Anda di halaman 1dari 10

PERAN PENDIDIK MEREDAM

PERKEMBANGAN RADIKALISME REMAJA

Dunia pendidikan pada masa kini menjadi sorotan dari semua kalangan
baik dunia pendidikan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya yang
bukan bidang pendidikan. Berbagai kabar di media masa dan televisi menjadi
topik yang menarik karena fenomena tawuran dikalangan remaja, dari tingkat
SD, SMP, SLTA maupun Perguruan Tinggi. Api masalah mudah muncul dan
memanas walaupun masalah kecil menjadi alasan mereka melakukan berbagai
aktivitas yang anarkis. Dalam hal ini tuntunan menjadi tontonan dan tontonan
menjadi tuntunan. Apa yang mereka amati dan lihat itu menjadi contoh mereka
dalam berbuat.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam
lingkungan pendidikan. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembngan
seluruh potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik, baik yang berkenaan
dengan segi intelektual, sosial, afektif, maupun fisik – motorik. Perbuatan
mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan sekarang dan yang akan datang,
untuk kepentingan dirinya dan masyarakat, baik sebagai pribadi, warga
masyarakat, maupun profesional. Tapi untuk saat sekarang kita seperti terhenyak
melihat kenyataan bahwa ternyata anak-anak kesayangan kita, para pelajar
generasi muda yang diharapkan menjadi penerus bangsa ini seperti terhipnotis
nalurinya dengan segala sesduatu yang bersifat anarkhis dan merusak serta
bangga dengan aksi kekerasan mereka yang terekspos media. Salah siapa ini,
bagaimana ini, apakah akan kita biarkan nasib generasi kita seperti ini..?
Proses pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan, yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Orang tua, guru, para pimpinan
dan orang dewasa lainnya dalam masyarakat, merupakan para pendidik, karena
mereka minimal berperan memberi contoh atau teladan kepada anak-anak dan
remaja. Waktu orangtua sangat berharga dan sempit. Kehidupan sekarang yang
serba hiruk pikuk menciptakan penghalang bagi orangtua masuk ke dunia remaja.
Tugas orangtua memastikan mereka sampai tujuan yaitu menjadi orang dewasa
yang memiliki kepekaan emosional dengan meminimalkan sandungan-
sandungan kecil ditengah perjalanan, untuk itulah maka keterlibatan peran
pendidik/guru di sekolah menjadi sangat penting untuk mendampingi masa ini.

KOMPONEN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Kepala Sekolah
Manajemen dan
Supervisi Tujuan :
Perkembangan
Optimal
Pembelajaran Peserta Didik
Guru Mata Pelajaran
Mata Pelajaran

Bimbingan dan
Guru Konseling
Bimbingan dan
Konseling atau
Konselor
Pendidikan berlangsung di sekolah, dalam keluarga dan di masyarakat.
Faktor-faktor yang ada dalam masing-masing lingkungan pendidikan tersebut
berpengaruh terhadap proses dan hasil pendidikan. Hubungan kasih sayang
membentuk landasan kehidupan dan kerjasama antara sekolah dengan keluarga.
Tanpa kasih sayang, orangtua dan guru tidak dapat mengambil peran di hati
mereka sehingga apapun doktrin yang masuk tidak dapat terpatri di hati mereka
sehingga banyak pengaruh negatif kekerasan di luar dengan dalih dan alasan
kebersamnaan diantara kelompok mereka menjadi lebih dominan untuk
mengambil keputusan, maka timbulah banyak tawuran remaja dan demo
terorisme dikalangan usia remaja yang sangat banyak. Coba kita amati sudah
berapa kasus para remaja kita membuang nyawa dengan percuma hanya karena
emosi semata, perkelahian, tawuran, narkoba, pengantin bom dan kekacauan-
kekacauan yang lain. Ini menyiratkan bahwa remaja kita terlalu banyak disodori
dengan berbagai bentuk kekerasan baik verbal maupun non verbal, baik di
sekolah maupun lingkungan keluarga sehingga apa yang mereka lihat dan
rasakan hanya bentuk kekerasan yang terpatri di hati mereka sehingga
melahirkan remaja-remaja berhati kasar, keras dan berontak tanpa rasa kasih
sayang sedikitpun...sekolah yang mestinya merupakan tempat belajar, bermain,
berteman, mengembangkan kreativitas berpikir, belajar menjadi dirinya sendiri,
dsb, sering pada akhirnyatidak menjadi tempat yang menyenangkan bagi
anak.Bahkan tidak jarang anak justru takut kepada gurunya sendiri. Beban
pekerjaan rumah, guru yang otoriter, orang tua yang memaksakan kehendak agar
anaknya menjadi juara kelas, dsb, menjadikan anak trauma pergi sekolah.
Kasus anak-anak yang bunuh diri gara-gara dimarahi guru atau diolok-
olok temanya karena seragamnya sudah usang, atau dimarahi guru karena belum
membayar uang sekolah, sudah menjadi berita keseharian.
Sekolah menjadi tempat penuh sensor, guru yang selalu mengawasi
dengan tanpa batas etika psikologis, perintah sekolah yang cenderung diktatordan
mematikan bajat, sekolah menjadi pengadilan yang selalu penuh hukuman
sehingga mengakibatkan kegelisahan, ketakutan dan penuh ancaman.
Menurut Glasser (1980) saat masuk sekolah dasar, anak membawa
pengharapan dan konsep diri yang baik. Namun pengalaman penglaman negatih
dan kegagalan yang dialami selama lima tahun pertama di Sekolah Dasar (SD),
dapat melemahkan dan merusak konsep diri yang positif. Dari titik inilah
mestinya guru merubah gaya ajarnya, Guru tidak saja menjadi manajer
pembelajaran dan menetapkan siswa sebagai klien, namun guru juga mesti
menjadi sahabat terbaik bagi sang anak.
Apalagi anak-anak di jaman moderen, mereka berhadapan dengan
lingkungan yang lebih kompetitif dan kadangkala keras.lingkungan yang tidak
ramah, bisa jadi menyabakan rasa percaya diri (self confidence),agresif, mudah
terprovokasi, mudah tersinggung, apalagi dirangsang oleh tantangan di luar yang
tidak adil.
Kenyataan ini merupakan buah dari kehidupan keluarga di jaman
moderen yang banyak mendatangkan stres, terutama bagi anak anak, karena
perubahan pola kerja para orang tua. Dalam artikelnya yang berjudul “Go East
Young Man”dalam”Far Eastern Economic Review (1994)”, Mahbubbani
menunjukan gejala retaknya “social order” dibarat seperti peningkatan anka
bunuh diri,kehamilan di luar nikah, perceraian, kriminalitas, narkoba, dsb.
Bahkan banyak anak bersekolah sudah di kotak-kotak oleh batasan
etnis, agama, kebudayaaan,strata sosial, dan sebagainya, maka akan terjadi
”Pembutaan” mata batin dan pengetahuan wawasan pengetahuannya. Anak
dikhawatirkan menjadi konservatif, fanatis sempit, dan mudah terprovokasi
dalam konflik, Padahal menurut Gorski(2000) pendidikan merupakan suatu
sarana untuk mentransformasikan kesetaraan dan keadilan sosial melalui sebuah
proses pembelajaran. Untuk itu sebaiknya guru haruslah dapat menjadi seorang
komunikator yang baik, karena kualitas hidup siswa juga sangat dipengaruhi oleh
kualitas komunikasinya dengan guru. Komunikasi tidak hanya dengan kata-kata,
namun juga komunikasi non verbal seperti dengan bahasa tubuh, visual, dan
vibrasi pikiran. Jika ini sukses dilakukan maka siswa akan merasa aman, dan
memiliki perasaan diterima dan pikirannya selalu positif.
Meredupnya pamor IQ sebagai salah satu ukura kecerdesaan seseorang
juga telah banyak dikemukakan. Misalnya mengutip David Brooks dalam IHT
15/9/2007 dalam The Waning of IQ, Ninok Leksono (19/9/2007,Kompas)
menulis : “sementara psikometrika menawarkan daya tarik semu fakta obyektif,
sains baru membawa kita kembali ke dalam kontak dengan sastra, sejarah, dan
pada akhirnya ke unikan pribadi / individu.Banyak orang tinggi IQ nya namun
tidak sukses meniti karir bahkan untuk sekedar bergaul. Mereka tidak cerdas
dalam memahami antar pribadi atau interpersonal, yakni kecakapan untuk
memahami individu lain, suasana hati, keinginan dan motivasi, serta tidak
memiliki kecerdesan interpersonal yakni kecakapan mengerti emosi sendiri,
menggunakan pengalaman sendiri untuk membimbing orang lain.
Apakah kita menyadari bahwa sejak lahir seorang manusia sudah
menginginkan kebebasan dengan wujud menangis sekeras-kerasnya. Namun
ketika beranjak besar mulai banyak belenggu-belenggu larangan bagi anak yang
muncul dalam bentuk kekerasan yang kadang tidak beralasan dan cenderung
lebih berpihak pada orang dewasa dalam hal ini orangtua mereka. Inilah
fenomena perilaku sebagian besar orangtua di Indonesia. Mengapa kita sering
lupa bahwa anak merupakan titipan Alloh yang harus kita jaga dan kita didik agar
dapat menjadi anak mandiri yang kelak jika dewasa dia akan mampu melakukan
tugas-tugasnya secara fitrahnya. Salah satu firman Alloh SWT “ Dan hendaklah
takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Alloh dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar”(QS. An-Nisa: 9).
Remaja berada dalam masalah paling besar ketika tidak memiliki
koneksi atau pertalian dengan orangtua, sekolah, tempat kerja, hobi dan teman-
teman yang positif. Cara mencegah terputusnya hubungan ini adalah dengan
membangun mental remaja, memupuk kekuatan, dan mengoreksi kelemahan
dengan cara :
1. Perasaan dihargai, dicintai serta dipedulikan dengan kasih sayang
2. Ada rasa memiliki dan aktif dalam kelompok yang positif
3. Adanya kompetensi dan kepercayaan diri yang sehat
4. Hubungan yang saling membutuhkan dan dibutuhkan
Dalam hal ke empat diatas memang kecenderungan peran orang dewasa
dalam hal ini orangtua dan guru berperan untuk betul-betul serius terlibat baik
secara emosi maupun sacara fisik. Hidup ini serius, namun pendekatan yang
terlalu serius dalam mengasuh anak sama saja dengan menyetir mobil lurus
ketika jalan menikung. Emosi mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita
lakukan dan ingin kita lakukan. Emosi positif ini penting untuk pertumbuhan
remaja yang sehat. Berkelakar dan tertawa bukan hal yang sepele melainkan
vitamin penting untuk kejiwaan. Kaidah tidak selalu diartikan dengan
pengekangan namun lebih fokus dan terarah, serta penetapan batas. Ketrampilan
yangf dimiliki orangtua/guru dan anak-anak dalam menentukan tujuan dan
memecahkan masalah dapat membantu remaja tetap pada jalur yang benar,
mewujudkan gagasan-gagasan bagus dan menjadi tindakan yang konstruktif
tanpa ada bentuk kekerasan.
Dalam dunia pendidikan pembentukan karakter yang baik bagi siswa
banyak dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri agar lebih dapat
mengoptimalkan aktifitas siswa siswa yang positif. Kegiatan pengembangan diri
berupa pelayanan konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan
ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan/atau tenaga kependidikan
lain sesuai dengan kemampuan serta kewenangannya. Pengembangan diri yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra
kurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik.
Secara umum, kegiatan pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan
peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah. Sedangkan
secara khusus, kegiatan pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan
peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan
kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan
sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karier, kemampuan
pemecahan masalah, serta kemandirian. Beberapa hal yang mempengaruhi
pengembangan diri yaitu :
a. Berani dan Teguh Hati
Yang paling menonjol dari orang yang kreatif adalah keberanian dan
keteguhan hatinya. Keberanian bukan dalam artistik tetapi dalam
psikologis. Berani melawan anggapan umum, berani mengkhayalkan
yang nampak mustahil dan kemudian mencoba merealisasikan khayalan
itu, berani berdiri di sisi yang berlainan dengan masyarakat umum atau
bahkan menentangnya bila dianggap perlu, serta berani menjadi diri
sendiri.
b. Adanya Penerimaan terhadap Individu Secara Wajar
Artinya bahwa individu dihargai keberadaan dirinya, dan keterbukaan
dirinya, sehingga ia dapat menemukan apa makna dirinya dan dapat
mencoba mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan
kreasinya.
c. Adanya Suasana Bebas dari Penilaian Pihak Luar
Bagi setiap individu untuk menemukan dirinya sendiri diperlukan
suasana bebas dari penilaian, tidak diukur dengan beberapa standar dari
luar. Penilaian dapat merupakan ancama, dan menghasilkan suatu
pertahanan yang menyebabkan beberapa hasil dari pengalaman ditolak
untuk disadari. Jika penilaian dari luar ini ditiadakan maka individu
akan lebih terbuka terhadap lingkungannya, sehingga individu dapat
mengaktualisasikan diri dengan maksimal sesuai dengan daya kreasinya.
d. Adanya Sikap Empati
Sikap empati memungkinkan seseorang dapat menyatakan dirinya
sesuai dengan motivasi dan kemampuan yang ada dalam dirinya
sehingga memungkinkan munculnya ekspresi yang bervariasi dan penuh
kreasi.
e. Adanya Kebebasan Psikologis
Kondisi ini memungkinkan individu secara bebas mengekspresikan
pikiran dan perasaannya dan bebas untuk menjadi apa saja sesuai
dengan keadaan batinnya sendiri. Kebebasan psikologis yang dimaksud
adalah kebebasan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan bagi
individu, dalam batas-batas yang dimungkinkan dalam kehidupan
masyarakat, dan ia bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
Dari paparan diatas kita dapat membuat kesimpulan bahwa kekerasan
atau kebrutalan yang banyak terjadi pada remaja kita bukan karena
faktor agama yang kurang tetapi justru faktor pendewasaan pribadi dan
rasa menyayangi diri sendiri serta kurangnya menghargai diri yang
kurang dapat diaktualisasikan pada kehidupan sehari-hari. Tayangan
media masa hendaklah bisa menyajikan tontonan yang bisa menuntun
kebaikan bagi penontonnya. Komunikasi yang baik antara guru dengan
siswanya bila dapat dilakukan semua guru di Indonesia, maka kemajuan
mudah dicapai, kenakalan atau tawuran antar siswa juga dapat
dikurangi, serta berbagai tindakan negatif yang mengarah kepada
kriminalitas dapat di cegah. Semoga tercapai. Amiin..
Daftar Pustaka

Al Qur’an ; Surat An Nisa


Mahbubbani ; “Go East Young Man” dalam For Eastern Economic Riview
(Artikel, 1994)
Ninok Leksono ; Kutipan David Brook “ The Waning Of IQ” ( Kompas, 19/9/2007)
Pedoman Opeasional Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, Dirjen GTK, 2016
Sukardi, Dewa Ketut & Sumiati. 1990. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta.

DATA PENULIS :
NAMA : NURI WIDHIA DR, S.Pd, M.Pd., Kons
NIP : 19720122 199802 2 001
UNIT KERJA : SMP NEGERI 1 PATIKRAJA-BANYUMAS-JATENG
ALAMAT : JL. RAYA BANYUMAS NO. 9 PATIKRAJA, BANYUMAS

Anda mungkin juga menyukai