Anda di halaman 1dari 17

Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih.

Tarian ini merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari
Melayu. Properti yang digunakan: cerano/wadah yang berisikan lembaran daun sirih, payung,
keris.

Properti: baju kurung/adat Jambi, iringan musik langgam melayu dengan alat musik yang terdiri
dari biola, gambus, akordion, rebana, gong dan gendang.
Tari Serimpi

Tari Serimpi.

Tarian ini adalah tarian klasik dari Yogyakarta. Tarian ini ditampilkan oleh empat orang penari
wanita yang cantik dan anggun.

Kata serimpi itu sendiri berarti empat. Properti tari yang digunakan di antaranya adalah jebeng,
cundrik atau keris kecil, pistol, jemparing, dan tombak pendek.
Tari Seudati

Tari Seudati.

Berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh
keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah
Aceh.

Properti yang digunakan: celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat warna
putih. Kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang, rencong yang disematkan di
pinggang, ikat kepala berwarna merah, dan sapu tangan berwarna.
Tari Piring

Tari Piring.

Dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di
Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan
dengan menggunakan piring sebagai properti utama.
Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena.

Merupakan tarian yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Kata pakarena sendiri berasal dari
bahasa setempat yakni karena yang berarti main.

Tarian ini merupakan salah satu tradisi di kalangan masayarakat Gowa yang masih
dipertahankan sampai saat ini.

Property yang di gunakan tipas


Tari Baksa Kambang

Tari Baksa Kembang.

Merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke
Kalimantan Selatan, penarinya adalah wanita. Tarian ini bercerita tentang seorang gadis remaja
yang sedang merangkai bunga. Sering dimainkan di lingkungan istana.

Dalam perkembangannya tari ini beralih fungsi sebagai tari penyambutan tamu. Properti yang
digunakan dalam Tari Baksa Kambang adalah rangkaian bunga.
Tari Sere (NTB). Properti: Perisai dan Tombak
Tari Lilin (Sumatera Barat). Properti: Piring dan Lilin
Gempa Kembali Terjadi di Ambon, Kali Ini
M 5,6
Haris Fadhil - detikNews

Share 0 Tweet Share 0 0 komentar

Ilustrasi gempa (Foto: Zainal Abidin-detikcom)


Jakarta - Gempa kembali terjadi di Ambon, Maluku. Gempa kali ini bermagnitudo 5,6.

"Gempa bermagnitudo 5,6 pukul 07.39 WIB," tulis BMKG, Kamis (26/9/2019).

Baca juga: Gempa M 6,8 Terjadi di Ambon, Tak Berpotensi Tsunami

Pusat gempa berada di koordinat 3,63 LS-128,36 BT atau 18 Km timur laut Ambon. Gempa
berada pada kedalaman 10 Km.

"Tidak berpotensi tsunami," tulis BMKG.

Sebelumnya, gempa juga terjadi di Ambon dengan magnitudo 6,8. Gempa tersebut terjadi pukul
06.46 WIB.
5 Fakta Bencana Banjir dan Longsor di Bengkulu, 29 Orang Meninggal hingga Banjir Akibat
Aktivitas Tambang Kompas.com - 30/04/2019, 14:40 WIB

Bagikan: Komentar Banjir masih menggenangi sejumlah permukiman warga di Bengkulu, Senin
(29/4/2019). Banjir masih menggenangi sejumlah permukiman warga di Bengkulu, Senin
(29/4/2019). (KOMPAS.com/FIRMANSYAH) Penulis Michael Hangga Wismabrata | Editor
David Oliver Purba KOMPAS.com - Korban bencana banjir dan longsor di Bengkulu mencapai
29 orang dan 13 orang dinyatakan hilang. Data tersebut berdasarkan rilis Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi, Senin (29/4/2019) pagi. Kepala BNPB Doni Munardo
menyampaikan, penyebab bencana di Bengkulu adalah banyaknya kawasan penyangga DAS
Sungai Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dikavling untuk
pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Hingga saat ini, tercatat ada delapan perusahaan
tambang batu bara di hulu sungai. Berikut ini fakta lengkapnya: 1. Jumlah korban meninggal 29
orang dan 13 orang hilang Kepala BNPB Doni Munardo saat menyampaikan keterangan kepada
awak media di Bengkulu, Senin (29/4/2019). Kepala BNPB Doni Munardo saat menyampaikan
keterangan kepada awak media di Bengkulu, Senin (29/4/2019).
(KOMPAS.com/FIRMANSYAH) Doni Munardo menjelaskan, tim SAR masih terus melakukan
penyisiran korban di lokasi bencana. Beberapa korban telah berhasil dievakuasi petugas.
"Beberapa jam terakhir ini korban meninggal dunia mencapai 29 orang dan 13 orang dinyatakan
hilang. Pengungsi sejumlah 12.000 orang kemudian sejumlah ternak dan kerusakan rumah dan
fasilitas lainnya ikut menjadi korban," kata Doni. Sejumlah ruas jalan penting di Bengkulu juga
mengalami kerusakan sehingga menyulitkan akses evakuasi. Dari 10 kabupaten/kota di
Bengkulu, terdapat sembilan kabupaten terdampak bencana banjir dan longsor. Jumlahnya sangat
banyak dan sebagian besar wilayah masih digenangi air banjir.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Bencana Banjir dan Longsor di
Bengkulu, 29 Orang Meninggal hingga Banjir Akibat Aktivitas Tambang",
https://regional.kompas.com/read/2019/04/30/14402631/5-fakta-bencana-banjir-dan-longsor-di-
bengkulu-29-orang-meninggal-hingga.
Penulis : Michael Hangga Wismabrata
Editor : David Oliver Purba
anah Longsor di Sukabumi, Sedikitnya 15
Meninggal, 20 Hilang
02/01/2019

Tim penyelamat berusaha mencari korban tanah longsor di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa 1/1
(Foto: SEKOLAH RELAWAN).
Teruskan

Upaya pencarian korban tanah longsor di kampung Cimapag, desa Sirnaresmi, kecamatan
Cisolok, kabupaten Sukabumi, hari Senin (1/1) terpaksa dihentikan karena hujan deras dan
kekhawatiran akan terjadinya longsor susulan ketika upaya evakuasi sedang berlangsung.

Ada sekitar 32 kepala keluarga dengan 101 jiwa yang terdampak tanah longsor itu. Sedikitnya 15
orang meninggal dunia, sementara 20 lainnya masih dalam pencarian. Empat longsor susulan
sempat terjadi ketika tim SAR gabungan sedang melakukan evakuasi.

Daerah Cisolok merupakan zona bahaya longsor sedang dan tinggi. Berdasarkan peta perkiraan
terjadinya longsor di kabupaten Sukabumi pada Januari 2019 dari Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, ada 33 kecamatan di Sukabumi yang masuk kategori longsor
menengah dan tinggi.

Pada kategori ini, longsor terjadi jika curah hujan di atas normal, terutama di daerah yang
berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Tim SAR gabungan akan melanjutkan upaya pencarian 20 korban yang diduga masih tertimbun
longsor Rabu pagi (2/1). (em)
PUPR Jawab Curhat Anies soal Banjir
Jakarta

Foto: Rengga Sancaya


Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan curhat ke Menteri PUPR Basuki Hadimuljono
perihal keluhan banjir dari masyarakat yang selalu dialamatkan kepada pihak Pemprov DKI
Jakarta.

"Sungainya diurus Pak Bas, kanan kirinya diurus Gubernur DKI. Tapi kalau ada banjir pasti
yang ramai itu gubernur," Curhat Anies, Selasa (23/7/2019).

Kementerian PUPR pun merespons curhat orang nomor satu di DKI Jakarta tersebut. Kepala
Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan, untuk
penanganan banjir memang tanggung jawabnya tak bisa hanya dibebankan pada satu pihak saja.
Baca juga: Sungai Diurus PUPR, Anies: Kalau Banjir Ramainya ke Gubernur
Butuh kerja sama semua pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan masyarakat di
sekitar lokasi kali itu sendiri.

"Harus ada satu visi penanganan, pusat (pemerintah pusat), Pemda dan juga masyarakatnya,"
tutur dia dihubungi detikFinance, Selasa (23/7/2019).

Ia menambahkan, di Jakarta sendiri, total ada 13 sungai, beberapa di antaranya memang menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR). Namun tak semua, sebagian juga menjadi tanggung jawab Pemprov DKI.

"Ada 13 sungai. Infrastruktur banjir kan juga banyak. Ada waduk, sungai, embung, ada situ. Itu
sudah dibagi berdasarkan kewenangan. Ada sungai yang ditangani oleh PUPR dan ada yang
ditangani Pemprov DKI," jelas dia.

Baca juga: Pantau Banjir, Anies Sekarang Pelototi Pintu Air Depok

Adapun, sungai yang menjadi kewenangan Kementerian PUPR adalah sungai Ciliwiung dan
Cisadane. Itu pun, kewenangannya hanya sebatas normalisasi, meliputi pengerukan, pelebaran
dan pemasangan tanggul.

Hanya saja, untuk urusan pelebaran, Kementerian PUPR tak bisa bekerja sendiri. Pasalnya, ada
pemanfaatan area bantaran yang tak sesuai peruntukannya sehingga menghambat upaya
pelebaran sungai. Penertiban masyarakat di bantaran ini lah yang perlu keterlibatan Pemprov
DKI.

"Bantaran dan palung sungai diisi warga. Nah itu yang perlu ditertibkan, supaya airnya bisa
mengalir lancar. Kalau masyarakat di sekitar bantaran kali itu tak ditertibkan, ya kita nggak bisa
maju mengerjakan pekerjaan kita," tandasnya.
Banjir Rendam Rumah Warga Tiga Desa di
Aceh Jaya
Ilustrasi banjir. (ANTARA FOTO/Jojon).

Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah rumah warga di tiga desa di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, terendam
banjir, Sabtu (20/7). Ketiga desa, yakni Desa Gampong Dayah, Kecamatan Krueng Sabee dan Desa
Gampong Baro serta Desa Babah Dua, Kecamatan Darul Hikmah.

Ketinggian air berkisar antara 20 centimeter hingga 70 centimeter disebabkan hujan yang melanda
kawasan tersebut. Akibatnya saluran pembuangan air dan aliran sungai di kawasan tersebut meluap
sehingga mengakibatkan rumah warga terendam air.

"Penyebab banjir ini akibat guyuran hujan yang melanda kawasan Aceh Jaya sejak Sabtu sore," kata
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Aceh Jaya, Dadek dikutip dari Antara, Minggu
(21/7).

Ada pun jumlah warga yang terdampak akibat musibah ini terdiri dari 17 jiwa atau 4 kepala keluarga di
Desa Dayah Baro, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya karena rumahnya terendam air.

Kemudian di Desa Gampong Baro, Kecamatan Darul Hikmah 30 jiwa atau 7 kepala keluarga terdampak
banjir.

"Sedangkan jumlah warga yang terdampak banjir di Desa Babah Dua, Kecamatan Darul Hikmah, Aceh
Jaya juga masih dalam pendataan petugas BPBD setempat," kata Dadek.

Hingga Sabtu malam, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBK Aceh Jaya masih melakukan pemantauan dan
pendataan ke titik lokasi yang terkena banjir. Mereka juga melakukan pembersihan saluran parit agar
luapan air tidak lagi menggenangi rumah warga di daerah tersebut.
Setahun Tsunami Palu dan Motor Tua
Pembawa Kenangan

Warga melintas di depan Masjid Terapung Arqam Bab Al Rahman pasca gempa dan tsunami
Palu di Pantai Talise, Sulawesi Tengah. Masjid yang dibangun tahun 2011 awalnya menampung
150 jamaah. (Liputan6.com/Fery Padolo)
Liputan6.com, Palu - Sejumlah penyintas bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang
melanda sebagian wilayah Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 mendirikan tugu
peringatan di Kota Palu.
Mereka membangun tugu peringatan secara swadaya di bahu ruas Jalan Trans Sulawesi di
Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, yang tahun lalu juga kena hantaman
tsunami, dan menamainya Tugu Tragedi 28 September 2018.
"Tugu itu mulai dibangun kemarin (Minggu) dan selesai hari itu juga. Hanya dikerjakan satu hari
saja," kata Samsuddin, salah seorang penyintas bencana tsunami Palu, di kawasan Tugu Tragedi
28 September 2018, Senin pagi (23/9/2019), dilansir Antara.
Baca Juga
"Motor yang jadi ikon tugu itu milik salah satu korban bencana, biasa dipanggil Bobi," ia
menambahkan.
Ia menuturkan, sepeda motor itu pada 28 September 2018 petang terseret tsunami yang menyapu
dan meratakan tempat tinggal dan tempat usaha ribuan penyintas.
Tugu peringatan setinggi 2,5 meter itu menarik perhatian pengendara yang melintasi jalanan
Kelurahan Mamboro, termasuk Muhammad.
"Setahu saya hanya di Kota Palu yang ada tugu untuk mengenang tragedi 28 September 2018
lalu itu. Di Kabupaten Sigi dan Donggala tidak ada," kata Muhammad, yang juga seorang
penyintas.
"Padahal keberadaan ikon untuk mengenang bencana 28 September 2018 seperti tugu ini sangat
penting agar menjadi peninggalan sejarah untuk generasi yang akan datang bahwa di daerahnya
pernah terjadi bencana yang cukup dahsyat," ia menambahkan.
Keberadaan tugu peringatan semacam itu, menurut dia, juga bisa menarik wisatawan
mengunjungi daerah-daerah yang tahun lalu kena dampak gempa besar, tsunami, dan likuefaksi
termasuk Palu, Sigim dan Donggala.
Potret Dampak Bencana yang Terpantau
dari Angkasa Luar, Ada Tsunami Palu
Sejumlah bencana besar melanda dunia akhir-akhir ini. Mulai dari gempa, tsunami hingga
kebakaran hutan. Akibatnya, banyak nyawa yang hilang dan juga terjadi kerusakan parah.

Kemudian beredar penampakan dari angkasa luar yang memperlihatkan dampak bencana atau
musibah di suatu wilayah tersebut usai bencana.

Citra satelit NASA di angkasa luar kerap menangkap momen tersebut. Bahkan, salah satu
bencana besar yang sempat melanda Indonesia di tahun 2018, tsunami Palu juga berhasil
diabadikan.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, Jumat (12/7/2019) berikut 3 bencana besar yang berhasil
ditangkap gambarnya oleh satelit dari angkasa luar, salah satunya dari Indonesia:

Lima hari setelah gempa dan tsunami melanda kota Palu, Indonesia, jumlah korban tewas terus
meningkat. Pihak berwenang mengatakan bahwa lebih dari 1.230 orang telah meninggal, lima
hari setelah bencana.

Setidaknya 60.000 orang dievakuasi dari daerah itu, dan persediaan bahan bakar serta makanan
sangat terbatas, menurut lembaga bantuan, demikian dikutip dari laman washingtonpost.com.

Bencana ini lalu ditangkap oleh penampakan satelit dari langit. Telihat jelas perbedaan antara
sebelum dan sesudah kota Palu dan sekitarnya dihajar oleh air laut tersebut.

Teluk biru tua kota berubah warna menjadi coklat, saat gelombang tsunami setinggi 18 kaki
perlahan-lahan surut dari pusat kota, menyeret orang, bangunan, dan mobil. Gempa susulan
selanjutnya menghancurkan wilayah itu dalam beberapa jam berikutnya.
Penyebab Kebakaran Hutan yang Sering
Terjadi, Rusak Habitat Alam

Liputan6.com, Jakarta Hutan merupakan kawasan penting bagi bumi dan kehidupan manusia.
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya.
Baca Juga
Kawasan hutan biasanya dapat ditemui pada wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi
sebagai penampung karbon dioksida, habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan, modulator arus
hidrolika serta pelestarian tanah.
Hutan juga sebagai salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Di Indonesia,
perlindungan hutan bahkan diatur dalam undang-undang. Menurut undang-undang tentang
Kehutanan nomor 41 tahun 1999, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Walaupun hutan merupakan kawasan yang penting bagi kelangsungan hidup banyak mahkluk
hidup, nyatanya masih ada kasus kebakaran hutan. Penyebab kebakaran hutan bisa disebabkan
secara alami maupun disebabkan oleh ulah manusia.
Berikut ulasan Liputan6.com yang dirangkum dari berbagai sumber Senin (25/3/2019).

Kebakaran hutan adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, namun juga dapat
memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian milik masyarakat yang berada tinggal di dekat
kawasan hutan.
Secara umum, penyebab kebakaran hutan dapat disebabkan oleh petir, kecerobohan ulah
manusia dan pembakaran hutan yang disengaja oleh manusia.
1. Penyebab kebakaran hutan disebabkan oleh kondisi alam
Penyebab kebakaran hutan secara alami biasanya memiliki dampak yang tidak terlalu luas.
Kebakaran hutan akibat alam tidak akan menelan kerugian besar. Penyebab
kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam bisa terjadi karena musim kemarau yang panjang,
sambaran petir, aktivitas vulkanik di gunung berapi dan ground fire atau kebakaran didalam
lapisan tanah gambut akibat kemarau panjang.
2. Penyebab kebakaran hutan akibat ulah manusia
Penyebab kebakaran hutan akibat ulah manusia sering kali menjadi penyebab utama kebakaran
hutan yang terjadi di Indonesia. Manusia yang membakar hutan memiliki beberapa alasan.
Manusia biasanya membakar hutan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok
sehingga rela membakar hutan yang merupakan kawasan dilindungi oleh negara.
Salah satu alasan manusia membakar hutan adalah untuk pembukaan lahan perkebunan. Manusia
sengaja membakar hutan menjadikan kawasan tersebut menjadi lahan perkebunan yang bisa
memberikan keuntungan bagi segelintir orang. Jika perusahaan telah turut andil, tak jarang
kebakaran hutan menelan kawasan dengan skala yang luas.

Anda mungkin juga menyukai