Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dwi Cahyaningsih

NIM : 2012001096
Makul : Aliran-aliran Linguistik

TATA BAHASA KASUS (CASE GRAMMAR)

Aliran case grammar lebih menitikberatkan pada peran. Oleh sebab itu biasa juga disebut
tata bahasa peran. Peran adalah pembawa fungsi suatu komponen di dalam struktur. Para
pengikut aliran ini antara lain: J.M. Anderson, Ch. J. Fillmore, R.E. Longacre, W.A. Cook, dan
lai-lain (Soeparno, 2002:70).

Tarigan mengatakan bahwa tata bahasa kasus merupakan modifikasi pengertian dari tata
bahasa transformasi yang memperkenalkan kembali kerangka kerja konseptual hubungan-
hubungan kasus dari tata bahasa tradisional, tetapi memelihara serta mempertahankan suatu
perbedaan antara struktur dalam dan struktur permukaan dari tata bahasa generatif dengan
catatan bahwa kata „dalam‟ di sini mengandung pengertian „kedalaman semantik‟ atau
„semantic deep‟.

Di dalam kamus linguistik Harimurti Kridalaksana (2009:108) mengatakan Case


grammar merupakan kategori gramatikal dari nomina, frase nominal, pronomina, atau sintaksis
adjektiva yang memperlihatkan hubungannya dengan kata lain dalam konstruksi sintaksis.

Tata Bahasa kasus (Case Grammar) pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore
dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E.
dan R. Harms Universal in Linguistic Theory (Chaer, 2007: 370). Dalam karangannya yang terbit
tahun 1968, Fillmore membagi kalimat atas dua unsur yaitu modalitas dan proposisi.

Modalitas ini bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia. Sedangkan proposisi
terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. Perhatikan bagan berikut:

Kalimat

Modalitas proposisi

negasi
kala
aspek
adverbia verba kasus1 kasus2 kasus3

Keterangan:

Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara
verba dan nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama
dengan argumen dalam teori semantik generatif (argumen adalah segala sesuatu

Case grammar Page 1


Nama : Dwi Cahyaningsih
NIM : 2012001096
Makul : Aliran-aliran Linguistik

yang dibicarakan). Hanya argumen dalam teori ini diberi label kasus (Chaer,
2007: 371).

Fillmore menurunkan kaidah-kaidah tata bahasa kasus (Parera, 2009) sebagai berikut:

 Kaidah 1

SM+P

(Kaidah ini mengatakan bahwa sebuah kalimat terdiri dari modalitas dan proposisi)

 Kaidah 2

PV + K1 + K2 + K3... + Kn

(Sebuah proposisi merupakan himpunan yang terdiri dari verbum dan sejumlah nomen.
Hubungan antara nomen dan verbum disebut kasus, K )

 Kaidah 3

KA, I, D, F, L, dan O

(Kasus itu berupa agentif, A; datif, D; faktitif, F; lokatif, L; dan objektif, O)

Contoh dalam kalimat bahasa Inggris (Chaer, 2007:371):

“John opened the door with the key”



Argument 1 John berkasus „pelaku‟,

Argument 2 door berkasus „tujuan‟,

Argument 3 key berkasus „alat‟.

Bagan: Kalimat

modalitas proposisi

kala verb pelaku tujuan alat

past open John door key

Case grammar Page 2


Nama : Dwi Cahyaningsih
NIM : 2012001096
Makul : Aliran-aliran Linguistik

Dalam teori tahun 1968, Fillmore tidak membatasi jumlah kasus itu tetapi dalam versi
1971 dibatasi dengan kasus agent (pelaku), experiencer, object (tujuan), means (cara), source,
goal, dan referential.

Experiencer adalah orang yang merasakan peristiwa yang terjadi secara
psikologis, seperti saya dan dia dalam kalimat “Saya tahu” dan “Dia merasa
takut”

Object adalah sesuatu yang dikenai perbuatan, atau yang mengalami suatu proses,
seperti bola dan rumah dalam kalimat “Dika menendang bola” dan “Pak Lurah
membangun rumah”.

Source adalah keadaan, tempat, atau waktu yang sudah, seperti Bandung dalam
kalimat “Bus itu datang dari Bandung”.

Goal adalah keadaan, tempat, atau waktu yang kemudian, seperti guru dalam kalimat
“Dia mau jadi guru”.

Referential adalah acuan, seperti Husin dalam kalimat “Husin temanku”.

Berikut adalah beberapa contoh analisis bahasa dalam kalimat sederhana yang mana akan
dilihat kasus-kasusnya, yaitu:

a) Kasus Agentif ( A )
Seperti tarigan (di dalam Suparnis, Fillmore, 2008) kasus agentif adalah kasus yang
secara khusus ditujukan bagi makhluk hidup (yang bernyawa) yang merasakan hasutan
tindakan yang diperkenalkan oleh verba.
Contoh : „Marta memangkas bunga mawar‟, kata „Marta‟ di sini menunjukkan ia
sebagai agentif dalam kalimat.
b) Kasus Experience ( P )
Kasus yang mengalami berbeda dengan kasus pelaku walaupun verba yang ada di dalam
predikat adalah verba yang sama.
Contoh : „Budi mendengar suara aneh‟, Budi yang mengalami kasus.
c) Kasus Instrumen ( I )
Kasus menjadi alat/ instrumental ialah kasus yang berkekuatan tidak hidup atau tidak
bernyawa atau objek yang secara kausal terlibat di dalam tindakan atau keadaan yang
diperkenalkan oleh verba.
Contoh : „John open the door by a key‟
d) Kasus Objektif ( O )
Adalah kasus yang secara semantis paling netral, kasus dari segala sesuatu yang dapat
digambarkan atau diwakili oleh sesuatu nomina yang peranannya di dalam tindakan atau
keadaan diperkenalkan oleh interpertasi semantik verba itu sendiri.
Contoh: „Ali membunuh ular‟
e) Kasus Sumber ( S )

Case grammar Page 3


Nama : Dwi Cahyaningsih
NIM : 2012001096
Makul : Aliran-aliran Linguistik

Merupaka sumber atau penyebab terjadinya proses atau kegiatan atau keadaan yang
dinyatakan oleh verba.
Contoh : „Hayati mengecewakan aku‟
f) Kasus Tujuan ( TJ )
Diartikan sebagai arah dari suatu kegiatan yang dinyatakan oleh verba.
Contoh : „Jack menulis surat kepada John‟

g) Kasus Lokatif ( L )
Kasus yang memperkenalkan lokasi, tempat (atau letak) ataupun orientasi ruang/spasi
atau tindakan yang diperkenalkan oleh verba.
Contoh : „Anita mengajar di Aceh‟
h) Kasus Waktu ( WK )
Waktu yang terpakai atau diduduki oleh suatu proses, kegiatan, atau keadaan, yang
dinyatakan oleh verba.
Contoh : „Tuti datang kemarin‟
i) Kasus Penyerta ( PNY )
Frasa benda yang mempunyai hubungan konjugatif dengan frasa benda yang lain, yang
ditandai dengan proposisi „dengan‟, „bersama‟ dan sebagainya.
Contoh : „MS main catur dengan Latief‟ dan „MS bersama Latief bermain catur‟, kata
„Latief‟ merupakan kasus penyerta.
j) Kasus Benefaktif ( BEN )
Nomina atau frasa nomina yang mengacu kepada orang atau binatang yang memperoleh
keuntungan dari tindakan verba.
Contoh: „Ibu memberikan kepada adik’, kata „adik‟ menunjukkan kata benefaktif.
Kasus benefaktif mempunyai ciri [+ hidup ]. Kasus yang ditujukan bagi makhluk hidup
(yang bernyawa) yang memperoleh keuntungan dari tindakan yang diberikan oleh verba.
Contoh : „Jack opened the door for Paul‟ kata „Paul‟ menunjukkan kasus benefaktif.

Berikut beberapa contoh analisis kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris:

“Agil sekarang sudah wisuda dan menyandang gelar Spd.”

Modalitas – kala – sekarang

Agil = kasus Agentif (A )

Wisuda dan menyandang = sebagai kata kerja ( v )

Gelar Spd = kasus Faktitif ( F )

(Kalimat ini berlabel kasus A, F; kita tuliskan wisuda /__A, F /. )

Case grammar Page 4


Nama : Dwi Cahyaningsih
NIM : 2012001096
Makul : Aliran-aliran Linguistik
Bagan:

Kalimat

modalitas proposisi

verba keadaan
kala pelaku

sekarang menyandang Agil gelar Spd

“I was Falling in love”

Modalitas – skala – past

I = kasus agent ( A )

Falling = sebagai kata kerja ( v )

in love = kasus objektif ( O )

(Kalimat ini berlabel kasus A, O, ; kita tuliskan falling /__A, O /. )

Bagan:

Kalimat
modalitas proposisi

verba tujuan
skala pelaku

past falling I love

“Siang itu Ayyas menemani Pak Joko ke Bandara Internasional Domodedovo.”

 Modalitas-skala-siang itu
 Menemani = verb
 Ayyas = Agent ( A )
 Pak Joko = Benefaktif ( BEN )
 Bandara Internasional Domodedovo= tujuan ( TJ )

(Kalimat ini berlabel kasus A, BEN, TJ; kita tuliskan menemani /__A, BEN, TJ /. )

“Salju kembali turun petang itu.”

 Modalitas – aspek – kembali

Case grammar Page 5


Nama : Dwi Cahyaningsih
NIM : 2012001096
Makul : Aliran-aliran Linguistik

 Turun = sebagai kata kerja ( v )


 Salju = kasus agent ( A )
 Petang itu = kasus waktu ( WK )

(Kalimat ini berlabel kasus A, WK ; kita tuliskan turun /__A, WK /. )

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara teori tata bahasa
kasus (case grammar) dengan teori semantik generatif yang dipelopori oleh murid-murid
Chomsky yang keluar dari aliran Chomsky. Persamaan yang terdapat di kedua teori ini adalah
karena sama-sama memfokuskan teorinya kepada predikat atau verba.

Tata bahasa kasus menganalisis bahasa dengan cara memfokuskan teorinya pada verba,
maka tata bahasa kasus ini terkadang akan sangat sulit atau tidak semua kalimat bahasa
Indonesia dapat dianalisis menggunakan teori tata bahasa kasus (case grammar). Karena di
dalam bahasa Indonesia tidak memiliki tenses (perbedaan konteks waktu yang ditunjukkan
dalam perubahan verba) seperti yang dimiliki oleh bahasa Inggris.

Di dalam sebuah kalimat, tidak semua kata dapat disandingkan dengan kata yang lain.
Hal ini dikarenakan belum tentu suatu kata apabila disandingkan dengan kata yang lain akan
dapat diterima. Misalnya saja seorang guru sedang mengaji dan seorang kucing sedang makan,
kata guru dapat diterima pada kalimat seorang guru sedang mengaji, sedangkan kata kucing
tidak dapat diterima di dalam kalimat seorang kucing sedang makan karena kucing tidak bisa
dipadankan dengan kata seorang. Selain itu, mengutip dari Remmy, tidak semua kata yang kita
tulis dan ucapkan dapat kita jelaskan secara ilmiah, baik itu pada tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, pragmatis maupun semantis.

SUMBER RUJUKAN:

Soeparno.(2002).Dasar-dasar Linguistik Umum.Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya.

Chaer, Abdul.(2007).Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta.

D. J. Parera.(2009).Dasar-Dasar Analisis Sintaksis.Jakarta:Erlangga.

Kridalaksana, Harimurti.(2008).Kamus Linguistik (edisi keempat).Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama.

http://remmysilado.blogspot.com/2008/01/analisis-tata-bahasa-kasus.html.

Case grammar Page 6

Anda mungkin juga menyukai