Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU


2019

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG................................................................. 2
B. TUJUAN................................................................................. 2
C. RUANG LINGKUP................................................................... 3
D. BATASAN OPERASIONAL....................................................... 3
E. LANDASAN HUKUM............................................................... 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................... 6
2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.............................. 6
2.2 DISTRIBUSI KETENAGAAN................................................. 7
2.3 PENGATURAN JAGA........................................................... 7
BAB III STANDAR FASILITAS............................................................. 10
3.1 DENAH LUAR..................................................................... 10
3.2 DENAH RUANG.................................................................. 11
3.3. STANDAR FASILITAS......................................................... 11
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................. 28
4.1.PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN................................. 28
4.2.SISTEM KOMUNIKASI........................................................ 29
4.3 PELAYANAN TRIAGE.......................................................... 30
4.4. PELAYANAN RUANG CRITICAL CARE............................... 36
4.5. TRASPORTASI PASIEN...................................................... 37
4.6. PELAYANAN FALSE EMERGENCY.................................... 38
4.7. PELAYANAN VISUM ET REPERTUM................................... 39
4.8.PELAYANAN DOA (Death On Arrival).................................. 39
4.9. SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT...... 40
4.10. SISTEM RUJUKAN........................................................... 41
BAB V LOGISTIK................................................................................ 43
BAB VI KESELAMATAN PASIEN......................................................... 46
BAB VII KESELAMATAN KERJA......................................................... 48
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU....................................................... 51

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keberhasilan penganggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standard an
terlaksananya system penanggulangan gawat darurat, karena bila mana
keadaan tersebut memerlukan waktu tanggap ( respon time ) yang sangat
terbatas.
Keadaan gawat darurat medic merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba – tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat
agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya
kecacatan yang tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di susunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU Karsa Husada Batu. Di harapkan
dengan tersusunya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat,
baik pra rumah sakit maupun di dalam rumah sakit dengan standar yang
ditentukan.

1.2 TUJUAN PEDOMAN


Tujuan dari di susunnya buku pedoman Pelayanan Instalasi Gawat
Darurat RSU Karsa Husada ini adalah untuk menata Instalasi Gawat
Darurat RSU Karsa Husada agar dapat meningkatkan kemampauan dan
mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan yang terus berkembang, perubahan peraturan
perundang – undangan yang diberlakukan, dan harapan masyarakat.
1.3 RUANG LINGKUP
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triage
5. Pelayanan Critical care

3
6. Tranportasi pasien
7. System komunikasi
8. Pelayanan false emergency
9. System rujukan

1.4 BATASAN OPERASIONAL


 Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
upaya pelayanan yang tersedia di Instalasi Gawat Darurat.
 Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai
tugas pokok di tempat lain, di instalasi kerja di luar di Instalasi Gawat
Darurat.
 Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi
Gawat Darurat
 Triase adalah system seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
yang memerlukan tindakan pertolongan pertama dalam kondisi gawat
darurat.
 Keperawatan kritis ( Critical Care ) adalah merupakan salah satu
spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup dengan cara
penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati – hati terhadap suatu
kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian atau jalan keluar.
 Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostic dan atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat.
Untuk hal – hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan specimen juga
dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
 Pasien tidak akut dan gawat adalah semua pasien yang mengalami sakit
lama dan tidak mengancam nyawa ( false emergency )
 Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
diperiksa/dilihat berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.
 DOA ( Death on Arrival ) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di Instalasi Gawat Darurat.

4
 Keselamatan pasien ( pasien safety ) merupakan suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
 Keselamatan kerja adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.

1.5 LANDASAN HUKUM


Instalasi Gawat Darurat di suatu rumah sakit adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
a. Undang – Undang Repulik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang – Undang Repulik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes RI No. 1045/Menkes/per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Depatemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/Menkes/Per/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Tabel 2.1 Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat RSU Karsa


Husada.
Nama Jabatan Kualifikasi Pengalaman Pelatihan
Pendidikan Kerja
Kepala Minimal Dokter Lebih 2 tahun BLS/PPGD/BTLS/
Instalasi Spesialis ATLS/ACLS
Gawat Darurat
Kepala Minimal D4 Lebih 5 tahun BLS/PPGD/BTLS
Perawat atau S1
Instalasi Keperawatan
Gawat Darurat
Perawat D3 - BLS/PPGD/BTLS
Pelaksana Keperawatan
Pekarya SLTA - BLS
(Pembantu
Perawat)

Table 2.2 Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat RSU Karsa


Husada.

No Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga


1. Dokter 8
2. S1 Keperawatan 5
3. D IV Keperawatan 2
4. D III Keperawatan 7
5. SLTA 4

2.2 DISTRIBUSI KETENAGAAN

6
Distribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat
perbulan. Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar
tenaga perawat RSU Karsa Husada Batu yang telah di buat. Instalasi Gawat
Darurat dapat mengajukan penambahan tenaga kepada Kepala Koordinator
Keperawatan RSU Karsa Husada Batu untuk selanjutnya di koordinasikan
dengan Direktur RSU Karsa Husada Batu dan Bagian Sumber Daya Manusia
(Tata Usaha) untuk pengadaan tenaganya.

2.3 PENGATURAN JAGA

1. Dokter Konsulen

a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing - masing spesilisasi di atur


sesuai jadwal yang ditetapkan oleh masing – masing koordinator
spesialisasi setiap bulan.

b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing – masing spesialisasi oleh
karena suatu hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang ditetapkan harus
memberitahukan terlebih dahulu.

2. Dokter Jaga Instalasi Gawat Darurat

a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut:

- Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB

- Shift Sore : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB

- Shift Malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)

b. Jadwal dokter jaga IGD di susun setiap bulan oleh Koordinator dokter
IGD dengan sepengetahuan Kepala Instalasi IGD dan diperbanyak untuk
di distribusikan pada minggu akhir setiap bulannya kepada dokter jaga
IGD, Instalasi Gawat Darurat, Bagian Tata Usaha, Rawat Inap, dan
Instalasi/bagian lainnya yang terkait.

c. Dokter jaga IGD terdiri dari 1 orang dokter Triase dan 1 orang dokter di
Critical Care, apabila salah satu dokter karena suatu hal atau

7
berhalangan hadir maka dokter jaga bertanggung jawab sepenuhnya di
ruang Triase dan Ruang Critical Care.

d. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah di
tentukan harus mengupayakan mencari penggantinya dan melapor
kepada Kepala IGD.

e. Jadwal jaga dokter IGD terpasang di tempat Jadwal IGD.

3. Perawat

a. Pengaturan jadwal perawat jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut:

- Shift Pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB

- Shift Sore : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB

- Shift Malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)

b. Jadwal perawat jaga IGD di susun setiap bulan oleh Koordinator perawat
IGD dengan sepengetahuan Kepala Instalasi IGD.

c. Perawat jaga IGD terdiri dari 1 orang perawat Triase dan 2 orang perawat
di Critical Care, apabila salah satu perawat karena suatu hal atau
berhalangan hadir maka perawat jaga bertanggung jawab sepenuhnya di
ruang Triase atau Ruang Critical Care.

d. Bila perawat jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah di
tentukan harus mengupayakan mencari penggantinya dan melapor
kepada Kepala Perawat IGD.

e. Jadwal jaga perawat IGD terpasang di tempat Jadwal IGD.

4. Driver ambulan sekaligus Pekarya (pembantu perawat)

a. Pekarya (pembantu perawat) di IGD hanya 1 shift pagi : jam 07.00 WIB –
14.00 WIB.

b. Bila pekarya jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah di
tentukan harus melapor kepada Kepala Perawat IGD.

8
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH LUAR

GEDUNG RAWAT JALAN

DROP ZONE IGD


AMBULAN AMBULAN
IGD
RUANG RUANG IGD
IGD
TUNGGU
RSU KARSA HUSADA FARMASI
IGD
BATU IGD

KAMAR
MANDI
UMUM RADIOLOGI

9
3.2. DENAH RUANG

LOKET PRIO PRIO PRIO PRIORITAS


RITA RITA RITA 2
PEMBAYARAN RUANG S S S
RUANG
TRIASE 1 1 1
TUNGGUN
PASIEN
IGD
LOKET

PENDAFTARAN PRIORITAS
NURSE 2
STATION
IGD CRITICAL
CARE PRIORITAS
2

GU
DA
PRI PRI ISO NG
ORI ORI LA
APOTEK TAS TAS SI
KAMAR POJOK 2 2 SP
DOKTER / IGD OL
PERAWAT PONEK
HO
K
KM PSN KM
PETUGAS

3.3. STANDAR FASILITAS

1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan
tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya
:

 Kasus henti nafas


 Kasus henti jantung
 Pasien yang dicurigai sakit jantung
 Pasien tak sadar kerna berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, dan sebagainya)
 Kasus kejang demam
 Kasus cedera kepala berat

10
 Kasus tenggelam
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :

 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen sentral + selang O2
 Monitor set
 Oksimeter
 Defibrilator
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Papan keras
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Emergency trolley
 Ventilation bag dewasa
 Ventilation bag anak
 Ventilation bag bayi
 Laryngosope + blade
 Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
1. Infus Trolley
 Infusion set (microdip, macrodip, blood set)
11
 Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tourniquet
 Alcohol swab
 Plester
 Gunting plester
2. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan
a. Cairan infus
 RL
 NaCl 0,9%
 D10% (500cc)
 Asering
 Manitol
b. Obat
 Adrenalin injeksi
 Atropine sulfate injeksi
 Morphine injkesi
 Pethidine injeksi
 Diazepam injeksi
 Diazepam suppository
 Dexamethasone injeksi
 Aminophylline injeksi
 Dextrose 40%
 NaCL 0,9% 25 ml
 Aquadest 25 ml
 Natrium bicarbonate
 Lidocaine injeksi
 ISDN
 Asam asetilsalisilat
 MgSO4 20%
 Dopamin injeksi
 Furosemide injeksi
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD RS Baptis
Batu berikut dengan penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :

12
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
1. Adrenalin Anaphylatic Anak : 0,01 ml/kg
1: 100 Ampul shock (iv) Dewasa : 0,5 –
(1 mg/ml) 1 ml
(im/sc/iv)
Diulang tiap 5-
10menit, bila perlu
2. Aminophylline Asthma Anak : 0,1 – 0,5
ampul bronchiale ml/kg (iv,push)
(250 mg/10 Dewasa : 1 ml
ml) (iv,push)
Diulang tiap 5
menit bila perlu
3. Aspirin Acute myocard 1 – 2 tablet
(Aspilet ®) infarct sublingual
80mg/tablet
4. Atropin - Symptomatic 0,5 – 1 mg IV
Ampul bradycardia
0,25 mg/1 ml (>60
x/menit) 1 mg iv push
- Asystole Diulang tiap 3 -5
menit sampai total
0,4 mg/10 kg BB.
Dosis : 1 4 mg IV
- Intoksikasi Diulang tiap 1- -
inteksida 15 menit sampai
atropinisasi
5. Diazepam Kejang Anak 0,25 mg/kg,
(Valium ®) IV pelan
Ampul Dewasa 10 mg, IV
10 mg/2 ml pelan
6. Dopamin Shock yang 2,5 – 20
Ampul belum teratasi ug/kg/min IV drip
200 mg/10 ml dengan
13
pemberian Dosis ginjal 1 – 5
cukup cairan ug/kg/’ drip
Dosis jantung 5 –
10 ug/kg/’ drip
Dosis syok/
Vasopresor 10 – 20
ug/kg/’ drip
8. Morphin AMI 3 – 5 mg IV
Ampul Edem Paru 5 – 10 mg IM
10 mg/1 ml Akut Dapat diulang bila
(TD > 90 perlu
mm/Hg)
9. Glucose 40% Hypoglycemia 25 – 50 ml, IV
Vial 10gr/25 pelan
ml
10. Sodium Bolus 1 meq/kg,
Bicarbonate Metabolic IV pelan
(Meylon ®) acidosis Drip 0,05
Vial 25 meq / meq/kg/menit
25 ml
11. Isosorbide Angina 1 tablet Sublingual
dinitrite Pectoris Diulang tiap 5
(Cedocard ®) menit, max 3
tablet
12. Dexamenthaso Asthma 0,05 – 0,2 mg/kg,
ne Bronchiale IV
(Oradexon ®) Anaphylactic (1 ml untuk 10 –
Ampul 4 reaction 25 kg BB)
mg/1ml
13. Digoxin Flutter / 1 tablet peroral,
(Lanoxin) fibralasi atrial dapat diulang 6
0,25 mg/tablet CHF jam kemudian.

14
14. Pethidin Analgetik kuat 1 mg/kg BB iv/im
Ampul (100
mg/2ml)
15. MgSO4 20%  Ventrikel 5 – 10 ml iv, pelan
Ampul 5 Takikardi – pelan.
gr/25ml (Torsade de
pointes)
Eklampsia 10 ml iv, pelan –
pelan.
16. Lidokain Cardiac 1 mg/kgBB bolus
(Xylocard aritmia pelan-pelan, dapat
500®) (karena MI) diulang 10 menit
Ampul Takikardi kemudian 0,5
(500mg/5 ml) Ventrikel mg/kg lalu drip 2-
4 mg.
17. Combivent Asma 1 amp untuk
nebulizer Bronkhiale pasien dewasa
18. Diazepam Kejang Dewasa : 10 mg
(stesolid ®) rectal
Rectal enema Anak – anak : 5
10 mg/2,5 ml mg rectal
dan 5 mg/2,5
ml
c. Spuit (dengan berbagai ukuran)
d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
e. Glucometer set
3. Ruang Administrasi
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain :
a. Buku register IGD
b. Buku laporan IGD
c. Formulir pemeriksaan penunjang medis
d. Formulir dokumen keperawatan
e. Telepon dalam dan luar
f. Rak brosur
15
g. Meja komputer
h. Komputer
i. Printer
j. Kursi

Adapun kelengkapan alat kesehatan yang diperlukan, antara lain :

a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu refleks
f. Lampu senter
4. Ruang bedah minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan
bedah minor, misalnya :
 Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
 Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture
(thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain
:

a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
 Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair,
H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
 Tromol gauze + gauze steril
 Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
 Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
 Plester + gunting plester
 ABD, berbagai tampon

16
 Sofratulle®
 Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
 Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
 Pisau aesculap
 Berbagai salep antibiotik
 Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
 Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
 Set pemasangan nasogastric tube
 Set pemasangan foley catheter
 Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
 Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
 Operating lamp
 Tempat sampah
 Sarung tangan
 Korentang dan tempatnya
 Scoop strecher
 Skort plastik (apron)

e. Lemari instrumen set


 Sprei lobang
 Baskom steril
 Cath kawat
 Alat buka jahit
 Alat jahit wajah
 Alat jahit isi 6, 7
 Haemostat bengkok
 Haemostat lurus
 Tangkai pisau
 Speculum hidung
 T. Jarum biasa
 T. Jarum besar
 Ring forcep
 Slang karet
 Gunting metz

17
 Catheter tray
 Tebung enema
 Baskom irigasi
 Hak bergigi
 Korentang klem
 Alat vena sectie
 Alat thoracentesis
 Alat umbilikel
 Alat THT
 Slang dubur
 Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tromol kasa
 Bak instrumen
 Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk
memberikan pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai
dengan tujuan utama IGD, yaitu :
 Mencegah kematian dan cacat
 Menerima rujukan pasien gawat darurat
 Menanggulangi korban bencana
 Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :

- Tempat tidur
- Lembar status emergency
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
 Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital
 Dilakukan pemeriksaan fisik
 Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
18
 Menunggu masuk ke ruang rawat inap
 Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
 Menunggu obat
 Menunggu proses penyelesaian administrasi
 Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan
di ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara
lain:

a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set (sentral)
d. Tensimeter dinding
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker
5. Ruang Tindakan Obstetriginekologi/Ponex
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi. Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang
diperlukan di ruang tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinding
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
6. Ruang Spool Hock
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat-alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.

19
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang spool
hock, antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak
7. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta
perangkatnya. Kelengkapan sarana dan lat kesehatan yang
diperlukan di ruang penyimpanan oksigen, antara lain :
a. Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
b. Etiket O2
8. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang,
antara lain :
 Form permintaan Laborat
 Persetujuan tindakan medik
 Form cairan keluar masuk
 Surat persetujuan perawatan
 Data pasien
 Peraturan opname pasien
 Form pemeriksaan fisik
 Catatan/pesan-pesan dokter

20
 Plastik sampah
 Rinso
 Pipet
 Envelope uk. 95 x 152 mm
 Envelope uk. 110 x 230 mm
 Karet gelang
 Clear pembersih kaca
 Pengharum ruangan
 Tissue gulung
 Clips
 Batu baterai kecil
 Batu baterai sedang
 Batu baterai besar
 Lem
 Buku tulis biasa/quarto
 Buku folio kecil panjang
 Form permintaan pemeriksaan USG
 Resep
 Surat rujukan
 Surat keterangan dokter
 Memo
 Pemeriksaaan radiologi
 Form penolakan tindakan medis/opname
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
gudang medis, antara lain :

 Inf. Cath. 14 gr x 2’
 Inf. Cath. 16 gr x 2’
 Inf. Cath. 18 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 20 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 22 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 24 gr x ¾’
 Spuit 1 cc
 spuit 3 cc
 spuit 5 cc
21
 spuit 10 cc
 spuit 20 cc
 spuit 50 cc
 Infus set pediatrik
 Infus set dewasa
 Infus set darah
 Jarum suntik 18
 Jarum suntik 20
 Jarum suntik 23
 Jarum suntik 25
 RL 500 cc
 NaCl 3% 500 cc
 NaCl 500 cc
 NaCl 1000 cc
 D5 500 cc
 Asering
 Kaen 3 B
 D10 500 cc
 Folleycath No. 8
 Folleycath No. 14
 Folleycath No. 16
 Folleycath No. 18
 Folleycath No. 20
 Slang lambung No. 4
 Slang lambung No. 16
 Slang lambung No. 18
 Jelly
 Sofratul
 Electroda
 Hansaplast
 Leukopon 2.5 cm x 9.2 m
 Leukocrefe 7.5 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 10 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 15 cm x 5 m

22
 Verband gulung 5 cm
 Verband gulung 10 cm
 Kondom cath
 Urine bag
 Endotracheal tube no. 6
 Endotracheal tube no. 7
 Endotracheal tube no. 7.5
 Endotracheal tube no. 8
 Meylon 84 25 cc
 Dextrose 40% 25 cc
 Spatel tongue
 Catheter tip
 Spinal needle no. 23
 Sarung tangan 6 ½
 Sarung tangan 7
 Sarung tangan 7 ½
 Alkohol
 Savlon
 Kapus
 H2O2
 Bethadine cair
 EKG rol
 Formalin 10%

9. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain:
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung
10.Ruang Istirahat Dokter Jaga

23
Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat dokter
jaga, antara lain:
a. Tempat tidur
b. Telepon dalam
c. Televisi
d. Kursi
11.Ruang Ganti Perawat
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang ganti perawat, antara
lain :
a. Pipa penggantung baju
b. Hanger
12.Ruang Tunggu Pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
 Menunggu pemeriksaan fisik/ ukur tanda-tanda vital
 Menunggu hasil (laboratorium dan X - Ray)
 Menunggu penyelesaian proses administrasi
 Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien, antara
lain :

a. Kursi
b. Tempat sampah
c. Rak brosur
13. Ruang Transit atau IW
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang mau rawat inap dari igd
maupun poliklinik yang mau rawat inap tetapi belum dapat kamar
maksimal 1x24jam

24
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1.PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN

Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran


pasien antara jam 07.00 WIB – 14.00 WIB diloket Poliklinik menjadi satu dengan
pendaftaran pasien poliklinik, sedangkan jam 14.00 WIB – 07.00 WIB
pendaftaran pasien di loket pendafatran IGD. Pasien dilayani terlebih dahulu,
baru kemudian keluarga mendaftar ke loket pendaftaran untuk mendapatkan
status rawat jalan. Setelah di lakukan pemeriksaan dan tindakan pasien atau
keluarga pasien menyelesaikan administrasinya.

Setelah mendapatkan pelayanan yang cukup ada beberapa kemungkinan yang


terjadi pada pasien, antara lain:

1. Pasien langsung boleh pulang.


Setelah mendapatkan pelayanan pasien menyelesaikan administrasinya
kemudian pasien diperbolehkan pulang.
2. Pasien di rujuk/dikirim ke rumah sakit lain
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan indikasi pasien
untuk dirujuk atau alih rawat atas permintaan sendiri maka pasien akan
dirujuk sesuai dengan indikasi dan sesuai prosedur yang berlaku di RSU
Karsa Husada Batu.
3. Pasien harus di rawat/opname.
a. Pasien yang sudah di seleksi dan mempunyai indikasi untuk dirawat,
pasien atau keluarga akan di beri pengantar untuk mendaftar rawat
inap diloket pendaftaran untuk mendapatkan status rawat inap.
Petugas loket pendaftaran harus mencarikan kamar untuk pasien
sesuai penyakitnya.
25
b. Setelah mendapatkan status rawat inapnya, kemudian di serahkan ke
petugas IGD untuk dilengkapi administrasinya dan mengkonfirmasi
ruangan sebelum pasiennya di antar.
c. Bagian pendaftaran akan mengecek data identitas rekam medis untuk
mengetahui pasien pernah dirawat atau berobat ke rumah sakit.
d. Bagi pasien yang belum pernah dirawat atau periksa atau berobat ke
rumah sakit akan diberikan nomer rekam medis baru.
e. Apabila pasien sudah pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka
akan diberikan rekam medic sesuai dengan nomor yang dimiliknya.
f. Petugas pendaftaran harus selalu memberikan penjelasan tentang
ruangan perawatan, situasi ruang perawatan, tarif ruang perawatan,
dan aturan – aturan yang berlaku di lingkungan RSU Karsa Husada
Batu baik pasien umum atau asuransi.

4. Pasien meninggal dunia


a. Jika meninggal di IGD, jenazah di tempatkan di ruang tersendiri dan
menunggu minimal 2 jam setelah di nyatakan meninggal dunia, jika
pada jam kerja jenazah akan di bawa ke ruang jenazah, jika pada sore
atau malam jenazah dipulangkan langsung dari igd.
b. Keluarga menyelesaikan administrasinya, kemudian jenazah di
perbolehkan di bawa pulang dengan menggunakan ambulan jenazah.

4.2.SISTEM KOMUNIKASI

Komunikasi sangat berperan penting dalam penanggulangan penderita


gawat darurat “time saving is life limb saving “. Selain itu kondisi
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu
dapat menimbulkan korban individu atau juga korban missal.

Komunikasi sebagai subsistem penunjang penanggulangan penderita


gwat darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi
Instalasi Gawat Darurat RSU Karsa Husada Batu siap 24 jam menggunakan
sarana komunikasi intern dan ektern:

a. Intern dengan ext. 107


b. Extern dengan hotlin (0341) 591036, 596898 ext 107

26
4.3 PELAYANAN TRIAGE

Triage adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga


pasien terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat
kegawat daruratannya.

Triage di RSU Karsa Husada Batu menggunakan system PACS. Pengumpulan


data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena
pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien.
Perawat dan dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area
pengobatan yang tepat. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali
ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat
sedikitnya setiap 30 menit.

Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat
darurat, pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru akan mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa
pasien mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien
ditangani dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data
subyektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data
pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari
pasien.

Teknik penilaian untuk triase yang aman


1. Penilaian bahaya lingkungan
Ini adalah langkah pertama untuk praktek yang aman di triase. Perawat
Triage harus memahami protocol keamanan internal. Selain itu, perawat
Triage harus memperhatikan standar pencegahan setiap kali ada potensi
pajanan terhadap darah atau cairan tubuh lainnya.
Perawat Triage harus menyadari risiko yang terkait dengan meninggalkan
daerah triase untuk mengambil pasien dari kendaraan atau area penerimaan
rumah sakit. Kebijakan lokal akan menentukan prosedure dalam hal ini,
tetapi prinsip umum adalah bahwa meja triase seharusnya tidak pernah

27
ditinggalkan dan anggota staf tidak boleh menempatkan dirinya dalam situasi
di mana bantuan tambahan tidak dapat dimobilisasi.
Sebagai bagian dari menjaga lingkungan yang aman, perawat Triage
harus memastikan bahwa peralatan untuk memberikan bantuan hidup dasar
(-Bag valve and mask dan suplai oksigen) tersedia di triase. Demikian juga,
diperlukan peralatan yang sesuai dengan standar kewaspadaan (standard
precaution ). Pada awal tiap shift, para perawat Triage harus melakukan
pemeriksaan keselamatan dasar dan lingkungan area kerja untuk
mengoptimalkan keamanan lingkungan dan pasien.
2. Penampilan umum
Ini merupakan komponen penting dari penilaian triase. Pengamatan dari
penampilan dan perilaku pasien ketika mereka tiba memberitahu kita banyak
tentang status fisiologis dan psikologis pasien. Perhatikan secara khusus
sebagai berikut:
• Amati mobilitas pasien ketika mereka mendekati area reseption. Apakah
normalatau terbatas? Jika terbatas, dengan cara apa ?
• Tanyakan diri Anda pertanyaan 'Apakah pasien ini terlihat sakit? "
• Perhatikan bagaimana pasien berperilaku.
Survei primer membantu melakukan praktek yang aman di UGD. Ketika
penilaian lingkungan dan penampilan umum pasien lengkap ( harus
dilakukan beberapa detik), survei primer harus segera dimulai.
3. Airway
Selalu memeriksa patensi jalan nafas, dan pertimbangkan tindakan
untuk pencegahan cedera servikal jika ada indikasi .Jika jalan nafas
tersumbat atau adanya risiko langsung ke saluran napas harus dialokasikan
kategori P1 (ini termasuk pasien yang tidak berrespons dengan GCS <9 dan
penyitaan kejang berkepanjangan).
Pada orang dewasa, stridor terjadi ketika lebih dari 75 persen dari lumen
jalan napas telahtersumbat, pasien ini telah mengalami masalah pada survei
primer dan membutuhkan manajemen jalan nafas definitif, sehingga pasien
harus dialokasikan ke kategori triage tinggi. temen Kesedan
4. Breathing
Penilaian pernapasan meliputi penentuan frekuensi pernapasan dan
kerja pernapasan. Pasien dengan bukti disfungsi pernapasan selama

28
penilaian triase harus dialokasikan pada kategori triage tinggi. Pasien
dialokasikan untuk kategori triage rendah P3 harus memiliki fungsi
pernafasan normal. Hal ini penting untuk mendeteksi hypoxaemia. Hal ini
dapat dideteksi dengan menggunakan pulse oksimetri
5. Sirkulasi
Penilaian sirkulasi meliputi penentuan denyut jantung, nadi dan
karakteristik nadi , indikator kulit, asupan dan haluaran oral . Adalah
penting bahwa hipotensi seharusnya terdeteksi selama penilaian triase untuk
memfasilitasi penanganan dini dan aggressive. Meskipun tidak mungkin
untuk mengukur tekanan darah pada triase, indikator lain status
hemodinamik harus dipertimbangkan, meliputi nadi perifer, status kulit,
tingkat kesadaran dan perubahan denyut jantung.Pasien dengan bukti
gangguan hemodinamik (hipotensi, hipertensi berat, takikardia atau
bradikardia) selama penilaian triase harus dialokasikan kategori triage tinggi.
Pasien dialokasikan untuk kategori triage rendah P3 harus memiliki fungsi
peredaran darah normal.
6. Disablity
Penilaian ini meliputi penentuan AVPU, GCS dan / atau tingkat
kemampuan aktivitas, penilaian kehilangan kesadaran, dan penilaian nyeri.
perubahan tingkat kesadaran adalah indikator penting dari risiko penyakit
serius atau cedera. Pasien dengan kelainan tingkat kesadaran harus
dialokasikan untuk kategori triage yang lebih tinggi.
Penilaian awal ini intinya adalah

1. Primay survey itu penanganan ABCDE dan resusitasi. Di sini di cari dan
resusitasi. Disini dicari keadaan yang mengancam nyawa dan apabila
menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE yang
dimaksud adalah :

A : Airway dengan control cervical

B : Reathing dan ventilasi

C : Circulation dengan control perdarahan

D : Disability, status neurologis dan nilai GCS

E : Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi


29
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (
folly catheter ), Kateter lambung ( NGT ), pemasangan heart monitor dan
pemeriksaan laboratorium atau rontgen.

2. Secondary survey

Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki,
dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari ( tub finger in
every orifice ).

a. Anamnesis melalui pasien, keluarga dan petugas pra hospital meliputi :

A : Alergi

M : Medikasi / obat-obatan

P : Past illness / penyakit sebelumnya yang menyertai

L : Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa

E : Event / hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cidera.

b. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit (
BTLS ). Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll,( memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh ). Cek tanda-tanda vital

A. Evaluasi Visual atau Pengamatan


1. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan
memerlukan pertolongan segera langsung di arahkan ke IGD.
2. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan
segera akan di arahkan ke poliklinik
3. Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka
pasien akan disarankan di rujuk
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik.
C. Laboratorium atau pemeriksaan imaging ( penunjang )
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium memberikan data diagnostik

30
penting yang menuntun penilaian awal. Pastikan hemodinamik cukup
stabil saat membawa pasien ke ruang radiologi. Pemeriksaan
laboratorium untuk pasien IGD dengan mempertimbangkan kondisi
pasien, maka petugas laboratorium yang akan ke IGD untuk pengambilan
sample. Kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan di
konsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit konsultasi bisa di lakukan
melalui IGD atau di arahkan ke praktek di poliklinik.

Kecelakaan

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya


mendadak, tidak dikehendaki sehingga meimbulkan cidera(fisik, mental,
sosial).
a. Cidera
Masalah kesehatan yang di dapat / dialami sebagai akibat dari
kecelakaan.
b. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang megakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tatanan kehidupan dan
penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang memerlukan
bantuan dan pertolongan.

4.4. PELAYANAN RUANG CRITICAL CARE

Dalam upaya pelaksanaan pelayan di IGD diberlakukan kasus emergency


dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien emergency adalah
kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat, Prioritas 2 (P2) yaitu pasien
gawat tidak darurat dan atau pasien darurat tidak gawat. Sedangkan pasien
yang termasuk false emergency adalah kasus Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak
gawat tidak darurat dan kasus Prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang datang dalam
keadaan sudah meninggal dunia(death on arrival).

31
Di dalam upaya pelayanan Critical Care dibedakan sesuai dengan klasifikasi
pasien menurut tingkat kegawatdaruratannya yang diberikan kode sesuai
warna triage. Kartu warna yang digunakan adalah:

1. MERAH : korban yang membutuhkan stabilisasi dan resusitasi,


misalnya:
 Semua jenis syok
 Gangguan pernafasan
 Trauma kepala dengan pupil an isokor
 Perdarahan eksternal massif
 Gangguan jantung yang mengancam
 Luka bakar >50%
2. KUNING : korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
 Korban dengan rsiko syok ( korban dengan gangguan
jantung, trauma badomen berat)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Trauma kepala
 Gangguan kesadaran
 Korban dengan status tidak jelas
3. HIJAU : kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan ditunda, misalnya:
 Fraktur minor
 Luka minor
 Luka bakar minor
4. HITAM : korban yang telah meninggal dunia, disalurkan kamar
jenazah.

4.5. TRASPORTASI PASIEN

Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam upaya


pelayanan gawat darurat. Melalui trasportasi kita dapat membantu penanganan

32
penderita gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan transportasi kepada
penderita gawat darurat, perlu diperhatikan beberapa peunjuk di bawah ini:

1. Persiapan alat
a. Ambulan
b. Kursi roda
c. Brankard
d. Alat – alat penunjang hidup lainnya
2. Cara kerja
a. Dari kendaraan menuju rung triage:
o Bila pasien masih bisa berjalan, pasien berjalan sendiri ke ruang
triage.
o Bila pasien tidak bisa berjalan, menggunakan kursi roda atau
brankard dibantu perawat atau pekarya
b. Ketempat pemriksaan X-ray, diantar minimal 1 orang perawat atau
pekarya.
c. Keruang perawatan diantar minimal 1 orang perawat atau pekarya.
d. Ke ICU / Kamar Bedah, bila terjadi gangguan ABC (Airway, Breathing,
Circulation) pasien diantar minimal 2 orang perawat termasuk dokter
untuk mempertahankan ventilasi selama dalam perjalanan.
e. Kerumah sakit lain:
o Bila tidak ada masalah ABC, pasien tidak di antar petugas dan
membawa surat rujukan.
o Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan harus memakai ambulans.

4.6. PELAYANAN FALSE EMERGENCY

Pasien tidak akut dan gawat adalah semua pasien yang sakit lama, tidak
mengancam nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam memberikan
pelayanan false mergency adalah sebagi berikut:

1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasienn yang mengalami


penyakit akut dan gawat “ True Emergency “ bukann berdasarkan urutan
kedatangan pasien.

33
2. Kasus – kasus yang tidak tergolong akut dan gawat “false emergency”
akan mendapatkan pelayanan setelah kasus “true emergency” terlayani.
3. Pada jam kerja jam 07.00 WIB – 14.00 WIB setiap hari Senin – Jumat,
kasus – kasus false emergency akan di alihkan ke Poliklinik.

4.7. PELAYANAN VISUM ET REPERTUM

Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat olerh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yabg berwajib mengenai apa yang dilihat /
diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk ke[pentingan
pengadilan.

Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan Visum Et Repertum


adalah sebagai berikut :

1. Penyidik (Polisi) membawa surat psermintaan terrtulis dari pihak yang


berwajib (Kepolisian) untuk prmbuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara obyektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada rekam medic jika
kejadiannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

4.8.PELAYANAN DOA (Death On Arrival)

DOA (Death On Arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien


sampai IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA menunggu selama 2 jam
di IGD ditempatkan di P0 selanjutnya jenazah bisa langsung di bawa pulang
setelah menyelesaikan administrasinya dan disertai Surat Keterangan
Kematian.

Jika DOA pasien tanpa identitas atau Mr. X, jenasah akan di pindah ke
ruang jenazah untuk sementara maksimal 4 jam, selanjutnya pihak IGD akan
berkoordinasi dengan pihak Kepolisian untuk pengiriman jenazah ke RSUD. Dr.
Saiful Anwar Malang.
34
4.9. SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT

IGD RSU Karsa Husada Batu diklasifikasian sebagai Instalasi Pelayanan


Gawat darurat klas II, karena telah memiliki dokter spesialis empat besar yang
siap dipanggil (on-call), dokter umum yang siaga di tempat (on –site) 24 jam yang
memiliki kualifikasi pelayan GELS (General Emergency Life Support) dan mampu
memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi
untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.

Sarana penunjang pelayanan :

1. Penunjang medis :pelayanan radiologi, laboratorium, farmasi


2. Penunjang non medis : telepon dan ambulan

Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :

1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomer telpon yang bias dihubungi

Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans,


petugas IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapaun
informasi pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata
laksana sebagai berikut:

1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans


tidak harus menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah
sakit
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di dalam mobil
ambulans harus menginformasikan keadaan pasien saat itu ke
petugas IGD di rumah sakit dengan menggunakan sarana
telekomunikasi handphone.

4.10. SISTEM RUJUKAN

Rujukan pasien dari RSU Karsa Husada Batu hanya dilakukan oleh
Dokter Penanggung Jawap Pasien (DPJP) atau atas persetujuan dari DPJP.
35
Dokter jaga IGD sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkonfirmasikan
pasien tersebut kepada dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya atau
DPJP. Adapun bentuk rujukan yaitu :

1. Alih rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
o Tidak dokter spesialis yang kompeten
o Trauma dengan kemungkinan perdarahan intra cranial
o Atas permintaan pasien
o Dugaan kasus SARS, flu burung, flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik
o CT Scan
o Pemeriksdaan penunjang lain yang dianggap perlu yang tidak dapat
dilakukan di RSU Karsa Husada Batu
3. Specimen
o Darah
o Urine
o Jaringan
o Mucus / sekret

36
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alat kesehatan meliputi


pemesanan, pengambilan, penyimpanan dan pencatatn obat / alat kesehatan
untuk pasien – pasien IGD.
Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat
a. Lembar stock obat
b. Buku keluar masuk / masuk obat.
c. Buku inventaris obat.
d. Blanko pemesanan alkes dan obat.
e. Buku laporan harian pemakaian.
2. Setiap hari petugas CSSD mengambi alat dan menyeteril alat
kesehatan yang sudah diapakai kemudian di simpan di tempatnya.
Setiapkali mau pakai harus sudah siap.
3. Pemesanan alat kesehatan di lakukan oleh perawat penanggung jawab
dinas pagi setiap bulannya melakukan pemesanan alat kesehatan
yang di tanda tangani kepala perawat IGD dengan jumlah yang sesuai
dan harus cukup dalam 1 bulan
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan secara tertulis ke bagian gudang
instalasi farmasi dengan mengisi formulir pengambilan barang yang
di tanda tangani Kepala IGD.
b. Formulir di serahkan ke bagian gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian IGD mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang. Formulir tersebut diajukan terlebih

37
dahulu ke Kepala Bagian Pelayanan untk di ketahui,
dipertimbangkan dan di setujui serta di tanda tangani oleh kepala
IGD dan kepala Bagian Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah di setujui oleh Kepala Bagian
Pelayanan akan diajukan kepada tim pengadaan barang untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan barang akan berkoodinasi dengan penanggung
jawab anggaran untuk melakukan lelang atau negosiasi penawaran
harga untuk mendapatkan kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah ke bagian petugas pembelian
untuk membeli barang – barang sesuai dengan kebutuhan bagian
yang meminta. Dalam hal kebutuhan rutin yangb telah dilakukan
kerja sama, maka pembelian dapat langsung di lakukan ke
pemasoknya setelah ada pengesahan dari pemasoknya.
e. Bagian atau petugas pembelian melakukan transaksi atas
pembelian barang – barang sesuai permintaan baik barang – barang
rutin atau barang – barang non stok.
f. Pemasok mengantar barang ke RSU Karsa Husada sesuai denga
pesanan dan diterima oleh bagian gudang dam memerisa
kesesuaian barang baik jenis. Merk, spike maupun jumlah
pesanan.
g. Kemudian didistribusikan ke IGD RSU Karsa Husada.
h. Petugas IGD menginventarisasi alat – alat yang datang.

38
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1. PENGERTIAN

Keselamatan pasien (pasient safety) adalah suatu system dimana rumah


sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi : assesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. System tersebut di harapkan dapat mencegah terjadinya resiko cidera
yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

6.2. TUJUAN

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan


masyarakat.

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.

4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3. TATALAKSANA KESELAMATAN KERJA

1. Keselamatan pasien merupakan hal yang paling utama dalam


pelayanan di IGD.

2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.

39
3. Terdapat system pelayanan komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalisir terjadinya kasus yang tidak di
harapkan (KTD).

4. Setiap pasien yang baru masuk melalui IGD harus mendapat penilaian
langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi
kegawatdaruratannya.

5. Pasien yang mengalami kondisi gawat darurat yaitu yang mengancam


keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD.
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila kasus pasien
dianggap tidak berbahaya.

6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status


maupun gelang identitas.

7.Segala bentuk pemindahan pasien, baik keruang perawatan atau ke


kamar operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui
oleh kepala perawat jaga saat itu.

8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien:


sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.

9. Terdapat evaluasi berkala terhadap kelengkapan sarana dan


prasarana.

10.Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu:

- Insiden keslahan identifikasi kedaruratan pasien.

- Insiden pasien jatuh.

- Insiden kejadian infuse blong.

- Insiden kesalahan pemberian obat.

- Insiden kesalahan cara pemberian obat.

- Insiden kesalahan persiapan operasi.

-Insiden kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.

40
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

7.1. PENGERTIAN

Keselamatan kerja asmerupakan suatu system dimana rumah sakit


membuat kerja / aktifitas karyawan lebih aman. System tersebut dihrapkan
dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi
ataupun rumah sakit.

7.2. TUUAN

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di lingkungan RSU Karsa


Husada Batu.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,


cara dan proses kerja.

4. Menyelesaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan


yang bahaya kecelakaanya menjadi bertambah tinggi.

7.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA

a. Setiap petugas medis atau non medis menjalankan prinsip


pencegahan infeksi, yaitu:

- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat


menularkan penyakit.

- Menggunakan alat pelindung ( sraung tangan, kacamata, sepatu


boots/alas kaki tertutup, celemek, masker,dll ) terutama bila
terdapat kontak dengan specimen pasien yaitu urinr, darah,
muntahan, secret, sputum, dll.

41
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien,
sesuai prosedur yang ada, misalnya memasang kateter, injeksi,
menjahit luka, memasang infus dan lain – lain.

- Mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum dan sesudah


menangani pasien.

b. Terdapat sampah infeksius dan non ikfeksius.

c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :

- Dekontaminasi dengan larutan klorin.

- Pencucian dengan sabun.

- Pengeringan.

d. Menggunakan baju kerja yang bersih.

e. Melakukan upaya – upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :

- HIV / AIDS (sesuai dengan prinsip pencegahan infeksi)

- Hepatitis B / C (sesuai dengan prinsip pencegahan infeksi)

- Flu burung

Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam


menghadapi kasus penderita dengan dugaan flu burung :

 Cuci tangan, dilakukan dibawah air mengalir ndengan


menggunakan sikat selama 5 menit, yaitu dengan menyikat
seluruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memriksa
penderita.
 Memakai masker N95 atau minimal masker.
 Menggunakan pelindung wajah / kacamata google bila
diperlukan.
 Menggunakan apron atau gaun pelindung.
 Menggunakan sarung tangan.
 Menggunakan pelindung kaki / sepatu boot
42
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Beberapa indikator mutu dalam upaya pelayanan gawat darurat sebagai


berikut:

1. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat (KPPGD)


Pelayanan Pertama Gawat Darurat dikatakan terlambat apabila
pelayanan terhadap penderita gawat darurat yang dilayani dengan
tindakan life saving oleh petugas gawat darurat lebih dari 5 menit.
Petugas gawat darurat adalah petugas yang bekerja di Ruang Gawat
Darurat, yang telah dilatih PPGD. Tindakan Darurat atau life saving
adalah tindakan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa manusia
yang sedang terancam karena suatu penyakit atau luka – luka yang di
deritanya..
Rumus :
Banyaknya penderita gawat darurat yg
dilayani dalam 5 menit perbulan
KPPGD = ------------------------------------------------------ x 100%
Total penderita gawat darurat
pada bulan tersebut

Analisis harus dilakukan secara berkala 3 (tiga) bulan sekali secara


terus menerus. Yang harus disimpulkan dari analisis ini adakah
kecenderungan (trend) dari Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat
Darurat.

2. Angka Kematian (AK) di IGD


Rumus :
Jumlah kematian
AK = --------------------------------------------- X 100%
Jumlah pasien IGD
43
Angka kematian ini harus dikumpulkan dan dilaporkan setiap 3 bulan
sekali. Yang perlu diperhatikan adalah kecenderungan angka kematian
ini dari waktu ke waktu. Tidak dimasukkan didalamnya angka kematian
ini DOA 9Death On Arrival).

44
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami


mengajak semua pihak yang bekerja di RSU karsa Husada Batu untuk dapat
bersama sama membina dan mengembangkan system pelayanan di IGD.
Semua petugas baik tenaga medis, perawat, maupun non medis yang berakitan
dengan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati
ketentuan yang telah di atur dan digariskan didalam buku pedoman ini.

45

Anda mungkin juga menyukai