Anda di halaman 1dari 16

Anatomy Sales Letter

Oleh: Jaya Setiabudi (Founder Yukbisnis, YEA, ECAMP)

Bagaimana sih anatomy sales letter yang benar-benar bisa menjual?

Bagi Anda yang saat ini sedang belajar copywriting, terutama bagi para marketer online,
tentunya pertanyaan tersebut seringkali terlintas.

Nah, mari kita bahas langkah-langkah nya agar sales letter Anda bisa menjual dan juga efektif..

“Berbicara ‘bisnis’ tentu berbicara masalah ‘kreatifitas’.”

Bagian pemasaran harus lah kreatif, jika tidak kreatif maka produk Anda tidak akan bisa
bersaing. Karena saat ini, dunia berubah sangat cepat dan dinamis.

Pembahasan anatomy sales letter ini, adalah lanjutan dari materi sebelumnya yaitu materi
Influence. Agar Anda dapat mengingat kembali, influence adalah dasar dari copywriting atau
bidang pemasaran.

Mengapa orang ingin membeli?


Mengapa orang menunda pembelian?
Bagaimana caranya agar orang mempercepat pembelian?
Mengapa orang tidak membeli?

Pertanyaan tersebut yang akan saya jawab, berdasarkan analisis saya yang lebih mendalam.
Dan akan saya utarakan logika nya seperti apa, agar lebih mudah bagi Anda untuk mencerna.

Baik, kita mulai..

Anatomy Sales Letter adalah rangkaian dari materi saya yang nanti Insya Allah akan saya
buatkan bukunya dengan judul “White Copywriting”. Judul tersebut memiliki makna ‘menjual
tanpa tatap muka, tanpa tipu-tipu’, maksudnya adalah lawan dari black copywriting. Agak sedikit
kontroversi.

Jadi, saya bagikan dulu materinya. Setelah itu, jika tidak ada feedback lagi, maka akan saya
cetak menjadi buku “White Copywriting”. Mengarang buku itu, seperti membuat mahakarya
berupa keilmuan yang akan turun temurun menjadi ladang amalan kita. Oleh karena itu,
menulis buku tidak bisa dikejar waktu (seperti mengejar setoran), karena isinya harus bisa
dipertanggungjawabkan, apakah terbukti atau tidak.

Jangan berpikiran, “yang penting laku, yang penting orang mau beli”, jangan seperti itu..!

Namun jika Anda mau melakukan itu silahkan, kalau Anda berprofesi sebagai pengarang buku.
Tapi, jika kita adalah seorang pendidik, apalagi seorang pengusaha, atau seorang pengusaha
yang merangkap sebagai pendidik, maka tidak tepat jika kita mengarang buku sebelum diuji di
lapangan terlebih dulu.

Mari kita kembali lagi ke pembahasan inti mengenai Anatomy Sales Letter..

Saya mulai dengan pertanyaan yang simpel,

Ini adalah termos yang selalu saya bawa (sengaja saya tutup
bagian depannya), silahkan Anda taksir berapa harganya?

a. < Rp. 50.000


b. Rp. 50.000 - Rp. 100.000
c. Rp. 100.000 - Rp. 150.000
d. Rp. 150.000 - Rp. 200.000
e. Rp. 200.000 - Rp. 250.000
f. > Rp. 250.000

Monggo dipilih harganya, dalam hati saja..

Sudah Anda taksir?

Saya beri informasi tambahan, ‘mereknya adalah Lock & Lock’.


(Saya tidak disponsori oleh mereka lho ya, tapi ini adalah apresiasi saya sebagai pelanggan
yang puas terhadap produk tersebut, jadi saya promosikan)

Nah, apa yang Anda pikirkan sekarang, setelah mengetahui mereknya adalah Lock & Lock?
Apakah taksiran Anda saat ini berubah dari yang sebelumnya?
Apakah taksirannya menjadi naik atau turun?

Misal, awalnya Anda menaksir < Rp. 50.000, karena Anda mengira termos tersebut adalah
termos yang sering dijual di pinggir jalan atau di pasar. Namun setelah Anda mengetahui
mereknya, maka taksiran Anda saat ini menjadi naik atau tidak?

Jika naik, berapa taksiran Anda saat ini? (silahkan jawab dalam hati..)

Saya beri informasi tambahan berikutnya, ‘anti bocor (kedap)’.

Apakah Anda akan menaikkan lagi taksiran Anda?


Apakah Anda akan membayar lebih, karena informasi tambahan ‘anti bocor’?

Saya beri informasi tambahan lagi, ‘dapat menjaga suhu air 10 jam, panas/dingin’.
Apakah Anda akan menaikkan lagi taksiran Anda?
Apakah Anda akan membayar lebih untuk itu?

Saya beri informasi tambahan lagi, ‘terbuat dari double stainless steel’.
(bagian dalam maupun luar termos dilapisi stainless steel, sehingga saat termos diisi dengan air
yang sangat panas, bagian luarnya tidak akan terasa panas)

Apakah Anda akan menaikkan lagi taksiran Anda?

Jika saya beri tambahan informasi lain, seperti ‘termos tersebut dibawa juragan tiap seminar’.

Kira - kira ada efeknya tidak untuk kenaikkan harga?

Nah, dari semua informasi tambahan yang telah saya berikan tadi, kira-kira berapa harga yang
Anda taksir untuk termos tersebut?

Dari taksiran Anda tersebut, apakah Anda akan membelinya?

Misal, setelah mengetahui semua informasi tersebut, Anda menaksir sebesar Rp. 150.000
(harga mentok). Namun, kira-kira dengan harga Rp. 150.000, Anda mau membelinya atau
tidak?

Mungkin ada sebagian orang yang akan menjawab seperti ini:


1. Saya tidak butuh termos tersebut ko,
2. Saya juga tidak suka dengan minuman panas atau dingin.
3. Saya minumnya air putih biasa, jadi tidak perlu termos.
4. Ditambah lagi, repot sepertinya jika membawa termos.

Baik, kita diam terlebih dulu..

Jika saya beri informasi tambahan lainnya, ‘diskon 30%’.

Apakah Anda yang tadinya tidak merasa perlu, menjadi perlu membelinya tidak?
Atau, yang tadinya merasa tidak perlu, jadi ingin membelinya tidak?

Coba Anda perhatikan..

Jika saya perbesar lagi diskonnya, yang asalnya 30% menjadi 50%, dari harga Rp. 150.000,
maka Anda bisa membeli termos tersebut dengan harga Rp. 75.000 saja.

Kira-kira Anda akan beli atau tidak?

Dan misalkan saya beri harga ekstrim menjadi Rp. 50.000, Anda akan beli atau tidak?
Dalam hal ini, sebagian besar orang pasti akan memilih untuk membelinya. Artinya:

“Orang tidak membeli suatu produk dikarenakan pada kondisi tertentu, bisa jadi setelah
harganya diturunkan maka yang tadinya ‘tidak perlu’ menjadi ‘perlu’ untuk membeli.”

Dari pembahasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa copywriting bukan lah ilmu menipu
orang. Karena selama ini, banyak orang berpikir kalau copywriting atau sales yang pandai
bicaranya adalah bentuk penipuan. Padahal tidak seperti itu.

“Copywriting adalah cara menyampaikan informasi, sehingga dapat dimengerti oleh calon
konsumen, sejelas-jelasnya.”

Seperti contoh pada termos tadi, Anda tidak mengetahui apapun mengenai termos itu. Namun
saya beri informasi tambahan, dan menjelaskan tentang kelebihannya serta benefitnya,
sehingga Anda mau membeli termos tersebut. Inilah yang disebut dengan copywriting.

Jika Anda berpikir bahwa copywriting adalah ilmu menjual produk yang jelek agar tetap laku,
maka mohon maaf, Saya tidak setuju..!
(Kalaupun saya setuju, jika produk tersebut memasang harga yang sangat minim)

Mengapa seperti itu?

Karena hal tersebut ada rumusnya yaitu:

Formula Harga

Biaya yang konsumen bayar = Benefit yang konsumen dapat

Ingat, dalam konteks ini konsumen belum mencoba produk tersebut.

Biaya itu sendiri termasuk uang, waktu, dan effort yang perlu konsumen keluarkan untuk bisa
mendapatkan produk tersebut.

Sedangkan benefit, dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Rasional (fungsi, konten, bahan) = bersifat fungsional, dan bisa ditaksir harganya
a. Fungsi: misalnya, sepatunya nyaman dipakai.
b. Konten: misalnya, sepatunya dipakai untuk acara apa.
c. Bahan: misalnya, sepatunya empuk.

2. Emosional (gengsi, konteks, merek) = bersifat menaikan gengsi jika memakai produk
tersebut, dan harga tidak menjadi masalah
a. Gengsi: misalnya, sepatunya keren.
b. Konteks: misalnya, model sepatunya bagus (up to date).
c. Merek: misalnya, sepatunya merek anu yang mahal.

Apa yang membuat orang puas?

Syarat Kepuasan

Biaya < Benefit

Saat biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan benefit yang didapat. Jadi, benefit
yang didapatkan lebih besar.

Misal, contoh pada termos tadi, konsumen berharap akan mendapatkan semua kelebihan
termos hanya dengan mengeluarkan Rp. 150.000. Namun, ternyata terdapat benefit lain yang ia
dapatkan setelah mencoba termos tersebut. Nah, ini yang disebut dengan ‘puas’.

Paham?

Sebaliknya, jika ia membayar Rp. 150.000 tapi tidak mendapatkan benefit dari yang disebutkan
tadi, atau hanya mendapat setengahnya dari benefit tersebut, maka konsumen akan kecewa.

Apa yang terjadi saat orang kecewa?

Otomatis orang tersebut atau konsumen tidak akan pernah datang lagi pada Anda. Dan jika
konsumen sudah merasa sangat kecewa, maka tidak menutup kemungkinan orang tersebut
akan menyebarluaskan kekecewaannya, sehingga membuat yang lainnya tidak jadi membeli
produk Anda.

Namun, biasanya budaya orang Indonesia atau budaya orang timur tidak bertindak demikian,
karena ada perasaan ‘tidak tega’.

Nah, sekarang kita bahas dulu mengenai tujuan pemasaran..

“Tujuan pemasaran adalah untuk memuaskan pelanggan dan menguntungkan perusahaan.”

Tapi, jangan sampai Anda memuaskan pelanggan, Anda malah merugikan perusahaan..!

Meskipun Anda tidak bisa menghitung biaya pemasaran. Misalkan pada saat Anda memuaskan
pelanggan, mungkin Anda sedang dalam keadaan rugi, barangnya dikembalikan kemudian
diganti dengan yang baru, kemudian Anda ‘itung-itungan’, tidak bisa seperti itu. Itu termasuk ke
dalam biaya pemasaran, dan harus tetap dihitung sebagai biaya.

Baik, kita lanjut ya..


Saya ajukan pertanyaan: “Mengapa orang mau membeli?”

Menurut Anda, kira-kira kita mau membeli suatu produk karena apa?

Mungkin sebagian dari Anda akan menjawab: karena butuh, atau karena barangnya bagus,
dsb.

Nah, berdasarkan hasil dari survei yang saya lakukan adalah, bahwa orang mau membeli suatu
produk karena 2 hal, yaitu:
1. Karena kebutuhan (harus membeli) = menuntut untuk dipenuhi
2. Karena keinginan (ada penawaran) = tidak menuntut untuk dipenuhi, tapi jika tidak
dipenuhi maka akan timbul rasa resah atau gelisah. (padahal tidak terlalu butuh)

Kembali ke termos tadi sebagai contohnya, kira-kira saat ini Anda perlu termos tersebut atau
tidak?

Bagi Anda yang menjawab ‘perlu’, jika saya tawarkan dengan harga lebih mahal yaitu Rp.
250.000, Anda masih perlu membelinya atau tidak?

Naiknya harga tersebut, akan membuat sebagian orang yang menjawab ‘perlu’ berubah
menjadi ‘pikir-pikir dulu deh’. Namun, jika ada kemudahan seperti dapat dicicil beberapa kali,
atau adanya diskon, maka mungkin konsumen ‘jadi’ untuk membeli.

Nah sekarang, apa yang memotivasi orang untuk membeli? (selain kebutuhan dan keperluan)

Ini yang namanya problem.

Problem akan menuntut yang namanya ‘solusi’.

Jika saya konversi ke dalam bahasa psikologi, maka ini yang disebut dengan ‘pain and
pleasure’.

Prinsip ‘pain and pleasure’, dimana pain sebagai rasa sakit dan pleasure sebagai ‘iming-iming’
atau rasa senang. Inilah yang disebut dengan ‘motivasi’ orang untuk membeli.

Saya ajukan pertanyaan selanjutnya: “Mengapa orang tak mau atau belum mau untuk
membeli?”

Jawabannya adalah adanya alasan, penundaan, dan sebab. Inilah yang disebut dengan
hambatan.
1. Alasan
Bersifat psikologis, misalnya saya tawarkan orang untuk mengikuti training bisnis,
Mas J: “Anda perlu atau tidak training ini?”
K : “Perlu sih mas, tapi gimana ya? Nanti dulu deh mas.”

Nah, mengapa demikian?

Mungkin dia butuh, namun masih mempunyai keinginan yang lain. Atau mungkin dia
masih belum mau mengeluarkan biaya untuk training tersebut, karena masih merasa
sayang jika uangnya dipakai untuk training.

Paham?

2. Penundaan
Mungkin biaya sudah ada, namun terhalang karena rasa malas. Misalnya, orang
menunda untuk mengikuti seminar karena jaraknya jauh. Meskipun seminarnya
digratiskan, namun tetap orang tersebut menunda karena rasa malasnya.

3. Sebab
Tidak mengikuti suatu acara atau seminar karena memang tidak mempunyai biayanya.
Jadi, dia sadar bahwa dia perlu, namun tidak memiliki uang untuk itu. Sehingga dia
memutuskan untuk tidak membeli.

Guru saya selalu mengatakan bahwa, alasan bisa beribu, tapi sebab hanya ada satu.

‘Sebab’ itu, memang tidak bisa ditolak dalam kondisi yang ‘sekarang’. Kecuali ada penawaran
lain yang memberikan solusi dari ‘sebab’ tersebut.

Jadi, jika kita dapat memperkirakan:


Alasannya apa saja
Penundaannya karena apa
Dan sebabnya karena apa

Maka kita dapat membuat copywritingnya, untuk menangkis semua alasan-penundaan-sebab


yang merupakan hambatan.

Caranya bagaimana?

“Tangkis semua hambatan dengan ‘kemudahan’ dan ‘keterdesakan’.”

Contoh dari kemudahan adalah, misal sistem pembayarannya bisa dicicil, atau adanya diskon.
Selain itu, bisa juga dengan memberikan nomor kontak kita, untuk memudahkan orang tersebut
dalam memperoleh informasi lebih lanjut. Ataupun membantu konsumen yang ‘gaptek’ dalam
hal registrasi online menjadi offline.
Sedangkan contoh dari keterdesakan adalah, misalnya harga akan naik Rp. 50.000 setiap 50
orang yang mendaftar. Selain itu, misalnya produk ini tidak akan pernah beredar lagi, atau ada
lagi produksinya itu setahun kemudian. Hal ini yang membuat konsumen terdesak untuk segera
membeli agar tidak kehilangan ‘kesempatan’. Opportunity cost ini yang nantinya akan lebih
mahal untuk dibayar, jika dibandingkan dengan membeli ‘sekarang’.

“Jika Anda menunda, maka bisnis Anda akan bangkrut. Silahkan Anda pilih, apakah ingin
bangkrut atau memperoleh untung besar dalam waktu singkat??”

Nah, itulah contoh keterdesakan. Bagaimana, sudah paham?

Semua hal tersebut, jika diramu dalam sebuah formula, maka disebut dengan ‘Formula
Konversi’.

Apakah itu? Mari kita lihat..

Formula Konversi

Problem + daya ungkit + solusi + kemudahan > hambatan

Problem, daya ungkit, solusi, dan kemudahan (sebagai ruas kiri), harus lebih besar
dibandingkan dengan hambatan yang ada (ruas kanan). Jika semua faktor dalam ruas kiri tidak
bisa melebihi hambatan, maka kita tetap harus membesarkan faktor pada ruas kiri, bagaimana
pun caranya. Hambatan harus diperkecil sekecil mungkin, agar konsumen mau berubah,
bergerak, action, ataupun mau membeli.

Mari kita bahas satu persatu..

1. Problem

Problem adalah rasa sakit, ketidakpuasan, ancaman, keresahan, terhadap kondisi sekarang.
Dan apabila dibiarkan, maka akan bertambah parah (sakitnya), bahkan bisa menyebabkan
kematian. Contoh dari problem dapat dilihat dalam Tabel 1.

2. Daya ungkit

Daya ungkit adalah sesuatu atau bisa jadi seseorang, yang membuat dia ‘ingin’ dan ‘harus’
berubah segera.

Misalnya:
saya harus berubah ‘demi ayah saya’..
saya harus berubah ‘demi ibu saya’..
saya harus berubah ‘demi anak saya’..
saya harus berubah ‘demi pasangan saya’..
saya harus berubah ‘demi saya sendiri’..
saya harus berubah ‘demi institusi saya’..
saya harus berubah ‘demi Tuhan saya’..

Orang-orang yang ‘tercinta’ ini membuat suatu hal yang tadinya tidak mendesak, berubah
menjadi hal yang mendesak. Karena orang tersebut akan berpikir, bahwa ‘jika saya tidak
berubah sekarang’, maka keadaan akan tetap memburuk seperti sekarang, bahkan mungkin
bisa jauh lebih buruk lagi.

3. Solusi

Solusi adalah jawaban dari masalah yang dialami, yang mana jika dilakukan - dibeli -
dipraktekkan, maka akan membawa perubahan dan kebahagiaan.

Mari kita perhatikan dengan seksama, solusi untuk contoh problem pada Tabel 1.

Tabel 1. Contoh Problem dan Solusinya

Problem → ←Solusi Problem→ ←Solusi

Kegemukan langsing penuaan Awet muda

Tidak pede pede operasi sembuh

Miskin kaya keluhan nyaman

dihina dihormati Ingin naik haji Naik haji

hutang Hutang lunas Bbn naik Hemat energi

pendek tinggi bingung Menemukan ide

jerawat mulus bosan menyenangkan

sakit sehat kepanasan sejuk

kedinginan hangat boros hemat

kelelahan bugar single menikah

rindu jumpa rugi untung


4. Hambatan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, hambatan adalah suatu hal yang menghalangi orang
untuk bergerak, berubah, ataupun membeli. Saya membahas hambatan terlebih dulu, agar kita
bisa menciptakan kemudahan untuk mengatasi hambatan tersebut. Hambatan dalam
mendapatkan solusi, bisa karena keadaan, alasan (psikologis), waktu, tenaga/upaya.

Contoh dari hambatan yaitu:


- Malas
- Terlalu lama (misalkan produk pelangsing tubuh, tapi bisa langsing nya lama, 6 tahun,
hehe..)
- Jauh
- Mahal
- Repot
- Tak punya uang
- Rumit
- Membosankan
- Menjengkelkan

Nah, dari hambatan tersebut, mari kita ciptakan kemudahan.

5. Kemudahan

Kemudahan diciptakan untuk mengatasi hambatan. Kemudahan dalam mendapatkan solusi,


yang menjadi jawaban dari hambatan yang ada, agar orang mau membeli.

Dari hambatan yang telah disebutkan sebelumnya, maka kemudahan yang harus dibuat adalah:
- Malas → barang bisa diantar
- Terlalu lama → hanya dalam 30 hari Anda akan langsing (misalnya)

- Jauh → tersedia di kota Anda, atau tidak perlu beranjak dari tempat duduk

- Mahal → ada diskon 50%


- Repot → sangat mudah penggunaannya atau pembayarannya

- Tak punya uang → bisa dicicil

- Rumit → simpel sekali


- Membosankan → dengan cara yang menyenangkan
- Menjengkelkan → cara yang sangat mengasyikkan
Selanjutnya adalah buat pertanyaan pembantu

Pertanyaan ini akan membantu kita dalam membuat copywriting yang tepat, sehingga tidak
bingung saat mau menulisnya.

Baik, kita mulai dengan pertanyaan pertama..

1. Apa problem yang mereka hadapi? Dan seberapa besar problem itu?
Misal, mereka sedang mempunyai problem kegemukan, dan kondisinya sudah parah
atau overweight. Nah ini yang nanti harus dimasukkan ke dalam copywriting sebagai
materinya.

2. Dalam konteks tertentu, ‘siapa’ atau ‘apa’ yang membuat mereka mau berubah?
Misalnya masih dalam konteks pelangsingan tadi, suaminya yang menuntut ia untuk
menjadi langsing.

3. Seberapa besar rasa sakit terhadap kondisi sekarang, jika didiamkan?


Misal, jika Anda tidak bisa langsing, maka suami Anda akan meninggalkan Anda, dan
tentunya Anda tidak mau hal itu terjadi. Hal ini yang menjadikan problem kegemukan
tadi dapat mengakibatkan ‘rasa sakit’, dalam bentuk diabaikan suami hingga bisa
menyebabkan perceraian.

4. Bagaimana rasa senang jika solusi didapatkan sekarang?


Misal, rasa senang yang didapat dengan membeli produk tersebut tentu akan sangat
besar, karena dapat membuat Anda menjadi langsing, dan suami menjadi sayang
kembali.

5. Sebutkan hambatan-hambatan untuk mendapatkannya!


Hambatan ini yang harus kita data. Cara mengetahuinya, bisa dengan menanyakan
langsung kepada konsumen saat kita pre-launch misalnya, sehingga kita akan
mendapatkan feedback.

Saya biasanya memposting iklan, trial terlebih dulu. Setelah itu pasti akan muncul
feedback berupa keluhan atau apapun itu, saya mencatat semua keluhan yang muncul,
saya membuat list nya, kemudian saya perbaiki copywritingnya (untuk ‘hambatan’).

“Membuat list ‘hambatan-hambatan’ sangatlah penting.” Sehingga kita dapat


mengetahui kemudahan apa saja yang harus dibuat untuk mengatasi hambatan
tersebut.

6. Apa saja kemudahan yang perlu dibuat, untuk dapat menangkis hambatan tersebut?

7. Adakah bukti-bukti penunjang dan keberhasilan sebelumnya?


Jika Anda telah menyimak materi sebelumnya mengenai Influence, maka Anda akan
mengingat pembahasan mengenai ‘Pengakuan Sosial’ dan ‘Otoritas’. Pembahasan
tersebut masuknya ke dalam pertanyaan ketujuh ini.

Adakah testimoninya?
Adakah label halalnya?
Adakah perijinan BPOMnya?

8. Apa saja alasan-alasan yang mungkin mereka paparkan?

9. Apa yang bisa menangkal alasan mereka?

10. Mengapa harus ‘sekarang’?

11. Kemana harus action?

Ayo, kita istirahat dulu sebelum masuk ke pembahasan berikutnya..

Siap untuk lanjut lagi ya..

Nah, sekarang saya tampilkan susunan dari Anatomy Sales Script.


Dari anatomi tersebut, Anda harus ingat bahwa jika kita sering menggunakan yang namanya
‘kontras’ dalam waktu yang berdekatan, maka konsumen tidak akan terdesak untuk membeli.

Hati - hati..!

Misal, Anda memasang harga awalnya mahal terlebih dulu, setelah itu Anda memberikan
diskon yang besar sekali. Semakin sering Anda melakukan ‘kontras’ seperti itu, maka
konsumen akan selalu terbiasa untuk menunggu diskon. Bukan segera membeli. Hal ini disebut
dengan ‘kepergian’, karena konsumen menjadi kebal.

“Boleh menggunakan kontras, tapi sesekali saja.”

Saya cenderung menghindari hal seperti itu, karena saya ingin menjual suatu produk yang Long
last.

Kecuali Anda ingin menjual produk yang tidak Long last, misalnya waktu penjualan dibatasi.
Tapi, kalau dalam hal penjualan buku, menurut saya akan lebih baik jika waktunya tidak
dibatas. Karena buku merupakan barang yang bersifat keilmuan yang akan diturunkan ke
generasi selanjutnya, sehingga ilmu dapat disebarluaskan.

“Jangan pernah membatasi keilmuan, hanya demi uang semata..!”

Jadi, tidak semua poin dalam susunan Anatomy Sales Letter harus dicantumkan. Tergantung
dari produk yang dijual.

Saya beri satu contoh untuk script sales letter dari iklan buku Erbo, semoga dapat memberikan
gambaran, sehingga Anda akan lebih transparan dalam melihat suatu iklan.

Contoh script sales letter Erbo

80 % bisnis online MATI di tahun pertama, karena tidak tahu caranya → extrime pain / problem
(sekaligus Headline, dan langsung membidik target pasarnya yaitu pebisnis online)

Dan kami tidak ingin hal itu terjadi pada Anda.


Kami berkumpul dan menciptakan solusinya, mengerjakannya siang dan malam →

memperbesar effort sehingga terkesan bahwa ilmu tersebut memang didapatkan dengan
banyak perjuangan

Dan sekarang ini, saat ini, solusinya tersaji di tempat Anda.

Ini dia, Erbo, ensiklopedia rahasia bisnis online → solusi


Berisi 23 modul, 127 video panduan, 3176 halaman, yang akan melejitkan bisnis online Anda
sangat-sangat cepat..! → extrime pleasure (membuat orang akan berpikir bahwa dengan
mempelajari buku ini, maka bisnis online nya bisa meroket. “jika tidak mempelajari buku ini,
maka bisnis online saya bisa mati.”)

Erbo adalah kumpulan dari semua buku tentang bisnis online, yang akan melejitkan bisnis Anda
sejak hari pertama..! → kemudahan (memberi jalan keluar yang menyenangkan)
Dan semua akan dibuka secara blak - blakan..!

Dan terperinci hanya di Erbo.

Dalam Erbo, semuanya akan diajarkan secara perlahan, step by step oleh para ahlinya.

Siapa saja?

Ada anu, bapak sosial media Indonesia → otoritas


Ada anu, bapak marketing online Indonesia
Sampai Suryadin, dosen jualan
Dan masih banyak lainnya,

Semua adalah praktisi yang sudah terbukti berhasil dalam bisnis online.
Dan Anda tinggal contek→ kemudahan (terus memperbesar faktor ruas kiri, sehingga hambatan

semakin kecil)

Materi senilai puluhan juta rupiah ini,


bisa Anda dapatkan hanya dengan harga Rp. 20.000 → harga yang menggoda, kontras (dari
puluhan juta ke 20.000)

Anda tidak salah dengar, harganya memang Rp. 20.000

Dan mohon maaf sekali ya, karena sesuai perjanjian dengan berbagai pihak,
Erbo hanya untuk 20.000 orang saja..! → keterdesakan dan kesempatan

Dan setelah itu, Erbo tidak akan pernah dijual lagi selama-lamanya.

Dan jika Anda berpikir jumlah 20.000 orang itu banyak, Anda salah..!
Karena ada jutaan orang di Indonesia yang menonton video ini, yang tertarik juga dalam dunia
bisnis online.

Pastikan Anda menjadi orang yang beruntung untuk mendapatkan buku Erbo ini.
Action sekarang juga..!

Dan jika Anda tidak puas dengan alasan apapun, uang Anda akan kami kembalikan 200%
Sedangkan Erbo tetap menjadi milik Anda. → mengecilkan resiko (dengan garansi)

Ayo sekarang juga isi email Anda dan daftarkan di sini:


KLIK: bit.ly/erbo-yubi → call to action

Beli sekarang juga, sebelum kuota habis..!

Nah, bagaimana, sudah mulai terang ya bayangannya mengenai iklan?

Script ini saya buat sendiri berdasarkan video dari iklan tersebut. Saya tidak janjian dengan
Erbo, susunan dan materi sales letter yang saya ramu sudah ada sejak 2 tahun yang lalu.

Susunan sales letter tidak mesti berurutan, bisa diacak sesuai dengan keperluan dan gaya dari
iklan Anda. Dan tidak harus semuanya ada, yang penting sebagian besar materi sales letter nya
ada.

Akan lebih baik lagi jika Anda membuat iklan untuk produk Anda dalam bentuk video. Karena
sekarang sudah jamannya orang menggunakan video dan lebih suka untuk melihat video.
Apalagi di media sosial seperti facebook, tampilan untuk postingan videonya sudah autoplay.

Hal yang harus Anda ingat dalam membuat iklan adalah:

“Jangan over-promised, hingga membuat pelanggan kecewa.”

“Sebelum upload, baca lah skrip yang Anda buat minimum 3 kali ulangan, dengan teliti, bukan
speed reading.”

“Hilangkan hal yang tak diperlukan, gunakan kalimat efektif.” (saya hampir tidak pernah
menggunakan 2 kata penghubung yang sama dalam 1 paragraf. Misal, Anda sudah memakai
kata ‘tapi’, maka untuk kalimat selanjutnya gunakan lah kata ‘namun’.)

“Sedikit jurus, banyak praktik.” (harus sering berlatih untuk membuat skripnya, karena apa yang
saya contohkan, belum tentu bisa Anda aplikasikan untuk produk Anda)

“Kuncinya, harus sering melakukan tes.” (agar Anda dapat mengetahui dan mengukur
kecakapan Anda dalam membuat skrip)
Semoga Anda bisa memahami, dan selamat berlatih..

Anda mungkin juga menyukai