Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

Psikologi Umum I

Abnormalitas

Disusun Oleh :

Kelompok 7 :

Ayunda Safitri (181301064)

Agusti Hadijah (181301065)

Putri Mailani (181301095)

Mikhael P. Siregar (181301106)

Tantri Novelin Utami (181301117)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Abnormalitas ini dengan baik dan tepat waktu, meskipun masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh
Dosen Pengampu yang telah membimbing mata kuliah Psikologi Umum I di
Universitas Sumatera Utara dan membantu kami dalam proses penyelesaian tugas
makalah ini.

Makalah ini telah disusun dengan upaya semaksimal mungkin. Walaupun


demikian, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan baik dalam menguraikan maupun dalam
penyusunan. Sehingga, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan ataupun pedoman, menambah wawasan serta pengalaman bagi para
pembacanya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, akhir kata kami ucapkan
Terimakasih.

Medan, 29 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................iii

LATAR BELAKANG......................................................................................iii

TUJUAN...........................................................................................................iv

RUMUSAN MASALAH.................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1

1.1 Pengertian Perilaku Abnormal.......................................................................1


1.2 Pandangan Historis tentang Perilaku Abnormal................................................2
1.3 The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.............................3
1.4 Stigma...............................................................................................................3

2.1 Gangguan Kecemasan....................................................................................4


2.2 Fobia..................................................................................................................4
2.3 Gangguan Kecemasan Umum Dan Gangguan Kecemasan Panik.....................5
2.4 Post-traumatic Stress Disorder .........................................................................6
2.5 Obsesive-compulsive Disorders........................................................................8

3.1 Somatoform Disorders...................................................................................9


3.2 Somatization Disorder and Hypochondriasis...................................................9
3.3 Conversion Disorders and Somatoform Pain Disorder....................................9

4.1 Gangguan Disosiatif.....................................................................................10


4.2 Gangguan Jati Diri..........................................................................................10
5.1 Gangguan Perasaan.......................................................................................11
5.2 Depresi Mayor..................................................................................................11
5.3 Gangguan Bipolar............................................................................................12

6.1 Schizophrenia.................................................................................................13
6.2 Gejala Skizofrenia............................................................................................13
Jenis-Jenis Skizofrenia.....................................................................................15
6.3 Penyebab Skizofrenia ......................................................................................16

7.1 Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder ..................................................19


7.2 Gejala ADHD .................................................................................................19
7.3 Penyebab ADHD ............................................................................................21
7.4 Pengaruh ADHD .............................................................................................21

8.1 Gangguan Kepribadian ................................................................................22


8.2 Jenis-Jenis Gangguan Kepribadian .................................................................22

9.1 Sexual and Gender Identity Disorder .........................................................28


9.2 Disfungsi Seksual dan Kesehatan Seksual .....................................................35

BAB III ................................................................................................................38

PENUTUP ...........................................................................................................38

KESIMPULAN ...........................................................................................38
SARAN .......................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................v


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Abnormalitas atau yang sering disebut juga dengan mental disorder,


psikopatologi, emotional discomfort, mental ilness, ataupun insanity bukanlah
sebuah fenomena yang jarang ditemui. Abnormalitas atau kelainan adalah bagian
dari kenyataan yang harus dihadapi dalam kehidupan ini. Baik disadari ataupun
tidak, perilaku abnormal banyak terjadi disekitar kita. Perilaku abnormal
merupakan tampilan atau gambaran dari fisik dan psikologis seseorang yang
menyimpang dari kenormalan. Seseorang yang abnormal, adalah orang yang
“sakit” dan membutuhkan penyembuhan.

Dalam perkembangannya, perilaku abnormal ditandai dengan perilaku yang


maladaptif. Seseorang dengan abnormalitas akan menunjukkan perilaku-perilaku
yang tidak sesuai dengan norma dan hukum ataupun perilaku-perilaku destruktif
yang dapat membahayakan orang lain bahkan dirinya sendiri.

Penyakit kejiwaan adalah hal yang sama pentingnya dengan penyakit fisik.
Oleh karena itu, kelainan kejiwaan bukanlah hal yang seharusnya dianggap
remeh. Mengingat di negara berkembang, khususnya Indonesia, isu kesehatan
mental masih menjadi topik yang dipinggirkan. Bahkan 4 dari 5 penderita
gangguan mental belum mendapatkan penanganan yang sesuai. Ironisnya
penderita gangguan mental masih sering disebut dengan “orang gila” . Inilah
mengapa diperlukan pengetahuan mengenai gangguan mental, karateristik,
penyebab dan bagaimana cara mengatasi ataupun cara mencegahnya agar dapat
menekan kenaikan angka penderita kelainan kejiwaan, khusunya di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab. Beberapa masalah
tersebut antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan perilaku abnormal?
2. Apa jenis-jenis dari perilaku abnormal?
3. Apa penyebab perilaku abnormal ?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal?
5. Apa karateristik dari perilaku abnormal?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah


ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari abnormalitas


2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari perilaku abnormal
3. Untuk mengetahui penyebab-penyebab dari perilaku abnormal
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku abnormal
5. Untuk mengetahui karateristik perilaku abnormal
6. Untuk mengetahui upaya penyembuhan yang harus dilakukan
7. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang harus dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN

ABNORMAL BEHAVIOR

A. Pengertian Perilaku Abnormal


Secara umum, perilaku abnormal diartikan sebagai perilaku yang
menyimpang dari kebiasaan masyarakat. Namun dalam psikologi, perilaku
menyimpang bukan hanya menyangkut perilaku dan bukan hanya menyangkut
penyimpangan dari kebiasaan masyarakat. Dalam psikologi, perilaku menyimpang
adalah perilaku, pikiran, dan perasaan yang membahayakan. Membahayakan bisa
dalam bentuk tak mampu bekerja dengan baik, tak mampu bersosialisai dengan
teman atau bahkan keluarga yang pada akhirnya berujung pada masalah
kesehatan. Perilaku abnormal bukan pula hanya mengenai penyakit atau sindrom.
Tapi juga berbagai perilaku yang membahayakan orang tersebut atau orang lain
disekitarnya. Contohnya penggunaan narkoba.

Dalam perkembangannya, terdapat dua hipotesis tentang bagaimana


perilaku abnormal itu “berbeda” dari perilaku normal (Lahey, 2012), yaitu :

1. Hipotesis Kontinuitas, menyatakan bahwa perilaku abnormal adalah


bentuk yang lebih parah daripada perilaku normal biasanya.
2. Hipotesis Nonkontinuitas, menyatakan bahwa perilaku abnormal adalah
perilaku yang benar-benar berbeda dari perilaku normal.

B. Pandangan Historis tentang Perilaku Abnormal


Dari awal mulanya manusia, telah ditemukan banyak perilaku-perilaku
abnormal. Namun, akibat minimnya pemahaman tentang hal ini, banyak
pandangan yang muncul dalam arus zaman manusia. Adapun pandangan-
pandangan itu adalah :
a. Teori Supranatural
Teori ini merupakan teori yang paling tua mengenai perilaku abnormal,
menyatakan bahwa perilaku abnormal berasal dari roh-roh jahat/iblis. Sumbernya
dari Alkitab, filsuf Plato, dan Prasasti Raja Hammurabbi. Pandangan ini
berlangsung sekitar 3500 tahun hingga berakhir pada saat revolusi Amerika.

Pada awalnya, proses terapi, dalam hal ini pengusiran roh jahat, dilakukan
dengan berdoa atau bentuk lanjutnya melakukan purgative, yaitu menggunakan
cairan yang dianggap mampu membantu mengeluarkan roh jahat. Namun, pada
zaman pertengahan, khususnya di Eropa, orang-orang yang berperilaku abnormal
dan telah dilakukan treatment (berdoa, berpuasa, dan pengusiran roh jahat) namun
masih menunjukkan perilaku tersebut dianggap sebagai penyihir.Sehingga,
mereka, yang dianggap sebagai penyihir, akan dibunuh dalam rangka
mengeluarkan iblis dan menyelamatkan jiwa mereka serta menghapuskan penyihir
dari Eropa. Hal ini berakibat pada pembunuhan massal.

b. Teori Biologi
Hippocrates menyatakan bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kelainan
biologis. Menurutnya, ada 4 cairan penting dalam tubuh yaitu darah, empedu
kuning, empedu hitam, dan lendir. Apabila ada ketidakseimbangan dalam
cairan ini, misalkan berlebih atau kurang di dalam tubuh, akan menghasilkan
perilaku abnormal. Hal ini menjadi dasar dari teori biologis.

Krafft-Ebing menganalisis gangguan psikologis parah yang disebut paresis.


Ia menemukan bahwa paresis adalah bentuk lanjutan dari penyakit sifilis dimana
penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri. Hal ini menarik perhatian para
psikolog dan psikiatri sera membuka pemikiran baru tentang hubungan biologi
dan perilaku abnormal.

c. Teori Psikologis
Phytagoras berpendapat bahwa gangguan psikologi disebabkan oleh faktor-
faktor psikologis seperti stres. Hal ini didukung oleh pandangan psikoanalisa dari
Sigmund Freud.
d. Teori Kontemporer
Perilaku abnormal saat ini merupakan fenomena dengan faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis sebagai penyebabnya. Kesalahan dalam sistem neuron
di otak merupakan salah satu faktor biologisnya. Lalu, stres merupakan salah satu
faktor psikologisnya. Sedangkan kesalahan pembelajaran sosial dapat menjadi
faktor sosiologis perilaku abnormal.

C. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)


The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders adalah sebuah
pendataan perilaku abnomal yang dirilis oleh APA (American Psychiatric
Association). Hingga saat ini telah dirilis DSM kelima (DSM-V) pada 2013.
Pendataan pada DSM cenderung dinamis, dimana mereka memasukkan atau
mengeluarkan beberapa perilaku abnormal yang telah dianalis lebih lanjut.

D. Stigma
Stigma adalah pandangan negatif tentang suatu hal. Hingga saat ini stigma
tentang para pengidap perilaku abnormal masih sering dan cenderung meningkat.
Ada 2 efek dari stigma (Lahey, 2012), yaitu :

a) Stigma dapat memperburuk perilaku abnormal. Stigma menjauhkan orang-


orang terdekat bahkan keluarga dari si penderita. Hal ini menyebabkan si
penderita kehilangan dukungan sosial dan merasa takut kehilangan
sehingga memperburuk kondisi emosional mereka.
b) Stigma dapat menghalangi penderita perilaku abnormal dalam mencari
bantuan. Stigma membuat penderita merasa takut dan malu untuk meminta
bantuan pada orang lain. Mereka takut stigma membuat mereka ditolak
bahkan enggan memberi bantuan.
GANGGUAN KECEMASAN

Hidup adalah campuran emosi positif dan negatif untuk semua orang.
Tetapi banyak juga orang yang memiliki emosi – emosi negatif yang tinggi. Yang
kita identifikasi sebagai orang-orang yang gugup,khawatir,dan gelisah.istilah-
istilah ini semua merujuk pada kecemasan . jenis-jenis gangguan kecemasan itu
semua bervariasi dan kejadian yang berhubungan dengan kecemasan akan
membuat seseorang jadi lebih meningkatkan kewaspadaannya.

1. Fobia
Fobia adalah rasa takut yang intens dan ketakutan yang tidak realistis.
Dikatakan tidak realistis karena fobia biasanya cemas dan muncul kewaspadaan
pada suatu objek secara berlebihan.

a. Jenis Fobia:

1. Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah fobia yang paling umum. Contohnya ketakutan intens
terhadap ketinggian ,anjing ,darah,suntikan,dan berada diruang tertutup.individu
dengan fobia spesifik sering tidak memiliki masalah psikologis yang lain ,hanya
saja hidup mereka akan terganggu bila fobia tersebut menciptakan masalah
langsung dalam kehidupan sehari hari . misalnya seseorang yang mempunyai
fobia terhadap ketinggian dan mereka bekerja di gedung pencakar langit, pastinya
mereka akan dituntut untuk menaiki lift dan melawan fobia mereka tersebut

2. Fobia Sosial
Mengacu pada kecemasan ekstrem dalam interaksi sosial menghambat atau
bahkan membatasi interaksi sosial.hal ini di maksudkan sebagai rasa tidak nyaman
yang sangat berlebihan atau memalukan diri sendiri didepan umum dan mungkin
takut bahwa orang akan berfikir buruk tentang diriorang yang mempunyai fobia
sosial ini. Bagi orang yang mempunyai fobia sosial berbicara didepan
umum,berkencam,bertemu orang baru,dan menjadi pusat perhatian, merupakan
suatu hal yang sangat membuatnya merasa tidak nyaman.
3. Agoraphobia
Agoraphoobia secara harfiah berarti “takut terhadap ruang terbuka” .biasanya
seseorang yang mempunyai fobia ini akan merasakan takut untuk meninggalkan
rumah,takut akan lingkungan yang kurang familiar , takut bila sendirian dalam
lingkungan sosial,mengasingkan diri dari orang lain , dan takut berada ditempat
yang membuatnya mudah terperangkap seperti lift atau mobil.

2. Gangguan Kecemasan Umum Dan Gangguan Kecemasan Panik


Jika fobia tekait dengan situasi stimulus tertentu, kecemasan yang lainnya
disempurnakan dengan gangguan kecemasan yang memiliki rasa ketengangan
yang tidak jelasdan berlebihan. Generalized anxiety disorder/gangguan
kecemasan umum merupakan rasa tidak nyaman dari ketegangan dan ketakutan
umum tanpa alasan yang jelas. Membuat individu merasa tidak nyaman karena
kehadirannya yang berkepanjangan.dan biasanya Generalized anxiety disorder
(GAD) ini muncul bahkan ketika anda sedang tidak menghadapi situasi
menegangkan sekalipun.bedanya GAD dengan gangguankecemasanyang lainnya
biasanya terkait dengan suatu hal yang spesifik ,sedangkan GAD khawatir akan
banyak hal. Lalu sebaliknya ,Panic anxiety disorder/ gangguan kecemasan
panik (PAD) merupakan suatu pola kecemasan dimana periode tenang yang
panjang dirusak oleh serangan kecemasan yang sangat tidak nyaman.dimana
adanya serangan kegelisahan yang tidak terkait dengan situasi spesifik.

Tidak seperti kecemasan Generalized,Panic anxiety disorder ini bisa


menyerang secara tiba-tiba dan menunjukkan gejala-gejala fisik yang sering
disalahartikan sebagai serangan jantung. Karena menunjukkan rasa takut yang
benar-benar intens , nyeri dada, detak jantung yang tidak teratur dan nafas
memburu. Orang-orang dengan PAD ini tidak boleh menjadi sumber perhatian
yang serius kecuali gangguan ini telah mengganggu fungsi & kesejahtraan
individu. Mereka yang memiliki gangguan kecemasan ini sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan kecil dalam fungsi sistem saraf otonom mereka terutama
pada denyut jantung di tubuh mereka. Abstraknya dari gangguan kecemasan ini di
ilustrasikan sebagai “bencana”. Artinya serangan kecemaan mereka adalah reaksi
berlebihan terhadap rangsangan tubuh normal yang diabaikan kebanyakan orang.

3. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Post traumatic stess disorder adalah gangguan stress pasca trauma.

PTSD dicirikan sebagai berikut :

a. Kenangan dari peristiwa yang menekan dan mengganggu kedalam


kesadaran mereka dan mereka mengisi mimpi mereka dengan horror ,
maksudnya mereka terus merasa dan bertindak jika peristiwa yang
membuat stress itu terjadi lagi.
b. Reaksi emosional dan saraf otonom yang bekerja lebih intens terhadap
rangsangan peristiwa yang mengingatkan pada peristiwa penyebab stress
tersebut.
c. Penghindaran rangsangan yang terkait dengan peristiwa tersebut.
d. Merasa mati rasa pada emosi dan kesenangan hidup
e. Sulit untuk tidur ,sikap waspada yang berlebihan(hyperarousal), peka
terhadap rangsangam (irritability). Dan sulit berkonentrasi.

a. Stessors that Cause PTSD


Pemahamam PTSD awalnya tumbuh dari upaya administrasi veteran untuk
membantu para veteran mengatasi masalah emosional pasca perang. Para psikolog
segera menyadari bahwa PTSD tidak terbatas pada orang-orang yang telah
mengalami perang saja tetapi semua orangg juga bisa memiliki PTSD ini. PTSD
merupakan hasil dari jenis stress traumatik lainnya seperti diserang secara
fisik,berada dalam kecelakaan mobil, atau menyaksikan kekerasan atau bencana.
Di kalangan wanita , penyebab PTSD yang paling utama adalah pelecehan seksual
dan kekerasan.
b. Terrorism and PTSD
Orang –orang dibanyak negara diseluruh dunia telah lama menjadi korban
terorisme. Petugas pemadam kebakaran, polisi, dan pekerja bencana lainnya yang
menyaksikan secara langsung juga terkena PTSD.

c. Apa yang mengembangkan PTSD ?


Kabar baiknya adalah bahwa kebanyakan orang yang mengalami tekanan
traumatis tidak mengembangkan PTSD nya. Ditelaah, hampir setengah dari orang
dewasa akan mengalami setidaknya satu peristiwa trauma dalam hidup nya.
Berikut adalah faktor pengembangan PTSD setelah stress :

1. Keparahan Stress

Presentase orang yang mengalami trauma menyebabkan sebagian PTSD


bergantung pada jenis dan tingkat keparahan stress. Tentarayang secara langsung
turun tangan dalam pertempuran akan lebih besar kemungkinan mengalami PTSD
dari pada tentara yang tidak melakukannya. Dan paparan terhadap trauma fisik
yang lebi parah, seperti penyiksaan akan lebih meningkatkan PTSD itu sendiri.

2. Karakteristik Orang Sebelum Peristiwa Traumatis

Ketika tingkat paparan terhadap pertempuran dikontrol secara statistik. Warga


sipil yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi lebih mungkin
mengalami PTSD.penelitian baru juga menunjukkan kecendrungan genetik
membuat individu lebih rentan terhadap trauma.

3. Dukungan Sosial

Mengingat bahwa PTSD tidak selalu berkembang segera setelah terpapar pada
peristiwa traumatik.tetapi dukungan sosial yang lebih setelah stress traumatik
cenderung mengalami PTSD.

4. Jenis kelamin korban

Meskipun kebanyakan wanita dan pria tangguh dalam menghadapi streess,


wanita yang mengalami peristiwa traumatik lebih mungkin daripada laki-laki
untuk mengembangkan PTSD. Hal ini mungkin sebagian mencerminkan
perbedaan dalam jenis stress yang dialami oleh wanita dan pria. Studi nasional AS
menemukan bahwa 15% wanita diperkosa mengalami PTSD untuk setidaknya
enam bulan.

4. Obsesive-Compulsive Disorders
Gangguan yang melibatkan obsesi (pemikiran yang memicu kecemasan )dan
komplusi (dorongan yang tak tertahankan untuk terlibat dalam perilaku irasional
tertentu).

Maksudnya, mereka adalah dua masalah yang terpisah tetapi mereka sering
terjadi bersama-sama dalam individu yang sama. Obsesi memprovokasi hati .
mereka (obsesi&kkomplusi) tampak tak terkendali bahkan asing. Pikiran-pikiran
seperti rasa takut yang berulang-ulang kehilangan kendali dan membunuh
seseorang atau memiliki hubungan seksual yang berlebihan dapat menyebabkan
kepuasan tersendiri. Obsesi dan komplusi sering di temukan pada orang yang
sama seperti orang yang mencuci tangannya karena dia terobsesi untuk menjaga
tangannya dari kuman.
SOMATOFORM DISORDERS

Gangguan somatoform adalah kondidi dimana individu mengalami gejala


masalah kesehatan fisik yang memiliki penyebab psikologis dari pada sebab fisik
itu sendiri. Soma adalah kata lain untuk tubuh, gangguan somatoform dianggap
sebagai gangguan psikologis atau “mengambil bentuk” tentang masalah fisik.
Meskipun gejala ini tidak disebabkan secara fisik bagi individu yang mengalami
nya itu terasa tidak nyaman. Dengan kata lain orang yang memiliki gangguan
somatoform lebih sering terjadi pada orang yang melaporkan bahwa mereka
mengalami pelecehan seksual. Yang berarti gangguan mungkin merupakan reaksi
psikologis terhadap trauma.

1. Somatization Disorder & Hypochondriasis


Somatization disorder digarisbesarkan sebagai keluhan rasa sakit pada
tubuhnya dalam waktu yang cukup lama ,namun secara medis baik baik saja .
keluhan penderita gangguan ini bersifat berulang-ulang . dan hal ini membuat
individu yang mengalaminya merasa sangat tidak nyaman.

Hypochondriasis merupakan kondisi diman adiri dapat didominasi oleh


kekhawatiran tentang kesehatan diri mereka sendiri. Biasanya mereka
menunjukkan keasyikan diri mereka dengan kesehatan .yang ditunjukkan dengan
kekhawatiran dengan rasa sakit menghindari kuman sdan lain sebagainya.

2. Conversion Disorders And Somatoform Pain Disorders


Conversion disorders merupakan kondisi dimana seseorang dengan gejala-
gejala neurologis, seperti mati rasa, kebutaan,kelumpuhan,dll. Diperkirakan
bahwa gejala-gejala tersebut timbul sebagai respons terhadap situasi stress yang
mempengaruhi kesehatan mental pasien atau kondisi kesehatan mental yang
berkelanjutan seperti depresi.conversion disorders biasanya dapat dibedakan
dengan mudah dari masalah medis. Somatoform pain disorders merupakan
kondisi dimana individu mengalami realitas khusus dan rasa sakit yang kronis
yang merupakan akibat dari psikologis bukan dari fisik.
GANGGUAN DISOSIATIF

Gangguan disosiatif adalah suatu kategori gangguan secara luas atau


umum yang berhubungan dengan kondisi yang berubah-ubah tergantung
kesadarannya. Macam-macam gangguan disosiasi dikarakterisasi berdasarkan
perubahan perasaan, persepsi, ingatan, atau “identitas”. Pengalaman-pengalaman
ini merupakan yang paling umum terjadi dibawah tekanan (Morga dkk, 2001).
Terdapat 4 macam gangguan disosiatif : gangguan jati diri, lupa ingatan
sementara, fugue disosiatif dan kehilangan identitas disosiatif.

1. Gangguan jati diri


Seorang indvidu mungkin merasa bahwa tangannya menjadi lebih besar atau
kehilangan kendali atas tangannya. Bisa juga seorang individu merasakan seperti
menjadi robot meskipun ia mengetahui bahwasannya ia adalah individu yang
nyata atu ia merasa orang tuanya bukan individu yang nyata.

2. Kehilangan ingatan sementara dana Fugue disosiatif


Kehilanag ingatan sementara merupakan kehilangan ingatan yang disebabkan
oleh psikologinya. Fugue disosiatif adalah kondisi dimana ingatan yang hilang
merupakan keseluruhan ingatan yang menyebabkan seorang individu tidak dapat
mengingat identitasnya.

3. Kehilangan identitas disosiatif

Individu yang menunjukkan gangguan disosiatif terlihat berubah secara tiba-


tiba dari “kepribadian” yang satu ke “kepribadian” yang lain seolah-olah lebih
dari satu orang yang menghuni tubuhyang sama.

Gangguan disosiatif adalah masalah psikologis yang jarang terjadi namun


terjadinya mendadak dalam berperilaku. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi
hilang ingatan, gangguan identitas dan gangguan perasaan sehingga merasa bahwa
yang terjadi adalah khayalan semata.
GANGGUAN PERASAAN

Terdapat dua bentuk utama dari gangguan perasaan yaitu depresi dan
kegelisahan yang berlebihan.

1. Depresi mayor
Individu yang mengalami depresi berat, sangat tidak bahagia, dan hanya
menemukan sedikit sekali kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi depresi mayor
lebih dari sekedar kesedihan yang terus menerus. Orang dengan depresi mayor
percaya masa depannya suram, memiliki pandangan negatif tentang dirinya dan
orang lain serta sulit memiliki alasan untuk hidup. Hal ini disertai dengan
peningkatan atau penuruna waktu tidur, peningkatan dan penurunan nafsu makan,
kehilangan birahi, kehilangan atau kelebihan energi, dan kesulitan berkonsentrasi
dalam membuat keputusan.

a. Penyebab depresi mayor


Risiko depresi mayor sering dirasakan oleh orang-orang yang memiliki stress
tingkat level yang tinggi (Lewinsohn, Hoberman, & Rosenbaum, 1988; Mazure,
1998; Steel dkk, 2009)

b. Faktor kognitif dalam depresi


Aaron T. Beck (1976) dan yang lainnya percaya bahwa kognitif merupakan
faktor penting pada masalah emosi. Contoh, Beck memiliki sugesti negatif
terhadap seseorang, pada dunia tempatnya tinggal, dan masa depan yang
menuntun seseorang untuk menjalani hidupnya dengan cara negatif yang
membangun depresi.

2. Gangguan Bipolar

Dalam kondisi yang kita ketahui sebagai kepribadian ganda atau depresi
mania (kegelisahan yang berlebihan), kgelisahan yang berlebihan terjadi secara
tidak teratur ketika sedang depresi. Kegelisahan yang berlebihan merupakan
pengganggu perasaan yang menyebabkan dirinya sangat menikmati suatu keadaan
dalam masa yang singkat serta biasanya mencederai dirinya dan orang lain pada
waktu kegelisahan tersebut terjadi.
Kegelisahan yang berlebihan biasanya berulang kali (Halgin &
Whitbourne, 2000; Judd dkk, 2002). Ketika kegelisahan yang berlebihan
berkurang hal ini cenderung menjadi kebiasaan yang tidak teratur dalam masa
depresi. Orang yang terkena kegelisahan yang berlebihan secara terus-menerus
serta mengalami depresi juga akan menjadi pribadi dirinya yang lain.
SCHIZOPHRENIA

1. Pengertian Skizofrenia
Istilah schizophrenia berasal dari bahasa Latin “schizo”yang berarti terpecah
dan “phrenia” yang berarti pikiran. Schizophrenia adalah gangguan psikologis
parah yang ditandai oleh terganggunya proses berpikir, distorsi realita dan
ketidakmampuan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Penderita
schizophrenia akan mengalami suatu fenomena “kepribadian yang terbelah”
dimana penderita akan kehilangan sebagian besar hubungan kesadaran yang logis
antara tubuh dan jiwanya (disentegrasi). Sehingga dalam beberapa keadaan
perilakunya tidak sejalan dengan emosinya.

Skizofrenia dapat ditemui pada semua kelompok masyarakat dan di


berbagai daerah. Gangguan ini muncul hampir di 1% populasi dewasa dan
biasanya terjangkit pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Insiden
skizofrenia lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.

Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan melakukan


penyerangan. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang
terbanyak. Tercatat hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh
diri.

2. Gejala-Gejala Skizofrenia

a. Gejala Positif
Gejala positif skizofrenia adalah gejala-gejala yang tampak pada penderita
skizofrenia yang tidak tampak pada orang normal (non-penderita). Gejala-gejala
positif ditandai oleh adanya kelainan berupa kelebihan dalam fungsi normal
seseorang

1. Halusinasi (Hallucinations)
Halusinasi adalah pengalaman sensoris palsu tanpa ada stimulus ekternal yang
relevan dan nyata.
- Halusinasi Auditorik : Halusinasi Pendengaran, penderita biasanya
mendengar suara-suara yang mempengaruhi penderita untuk melakukan
sesuatu atau mengkritik tindakannya
- Halusinasi Visual : Halusinasi Penglihatan, penderita biasanya seperti
melihat bayangan-banyangan makhluk asing atau tempat asing.
- Halusinasi Sensorik Lain : Misalnya penderita seperti mencium bau busuk
yang keluar dari tubuhnya, seolah-olah merasakan racun dalam makananya,
merasa kulitnya ditusuk-tusuk oleh jarum, dsb.

2. Delusi (Delutions)
Delusi adalah kepercayaan atau keyakinan yang salah yang sangat tidak
masuk akal dan tidak bisa diubah dengan penalaran maupun penyajian fakta.
Seseorang yang mengalami delusi biasanya akan melihat dirinya sebagai Tuhan,
menganggap dirinya Napoleon, atau mungkin akan melihat atau membayangkan
bahwa pikirannya sedang disiarkan melalui radio, atau bahkan berpikir bahwa
seorang agen ganda sedang mengendalikan setiap gerakannya.

3. Gangguan dalam Pergerakan


Seorang dengan skizofrenia menunjukkan pergerakan yang terkesan ceroboh
dan tidak biasa. Individu tersebut mungkin akan mengulangi sejumlah gerakan
berkali-kali, dan pada kasus ekstrem dapat menjadi imobilitas katatonik.
Katatonia adalah keadaan dimana seseorang tidak bergerak dan tidak responsif,
dengan suatu postur dalam waktu yang relatif lama.

4. Gangguan Pikiran
Pikiran dari orang-orang dengan skizofrenia dapat menjadi begitu tidak tertata
dan membingungkan. Sering kali penderita skizofrenia berbicara dan menulis
sesuatu yang sulit dipahami. Pembicaran mereka tidak memiliki makna untuk
pendengarnya. Asosiasi kata yang tidak koheren disebut dengan salad kata.

b. Gejala Negatif
Gejala negatif adalah gejala yang lebih sulit dikenali dibandingkan gejala
positif. Gejala negatif skizofrenia berupa kekurangan perilaku dan penurunan
fungsi normal seseorang. Gejala negatif skizofrenia adalah Afek Datar (flat
affect). Flat Affect adalah sebuah gejala pada penderita skizofrenia dimana
individu tersebut menunjukkan sedikit atau bahkan tidak menunjukkan emosi
sama sekali, berbicara tanpa tekanan emosi, dan mempertahankan ekpresi wajah
atau ekspresi wajah yang tidak berubah (King,2010). Penderita tidak mampu
merespon stimulus emosi dengan benar. Contohnya : penderita skizofrenia
mungkin tidak menunjukkan emosi saat diberitahu bahwa anaknya meninggal atau
tertawa saat mendapat kabar tragis.

Gejala negatif skizofrenia juga meliputi penarikan diri atau mengasingkan diri
dari sosial, sukar diajak berbicara, berpikir dan bergerak lambat, pasif dan apatis,
serta hilangnya minat dan motivasi terhadap hal-hal disekitarnya bahkan
kebersihan pribadi dan perawatan diri.

c. Gejala Kognitif
Gejala kognitif dari skizofrenia meliputi kesulitan untuk mempertahankan atensi,
terhambat dalam menyimpan informasi dalam ingatan dan ketidakmampuan untuk
memaknai informasi dan membuat keputusan.

3. Jenis-Jenis Skizofrenia

a. Paranoid Schizophrenia
Paranoid Schizophrenia adalah jenis skizofrenia yang paling umum. Penderita
paranoid skizofrenia memiliki gangguan pikiran berupa kecemasan atau ketakutan
yang sangat berlebihan. Skizofrenia jenis ini ditandai dengan adanya delusi berupa
delusions of grandeur yang memunculkan delusions of persecutions. Delusions
of grandeur adalah delusi dimana penderita skizofrenia menganggap dirinya
sebagai seorang yang “istimewa atau spesial” seperti Tuhan, Nabi, Agen CIA,
artis terkenal, Presiden dll. Karena keistimewaan dirinya tersebut penderita
paranoid skizofrenia merasa bahwa mereka dimusuhi, diancam, diburu, ditekan
dan ada orang-orang yang berniat menyakiti atau mencelakai dirinya atau
menganggap bahwa mereka merupakan target dari sebuah konspirasi. Kebanyakan
penderita paranoid skizofrenia juga mengalami halusinasi, umumnya halusinasi
pendengaran.

b. Disorganized Schizophrenia atau Hebephrenic Schizophrenia


Disorganized Schizophrenia ditandai dengan “ketidakteraturan atau
disorganized”. Ciri utama disorganized skizofrenia adalah pembicaraan yang
kacau, tingkah laku kacau dan afek datar atau inappropriate. Pembicaraan yang
kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi
pembicaraan. Menunjukkan perilaku dan gerak tubuh yang konyol, seperti anak-
anak Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan serius pada
berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti kesulitan memulai atau
menyelesaikan tugas, kesulitan bertindak dengan tepat dalam masyarakat.

c. Catatonic Schizophrenia
Catatonic berarti kaku. Jenis skizofrenia katatonik ditandai oleh pergerakan
motorik yang aneh, terkadang muncul dalam keadaan tidak bergerak sama sekali,
menyerupai patung (waxy flexibility) . Namun, ketika berada dalam keadaan ini,
individu dengan skizofrenia katatonik sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi di
sekitarnya. Penderita katatonik skizofrenia menunjukkan aktivitas motorik yang
berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau berbicara dan
berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia)

4. Penyebab Skizofrenia

a. Faktor Biologis

1. Hereditas
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizophrenia. Keluarga dari
penderita skizofrenia berkemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
skizofrenia dibandingkan seseorang dari silsilah keluarga yang bebas skizofrenia.
Semakin dekat seseorang secara genetik, semakin besar pula risiko nya
mengalami skizofrenia.
2. Abnormalitas Struktur Otak
Penelitian menemukan bahwa sebagian pasien skizofrenia cenderung
memiliki ventrikel otak yang lebih besar dibandingkan non-penderita skizofrenia.
Pembesaran ventrikel ini mengindikasikan suatu proses kemunduran atau atrofi
di jaringan otak. Selain itu pasien skizofrenia menunjukkan adanya aktivitas yang
sangat rendah pada lobus frontalis otaknya. Penelitian mengemukakan bahwa
individu dengan skizofrenia memiliki korteks frontal yang kecil (area dimana
proses berpikir, perencanaan, dan pengambilan keputusan terjadi) dan
menunjukkan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan individu yang
tidak memiliki skizofrenia.

3. Hipotesis Dopamin
Dopamin yaitu suatu neurotransmiter yang aktif di area otak yang terlibat
dalam regulasi emosi (sistem limbik). Hipotesis dopamin menyatakan bahwa
bahwa penderita skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyak dopamin di sinaps
tertentu di otak. Kelebihan tersebut disebabkan oleh overproduksi neurotransmiter
atau gangguan regulasi mekanisme pada dopamin.
b. Faktor Psikologis
- Para psikolog sering berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak , fungsi
situasi sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan, hubungan interpersonal
yang buruk, dapat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak
sehingga anak lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.
- Ketika dibawah tekanan atau situasi membingungkan, termasuk perhatian
yang berlebihan dapat memicu timbulnya skizofrenia. Tekanan hidup yang
berkepanjangan serta tidak adanya dukungan dari keluarga dapat
menjadikan individu tersebut semakin terpuruk dengan gangguannya
sehingga memicu terjadinya skizofrenia.

c. Faktor Sosio-Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan skizofrenia. Faktor sosio-kultural pencetus skizofrenia dipengaruhi
oleh emotional turbulent families, stressful life events, faktor sosio-ekonomi dan
lingkungan emosional yang tidak stabil juga dianggap mempunyai risiko yang
besar pada perkembangan skizofrenia.
ATTENTION-DEFICIT/ HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

1. Pengertian ADHD
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder atau Gangguan Pemusatan Perhatian
disertai Hiperaktifitas. ADHD adalah gangguan perkembangan dan neurologis
yang ditandai dengan kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan mudah
teralihkan, kesulitan dalam mengendalikan impuls, overaktifitas motorik dan
kegelisahan motorik.

2. Gejala ADHD
ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan
impulsivitas yang mulai terlihat pada kehidupan awal anak-anak dan dapat
berkembang pada kehidupan selanjutnya. Gejala yang berbeda dapat muncul pada
tempat yang berbeda dan tergantung situasi. Diagnosis diberikan apabila terdapat
sekurang-kurang enam atau lebih dari salah satu gejala (inattention atau
hiperaktivitas-impulsivitas ) dan berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan.

a. Inattention
1. Kesulitan memusatkan perhatian terhadap hal-hal detail
2. Tampak tidak mendengarkan ketika diajak berbicara langsung
3. Kesulitan mempertahankan perhatian saat melakukan sesuatu
4. Tidak dapat mengikuti perintah yang diberikan dan gagal untuk
menyelesaikan tugas
5. Seringkali gagal mengatur tugas dan aktivitas
6. Seringkali menghindari tugas yang membutuhkan usaha mental
7. Seringkali menghilangkan barang yang berguna untuk mengerjakan tugas
atau aktivitas lainnya
8. Perhatiannya gampang teralihkan
9. Seringkali lupa akan aktifitas hariannya
10. Menunda-nunda pekerjaan
b. Hiperaktif-Impulsif
Karateristik dan gejala yang sering muncul adalah :

Hiperaktifitas :

1. Seringkali memainkan tangan dan kaki saat duduk


2. Seringkali meninggalkan tempat duduk di kelas atau pada situasi lain
dimana diharapkan untuk duduk dalam jangka waktu tertentu
3. Seringkali berlarian atau memanjat disaat yang tidak semestinya
4. Kesulitan untuk mengikuti kegiatan hiburan ataupun pembelajaran dengan
tenang dan diam , seperti membuat suara gaduh

Impulsif :
1. Terlalu banyak berbicara
2. Seringkali menjawab sebelum pertanyaan tersebut selesai di ajukan
3. Seringkali tampak gelisah saat menunggu giliran
4. Memecahkan barang atau merusak sesuatu
5. Seringkali menyela atau mengganggu teman yang lain

CATATAN :

a. Gejala hiperaktifitas-impulsivitas atau gangguan perhatian muncul


sebelum usia 7 tahun
b. Gejala ini muncul dalam dua atau lebih situasi (misalnya di sekolah dan di
rumah)
c. Harus ada bukti jelas gangguan klinis dalam fungsi otak, akademik atau
pekerjaan
d. Gejala tidak muncul bersamaan dengan gangguan perkembangan,
skizofrenia gangguan psikotik lain atau gangguan mental.

Tidak mudah untuk membedakan penyandang ADHD terutama yang


tergolong ringan dengan anak normal yang sedikit lebih aktif dibanding anak
lainnya. Tidak ada tes khusus yang langsung dapat mendeteksi ADHD, mengingat
gejalanya yang bervariasi tergantung pada usia, situasi dan lingkungan.
c. Penyebab ADHD
Penyebab ADHD belum dapat dipahami secara jelas karena belum adanya
penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi. Penyebab umum ADHD adalah
disfungsi neurogical daripada kerusakan otak.

1. Faktor Genetik
Faktor genetika merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku
ADHD. Bukti penelitian menyatakan bahwa jika orangtua mengidap ADHD
maka kemungkinan anaknya memiliki risiko mengembangkan gangguan ADHD
sebesar 60-80% . Apabila bayi yang dilahirkan kembar dan mengidap ADHD
kemungkinan 70-80% kembarannya akan mengidap ADHD pula.

2. Faktor Neurobiologis
- Adanya ketidaknormalan pada tiga area otak pada orang-orang yang
menderita ADHD yaitu lobus prefrontal, lobus frontal dan basal ganglia
dimana bagian otak ini berhubungan sebagai daerah atensi, fungsi eksekutif,
penundaan respon, dan organisir respon. ----- Reaksi Inhibisi dan Eksitasi
- Defisit neurotransmiter, abnormalitas pada dua neurotransmiter di otak
yang berperan dalam regulasi jumlah pembangkitan dan perhatian yaitu
nonadrenaline dan dopamine

d. Pengaruh ADHD
Meskipun kelihatannya sederhana, namun pengaruh ADHD dapat
memberikan pengaruh pada tiga bidang utama, yaitu aspek pendidikan, perilaku,
dan sosial anak. Biasanya cara anak ADHD menunjukkan dirinya bergantung
faktor yang berhubungan dengan usia dan profil kesulitan tertentu. Informasi ini
dapat membantu dalam melakukan identifikasi.
GANGGUAN KEPRIBADIAN

1. Pengertian Gangguan Kepribadian


Gangguan Kepribadian atau Personality Disorder adalah gangguan
psikologis berupa pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang
benar-benar kaku (tidak fleksibel) dan sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan (maladaptif) yang akan berdampak pada fungsi sosialnya. .

Individu dengan gangguan kepribadian menjadi masalah atau mengganggu


orang lain. Gangguan Kepribadian biasanya terlihat pada masa remaja awal atau
mungkin lebih awal (masa kanak-kanak) dan berlangsung hingga kehidupan masa
dewasa, semakin mendalam dan semakin mengakar sehingga akan semakin sulit
diubah.

Berbeda dengan penderita gangguan mood atau kecemasan, penderita


gangguan kepribadian biasanya tidak merasa terganggu dan tidak termotivasi
untuk mengubah perilakunya, karena mereka menganggap hal tersebut sebagai
bagian alami diri mereka atau bagian dari self-identity mereka. Juga penderita
gangguan kepribadian tidak mengalami kecemasan atau kekhawatiran yang intens,
tidak kehilangan kontak dengan realita atau menunjukkan perilaku
terdisorganisasi, seperti pada penderita skizofrenia.

2. Jenis-Jenis Gangguan Kepribadian

a. Tipe : Aneh atau Eksentrik

1. Gangguan Kepribadian Paranoid


(Paranoid Personality Disorder) adalah gangguan kepribadian dimana
penderitanya memiliki perasaan curiga berlebihan yang pervasif, yaitu
kecenderungan untuk menginterpretasi perilaku orang lain sebagai hal yang
mengancam atau merendahkan. Gangguan ini lebih sering di diagnosis pada laki-
laki dibandingkan perempuan.
2. Gangguan Kepribadian Skizoid
Schizoid Personality Disorder sering kali digambarkan sebagai “penyendiri”
atau eksentrikadalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan kurangnya
minat dalam hubungan sosial, blunted emotions dan penarikan diri dari
lingkungan sosial (social withdrawal).

Orang dengan gangguan ini jarang sekali mengekspresikan emosi seperti


kemarahan, kebahagiaan dan kesedihan yang kuat namun emosi mereka tidak
sedangkal dan setumpul emosi pada penderita skizofrenia . Wajah mereka
cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional. Mereka tidak terpengaruh
terhadap kritik dan pujian dan lebih senang menjaga jarak dengan orang
lain.Namun, penderita gangguan kepribadian skizoid memiliki sensivitas dan rasa
ingin tahu. Mereka menunjukkan sensivitas berupa perasaan yang mendalam
terhadap binatang daripada sesama.

3. Gangguan Kepribadian Skizotipal


Schizotypal Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai
dengan pola-pola pikir, perilaku dan keyakinan-keyakinan yang aneh atau ganjil.

Orang dengan gangguan ini mengalami persepsi atau ilusi yang tidak umum,
seperti perasaan akan hadirnya seorang anggota keluarga yang telah meninggal di
dalam ruangan. Namun, mereka menyadari bahwa orang tersebut tidak benar-
benar berada disana. Mereka bisa menjadi sangat curiga terhadap orang lain.
Mereka dapat menyembangkan ideas of reference yatitu keyakinan bahwa orang
lain sedang membicarakan dirinya. Mereka bisa terlibat dalam pikiran magis,
seperti keyakinan bahwa mereka memiliki indera keenam atau bahwa orang lain
dapat merasakan perasaan mereka.

Pembicaraan mereka mungkin tidak jelas atau abstrak. Mereka memiliki


penampilan yang berantakan, menunjukkan sikap dan perialaku yang tidak umum,
seperti berbicara pada diri sendiri saat bersama dengan orang lain. Mereka juga
cenderung menarik diri lingkungan sosial dan hanya memiliki beberapa teman
atau orang dekat. Mereka tampak cemas saat berada di sekitar orang-orang yang
tidak mereka kenal.
b. Tipe : Dramatis, Emosional dan Eratik (Tidak Menentu)

1. Gangguan Kepribadian Antisosial


Antisocial Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai
dengan perilaku antisosial, tidak bertanggung jawab, kerap melanggar aturan dan
kurang memiliki rasa bersalah dan penyesalan. Istilah psikopat atau sosiopat
adalah kata yang merujuk pada penderita gangguan kepribadian ini. Psikopat
merujuk pada ke-abnormalan pada fungsi psikologis seseorang sedangkan
sosiopat merujuk pada penyimpangan sosial seseorang.

Para penderita gangguan kepribadian antisosial memiliki tingkat kecemasan


yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam atau
membahayakan. Mereka cenderung mengabaikan norma dan konvesi sosial,
melanggar hukum, melakukan tindak kriminalitas,tidak memiliki rasa empati,
impulsif, sering berbohong, serta gagal membina komitmen interpersonal dan
pekerjaan.

2. Gangguan Kepribadian Ambang


Bordeline Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai
dengan suatu pola pervasif dari ketidakstabilan dalam hubungan, self-image dan
mood serta kurangnya kontrol atas impuls.

Orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung tidak yakin akan identitas
pribadi mereka (nilai, tujuan, karier bahkan orientasi seksual). Ketidakstabilan
dalam self-image atau identitas tersebut membuat mereka dipenuhi perasaan
kekosongan dan kebosanan yang terus menerus. Mereka tidak dapat menoleransi
ide “kesendirian” dan “tertinggal”. Mereka akan melakukan usaha-usaha nekat
untuk menghindari kesendirian dan terus melekat dan menuntut dalam hubungan
sosial mereka.

Penderita BPD memiliki kesulitan dalam mengendalikan kemarahan dan


rentan terhadap perkelahian atau perselisihan. Mereka kerap memiliki perilaku
impulsif yang tidak dapat diprediksi yang sering kali bersifat self-destructive
meliputi perilaku seperti self-mutilation, isyarat-isyarat bunuh diri, serta
percobaan bunuh diri yang aktual.
3. Gangguan Kepribadian Histrionik
Histrionic Personality Disorder berasal dari bahasa latin “Histrio” yang
berarti aktor, adalah sebuah gangguan kepribadian yang ditandai dengan
kebutuhan yang berlebihan akan perhatian, pujian, dukungan berulang dan
persetujuan.Gangguan ini didiagnosis lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki.

Orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung dramatis dan emosional


yang terkesan dibesar-besarkan dan berubah-ubah. Mereka dapat menunjukkan
keriangan yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat
marah pada hal-hal kecil. Mereka cenderung menuntut agar orang lain memenuhi
kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban saat orang lain
mengecewakan mereka. Mereka cenderung self-centered dan menginginkan apa
pun yang mereka inginkan. Mereka cepat bosan dengan rutinitas dan haus akan
hal-hal baru. Mereka cenderung menggunakan penampilan fisik untuk menarik
perhatian.

4. Gangguan Kepribadian Narsistik


Narcissistic Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai
dengan self-image yang membumbung serta tuntutan akan perhatian dan
pemujaan.

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa bangga dan atau
keyakinan yang berlebihan akan diri mereka sendiri. Mereka membesar-besarkan
prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.

Orang dengan kepribadian yang narsistik cenderung terpaku pada fantasi akan
keberhasilan dan kekuasaan, cinta yang ideal, atau pengakuan akan kecerdasan
atau kecantikan. Mereka mencari pertemanan dengan para pemuja mereka dan
sering tampak penuh karisma dan ramah serta dapat menarik perhatian orang.
Namun minat mereka pada orang lain hanya bersifat satu sisi, yaitu mereka hanya
mencari orang yang mau melayani minat mereka dan memelihara rasa “self-
importance” mereka.
c. Tipe : Perilaku Cemas atau Ketakutan

1. Gangguan Kepribadian Menghindar


Avoidant Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai
oleh penghindaran terhadap hubungan sosial karena takut akan penolakan.

Orang dengan gangguan kepribadian ini sangat ketakutan dengan penolakan


dan kritik sehingga umumnya tidak ingin memasuki hubungan tanpa adanya
kepastian akan penerimaan. Akibatnya mereka akan memiliki sedikit teman dekat
diluar keluarga inti. Mereka lebih suka makan sendiri di meja mereka. Mereka
takut dipermalukan di depan publik, berpikiran bahwa orang lain akan melihat
mereka merona, menangis atau bertindak gugup.

2. Gangguan Kepribadian Dependen


Dependent Personality Disorder adalah sebuah gangguan yang ditandai oleh
kesulitan dalam membuat keputusan yang mandiri dan perilaku bergantung
kepada orang lain yang berlebihan.

Orang dengan gangguan kepribadian ini memiliki kebutuhan yang berlebihan


untuk diasuh oleh orang lain. Hal ini membuat mereka menjadi sangat patuh dan
takut akan perpisahan. Mereka akan sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri
tanpa bantuan orang lain. Mereka mencari saran dalam menentukan keputusan
yang paling kecil sekalipun.

Mereka akan menolak tantangan dan menghindari posisi perkerjaan


bertanggung jawab. Mereka dapat merasa sangat hancur karena berakhirnya suatu
hubungan dekat atau karena adanya kemungkinan untuk menjalani hidup sendiri.
Karena takut akan penolakan dan pencampakan, mereka sering menomorduakan
keinginan dan kebutuhan mereka demi oranglain. Mereka setuju akan pernyataan
yang aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang merendahkan
diri mereka untuk menyenangkan orang lain.
3. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
Obsessisive-Compulsive Personality Disorder adalah gangguan kepribadian
yang ditandai oleh cara berhubungan dengan orang lain yang kaku,
kecenderungan perfeksionis, kurangnya spontanitas dan perhatian yang berlebihan
akan detail.

Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sangat terpaku pada


kebutuhan akan kesempurnaan sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan segala
sesuatu tepat waktu. Apa yang mereka lakukan pasti gagal memenuhi harapan
mereka. Mereka berfokus pada detail yang orang laing menganggapnya sebagai
hal yang kurang penting.

Kekakuan mengganggu hubungan sosial mereka, mereka memaksa


melakukan hal-hal sesuai dengan cara mereka sendiri daripada berkompromi.
Mereka cenderung sangat formal dalam hubungan dan merasa sulit
mengekspresikan perasaan. Sulit bagi mereka untuk bersantai dan menikmati
aktivitas yang menyenangkan akibat antusiasme yang besar akan pekerjaan.
SEXUAL AND GENDER IDENTITY DISORDERS
Manusia berbeda dalam hasrat dan praktek seksualnya. Dalam bagian
berikut, kita akan melihat beberapa perilaku seksual yang menyimpang atau tidak
lazim. Dalam bagian pertama, pola seksualitas yang tidak normal ini dijelaskan
yang dianggap abnormal hanya jika individu yang terlibat dalam praktek-praktek
seksual menganggap mereka tidak normal untuk diri mereka sendiri. Dalam
bagian berikut, kita akan menguji pola seksualitas yang biasanya dianggap tidak
normal (fetishism , sexual sadism, dan masochism) atau juga selalu dianggap tidak
normal (voyeurism, exhibitionism dan forced sex).

1. Transvestism dan Transsexualism


Transvestism (banci) seringkali mengacu pada jenis berpakian dengan
pakaian dari jenis kelamin lain. Transvestism sering menyatakan bahwa mereka
berganti pakaian, karena secara seksual akan merangsang. Tetapi sebagian
diantara mereka menyatakan bahwa berganti pakaian membebaskan mereka dari
stereotipe seksual. Transvestism selalu merupakan laki-laki yang relatif
mengalami penyesuaian dengan kehidupan seksualnya
Transeksualism pada sisi lain mengacu kepada kondisi dimana seseorang
merasa terperangkap dalam tubuh seks yang salah. Misalnya, seseorang yang
secara anatomi laki-laki merasa bahwa dia sesungguhnya adalah wanita yang telah
diberi tubuh yang salah. Transeksual ini tentu kadangkala atau secara permanen
berpakaian dengan pakaian jenis kelamin lainnya, tetapi pakaian seperti ini tidak
berkaitan dengan gairah seksual.
Individual ini merasa bahwa mereka berpakaian dengan pakaian jenis
kelamin yang sesuai atau sudah benar. Dalam beberapa keadan, individu ini akan
melakukan suntikan hormon dan juga operasi bedah plastik untuk merubah organ
seks mereka dengan organ seks yang diharapkan. Contohnya, Dr. Richard Raskin
pada tahun 1975 mengalami operasi pertukaran organ seksual karena dia merasa
seperti seorang wanita yang terjebak di dalam tubuh seorang laki-laki. Setelah
operasi, dia mengambil nama Renee Richards dan menjadi pemain tenis
perempuan yang profesional. Perubahan jenis kelamin dari laki-laki ke
perempuan dalam sebuah operasi adalah hal yang lebih umum dibandingkan
dengan yang sebaliknya.
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa tranvestism dan transsexualism
normal pada keadaan kebanyakan orang, tetapi praktek ini dapat dikatakan
abnormal, ketika perilaku ini sudah membahayakan baik diri pelaku dan orang
lain.

2. Fetishism
Fetishism mengacu pada fakta bahwa beberapa individu, terutama mereka
yang terangsang oleh benda-benda fisik tertentu atau jenis bahan-bahan (seperti
kulit atau renda). Pada beberapa kasus, fetish merupakan orang-orang yang
memiliki ketertarikan normal secara berlebihan terhadap bagian-bagian tubuh
yang spesifik. Misalnya, beberapa orang yang hanya digairahkan oleh payudara,
bokong, mata biru dll. Tetapi istilah fetish umumnya untuk kasus yang melibatkan
benda-benda mati, seperti celana, sepatu atau stocking. Seorang fetish dikatakan
abnormal jika mengganggu penyesuaian seksual dari orang tersebut atau dari
pasangannya. Seringkali, fetihist (umumnya laki-laki) digairahkan hanya oleh
benda yang digunakan dan secara seksual digairahkan oleh tindakan pencurian
dari wanita yang tidak diketahui. Karena ini bisa menakutkan bagi korban dan
merupakan tindakan berbahaya serta illegal.

3. Sexual Sadism dan Masochism


Sexual sadism adalah praktek yang menerima kenikmatan seksual dengan
memberikan atau menimbulkan beban rasa sakit pada orang lain. Masochism
kondisi di mana penerimaan rasa sakit adalah sesuatu yang menggairahkansecara
seksual. Kadangkala pelecehan verbal adalah substitusi untuk rasa sakit fisik
Hampir 5 – 10 persen dari laki-laki dan wanita menemukan adanya
pemberian atau menerima rasa sakit sebagai hal yang menggairahkan secara
seksual tapi ini merupakan metode yang disukai oleh sangat sedikit orang. Banyak
individu yang mempraktekkan sadism dan masochism, atau S&M, yang dilakukan
dengan berbagaipasangan yang selalu menikmati praktek dan mereka tidak
mengabaikan rasa sakit yang lebih parah, misalnya tamparan ringan, mencubit dan
sebagainya. Dalam beberapa kasus, sexual sadism dan masochism mungkin
dianggap normal jika perawatan dilakukan untuk menghindari rasa sakit
berlebihan karena kecelakaan dan partner benar-benar bersedia dan mau untuk
melakukan praktek tersebut. Praktek sadism dam masochism dikatakan abnormal
ketika melibatkan partner yang dipaksa dan tidak menginginkan kegiatan tersebut
dan menyebabkan rasa sakit yang intens.

4. Voyeurism dan ekshibisionism


Voyeurism adalah praktek mendapatkan kenikmatan seksual dengan
melihat bagian-bagian tubuh lawan jenisnya atau terlibat dalam kegiatan seksual.
Voyeur atau kelainan seksual ini biasanya mendapatkan gairahnya hanya ketika
seseorang yang melihat mereka tidak menyadari keberadaan mereka dan ketika
ada unsur berbahaya yang dilibatkan. Mereka tidak merasakan rangsangan lebih
daripada kebanyakan orang ketika berada di sebuah perkemahan yang di mana
semua anggota perkemahan telanjang, tetapi mereka menjadi sangat bersemangat
ketika mengintip ke jendela (Tollison & Adams,1979). Karena mereka sering
menakut-nakuti seseorang yang mereka lihat, dan karena aktivitas ini bersifat
illegal, maka voyeurism ini dianggap sebagai sebuah kelainan yang tidak
normal. Voyeur biasanya laki-laki heteroseksual yang mengalami gangguan dalam
membangun hubungan seksual normal.Beberapa voyeurs melakukan pemerkosaan
dan yang lainnya melakukan kejahatan serius tetapi tidak mengalami bahaya
secara fisik.
Mereka yang mempraktekkan ekshibisionism mendapat kenikmatan
seksual dari memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain. Semua yang
mengalami kelainan ini adalah laki-laki heteroseksual dan yang secara khusus
menikah tetapi yang merasa malu dan mengalami hambatan kehidupanseksual.
Mereka umumnya ingin membuat korbannya shock tetapi jarang membahayakan
dengan cara lain. Karena perilaku ini illegal dan menakutkan, maka
ekshibisionism dianggap tidak normal.
5. Forced sex
Beberapa bentuk perilaku seksual yang menyimpang dianggap tidak
normal karena mereka melibatkan ancaman atau mengandung paksaan bagi
korbannya. Tindakan ini termasuk pemerkosaan, pelecehan seksual
anak, perbuatan berzinah dan juga kekerasan seksual.

a. Pemerkosaan
Dalam pemerkosaan, kekuatan atau pemaksaan orang lain untuk
melakukan perbuatan seksual. Pada sebagian besar kasus, pemerkosa adalah laki-
laki dan korbannya adalah perempuan – wanita diperkosa setiap 6 menit di
Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, 22 persen wanita dewasa dan 2 persen laki-
laki dewasa terlibat dalam pemaksaan seksual setidaknya sejak usia 13 tahun.
Persentase wanita yang diperkosa adalah sama pada setiap kelompok umur
berbeda, kelompok etnis, tempat tinggal (kota, pinggiran atau pedesaan), tingkat
pendidikan dan kelompok perkawinan. Ketika wanita diperkosa, selalu dilakukan
oleh mereka yang telah dikenal (22 persen), seseorang yang jatuh cinta (46
persen) atau suami lain (9 persen).
Akibat pemerkosaan itu adalah trauma. Korban pemerkosaan tidak dapat
secara variabel merasakan bahwa seluruh kehidupan mereka telah berubah akibat
penyerangan. Banyak korban pemerkosaan mengalami gangguan mental,
seringkali merujuk pada sindrome trauma pemerkosaan, ditandai
oleh perasaan kegelisahandan depresi termasuk gangguan tidur, hubungan dan
fungsi kehidpan sehari-hari. Namun, sebagian mitos di dalam budaya Barat
mengacu pada korban pemerkosaan. Mitos ini cenderung menempatkan tanggung
jawab perkosaan pada korban sementara menyatakan pelanggarnya bertanggung
jawab secara pribadi pada pemerkosaan.
Tidak ada profil psikologi untuk pelanggar seksual. Dalam hal ini, bila
salah satu mencirikan pemerkosa adalah mereka bersifat heterogen dan tidak
dapat ditandai oleh generalitas. Teori pemerkosaan juga telah menekankan bahwa
mereka yang memperkosa didorong oleh hasrat agresif dan kebutuhan untuk
berbagai dominasi oleh keinginan seksual. Beberapa pemerkosa akan memperkosa
sejumlah wanita sebelum mereka ditahan.
Korbannya seringkali ragu-ragu melaporkan pemerkosaan karena proses
kesaksian terhadap pemerkosa seringkali tidak menyenangkan oleh pejabat yang
meneliti dan para pembela atau kuasa hukum korban. Untuk alasan itu, banyak
masyarakat yang membentuk crisis center pemerkosaan yang memberikan
bantuan dan dukungan kepada korban melalui pelaporan, penelitian dan proses
penuntutan. Crisis center pemerkosaan ini memberikan bimbingan kepada korban
pemerkosaan untuk membantu mereka menyesuaikan diri setelah menjadi korban.

1. Mitos
- Wanita yang pergi ke rumah seorang laki-laki pada hari pertama menyatakan
bahwa dia ingin berhubungan seksual
- Salah satu alasan wanita tidak melaporkan pemerkosaan adalah bahwa
mereka membutuhkan perhatian bagi diri mereka sendiri
- Beberapa wanita sehat dapat menahan pemerkosa bila dia
ingin melanjutkannya
- Wanita yang pergi tanpa bra atau memakai pakaian pendek berarti
mengundang hal-hal yang tidak diinginkan

2. Fakta
- Seseorang yang pergi ke mana saja tidak menyatakan bahwa dia ingin
melakukan sesuatu. Pemerkosa mendistorsi persepsi mereka untuk
menyesuaikan dengan keyakinan mereka.
- Sangat jarang bagi wanita yang melaporkan pemerkosaan. Melaporkan
pemerkosaanya berarti pengalaman traumatik
- Pemerkosaan adalah tindakan pelanggaran dan brutal yang memburuk
dengan perlawanan
- Tidak ada korban yang diminta diperkosa. Pemerkosa bertangung jawab
atas tindakannya
b. Pelecehan Seksual Anak
Beberapa anak dieksploitasi secara seksual. Di dalam sebuah survey, 27
persen wanita dan 16 persen laki-laki melaporkan mengalami pelanggaran seksual
selama kanak-kanak. Sebagian statistik menyatakan bahwa sebanyak 40 juta
orang di Amerika Serikat menjadi korban seksual pada masa anak-anak. Ada
berbagai tipe pelecehan seksual anak. Ketika kontak seksual dilakukan oleh
anggota keluarga, pelecehan seksual itu disebut incset. Ketika ada paksaan atau
ancaman paksaan, maka perlakuan seksual itu disebut pemerkosan anak. Ketika
tidak ada ancaman paksaan yang jelas, pelecehan seksual anak disebut molestasi
anak. Bahkan molestasi anak itu dianggap sebagai bentuk perilaku seksual yang
dipaksakan karena anak tidak memberi izin dalam cara berperilaku seksual.
Anak yang mengalami pelanggaran seksual memperlihatkan berbagai
rentang emosional dan reaksi perilaku. Bila kontak seksual tidak mengancam
kepada anak, seperti dalam eksplorasi seksual oleh anak yang lebih dewasa, maka
akan jarang ada pengaruh psikologi untuk anak bila orang tuanya tenang
menghadapi kejadian itu dengan kasih sayang dan pemahaman. Ketika pelecehan
seksual itu mengganggu si anak, seperti adanya variasi dalam beberapa kasus
ketika pelakunya adalah orang dewasa atau ketika ada ancaman pemaksaan, maka
efek psikologi terhadap korban akan lebih serius.
Beberapa efek dari pelecehan seksual anak diyakini memiliki jangka
panjang. Dalam hal ini, setelah pelecehan seksual anak maka ada kesamaan dalam
kondisi seksual dalam anak yang cenderung mengalami trauma dan reaksi trauma
tersendiri. Anak juga akan bertindak secara seksual untuk merespon korban,
pengalaman dari gangguan personal oleh seseorang yang melangar mereka dan
merasakan ada sesuatu yang tidak berdaya dan kekurangan kontrol.
Orang yang dewasa juga terlibat dalam pedofilia, mengalami kenikmatan
seksual melalui kontak seksual dengan anak. Mereka umumnya mendapatkan
kepercayaan dan menerima korbannya sebelum melibatkan diri dalam
perilaku seksual. Itu berarti molester anak dan pemerkosa biasanya diketahui dan
diarahkan pada korban anak. Dalam hal ini, pemerkosa adalah tetangga dan
anggota keluarga yang mengetahui anak itu sebelum kejadian adalah tetangganya,
anggota keluarga atau orang yang mengenal anak sebelum kejadian sampai 90
persen dari kasus. Molester anak adalah heteroseksual laki-laki dan korban yang
biasanya merupakan gadis muda. Dalam beberapa kasus, molester adalah
homoseksual laki-laki atau wantia heteroseksual dan korbannya adalah anak laki-
laki muda. Secara trais, banyak molester anak yang melanggar ratusan anak
sebelum mereka ditangkap. Seperti orang yang memperkosa orang dewasa, laki-
laki yang memperkosa atau molester anak cenderung bersifat heterogen dalam
kondisi psikologinya.

c. Sexual Harassment
Sexual harrasement adalah bentuk godaan atau pelecehan seksual.
Termasuk di dalamnya permintaan untuk melayani seks, menyentuh bagian yang
tidak diinginkan dari kaki, payudara, atau bokong; komentar berbau seksual,
dan bentuk lain dari perilaku pemaksaan seksual oleh orang lain. Bentuk-bentuk
seperti tatapan yang mengerling atau kedipan dan ucapan tidak senonoh yang
sering diselipkan oleh laki-laki pada saat menyapa perempuan di jalan yang
membuat perempuan merasa tidak nyaman juga merupakan pelecehan seksual.
Namun, meskipun kurang umum, laki-laki juga menjadi korban pelecehan seksual
di perguruan tinggi dan di tempat kerja.
Salah satu komponen kunci dari pelecehan seksual adalah bahwa ha itu
terjadi diantara orang dengan perbedaan tingkat kekuasaan, biasanya di sekolah
atau tempat kerja. Ada hukum-hukum, peraturan dan kebijakan yang menjamin
hak setiap orang untuk bersekolah dan bekerja di lingkungan yang tidak
mengancam. Namun hal ini tidak sepenuhnya menjamin. Karena masih adanya
ketidakseimbangan dalam kekuasaan (contoh : seorang pegawai perempuan yang
digangu oleh atasannya) yang melekat dalam pelecehan seksual, tidak diragukan
lagi bahwa sebagian besar kasus pelecehan seksual tidak dilaporkan kepada pihak
berwenang. Setiap korban pelecehan seksual menderita dalam arti menjadi kurang
nyaman di sekolah atau bekerja. Dalam beberapa kasus, pelecehan seksual dapat
memicu tingkat serius dari kecemasan dan depresi.
DISFUNGSI SEKSUAL DAN KESEHATAN SEKSUAL

Disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk berhubungan intim dengan


baik atau tidak nyaman dalam melakukan aktivitas seksual yang normal.
Disfungsi seksual merupakan gangguan dalam setiap fase sexual response
cycle. Setiap disfungsi yang berbeda menghasilkan sebab yang berbeda pula,
biasanya mengganggu fisik dan psikologis. Bagaimanapun juga, kebanyakan
disfungsi seksual disebabkan oleh faktor psikologis. Disfungsi seksual dibagi
menurut fase respon seksual: hasrat seksual, sexual arousal, dan orgasme.

1. Dysfunctions of Sexual Desire


Di antara disfungsi seksual yang paling umum adalah yang melibatkan
minat dan keinginan dalam hubungan seksual (LoPiccolo & Friedman, 1998). Hal
ini penting untuk tidak mencampuradukkan keinginan seksual dengan frekuensi
seksual, karena seseorang dapat memiliki hubungan seksual yang terbilang sering
untuk menyenangkan pasangannya tetapi memiliki sedikit hasrat untuk interaksi
seksual ini. Sebaliknya, seseorang mungkin memiliki hasrat seksual yang kuat
tetapi tidak melakukan seks untuk sejumlah alasan. Hal penting selanjutnya yang
harus diingat adalah setiap orang memiliki tingkat hasrat seksual yang berbeda.

Dua jenis disfungsi yang melibatkan hasrat seksual:


1. Menghambat keinginan seksual: suatu kondisi dimana seseorang
mempunyai keinginan seks yang jarang atau tidak sama sekali.
2. Gangguan penolakan seksual: suatu kondisi dimana seseorang
ketakutan dan menghindari perilaku seksual.

Baik pria dan wanita mengalami gangguan hasrat seksual. Ada banyak
kemungkinan penyebab masalah ini, termasuk kecemasan yang ekstrem tentang
keintiman seksual atau memiliki pengalaman traumatis seksual. Dalam kasus
lain, orang mungkin tidak memiliki kekurangan hasrat tetapi mungkin kurang
tertarik pada pasangan seksualnya karena suatu masalah dalam hubungan.
Terapis untuk permasalahan hasrat seksual, pertama adalah memeriksa
seseorang secara keseluruhan mengenai hubungan dengan pasangannya. Jika
ditemukan adanya masalah dalam hubungan, terapis tersebut akan memfokuskan
pada masalah kecemasan yang mungkin dialami seseorang dalam keintiman
seksual. Kecemasan mungkin dapat menghalangi hasrat untuk kontak seksual dan
mengganggu ketertarikan seksual. Hambatan seksual mungkin disebabkan oleh
pengalaman dan karakteristik orang. Isu-isu ini diperiksa dalam konteks terapi
seks, dimana orang-orang mengevaluasi kecemasan dan menggunakannya sebagai
strategi untuk menguranginya.

2. Dysfunctions of Sexual Arousal


Kelainan gairah seksual terjadi ketika ada kurangnya gairah seksual -
termasuk ereksi pada penis untuk laki-laki dan pelumasan vagina untuk
perempuan - selama fase excitement phase pada respon seksual. Namun, perlu
diketahui bahwa seseorang dikatakan memiliki gangguan gairah seksual hanya
jika kegagalan untuk merespons terjadi secara konsisten, bahkan terjadi dengan
tingkat yang memadai dari rangsangan seksual dan mengganggu kenikmatan
seksual atau menyebabkan ketidaknyamanan.
Perempuan bisa mengalami female sexual arousal disorder, yang
dicirikan oleh kurangnya lubrikasi vagina dan pengalaman subjektif yang minimal
terhadap gairah seksual (American Psychiatric Association, 1994). Karena banyak
wanita kadang-kadang mengalami bentuk-bentuk kesulitan ini, bila tidak
membiasakan diri pada gairah seksual, kurangnya rangsangan secara terus-
menerus bahkan dalam keadaan yang menguntungkan, maka hal ini dapat
dianggap sebagai disfungsi seksual.
Disfungsi seksual lain yang kurag umum adalah vaginismus dan
dispareunia. Vaginismus mengacu pada kontraksi sengaja pada dinding vagina
yang terlalu sempit untuk memungkinkan penis masuk dalam berhubungan
seksual. Sementara dispareunia adalah kondisi di mana wanita mengalami rasa
sakit selama berhubungan seksual. Sering kali kondisi ini disertai dengan
disfungsi orgasme dan kecemasan dalam berhubungan dengan seks. Namun
seperti disfungsi pada laki-laki, disfungsi pada perempuan biasanya dapat
dihilangkan dengan bantuan profesional.
Mirip dengan kelainan gairah seksual pada wanita, gangguan gairah
seksual laki-laki secara langsung mencerminkan proses fisiologis gairah seksual
dalam siklus respon seksual laki-laki. Pada pria, yang paling umum adalah
gangguan gairah seksual disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi adalah sebuah kondisi
dimana penis tidak dapat ereksi untuk berhubungan seksual.

3. Orgasm Dysfunction
Disfungsi orgasme mencakup gangguan tehadap climax phase dari respon
seksual. Pada perempuan, disfungsi orgasme disebut sebagai inhibited female
orgasm. Hal ini didefenisikan sebagai individu tidak dapat mengalami orgasme.
Gangguan orgasme memiliki banyak sebab, termasuk kecemasan dalam
berhubungan, kesulitan dalam hubungan, takut diabaikan dan depresi. Seperti,
disfungsi seksual lainnya, gangguan orgasme mungkin disebabkan oleh
pengalaman seksual yang traumatis.
Pada laki-laki, disfungsi orgasme yang paling umum mencakup ejakulasi
sebagai hasil dari tingkat minimal rangsangan seksual, biasanya hanya setelah
atau bahkan sebelum penetrasi. Ketika hal ini muncul setiap waktu dan menjadi
distress, hal ini mungkin dapat dianggap sebagai disfungsi seksual yang
disebut premature ejaculation. Sebaliknya, pada beberapa laki-laki, dikenal
disfungsi orgasme dengan nama retarded ejaculation, yaitu kondisi di mana laki-
laki jarang dapat bisa mendapatkan orgasme meskipun rangsangan seksualnya
memadai, atau bahkan dapat mencapai orgasme tapi dalam periode waktu yang
lama.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum, perilaku


abnormal diartikan sebagai perilaku yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat.
Sedangkan dalam psikologi, perilaku menyimpang adalah perilaku, pikiran, dan
perasaan yang membahayakan. Membahayakan dalam arti ketidakmampuan untuk
bekerja dengan baik, bersosialisai dengan teman atau bahkan keluarga yang pada
akhirnya berujung pada masalah kesehatan.

Di dalam makalah ini, juga memuat jenis-jenis dari perilaku abnormal


seperti gangguan kecemasan, somatoform disorders, gangguan disosiatif,
gangguan perasaan, schizophrenia, attention-deficit/ hyperactivity disorder
(ADHD), gangguan kepribadian dan sexual and gender identity disorder. Disertai
penyebab, karateristik, dan upaya penyembuhan dan pencegahan dari masing-
masing gangguan kejiwaan lainnya. Perlu digaris bawahi bahwa jiwa adalah hal
yang membutuhkan perawatan. Sebab, perilaku abnormal dapat berkembang
akibat pola hidup seseorang yang tidak sehat.

B. SARAN

Dengan mempelajari makalah abnormalitas ini, diharapkan pembaca menjadi


lebih aware dengan kesehatan mental yang tidak kalah penting dengan kesehatan
fisik. Melalui makalah ini juga, diharapkan pembaca mampu mengenali
karakteristik dari perilaku abnormal serta upaya pencegahan dan penangananya.
Serta, mampu menghadapi seseorang dengan gangguan kejiwaan dengan tidak
menghindari ataupun mengucilkan mereka, bahkan menyebut mereka dengan
sebutan “orang gila”
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, T. A. (2011). Psikologi Abnormal. Jawa Barat: CV. Lubuk Agung.

King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika

Lahey,B.B. (2012). Psychology : An Introduction, 11th edition. New York:


McGraw-Hill Book Company

Anda mungkin juga menyukai