeh. Mengingat di negara berkembang, khususnya Indonesia, isu kesehatan
mental masih menjadi topik yang dipinggirkan. Bahkan 4 dari 5 penderita
gangguan mental belum mendapatkan penanganan yang sesuai. Ironisnya
penderita gangguan mental masih sering disebut dengan “orang gila” . Inilah
mengapa diperlukan pengetahuan mengenai gangguan mental, karateristik,
penyebab dan bagaimana cara mengatasi ataupun cara mencegahnya agar dapat
menekan kenaikan angka penderita kelainan kejiwaan, khusunya di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab. Beberapa masalah
tersebut antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan perilaku abnormal?
2. Apa jenis-jenis dari perilaku abnormal?
3. Apa penyebab perilaku abnormal ?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal?
5. Apa karateristik dari perilaku abnormal?
1.3 TUJUAN
ABNORMAL BEHAVIOR
Pada awalnya, proses terapi, dalam hal ini pengusiran roh jahat, dilakukan
dengan berdoa atau bentuk lanjutnya melakukan purgative, yaitu menggunakan
cairan yang dianggap mampu membantu mengeluarkan roh jahat. Namun, pada
zaman pertengahan, khususnya di Eropa, orang-orang yang berperilaku abnormal
dan telah dilakukan treatment (berdoa, berpuasa, dan pengusiran roh jahat) namun
masih menunjukkan perilaku tersebut dianggap sebagai penyihir.Sehingga,
mereka, yang dianggap sebagai penyihir, akan dibunuh dalam rangka
mengeluarkan iblis dan menyelamatkan jiwa mereka serta menghapuskan penyihir
dari Eropa. Hal ini berakibat pada pembunuhan massal.
b. Teori Biologi
Hippocrates menyatakan bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kelainan
biologis. Menurutnya, ada 4 cairan penting dalam tubuh yaitu darah, empedu
kuning, empedu hitam, dan lendir. Apabila ada ketidakseimbangan dalam
cairan ini, misalkan berlebih atau kurang di dalam tubuh, akan menghasilkan
perilaku abnormal. Hal ini menjadi dasar dari teori biologis.
c. Teori Psikologis
Phytagoras berpendapat bahwa gangguan psikologi disebabkan oleh faktor-
faktor psikologis seperti stres. Hal ini didukung oleh pandangan psikoanalisa dari
Sigmund Freud.
d. Teori Kontemporer
Perilaku abnormal saat ini merupakan fenomena dengan faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis sebagai penyebabnya. Kesalahan dalam sistem neuron
di otak merupakan salah satu faktor biologisnya. Lalu, stres merupakan salah satu
faktor psikologisnya. Sedangkan kesalahan pembelajaran sosial dapat menjadi
faktor sosiologis perilaku abnormal.
D. Stigma
Stigma adalah pandangan negatif tentang suatu hal. Hingga saat ini stigma
tentang para pengidap perilaku abnormal masih sering dan cenderung meningkat.
Ada 2 efek dari stigma (Lahey, 2012), yaitu :
Hidup adalah campuran emosi positif dan negatif untuk semua orang.
Tetapi banyak juga orang yang memiliki emosi – emosi negatif yang tinggi. Yang
kita identifikasi sebagai orang-orang yang gugup,khawatir,dan gelisah.istilah-
istilah ini semua merujuk pada kecemasan . jenis-jenis gangguan kecemasan itu
semua bervariasi dan kejadian yang berhubungan dengan kecemasan akan
membuat seseorang jadi lebih meningkatkan kewaspadaannya.
1. Fobia
Fobia adalah rasa takut yang intens dan ketakutan yang tidak realistis.
Dikatakan tidak realistis karena fobia biasanya cemas dan muncul kewaspadaan
pada suatu objek secara berlebihan.
a. Jenis Fobia:
1. Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah fobia yang paling umum. Contohnya ketakutan intens
terhadap ketinggian ,anjing ,darah,suntikan,dan berada diruang tertutup.individu
dengan fobia spesifik sering tidak memiliki masalah psikologis yang lain ,hanya
saja hidup mereka akan terganggu bila fobia tersebut menciptakan masalah
langsung dalam kehidupan sehari hari . misalnya seseorang yang mempunyai
fobia terhadap ketinggian dan mereka bekerja di gedung pencakar langit, pastinya
mereka akan dituntut untuk menaiki lift dan melawan fobia mereka tersebut
2. Fobia Sosial
Mengacu pada kecemasan ekstrem dalam interaksi sosial menghambat atau
bahkan membatasi interaksi sosial.hal ini di maksudkan sebagai rasa tidak nyaman
yang sangat berlebihan atau memalukan diri sendiri didepan umum dan mungkin
takut bahwa orang akan berfikir buruk tentang diriorang yang mempunyai fobia
sosial ini. Bagi orang yang mempunyai fobia sosial berbicara didepan
umum,berkencam,bertemu orang baru,dan menjadi pusat perhatian, merupakan
suatu hal yang sangat membuatnya merasa tidak nyaman.
3. Agoraphobia
Agoraphoobia secara harfiah berarti “takut terhadap ruang terbuka” .biasanya
seseorang yang mempunyai fobia ini akan merasakan takut untuk meninggalkan
rumah,takut akan lingkungan yang kurang familiar , takut bila sendirian dalam
lingkungan sosial,mengasingkan diri dari orang lain , dan takut berada ditempat
yang membuatnya mudah terperangkap seperti lift atau mobil.
1. Keparahan Stress
3. Dukungan Sosial
Mengingat bahwa PTSD tidak selalu berkembang segera setelah terpapar pada
peristiwa traumatik.tetapi dukungan sosial yang lebih setelah stress traumatik
cenderung mengalami PTSD.
4. Obsesive-Compulsive Disorders
Gangguan yang melibatkan obsesi (pemikiran yang memicu kecemasan )dan
komplusi (dorongan yang tak tertahankan untuk terlibat dalam perilaku irasional
tertentu).
Maksudnya, mereka adalah dua masalah yang terpisah tetapi mereka sering
terjadi bersama-sama dalam individu yang sama. Obsesi memprovokasi hati .
mereka (obsesi&kkomplusi) tampak tak terkendali bahkan asing. Pikiran-pikiran
seperti rasa takut yang berulang-ulang kehilangan kendali dan membunuh
seseorang atau memiliki hubungan seksual yang berlebihan dapat menyebabkan
kepuasan tersendiri. Obsesi dan komplusi sering di temukan pada orang yang
sama seperti orang yang mencuci tangannya karena dia terobsesi untuk menjaga
tangannya dari kuman.
SOMATOFORM DISORDERS
Terdapat dua bentuk utama dari gangguan perasaan yaitu depresi dan
kegelisahan yang berlebihan.
1. Depresi mayor
Individu yang mengalami depresi berat, sangat tidak bahagia, dan hanya
menemukan sedikit sekali kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi depresi mayor
lebih dari sekedar kesedihan yang terus menerus. Orang dengan depresi mayor
percaya masa depannya suram, memiliki pandangan negatif tentang dirinya dan
orang lain serta sulit memiliki alasan untuk hidup. Hal ini disertai dengan
peningkatan atau penuruna waktu tidur, peningkatan dan penurunan nafsu makan,
kehilangan birahi, kehilangan atau kelebihan energi, dan kesulitan berkonsentrasi
dalam membuat keputusan.
2. Gangguan Bipolar
Dalam kondisi yang kita ketahui sebagai kepribadian ganda atau depresi
mania (kegelisahan yang berlebihan), kgelisahan yang berlebihan terjadi secara
tidak teratur ketika sedang depresi. Kegelisahan yang berlebihan merupakan
pengganggu perasaan yang menyebabkan dirinya sangat menikmati suatu keadaan
dalam masa yang singkat serta biasanya mencederai dirinya dan orang lain pada
waktu kegelisahan tersebut terjadi.
Kegelisahan yang berlebihan biasanya berulang kali (Halgin &
Whitbourne, 2000; Judd dkk, 2002). Ketika kegelisahan yang berlebihan
berkurang hal ini cenderung menjadi kebiasaan yang tidak teratur dalam masa
depresi. Orang yang terkena kegelisahan yang berlebihan secara terus-menerus
serta mengalami depresi juga akan menjadi pribadi dirinya yang lain.
SCHIZOPHRENIA
1. Pengertian Skizofrenia
Istilah schizophrenia berasal dari bahasa Latin “schizo”yang berarti terpecah
dan “phrenia” yang berarti pikiran. Schizophrenia adalah gangguan psikologis
parah yang ditandai oleh terganggunya proses berpikir, distorsi realita dan
ketidakmampuan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Penderita
schizophrenia akan mengalami suatu fenomena “kepribadian yang terbelah”
dimana penderita akan kehilangan sebagian besar hubungan kesadaran yang logis
antara tubuh dan jiwanya (disentegrasi). Sehingga dalam beberapa keadaan
perilakunya tidak sejalan dengan emosinya.
2. Gejala-Gejala Skizofrenia
a. Gejala Positif
Gejala positif skizofrenia adalah gejala-gejala yang tampak pada penderita
skizofrenia yang tidak tampak pada orang normal (non-penderita). Gejala-gejala
positif ditandai oleh adanya kelainan berupa kelebihan dalam fungsi normal
seseorang
1. Halusinasi (Hallucinations)
Halusinasi adalah pengalaman sensoris palsu tanpa ada stimulus ekternal yang
relevan dan nyata.
- Halusinasi Auditorik : Halusinasi Pendengaran, penderita biasanya
mendengar suara-suara yang mempengaruhi penderita untuk melakukan
sesuatu atau mengkritik tindakannya
- Halusinasi Visual : Halusinasi Penglihatan, penderita biasanya seperti
melihat bayangan-banyangan makhluk asing atau tempat asing.
- Halusinasi Sensorik Lain : Misalnya penderita seperti mencium bau busuk
yang keluar dari tubuhnya, seolah-olah merasakan racun dalam makananya,
merasa kulitnya ditusuk-tusuk oleh jarum, dsb.
2. Delusi (Delutions)
Delusi adalah kepercayaan atau keyakinan yang salah yang sangat tidak
masuk akal dan tidak bisa diubah dengan penalaran maupun penyajian fakta.
Seseorang yang mengalami delusi biasanya akan melihat dirinya sebagai Tuhan,
menganggap dirinya Napoleon, atau mungkin akan melihat atau membayangkan
bahwa pikirannya sedang disiarkan melalui radio, atau bahkan berpikir bahwa
seorang agen ganda sedang mengendalikan setiap gerakannya.
4. Gangguan Pikiran
Pikiran dari orang-orang dengan skizofrenia dapat menjadi begitu tidak tertata
dan membingungkan. Sering kali penderita skizofrenia berbicara dan menulis
sesuatu yang sulit dipahami. Pembicaran mereka tidak memiliki makna untuk
pendengarnya. Asosiasi kata yang tidak koheren disebut dengan salad kata.
b. Gejala Negatif
Gejala negatif adalah gejala yang lebih sulit dikenali dibandingkan gejala
positif. Gejala negatif skizofrenia berupa kekurangan perilaku dan penurunan
fungsi normal seseorang. Gejala negatif skizofrenia adalah Afek Datar (flat
affect). Flat Affect adalah sebuah gejala pada penderita skizofrenia dimana
individu tersebut menunjukkan sedikit atau bahkan tidak menunjukkan emosi
sama sekali, berbicara tanpa tekanan emosi, dan mempertahankan ekpresi wajah
atau ekspresi wajah yang tidak berubah (King,2010). Penderita tidak mampu
merespon stimulus emosi dengan benar. Contohnya : penderita skizofrenia
mungkin tidak menunjukkan emosi saat diberitahu bahwa anaknya meninggal atau
tertawa saat mendapat kabar tragis.
Gejala negatif skizofrenia juga meliputi penarikan diri atau mengasingkan diri
dari sosial, sukar diajak berbicara, berpikir dan bergerak lambat, pasif dan apatis,
serta hilangnya minat dan motivasi terhadap hal-hal disekitarnya bahkan
kebersihan pribadi dan perawatan diri.
c. Gejala Kognitif
Gejala kognitif dari skizofrenia meliputi kesulitan untuk mempertahankan atensi,
terhambat dalam menyimpan informasi dalam ingatan dan ketidakmampuan untuk
memaknai informasi dan membuat keputusan.
3. Jenis-Jenis Skizofrenia
a. Paranoid Schizophrenia
Paranoid Schizophrenia adalah jenis skizofrenia yang paling umum. Penderita
paranoid skizofrenia memiliki gangguan pikiran berupa kecemasan atau ketakutan
yang sangat berlebihan. Skizofrenia jenis ini ditandai dengan adanya delusi berupa
delusions of grandeur yang memunculkan delusions of persecutions. Delusions
of grandeur adalah delusi dimana penderita skizofrenia menganggap dirinya
sebagai seorang yang “istimewa atau spesial” seperti Tuhan, Nabi, Agen CIA,
artis terkenal, Presiden dll. Karena keistimewaan dirinya tersebut penderita
paranoid skizofrenia merasa bahwa mereka dimusuhi, diancam, diburu, ditekan
dan ada orang-orang yang berniat menyakiti atau mencelakai dirinya atau
menganggap bahwa mereka merupakan target dari sebuah konspirasi. Kebanyakan
penderita paranoid skizofrenia juga mengalami halusinasi, umumnya halusinasi
pendengaran.
c. Catatonic Schizophrenia
Catatonic berarti kaku. Jenis skizofrenia katatonik ditandai oleh pergerakan
motorik yang aneh, terkadang muncul dalam keadaan tidak bergerak sama sekali,
menyerupai patung (waxy flexibility) . Namun, ketika berada dalam keadaan ini,
individu dengan skizofrenia katatonik sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi di
sekitarnya. Penderita katatonik skizofrenia menunjukkan aktivitas motorik yang
berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau berbicara dan
berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia)
4. Penyebab Skizofrenia
a. Faktor Biologis
1. Hereditas
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizophrenia. Keluarga dari
penderita skizofrenia berkemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
skizofrenia dibandingkan seseorang dari silsilah keluarga yang bebas skizofrenia.
Semakin dekat seseorang secara genetik, semakin besar pula risiko nya
mengalami skizofrenia.
2. Abnormalitas Struktur Otak
Penelitian menemukan bahwa sebagian pasien skizofrenia cenderung
memiliki ventrikel otak yang lebih besar dibandingkan non-penderita skizofrenia.
Pembesaran ventrikel ini mengindikasikan suatu proses kemunduran atau atrofi
di jaringan otak. Selain itu pasien skizofrenia menunjukkan adanya aktivitas yang
sangat rendah pada lobus frontalis otaknya. Penelitian mengemukakan bahwa
individu dengan skizofrenia memiliki korteks frontal yang kecil (area dimana
proses berpikir, perencanaan, dan pengambilan keputusan terjadi) dan
menunjukkan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan individu yang
tidak memiliki skizofrenia.
3. Hipotesis Dopamin
Dopamin yaitu suatu neurotransmiter yang aktif di area otak yang terlibat
dalam regulasi emosi (sistem limbik). Hipotesis dopamin menyatakan bahwa
bahwa penderita skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyak dopamin di sinaps
tertentu di otak. Kelebihan tersebut disebabkan oleh overproduksi neurotransmiter
atau gangguan regulasi mekanisme pada dopamin.
b. Faktor Psikologis
- Para psikolog sering berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak , fungsi
situasi sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan, hubungan interpersonal
yang buruk, dapat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak
sehingga anak lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.
- Ketika dibawah tekanan atau situasi membingungkan, termasuk perhatian
yang berlebihan dapat memicu timbulnya skizofrenia. Tekanan hidup yang
berkepanjangan serta tidak adanya dukungan dari keluarga dapat
menjadikan individu tersebut semakin terpuruk dengan gangguannya
sehingga memicu terjadinya skizofrenia.
c. Faktor Sosio-Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan skizofrenia. Faktor sosio-kultural pencetus skizofrenia dipengaruhi
oleh emotional turbulent families, stressful life events, faktor sosio-ekonomi dan
lingkungan emosional yang tidak stabil juga dianggap mempunyai risiko yang
besar pada perkembangan skizofrenia.
ATTENTION-DEFICIT/ HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
1. Pengertian ADHD
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder atau Gangguan Pemusatan Perhatian
disertai Hiperaktifitas. ADHD adalah gangguan perkembangan dan neurologis
yang ditandai dengan kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan mudah
teralihkan, kesulitan dalam mengendalikan impuls, overaktifitas motorik dan
kegelisahan motorik.
2. Gejala ADHD
ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan
impulsivitas yang mulai terlihat pada kehidupan awal anak-anak dan dapat
berkembang pada kehidupan selanjutnya. Gejala yang berbeda dapat muncul pada
tempat yang berbeda dan tergantung situasi. Diagnosis diberikan apabila terdapat
sekurang-kurang enam atau lebih dari salah satu gejala (inattention atau
hiperaktivitas-impulsivitas ) dan berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan.
a. Inattention
1. Kesulitan memusatkan perhatian terhadap hal-hal detail
2. Tampak tidak mendengarkan ketika diajak berbicara langsung
3. Kesulitan mempertahankan perhatian saat melakukan sesuatu
4. Tidak dapat mengikuti perintah yang diberikan dan gagal untuk
menyelesaikan tugas
5. Seringkali gagal mengatur tugas dan aktivitas
6. Seringkali menghindari tugas yang membutuhkan usaha mental
7. Seringkali menghilangkan barang yang berguna untuk mengerjakan tugas
atau aktivitas lainnya
8. Perhatiannya gampang teralihkan
9. Seringkali lupa akan aktifitas hariannya
10. Menunda-nunda pekerjaan
b. Hiperaktif-Impulsif
Karateristik dan gejala yang sering muncul adalah :
Hiperaktifitas :
Impulsif :
1. Terlalu banyak berbicara
2. Seringkali menjawab sebelum pertanyaan tersebut selesai di ajukan
3. Seringkali tampak gelisah saat menunggu giliran
4. Memecahkan barang atau merusak sesuatu
5. Seringkali menyela atau mengganggu teman yang lain
CATATAN :
1. Faktor Genetik
Faktor genetika merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku
ADHD. Bukti penelitian menyatakan bahwa jika orangtua mengidap ADHD
maka kemungkinan anaknya memiliki risiko mengembangkan gangguan ADHD
sebesar 60-80% . Apabila bayi yang dilahirkan kembar dan mengidap ADHD
kemungkinan 70-80% kembarannya akan mengidap ADHD pula.
2. Faktor Neurobiologis
- Adanya ketidaknormalan pada tiga area otak pada orang-orang yang
menderita ADHD yaitu lobus prefrontal, lobus frontal dan basal ganglia
dimana bagian otak ini berhubungan sebagai daerah atensi, fungsi eksekutif,
penundaan respon, dan organisir respon. ----- Reaksi Inhibisi dan Eksitasi
- Defisit neurotransmiter, abnormalitas pada dua neurotransmiter di otak
yang berperan dalam regulasi jumlah pembangkitan dan perhatian yaitu
nonadrenaline dan dopamine
d. Pengaruh ADHD
Meskipun kelihatannya sederhana, namun pengaruh ADHD dapat
memberikan pengaruh pada tiga bidang utama, yaitu aspek pendidikan, perilaku,
dan sosial anak. Biasanya cara anak ADHD menunjukkan dirinya bergantung
faktor yang berhubungan dengan usia dan profil kesulitan tertentu. Informasi ini
dapat membantu dalam melakukan identifikasi.
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Orang dengan gangguan ini mengalami persepsi atau ilusi yang tidak umum,
seperti perasaan akan hadirnya seorang anggota keluarga yang telah meninggal di
dalam ruangan. Namun, mereka menyadari bahwa orang tersebut tidak benar-
benar berada disana. Mereka bisa menjadi sangat curiga terhadap orang lain.
Mereka dapat menyembangkan ideas of reference yatitu keyakinan bahwa orang
lain sedang membicarakan dirinya. Mereka bisa terlibat dalam pikiran magis,
seperti keyakinan bahwa mereka memiliki indera keenam atau bahwa orang lain
dapat merasakan perasaan mereka.
Orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung tidak yakin akan identitas
pribadi mereka (nilai, tujuan, karier bahkan orientasi seksual). Ketidakstabilan
dalam self-image atau identitas tersebut membuat mereka dipenuhi perasaan
kekosongan dan kebosanan yang terus menerus. Mereka tidak dapat menoleransi
ide “kesendirian” dan “tertinggal”. Mereka akan melakukan usaha-usaha nekat
untuk menghindari kesendirian dan terus melekat dan menuntut dalam hubungan
sosial mereka.
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa bangga dan atau
keyakinan yang berlebihan akan diri mereka sendiri. Mereka membesar-besarkan
prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.
Orang dengan kepribadian yang narsistik cenderung terpaku pada fantasi akan
keberhasilan dan kekuasaan, cinta yang ideal, atau pengakuan akan kecerdasan
atau kecantikan. Mereka mencari pertemanan dengan para pemuja mereka dan
sering tampak penuh karisma dan ramah serta dapat menarik perhatian orang.
Namun minat mereka pada orang lain hanya bersifat satu sisi, yaitu mereka hanya
mencari orang yang mau melayani minat mereka dan memelihara rasa “self-
importance” mereka.
c. Tipe : Perilaku Cemas atau Ketakutan
2. Fetishism
Fetishism mengacu pada fakta bahwa beberapa individu, terutama mereka
yang terangsang oleh benda-benda fisik tertentu atau jenis bahan-bahan (seperti
kulit atau renda). Pada beberapa kasus, fetish merupakan orang-orang yang
memiliki ketertarikan normal secara berlebihan terhadap bagian-bagian tubuh
yang spesifik. Misalnya, beberapa orang yang hanya digairahkan oleh payudara,
bokong, mata biru dll. Tetapi istilah fetish umumnya untuk kasus yang melibatkan
benda-benda mati, seperti celana, sepatu atau stocking. Seorang fetish dikatakan
abnormal jika mengganggu penyesuaian seksual dari orang tersebut atau dari
pasangannya. Seringkali, fetihist (umumnya laki-laki) digairahkan hanya oleh
benda yang digunakan dan secara seksual digairahkan oleh tindakan pencurian
dari wanita yang tidak diketahui. Karena ini bisa menakutkan bagi korban dan
merupakan tindakan berbahaya serta illegal.
a. Pemerkosaan
Dalam pemerkosaan, kekuatan atau pemaksaan orang lain untuk
melakukan perbuatan seksual. Pada sebagian besar kasus, pemerkosa adalah laki-
laki dan korbannya adalah perempuan – wanita diperkosa setiap 6 menit di
Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, 22 persen wanita dewasa dan 2 persen laki-
laki dewasa terlibat dalam pemaksaan seksual setidaknya sejak usia 13 tahun.
Persentase wanita yang diperkosa adalah sama pada setiap kelompok umur
berbeda, kelompok etnis, tempat tinggal (kota, pinggiran atau pedesaan), tingkat
pendidikan dan kelompok perkawinan. Ketika wanita diperkosa, selalu dilakukan
oleh mereka yang telah dikenal (22 persen), seseorang yang jatuh cinta (46
persen) atau suami lain (9 persen).
Akibat pemerkosaan itu adalah trauma. Korban pemerkosaan tidak dapat
secara variabel merasakan bahwa seluruh kehidupan mereka telah berubah akibat
penyerangan. Banyak korban pemerkosaan mengalami gangguan mental,
seringkali merujuk pada sindrome trauma pemerkosaan, ditandai
oleh perasaan kegelisahandan depresi termasuk gangguan tidur, hubungan dan
fungsi kehidpan sehari-hari. Namun, sebagian mitos di dalam budaya Barat
mengacu pada korban pemerkosaan. Mitos ini cenderung menempatkan tanggung
jawab perkosaan pada korban sementara menyatakan pelanggarnya bertanggung
jawab secara pribadi pada pemerkosaan.
Tidak ada profil psikologi untuk pelanggar seksual. Dalam hal ini, bila
salah satu mencirikan pemerkosa adalah mereka bersifat heterogen dan tidak
dapat ditandai oleh generalitas. Teori pemerkosaan juga telah menekankan bahwa
mereka yang memperkosa didorong oleh hasrat agresif dan kebutuhan untuk
berbagai dominasi oleh keinginan seksual. Beberapa pemerkosa akan memperkosa
sejumlah wanita sebelum mereka ditahan.
Korbannya seringkali ragu-ragu melaporkan pemerkosaan karena proses
kesaksian terhadap pemerkosa seringkali tidak menyenangkan oleh pejabat yang
meneliti dan para pembela atau kuasa hukum korban. Untuk alasan itu, banyak
masyarakat yang membentuk crisis center pemerkosaan yang memberikan
bantuan dan dukungan kepada korban melalui pelaporan, penelitian dan proses
penuntutan. Crisis center pemerkosaan ini memberikan bimbingan kepada korban
pemerkosaan untuk membantu mereka menyesuaikan diri setelah menjadi korban.
1. Mitos
- Wanita yang pergi ke rumah seorang laki-laki pada hari pertama menyatakan
bahwa dia ingin berhubungan seksual
- Salah satu alasan wanita tidak melaporkan pemerkosaan adalah bahwa
mereka membutuhkan perhatian bagi diri mereka sendiri
- Beberapa wanita sehat dapat menahan pemerkosa bila dia
ingin melanjutkannya
- Wanita yang pergi tanpa bra atau memakai pakaian pendek berarti
mengundang hal-hal yang tidak diinginkan
2. Fakta
- Seseorang yang pergi ke mana saja tidak menyatakan bahwa dia ingin
melakukan sesuatu. Pemerkosa mendistorsi persepsi mereka untuk
menyesuaikan dengan keyakinan mereka.
- Sangat jarang bagi wanita yang melaporkan pemerkosaan. Melaporkan
pemerkosaanya berarti pengalaman traumatik
- Pemerkosaan adalah tindakan pelanggaran dan brutal yang memburuk
dengan perlawanan
- Tidak ada korban yang diminta diperkosa. Pemerkosa bertangung jawab
atas tindakannya
b. Pelecehan Seksual Anak
Beberapa anak dieksploitasi secara seksual. Di dalam sebuah survey, 27
persen wanita dan 16 persen laki-laki melaporkan mengalami pelanggaran seksual
selama kanak-kanak. Sebagian statistik menyatakan bahwa sebanyak 40 juta
orang di Amerika Serikat menjadi korban seksual pada masa anak-anak. Ada
berbagai tipe pelecehan seksual anak. Ketika kontak seksual dilakukan oleh
anggota keluarga, pelecehan seksual itu disebut incset. Ketika ada paksaan atau
ancaman paksaan, maka perlakuan seksual itu disebut pemerkosan anak. Ketika
tidak ada ancaman paksaan yang jelas, pelecehan seksual anak disebut molestasi
anak. Bahkan molestasi anak itu dianggap sebagai bentuk perilaku seksual yang
dipaksakan karena anak tidak memberi izin dalam cara berperilaku seksual.
Anak yang mengalami pelanggaran seksual memperlihatkan berbagai
rentang emosional dan reaksi perilaku. Bila kontak seksual tidak mengancam
kepada anak, seperti dalam eksplorasi seksual oleh anak yang lebih dewasa, maka
akan jarang ada pengaruh psikologi untuk anak bila orang tuanya tenang
menghadapi kejadian itu dengan kasih sayang dan pemahaman. Ketika pelecehan
seksual itu mengganggu si anak, seperti adanya variasi dalam beberapa kasus
ketika pelakunya adalah orang dewasa atau ketika ada ancaman pemaksaan, maka
efek psikologi terhadap korban akan lebih serius.
Beberapa efek dari pelecehan seksual anak diyakini memiliki jangka
panjang. Dalam hal ini, setelah pelecehan seksual anak maka ada kesamaan dalam
kondisi seksual dalam anak yang cenderung mengalami trauma dan reaksi trauma
tersendiri. Anak juga akan bertindak secara seksual untuk merespon korban,
pengalaman dari gangguan personal oleh seseorang yang melangar mereka dan
merasakan ada sesuatu yang tidak berdaya dan kekurangan kontrol.
Orang yang dewasa juga terlibat dalam pedofilia, mengalami kenikmatan
seksual melalui kontak seksual dengan anak. Mereka umumnya mendapatkan
kepercayaan dan menerima korbannya sebelum melibatkan diri dalam
perilaku seksual. Itu berarti molester anak dan pemerkosa biasanya diketahui dan
diarahkan pada korban anak. Dalam hal ini, pemerkosa adalah tetangga dan
anggota keluarga yang mengetahui anak itu sebelum kejadian adalah tetangganya,
anggota keluarga atau orang yang mengenal anak sebelum kejadian sampai 90
persen dari kasus. Molester anak adalah heteroseksual laki-laki dan korban yang
biasanya merupakan gadis muda. Dalam beberapa kasus, molester adalah
homoseksual laki-laki atau wantia heteroseksual dan korbannya adalah anak laki-
laki muda. Secara trais, banyak molester anak yang melanggar ratusan anak
sebelum mereka ditangkap. Seperti orang yang memperkosa orang dewasa, laki-
laki yang memperkosa atau molester anak cenderung bersifat heterogen dalam
kondisi psikologinya.
c. Sexual Harassment
Sexual harrasement adalah bentuk godaan atau pelecehan seksual.
Termasuk di dalamnya permintaan untuk melayani seks, menyentuh bagian yang
tidak diinginkan dari kaki, payudara, atau bokong; komentar berbau seksual,
dan bentuk lain dari perilaku pemaksaan seksual oleh orang lain. Bentuk-bentuk
seperti tatapan yang mengerling atau kedipan dan ucapan tidak senonoh yang
sering diselipkan oleh laki-laki pada saat menyapa perempuan di jalan yang
membuat perempuan merasa tidak nyaman juga merupakan pelecehan seksual.
Namun, meskipun kurang umum, laki-laki juga menjadi korban pelecehan seksual
di perguruan tinggi dan di tempat kerja.
Salah satu komponen kunci dari pelecehan seksual adalah bahwa ha itu
terjadi diantara orang dengan perbedaan tingkat kekuasaan, biasanya di sekolah
atau tempat kerja. Ada hukum-hukum, peraturan dan kebijakan yang menjamin
hak setiap orang untuk bersekolah dan bekerja di lingkungan yang tidak
mengancam. Namun hal ini tidak sepenuhnya menjamin. Karena masih adanya
ketidakseimbangan dalam kekuasaan (contoh : seorang pegawai perempuan yang
digangu oleh atasannya) yang melekat dalam pelecehan seksual, tidak diragukan
lagi bahwa sebagian besar kasus pelecehan seksual tidak dilaporkan kepada pihak
berwenang. Setiap korban pelecehan seksual menderita dalam arti menjadi kurang
nyaman di sekolah atau bekerja. Dalam beberapa kasus, pelecehan seksual dapat
memicu tingkat serius dari kecemasan dan depresi.
DISFUNGSI SEKSUAL DAN KESEHATAN SEKSUAL
Baik pria dan wanita mengalami gangguan hasrat seksual. Ada banyak
kemungkinan penyebab masalah ini, termasuk kecemasan yang ekstrem tentang
keintiman seksual atau memiliki pengalaman traumatis seksual. Dalam kasus
lain, orang mungkin tidak memiliki kekurangan hasrat tetapi mungkin kurang
tertarik pada pasangan seksualnya karena suatu masalah dalam hubungan.
Terapis untuk permasalahan hasrat seksual, pertama adalah memeriksa
seseorang secara keseluruhan mengenai hubungan dengan pasangannya. Jika
ditemukan adanya masalah dalam hubungan, terapis tersebut akan memfokuskan
pada masalah kecemasan yang mungkin dialami seseorang dalam keintiman
seksual. Kecemasan mungkin dapat menghalangi hasrat untuk kontak seksual dan
mengganggu ketertarikan seksual. Hambatan seksual mungkin disebabkan oleh
pengalaman dan karakteristik orang. Isu-isu ini diperiksa dalam konteks terapi
seks, dimana orang-orang mengevaluasi kecemasan dan menggunakannya sebagai
strategi untuk menguranginya.
3. Orgasm Dysfunction
Disfungsi orgasme mencakup gangguan tehadap climax phase dari respon
seksual. Pada perempuan, disfungsi orgasme disebut sebagai inhibited female
orgasm. Hal ini didefenisikan sebagai individu tidak dapat mengalami orgasme.
Gangguan orgasme memiliki banyak sebab, termasuk kecemasan dalam
berhubungan, kesulitan dalam hubungan, takut diabaikan dan depresi. Seperti,
disfungsi seksual lainnya, gangguan orgasme mungkin disebabkan oleh
pengalaman seksual yang traumatis.
Pada laki-laki, disfungsi orgasme yang paling umum mencakup ejakulasi
sebagai hasil dari tingkat minimal rangsangan seksual, biasanya hanya setelah
atau bahkan sebelum penetrasi. Ketika hal ini muncul setiap waktu dan menjadi
distress, hal ini mungkin dapat dianggap sebagai disfungsi seksual yang
disebut premature ejaculation. Sebaliknya, pada beberapa laki-laki, dikenal
disfungsi orgasme dengan nama retarded ejaculation, yaitu kondisi di mana laki-
laki jarang dapat bisa mendapatkan orgasme meskipun rangsangan seksualnya
memadai, atau bahkan dapat mencapai orgasme tapi dalam periode waktu yang
lama.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN