Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok
dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga mmpelajari
berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah metematika, fisika biologi, kimia, dan
masih banyak cabang ilmu lainnya, ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu
farmasetika (Anief,2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembukaan bahan obat-obatan,
seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga
siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan
teknologi pembuatan obat (Syamsuni,2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar.Guna mencegah, meringankan,
maupun menyembuhkan penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat
terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan pada
(Ansel,1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yanf dapat larut, cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lainnya yang sesuiai.Kapsul dapat didefinisikan
sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dimasukkan
kedalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatine yang sesuai.
(Ansel,1989).
Kapsul memiliki cangkang keras (capsul durae, hard capsul) yang terdiri atas
bagian bawah dan tutup (capsulae overculatae) yang terbuat dari metal selulose,
geltin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Kapsul juga memiliki cangkang lunak

1
(capsulae moles, soft capsul) yang merupakan suatu kesatuan yang berbentuk bulat
atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang terbuat dari gelatine (kadang
disebut gel lunak) atau bahan lain yang sesuai.
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan kapsul
yang baik dan benar serta, apa saja yang harus diperhatikan saat pembuatan kapsul
maka dilakukan praktikum ini.
1.2 Maksud dan tujuan
1.2.1 Maksud
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
pembuatan kapsul sehingga menjadi sediaan yang siap pakai.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari proses perhitungan dosis pada
sediaan kapsul.
1.2.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara pembuatan
kapsul sehingga menjadi sediaan yang siap pakai.
2. Agar masiswa dapat mempelajari proses perhitungan dosis pada sediaan kapsul

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen Pom (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang
kapsul keras atau lunak, sedangkan menurut Ansel (2005),Kapsul dapat didefinisikan
sebagai bentuk sediaan padat, diamana suatu macam obat atau lebih dan atau bahan
inert lainnya yang dimasukkan kedalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut
dalam air.
2.2.2 Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu :
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin,
gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan
warna adalah untuk menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya,
kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut : No. 000, 0, 1, 2,
3, 4, 5 kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap,
terlindungi dari abu, kelembapan dan temperature yang ekstrim (panas).
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna
macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul
gelatin keras yaitu gula diganti dengan plastizer digunakan gliserin dan
sorbitol atau campurlah kedua tersebut, atau polihidris alcohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya di isi dengan serbuk, butiran, atau
granula.Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan kedalam kapsul
cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, sala satu teknik
penutup harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran.Kapsul
cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan

3
bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis
tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibilitas merupakan kelebihan kapsul
cangkang keras dibadningkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang
lunak.
2.2.3 Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu :
1. Dengan Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta , selanjutnya tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusi.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dengan pengerjaan yang
dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri
atas dua bagian yaitu bagian tetap dan bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka,
mengisi sampai menutup kapsul.
2.2.4 Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dengan nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya
ukuran (00) adalah ukran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien (Dirjen
POM,1995).

4
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo,2004).
No.ukuran Asetosa al (gr) Natrium bikarbonat NBB (gr)

000 1 1,4 1,7


00 0,6 0,9 1,2
1 0,5 0,7 0,9
2 0,3 0,5 0,6
3 0,25 0,4 0,5
4 0,2 0,3 0,4
5 0,15 0,25 0,25
6 0,1 0,12 0,12

2.3.5 Cara penyimpanan kapsul


Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah
mengalami peuraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam
lauran berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada pembuatannya
ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang
kapsul. Bila mana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi,
penambahan uap air akan diabsorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul
tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel,1998).
Cangkang kapsul kelihatnnya keras,tetapi sebenaryan maasih mengandung air
dengan kadar 10-15 % menurut farmakope Indonesia edisi IV dan 12-16% menurut
literature dari syamsuni 2006. Jika disimpan ditempat yang lembab kapsul akan
menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu
didapat menyerap air dari udara, sebaliknya jika disimpan ditempat yang berlaku
kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadirapuh dan mudah pecah
(Syamsuni ,2006).

5
2.2.5 Keuntungan dan Kerugian kapsul
a. Keuntungan kapsul Menurut syamsuni (2006), yaitu :
1. Bentuknya menarik dan praktis
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan
berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalamlambung sehingga obat cepat
diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengobinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan
atau atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
b. Kerugian kapsul Menurut syamsuni (2006) yaitu :
1. Tidak bias untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak
tahan penguapan.
2. Tidak dapat untu zat-zat yang higroskopis ( menyerap lembab ).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul
4. Tidak dapat untuk balita
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
2.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM,1979 ; Anjasari, 2014 ; Rowe,et al, 2009)
Nama zat aktif : Alkohol
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H50H
Berat Molekul : 46,07 gr/mol
Rumus Struktur :

6
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, mudah terbakar
dan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam kloform p
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam tempat tertutup rapat dan disimpan dalam suhu
ruangan.
Khasiat : Sebagai zat aktif
Kegunaan : Untuk saluran pernafasan kronis, seperti bromitis.

2. Ibu Profen (Dirjen POM,1997)


Nama zat aktif : IBU PROFEN
Nama lain : Ibu profen, Ibu Profens, Ibu Proferox
Rumus molekul : CH3H18O2
Berat molekul : 206,09 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih,


Kelarutan : Tidak larut dalam air,sangat mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Disimpan dalam tempat yang tertutup.
Kegunaan : Sebagai Zat Aktif
Khasiat : Untuk saluran pernafasan kronis, seperti bromis

7
1. Amoxicillin (Dirjen POM,1995 ; Rowe, et all, 2009 ; Team ; medical
mininotes, 2017)
Nama resmi : Amoxicillin
Nama lain : Amolin, Amopenixin.
Rumus molekul : C6H19H3O5S3H2O
Berat molekul : 419,449 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur, putih, praktis, tidak berbau.


Kelarutan : Sukar larut dalam air dalam etanol tidak larut dalam
karbontetraklorida dalam kloform.
Peyimpanan : Wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali
Khasiat : Untuk pengobatan saluran nafas.
Kegunaan : Sebagai zak aktif.

2. Laktosa (Depkes, 1979)


Nama zat aktif : Laktosa
Nama lain : B-D galetophy ronsy-1-ov]-p-glukosa
Rumus molekul : CH12H22O11H2O
Berat molekul : 151,16 gr/mol
Rumus struktur :

8
Pemerian : Serbuk hablur, tidak berbau,rasa agak manis.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Meningkatkan penyerapan mineral
Kegunaan : Zat tambahan.

3. Paracetamol ( Dirjen POM, 1995; lusi,2015)


Nama resmi : Paracetamol
Nama lain : 4-Hidrosisdonida
Rumus molekul : C8H9H2O
Berat molekul : 151,16 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau dan rasa pahit.


Kelarutan : Larut dalam air mendih dan dalam larutan natrium
hidroksidamudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan tidak tembus cahaya.
Khasiat : Analgetik dan antipiretik.
Kegunaan : Sebagai zat aktif

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Praktikum mengenai kapsul di laksanakn di laboratorium teknologi farmasi,
fakultas olahraga dan kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo pada hari senin,
tanggal 08 November 2018 pukul 14.00-17.00 WITA.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi lumpang, alu, lap halus, lap
kasar, dan spatula.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi Alkohol 70 %, Copy resep, Etiket,
kertas perkamen, Amoxicilli, Paracetamol, Ibu profen, Laktosa.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Obat Campuran
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Di bersihkan menggunakan alcohol 70%
3. Dihitung obat Ibu profen, PCT, sebesar 150 mg, 2 tab, dan 2,5 tab.
4. Digerus obat CTM, Ibu profen, dan PCT, yang akan digunakan dalam
lumpang dan alu.
5. Ditimbang obat Ambroxol, PCT, dan GG.
6. Diletakkan diatas kertas perkamen dan dibagi sebnaayak 8.
7. Dimasukkan kedalam cangkang kapsul.
8. Ditambahkan zat tambahan berupa laktosa.
9. Ditutup cangkang kapsul.
10. Dibersihkan kapsul.
11. Dikemas dalam plastik obat.
12. Diberi etiket putih.

10
3.4 Deskripsi Resep
3.4.1 Resep
dr. Benny Tandean
SIK : 214/FM/GTLO/003
Jl. S. Limboto No. 214
Telp : 0435 890136
Gtlo, 03-12-2018

R/ Ibu Profen 150 mg


CTM 5 Tab
PCT 10 Tab
Amoxicillin
m.f.pulv da in caps No.X
∫ b.dd 1 caps p.c
Pro : Tn. Akbar
Umur : 58 Tahun

3.4.2 Narasi Resep


3.4.2.1 Narasi resep perkata
Singkatan Latin Nama Latin Arti

∫ Signa Tandai

100 Centum Seratus

250 Ducenta Quinguaginta Dua ratus lima puluh

2 Duo Dua

10 Decem Sepuluh

1 Unus Satu

3.d.d Ter de die Tiga kali sehari

d.t.d Da tales doses Berikan sekian takaran

11
m.f Misce fac Campur dan buatlah

Mg Miligramma Milligram

No Nomero Sebanyak

p.c Post coenam Seduah makan

Pro Pro Untuk

Pulv Pulvis Serbuk

R/ Recipe Ambilah

X Decem Sepuluh

3.4.2.2 Narasi Resep Dalam Bahasa Latin


Recipe, Amoxicillin dou centum quingueqinta miligrama misce fac pulveres
dataoes dosis nomera 8 miligrama decem signa ter de die umus pos come.
Recipe paracetamol dou centum quinguenta miligrama,Amroxol pars tree tubulla,GG
pars tertia tubulla. Misce fac pulveres datales dosis vomere 8 signa bis de die unus
pos come ( Syamsuni,2006 ).
3.4.2.3 Narasi resep dalam bahasa Indonesia
Ambillah amoxicillin sebanyak 250 miligram.Campur dan buatlah
serbukberikan sesuai takaran sebanyak delapan tandai dua kali sehari seseudah
makan.Ambillah Paracetamol dua ratus lima puluh milligram, ibu profen seratus lima
puluh miligram, CTM lima tablet, Paracetamol sepuluh tablet. Campur dan buatlah
serbuk berikan sesuai takaran sebanyak delapan.Tandai tiga kali sehari sesudah
makan.
3.4.3 Perhitungan Bahan
250 mg
a. Amoxicillin = 500 mg × 5 = 2,5 tab
250 mg
b. Paracetamol = 500 mg × 5 = 2,5 tab
2 mg
c. CTM = 2 mg × 5 = 5 tab

d. Ibu Profen = ¾ tab × 5 = 2,5 tab

12
3.4.5 Perhitungan Dosis
1. Amoxcillin ( 250-500 mg ) (Gunawan, 2007).
Rumus usia dewasa 24-59 tahun
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
= × 100%
𝐷𝑀
250 𝑚𝑔
= × 100%
500 𝑚𝑔

= 50% (TOD)
7,5MG
% OD =37,5MG × 100%

=20 %

2. Chlorpheniramine maleat (CTM) (2 mg – 6 mg)


( Sukandar dan Andajar, 2009)
Rumus usia dewasa 24-59 tahu

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
= × 100 %
𝐷𝑀
2 mg
= × 100 %
6 mg

25
= × 500mg
20
= 33,3 % (TOD)

3. Paracetamol (500 mg – 1000 mg) (Tjay dan Rahardja, 2007)

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
= × 100%
𝐷𝑀
250 𝑚𝑔
= × 100 %
1000 𝑚𝑔

= 25% (TOD)

13
4. Ibuprofen (200 mg – 400 mg) (iso Indonesia volume 51, 2018)
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
= × 100%
𝐷𝑀

150
= × 100%
200
= 0,15% (TOD)

3.4.5 Kekurangan Resep


Kekurangan pada resep ini adalah tidak terdapat paraf atau tanda tangan
dokter penulisan resep dan tidak ada tanggal penulisan resep.Menurut (Rahmawati,
dkk. 2002) paraf atau tanda tangan dokter harus diperlukan karena jika tidak terdapat
paraf membuat keaslian resep itu diragukan. Sedangkan menurut (Syamsuni, 2006)
Paraf dokter harus dicantumkan karena sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3.4.6 Indikasi Resep (ISO,2018 ; Team Medical Mini Notes,2017)

1. Amoxicillin

Penyakit saluran nafas akut dan kronik yang disertai sekresi bronchial yang
abnormal, misalnya pada ekserbasi dan asma bronchial.
2. Ibu Profen
meringankan gejala anthiris rematoid, osteoafhitis, nyeri yang sedang sampai
berat, dismenorksa primer dan menurunkan demam.
3. CTM
Meringankan gejala alergi seperti rintis, urtikana nay fevor
4. Paracetamol (PCT)
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit, sakit kepala, sakit gigi, dan
menurunkan demam

14
3.4.7 Kontra Indikasi
a. Paracetamol
Pada penderita gsngguan fungsi hati yang berat penderita hipersensitif
terhadap paracetamol
b. CTM
Pada pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap obat antihistamin.
c. Amoxicillin
Pada pasien yang pernah mengalami alergi pada antibiotic amoksilin dan
penisilin
d. Ibu profen
Kehamilan trismer akhir, pasien dengan ulkus peptikum lumut avodenum
3.4.8 Penyampaian Informasi
1. Pemakaian
Kapsul ini digunakal secara oral atau pemakain dalam, penggunaannya
dikonsumsi 2×1 sebanyak 1 bungkus untuk obat antibiotic dan 3×1 sebanyak
1 bungkus dengan setiap kali konsumsi. (Dirjen POM,1995)
2. Cara Penyimpanan
Disimpan ditempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat terlindungi dari
panas dan cahaya. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah
sehingga membutuhkan tempat yang tertutup dari udara lembab (Ansel,2011)
3. Jangka Waktu
Obat ini berjumlah 10 butir disetiap bungkus dengan penggunaan 3×1 sehari
setiap 8 jam,dan 2×1 sehari untuk obat antibiotic pemakai sampai habis untuk
mencegah resistensi.
3.5 Farmakologi Obat
a. Amoxicillin
Amoxicillin merupakan farmakolanetik yang diawali dengan abserbsi yang
baik digastoinlestinal dengan rasio yang bervariasi. Amoxicillin memiliki 70-90%

15
dengan kadar puncak plasma yang dicapai dalam waktu 1-2 jam. Amoxicillin
terdistribusi secara rendah disitem saraf pusat dan dapat terakumulasi didalam cairan
konsentrasi. Demikian didalam plasma sekitar 17-20% dan terikat dengan protein
plasma yaitu, albumin amoxicillin diekskresikan terutama difenol dan 80% dari 50-
70% yang diadministrasikan ke oraldiekskresikan dalam keadaan tidak berubah
konsentrasi amoxicillin secara tinggi, dalam penicilok dan waktu paruh 1-1,5 jam
(Kaur,Etal.2011)
b.. Ibu Profen
Ibu Profen adalah sejenis obat yang tergolong dalam kelompok
antiperadangan non-steroid dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat
arthritis. Ibu profen juga tergolong dalam kelompok analgesic dan antipiretik. Khasiat
ibu profen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping yang lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian obat oral ibu profen
diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma kadar puncak dalam
plasma tercapai 1-2 jam setelah pemberian. Metabolism terjadi di hati dengan waktu
paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urine dalam bentuk utuh metabolic inaktif,
sempurna dalam 24 jam(sweetmon,2009).
c. Paracetamol (PCT)
Paracetamol adalah obat yang bias mengurangi nyeri (analgetik) dan
menurunkan demam (Antipiretik). Paracetamol mengurangi nyeri dengan cara
menghambat atau merangsang nyeri pada tulang sendi, tetapi tidak punya sifat (Efek
mengobati penyebab peradangan dan pembengkakan sendi). (Katzung,1997)

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

4.2 PEMBAHASAN
Menurut Dirjen POM (1995), Kapsul adalah sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul keras atau lunak, sedangan menurut Ansel (2005),Kapsul dapat
didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, diamana suatu macam obat atau lebih dan
atau bahan inert lainnya yang dimasukkan kedalam cangkang atau wadah kecil yang
dapat larut dalam air.
Pada percobaan kali ini kita akan membuat kapsul, pertama-tama siapkan alat
dan bahan yang akan digunakan , lata yang digunakan yaitu lumpang dan alu, dan
bahan yang digunakan yaitu Amoxilin 250 mg, PCT 250 mg, Ibu Profen ¼ tab.
Kemudian untuk membersihkan alat menggunakan alkohol 70 %, karena menurut
Noviansari (2013), alkohol mempunyai aktivitas sebagai bakterisid yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan alkohol juga mengandung antiseptik dan
desinfektan.Antiseptik bertujuan untuk menhgambat atau merusak mikroorganisme
dipermukaan suatu jaringan hidup sehingga dapat mencegah infeksi (Joseph, 1865)
sedangkan desinfektan yaitu menganalisis atau membunuh bentuk-bentuk vegetative

17
dari sebagian besar organisme yang berbahaya dan pathogen , tetapi tda ditujukan
untum membunuh mikroba, ( Signaterdadie,2009 ).
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menggerus terlebih dahulu amoxilin
karena amoxilin tidak dapat digerus bersamaan dengan obat lain.Menurut Kupiec
(2003) Pencampuran antibiotik (missal ampicilin) dan obat-obat AINS (misal
paracetamol, asam mefenamat, ibuprofen, dll) dalam bentuk sediaan puyer bukan
merupakan peresepan yang ideal karena antibiotik merupakan obat yang diminum
sampai habis sedangkan obat-obat AINS merupakan obat yang hanya diminum hanya
bila perlu saja.Perlu diketahui bahwa antibiotik seperti ampicilin seharusnya tidak
boleh digerus karena dapat menyebabkan syok anafilaktik yang bisa membahayakan
pasien atau petugas yang meracik obat.Kemudian letakkan diatas kertas perkamen
yang telah tersedia.
Kemudian langkah selanjutnya masukkan Paracetamol 250 mg, Ibu profen ¼
tab, CTM 1/3 tab kemudian lalu digerus sampai halus kemudian ditimbang bahan
obat yang telah digerus sampai halus. Setelah semua bahan homogen selanjutnya
dsiapkan kertas perkamen sesuai jumlah sediaan yang diminta, serbuk dibagi rata di
atas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama , kemudian serbuk
dimasukkan kedalam cangkang kaspul, setelah itu kapsul ditutup rapat hingga
terdengar bunyi klik atau pertnda bahwa kapsul suda tertutup rapat. Kemduiaan
kapsul dimasukkan kedalam plastic obat dan diberi etiket warna putih dan diberi
tanda diminum 2 kali sehari 1 kapsul untuk antibiotic, dan 3 kali sehari untuk obat
yang bukan antibiotic 1 hari 1 kapsul.

18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, diamana suatu


macam obat atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang dimasukkan kedalam
cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
Dan cara pembuatan kapsul, yang pertama menyiapkan alat dan bahan, yang
kedua membersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%, ketiga menghitung
semua bahan obat yang akan digunakan, dimasukkan dalam lumpang. Yang keempat
menggerus sampai homogen semua bahan.Yang keenam memasukkan amoxilin ke
dalam lumpang terpisah, digerus hingga halus.Pada obat antibiotik harus digerus dan
ditaru ditempat yang berbeda, serta pada obat yang bersalut pun harus digerus dengan
lumpang yang berbeda dan diayak terlebih dahulu sebelum dicampur dengan obat
yang lainnya.ketiga menghitung semua bahan obat yang akan digunakan, yang
keempat memasukkan paracetamol, laktosa, ibu profen masukkan ke dalam lumpang
lalu gerus sampai halus.
5.2 Saran

5.2.1 Untuk Jurusan


Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang dilaksanakan
dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang serbuk. Asisten dan praktikan
diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum agar hubungan
asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat tercipta
suasana kerja sama yang baik.

19
5.2.3 Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan praktikum
lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan dalam menghitung dosis obat yang
diminta.Selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur obat dan juga didalam
praktikum keseriusan diutamakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anief, 1997.Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : University Gadjah Mada Press

Anief, M 1998.Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Buku Sediaan Farmasi edisi KeempatJakarta : UI Press

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Buku Sediann Farmasi Edisi ketiga.Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi keempat.Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Eyuningsih, Intan, 2016. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Diponegoro

Elin Y, 2017. ISO Indonesia.Jakarta : 15 F1 Penerbitan

Syamsuni , H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan, 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi


Antibiotik : Amoxilin side effects

Kementrian Kesehatan, 2011. Pedoman Ilmu Penggunaan Antibiotik, Jakarta

Katzung, B.S. 1997. Farmakope Dasar dan Klinik Prinsip Kerja Obat
Antibiotik.Jakarta : Buku Kedokteran EGC. PP. 399

Nurhafiza. 2017. Evaluasi Kondisi Penyimpanan.Purwokerto : V MP

Rahmawati, Fita, 2002. Majalah Farmasi Indonesia.Yogyakarta. Bagian Farmasi :


Fakultas Farmasi. Universitas Gadjah Mada

Widyaningsih, Chairun. 2014. Bentuk-Bentuk Sediaan Paracetamol.Yogyakarta :


University Gadjah Mada Press

Putri Anjasari, 2014. Alkohol Eter.Yogyakarta : UMY

Tjay, T.H dan Rahardja, 2007.Obat-Obat Penting :Khasiat Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi Keempat. Catatan Pertama. Jakarta : P. Elex Media
Kompotendo, Gramedia.

21

Anda mungkin juga menyukai