Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH THAHARAH

Diajukan sebagai

Tugas Mata Kuliah Agama

Oleh :

Mita Oktavia R. (F1DI19036)

Dosen :

Bpk.La Ode Wahidin, S.Pd, M.Pd.I

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Serta nikmat iman dan islam yang masih
kita rasakan sampai detik ini. Sholawat serta salam tetaplah kita curahkan kepada
baginda Habibana Muhammad Saw yang telah menunjukan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurns dengan bahasa yang sangat
indah.

Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah


menyelesaikan makalah Thaharah sebagai tugas mata kuliah Agama. Dalam
makalah ini saya mencoba menjelaskan tentang Thaharah,macam macam
thaharah,kedudukan thaharah, hingga pembagian air yang mana sebagai alat yang
digunakan dalam thaharah tersebut.

Penulis mengucapkan permohonan maaf dan banyak terima kasih yang


sebesar besarnya kepada Ayahanda Rizal Samaun dan Ibunda Erna yang dengan
penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam membesarkan,mendidik, dan
mendukung penulis yang tidak henti hentinya memanjatkan doa demi
keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Dan penulis memahami jika makalah ini
tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat penulis butuhkan guna
memperbaiki karya karya dilain waktu.

Kendari,september 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ......................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Tharah ........................................................................................4


B. Hukum Thaharah ..........................................................................................4
C. Kedudukan thaharah dalam ibadah...............................................................5
D. Adab thaharah ..............................................................................................6
E. Alat alat untuk bersuci
1). Air ...........................................................................................................7
2). Debu yang suci ......................................................................................11
3). Benda yang dapat menyerap kotoran ....................................................11

F. Najis .............................................................................................................11

G. Istinja’,wudhu, mandi,tayamun,menyapu dua sepatu

a). Istinja.....................................................................................................16

b). Wudhu ..................................................................................................16

c). Mandi ...................................................................................................16

d). Tayamum ............................................................................................ 17

e). Menyapu kedua sepatu.........................................................................18

iii
H. Hikmah Thaharah .............................................................................................19

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................25
B. Saran ..........................................................................................................25

Daftar Pustaka .......................................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam memilki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian
baik bersifat hissiyah ( dapat diinderakan) maupun maknawi. Sedangkan agama-
agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat yang melebihi islam
terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebersihan manusia, kebersihan
rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya.
Hingga tersebar di kalangan kaum muslim dan tidak pada selain mereka
kata-kata “ nazhafatu min al-iman” (kebersihan adalah sebagian dari iman).
Padahal para pemuka agama di abad pertengahan, seperti pendeta di barat
melakukan taqarrub kepada Allah SWT dengan cara yang kotor dan menghindari
menggunakan air. Hingga diantara mereka ada yang mengatakan : semoga Allah
memberikan rahmatnya pada sang pendeta fulan, sebab dia telah hidup selama 50
tahun dengan tidak pernah membasuh kedua kakinya.
Bagi orang-orang yang berilmu dari kalangan islam yang mampu
menggabungkan antara keshahihan teks dan kejelasan fakta, akan melihat jelas
bahwa kebaikan dan keburukan itu merupakan sesuatu yang bisa ditangkap secara
rasio melalui perbuatan-perbuatan, seperti sesuatu yang indah dan jelek. Atau
dalam suatu benda, seperti barang yang kotor dan barang yang harun baunya.
Sesungguhnya tidak diragukan bahwa seseorang akan lebih cenderung memilih
yang baik dan akan senantiasa menghindar yang kotor. Hanya saja akal tidak
mampu memberikan detailnya. Maka datanglah syariat menerangkan detailnya
dengan menerangkan posisinya dalam rasio. Syariat memerintahkan untuk
mengetahuninya, memerintahkan menjauhkannya dan menyingkirkannya setelah
melakukannya. Yang demikian ini disebut dengan pembersihan (thatir) dan
penyucian (tarkiyah). Sedangkan penyucian yang berkenaan dengan sesuatu yang
dimaklumi adalah dengan taubat dan kaffarat dan yang dirasakan (mahsusat)
adalah dengan cara disucikan dengan air dan yang serupa dengannya.

1
Kemuliaan makhluk adalah karena kedekatannya dengan pencipta-Nya.
Oleh sebab itu, syariat memerintahkan agar seseorang menjauhkan dirinya dari
najis dalam segala kondisinya Allah mewajibkan untuk membersihkan diri dalam
semua hal saat dia akan menghadap Tuhannya seperti saat shalat. Sebab shalat
adalah puncak dari pendekatan diri kepada Allah SWT.Adapun cara bersuci dari
hadas yaitu dengan wudhu,mandi janabah dan tayamun.

Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Q.S Al-maidah 5:6 yang
artinya :

“Wahai orang orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan


shalat,maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku ke kedua mata kaki.
Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air(kakus) atau menyentuh perempuan maka jika kamu
tidak memperoleh air maka bertayammunlah dengan debu yang baik(suci);usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan debu itu.Allah tidak ingin menyulitkan
kamu,tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu,agar kamu bersyuku”.

Sehingga dengan demikian ibadah thaharah merupakan ibadah wajib yang


harus dilakukan secara individual,yang harus dilakukan setiap umat islam ketika
ingin bersih atau suci dari hadats atau untuk menghilangkan najis agar mereka
dapat melaksanakan ibadah tertentu.

B.Rumusan masalah

Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah


sesuai dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut :

1. Apa makna dari thaharah ?


2. Apa saja bagian bagian dari thaharah ?
3. Apa saja yang bisa digunakan untuk bersuci ?
4. Bagaimanakah pembagian air dan jelaskan ?

2
5. Jelaskan pengertian dari wudhu’, tayamum,dan mandi ?
6. Jelaskan rukun rukun tayamun dan mandi ?
7. Apa manfaat dan pentingnya thaharah?

C.Tujuan
1. Mengetahui makna thaharah.
2.Mengetahui dalil tentang thoharah.
3. Mengetahui alat alat yang digunakan untuk thoharoh.
4. Mengetahui macam macam thoharah.
5. Mengetahui tata cara berthaharah
6. Mengetahui hikmah thoharah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Thaharah
Kata thaharah berasal dari bahasa arab yang secara bahasa artinya
kebersihan atau bersuci yang mengandung arti dari membersihkan (diri ) dari
kotoran. Sedangkan menurut istilah adalah menghilangkan segala sesuatu yang
dapat menghalangi ( sahnya ) shalat baik berupa hadats maupun najis,dengan
menggunakan air, atau menghilangkan status hadats dan najis itu dengan
menggunakan debu.Menurut imam ibnu rusyd,thaharah dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Thaharah dari hadats,yaitu membersihkan diri dari hadats kecil(sesuatu yang
diminta bersucinya dengan wudhu) dan dari hadats besar (sesuatu yang
diminta bersucinya dengan mandi).
2. Thaharah dari khubts atau najis,yaitu membersihkan diri,pakaian,dan tempat
ibadah dari sesuatu yang najis dengan air.

B. Hukum Thaharah

Bersuci hukumnya wajib,berdasarkan firman Allah dan sunnah Nabi


SAW.

Adapun firman Allah dakam surat Al_Baqarah ayat 222

َ َ ‫ْال ُمت‬
َ َّ ‫ط ِّه ِّرينَ َويُحِّ ب الت َّ َّوابِّينَ يُحِّ ب‬
‫ّللا إِّ َّن‬

Artinya:

“sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-


orang yang mensucikan diri.”

Dan surat Al-Maidah ayat 6:

4
Artinya: “dan jika kamu junub maka mandilah”

Adapun sabda nabi diantaranya yaitu

‫ور‬ ْ ‫اإلي َمانِّش‬


ُ ‫َط ُرالط ُه‬ ِّ ).‫(رواه مسلم‬

Artinya: bersuci adalah separuh dari iman(HR.Muslim)

C.Kedudukan thaharah dalam ibadah

Thaharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan


merupakan pangkal pokok dari ibadat yang menjadi penyongsong bagi manusia
dalam menghubungkan diri dengan Tuhan. Dimensi ritual thaharah adalah tata
cara pelaksanaanya,termasuk di dalamnya alat dan cara membersihkan atau
mensucikannya. Yang membedakan antara berwudhu dengabn bersih bersih diri
adalah niat. Setelah berniat baru kita memulai seluruh rangkaian rukun dan
sunahwudhu. Niat sangat penting artinya dalam islam. Tidak ada ibadah tanpa
niat,sekalipun yang dilakukan adalah ibadah khusus.

Dengan demikian,thaharah yang benar adalah bersinerginya antara


kesucian lahir dengan batin. Jika hanya mengarah pada kesucian lahir,maka bukan
disebut thaharah (kesucian) tapi nadzofah (kebersihan). Konsekuensinya,niat
wudhu itu harus juga diiringi dengan niat mengkokritikannya dalam perbuatan
yang mewujudkan perilaku positif.

Shalat tiada sah bila tiada dengan thaharah,hal ini sesuai dengan sabda Nabi
SAW:

َ ‫صالَة ت ُ ْقبَ ُل ا‬ ُ
َ ‫ط ُه ْور ِّبغَي ِّْر‬

Artinya: “Allah tidak akan menerima sholat yang tidak dengan bersuci”
(HR. Muslim)

Hadits di atas merupakan nash yang menunjukkan wajibnya thaharah bila


hendak mengerjakan shalat sementara ia dalam keadaan berhadats. Dan ulama
sepakat bahwa thaharah ini merupakan syarat sahnya shalat.

5
D.Adab thaharah

Sebenarnya arti thaharah itu sangat luas,yang bias kita golongkan sebagai
berikut:

1) Membersihkan tubuh dari hadatd,najis dan sebagainya

2) Membersihkan anggota tubuh dari perbuatan dosa

3) Membersihkan jiwa,jangan sampai mnyeleweng atau berakhlak rendah

4) Kesucian para Nabi,yakni kebersihan hati mereka dari kemusyrikan kepada


Allah SWT.

Kemudian dalam melakukan thaharah,ada sopan santun ( adap ) yang


harus dipatuhi,ialah sebagai berikut:

1) Jangan menghadap ataupun membelakangi kiblat ketika bersuci ( beristinja’ )


dari buang air besar atau kecil.

2) Masuklah ke jamban dengan mendahulukan kaki kiri,dan keluarlah dengan


kaki kanan terlebih dahulu.

3) Jangan berbicara ketika buang air

4) Ucapkan doa sehabis buang air yang artinya:

“segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku penyakit dan
menyehatkanku.”

5) Bersiwaklah. Bahkan ketika berwudhu,bersiwak itu sunnah mu’akad

6) Dahulukan anggota-anggota tubuh bagian kanan ketika membasuh atau


mengusa

7) Hematlah dengan air

8) Berdo’alah sehabis berwudhu,sebagaimana do’a rasulullah SAW,dalam


sabdanya :

6
‫يَقُو ُل ث ُ َّم ْال َوضُو َء فَيُ ْسبِّ ُغ يَت ََوضَّأ ُ أَ َحد مِّ ْن مِّ ْن ُك ْم َما‬: ُ‫ع ْبدُ ُم َح َّمدًا َوأ َ َّن لَهُ ش َِّريكَ َل َو ْحدَهُ للاُ إِّ َّل إِّلَهَ َل َ ْن ا أ َ ْش َهد‬
َ ِّ‫للا‬

ُ‫سولُه‬ ْ ‫شَا َء أ َ ِّي َها مِّ ْن يَدْ ُخ ُل الث َّ َمانِّيَةُ ْال َجنَّ ِّة أَب َْوابُ لَهُ فُتِّ َح‬
ُ ‫ت إِّ َّل َو َر‬

“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dan menyempurnakan


wudhunya, kemudian mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa
syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu’ [Aku
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan Allah.] kecuali Allah akan bukakan untuknya delapan pintu langit
yang bisa dia masuki dari pintu mana saja.” [6]

9) Shalatlah dua rakaat sehabis wudhu.

10) Sekalah air setelah wudhu dan mandi.

Pembahagian Bersuci

Bersuci itu terbagi dua:lahir dan bathin.Bersuci bathin adalah mensucikan


diri dari dosa dan ma’shiyat.

Cara mensucikan diri itu dengan taubat yang sungguh-sungguh dari segala
dosa dan ma’shiyat dari kotoran kemusrikan, keraguan dan kebencian, dengki,
curang, takabur dan caranya dengan bertindak ikhlas, yakni cinta kebajikan,benar
tawadlu, hanya menghendaki kerelaan Allah, bagi setiap perbuatan.

Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan daro hadats. Kebersihan dari
kotoran, cara menghilangkannya dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat
ibadah,pakaian yang dipakai dan pada badan seseorang. Sedang kebersihan dari
hadats dilakukan dengan mengambil air wudhu dan mandi.

E. Alat alat untuk bersuci

1). Air

7
Alat terpenting untuk bersuci ialah air. Berdasarkan firman Allah, Q.S.Al-
Anfal ayat 11:

Artinya :

Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu :

1) Air Mutlak

Air mutlak ialah air suci yang dapat mrnsucikan ( thahir-muthahhir ), artinya
air itu dapat digunakan untuk bersuci. Misalnya air hujan, air sungai, air laut, air
sumur, air salju, dan air embun.

2) Air Makruh

Yaitu air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makruh digunakannya, seperti
air musyammas ( air yang dipanaskan dengan panas matahari ) dalam tempat
logam yang dibuat bukan dari emas dan perak.

3) Air suci tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci ( thahirghairu


nuthahhir )

Yaitu air yang boleh diminum tetapi tidak sah untuk bersuci. Misalnya:

a) Air sedikit telah dipakai untuk bersuci walaupun tidak berubah sifaynya.
Air itu disebut musta’mal.

8
b) Air suci yang bercampur dengan benda suci, seperti air teh,air kopi dan
Sebagainya.
4) Air Mutanajjis

Yaitu air yang terkena najis. Air mutanajjis apabila kurang dari dua kullah 1)
tidak sah untuj bersuci,tetapi apabila lebih dari dua kullah dan tidak berubah
sifatnya ( bau, rupa dan rasanya), maka sah untuk bersuci,

Yang dimaksud air dua kullah menurut ukuran di Bagdad adalag 500 kali
( 10 jerigen). Ini pendapat yan paling kuat . ukuran per satu kali menurut pendapat
imam nawawi adalah bernilai 128 dirham lebih 417 dirham. Air dua kullah sendiri
kalau diukur dengan ukuran liter adalah srbagai berikut:

a) Menurut imam nawawi : 174,580 l = 55,9 cm2

b) Menurut imam rafi’i : 176,245 l = 56,1 cm2

c) Menurut ulama irak : 245,325 l = 63,4 cm2

Air yang digunakan untuk bersuci itu adalah air yang suci zatnya dan
dapat mensucikan yang lainnya. Ia adalah air yang masih dalam keadaannya yang
asli. Baik ia turun dari langit maupun mengalir diatas tanah.Air tebagi dua:

1. Air yang mensucikan yang boleh digunakan untuk bersuci, baik ia tetap dalam
sifatnya, maupun tercampuroleh materi yang suci yang tak mengalahkannya dan
tak mengubah namanya.

2. Air najis yang tak boleh digunakan, karna ia tak mengangkat hadats dan tidak
menghilangkan najis. Air seperti ini adalah air yang telah berubah karna terkena
najis.

Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadats dan menghilangkan najis
yang semakna dengan mengangkat hadats dan menghilakngkan najis melainkan
dengan air mutlak. Yakni dengan air murni ialah zat cair yang dinamakan air yang
tidak bercampur se[erti air hujan dan sebagainya. Sekalipun air telah berubah

9
Warnanya, namun ia masih dinamakan air mutlak.Yang dimaksud air yang suci
adalah air yang tidak mengandung najis. Sedangkan yang dimaksud dengan air
yang mutlak adalah air yang tidak digabungkan dengan sesuatu yang lain.

Air yang penyebutnya digabungkan dengan dengan nama zat lain tidak
dapat digunakan untuk bersuci, akan tetapi air jenis ini terbagi 3:

1). Air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci berdasarkan kesepakatan
ulama,air jenis ini terbagi 3:

a).Air yang diperas dari benda-benda yang suci,seperti air mawar

b). Air yang dicampur dengan sesuatu yang suci lalu sesuatu itu merubah
nama air tersebut dan dapat mengalahkan unsur-unsurnya hingga ia
menjadi berwarna

c). Air yang dimasak bersamaan dengan sesuatu yang suci hingga air itu
pun berubah.

2). Air yang dicampur dengan sesuatu yang suci yang dapat dipisahkan
darinya,hingga sesuatu itu merubah salah satu sifat dari air tersebut, baik rasa,
warna, maupun baunya, seperti buncis.

3). Diantara air yang penyebutnya digabungkan dengan nama brnda lain dan air
yang boleh digunakan untuk berwudhu berdasarkan kesepakatan ulama. Air ini
terbagi 4 macam:

a).Air yang penyebutnya digabungkan dengan nama tempatnya,seperti air


sungai.

b).Air yang penyebutnya digabungkan dengan nama benda yang tidak


dapat dihindarkan darinya, seperti lumut.

c).Benda yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat air yaitu
suci dan mensucikan, seperti tanah.

10
d).Sesuatu yang dapat nerubah sifat air bukan karna keduanya saling
bercampur,melainkan hanya berdekatan saja.

2). Debu yang suci

Ketika seseorang ingin bersuci ( dalam artian bersuci dari hadas ), dan dia
tidak menemukan air untuk itu, maka diberikan kemudahan untuk masalah itu.
Yaitu dengan bersuci dengan debu, yang disebut dengan istilah bertayammun.

3). Benda benda yang dapat menyerap kotoran

Seperti batu,tisu,kayu, dan semacamnya. Dalam hal ini, dikhususkan untuk


menghilangkan najis,seperti untuk beristinja’.

F.Najis

Najis menurut bahasa adalah apa saja yang kotor. Sedangkan menurut
syara’berarti kotoran yang mengakibatkan shalat/ibadah tidak sah, seperti darah
dan kencing.cara membersihkannya berupa istinja’, istijmar, menggosok dan
menyiram.

Najis dapat dibagi menjadi 3 bagian :

1) Najis mughalladzah

Yaitu najis yang berat, yakni najis yang timbul dari najis anjing dan babi.Cara
mensucikannya ialah kebih dahulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian
baru dicuci bersih dengan air sampai 7 kali dan permulaan diantara persucian itu
dicuci dengan air yang bercampur tanah.Cara ini dilakukan berdasarkan sabda
rasulullah saw.

‫ور‬
ُ ‫ط ُه‬ َ ‫ب أُوله َُّن َم َّرات‬
َ ِّ‫س ْب َع َي ْغ ِّسلَهُ أَنُ ا َ ْلك َْلبُ فِّي ِّه َولَ َغ إِّذْ أَ َح ِّد ُك ْم إِّنَاء‬ ِّ ‫ بِّالت َرا‬- ُ‫ُم ْسلِّم أ َ ْخ َر َجه‬

Artinya :

11
“suci tempat ( perkakas ) mu apabila dijilat anjing adalah
dengan mencucinya 7 kali,permulaan atau penghabisan
diantara prnyucian si cuci dengan air yang bercampur
dengan tanah .” ( H.R.At-Tirmidzi )
2) Najis mukhaffafah
Ialah najis yang ringan, seperti air kencing bayi laki-laki yang umurnya
kurang dari 2 tahun dan belum makan apa-apa kecuali ASI. Cara
mensucikannya,cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis itu
sampai bersih. Sabda rasulullah saw yang artinya :

“ barang yang terkena air kencing anak perempuan harus dicuci,sedang bila
terkena air kencing anak laki-laki cukuplah dengan mrmrtcikkan air padanya.”(
H.R.Abu dawud dan Nasa’i )

3) Najis Mutawassithah ( sedang )


Yaitu kotoran, seperti kotoran manusia atau binatang kencing, nanah, darah ,
bangkai ( selain bangkai ikan,belalang,dan mayat manusia) dan najis-najis yang
lain selain juga tesb dlm najis ringan dan berat. Najis mutawassithah dapat dibagi
menjadi 2 bagian:
a) Najis ‘ainiyah,yaitu najis yang bendanya berwujud.
Cara mensucikannya dengan menghilangkan zatnya lebih dahulu, hingga
hilang rasa, bau dan warnanya, kemudian menyiramnya dengan air sampai
bersih.
b) Najis hukmiyah,yaitu najis yang tidak berwujud bendanya, seperti bekas
kencing, arak yang sudah kering.Cara mensucikannya dengan mengalirkan air
pada bekas najis itu.

Barang-barang yang najis

Barang yang najis ialah kotoran yang wajib mensucikannya bagi tiap
muslim, apabila mengenai dirinya, pakaian atau tempatnya.
Macam-macam barang yang najis mengenai badan,pakaian dan tempat, ialah:
12
1) Bangkai
Bangkai ialah hewan yang mati tanpa disembelih atau sebagian organ yang
diambil dari hewan yang masih hidup.
Pengecualian dari hal itu ialah:
a) Bangkai ikan dan belalang
b) Bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, seperti semut dan
sebagainya.
c) Tulang, tanduk, gigi bulu dan rambut.
2) Darah yang memgalir.
Termasuk barang najis ialah darah yang mengalir yaitu darah binatang yang
disembelih.
3) Air kencing dan kotoran manusia.

Telah disepakati oleh mujtahidien, kenajisan kotoran manusia tersebut


diatas, selain air kencing bayi laki-laki yang masih menyusuh, dan belum
memakan makanan.

4) Air madzi
Air madzi ialah air putih yang keluar dari kemaluan baik wanita maupun
pria, air madzi itu najis, menurut persetujuan ulama mengenai air mani, yakni air
nuthfah, air yang keluar dari kemaluan pria maupun wanita,dikala bersetubuh,
maka kedudukan air itu suci, tidak najis.
5) Air liur anjing
Air liur anjing termasuk najis, bahkan termasuk najis mugholadhoh.tempat,
pakaian atau badan. Bila dijilat anjing, wajib dicuci 7 kali, salah satunya dengan
menggunakan debu.
6) Daging babi
7) Khamar
Khamar menurut jumhur ulama termasuk barang najis, apabila mengenai
badan atau pakaian wajib dibasuh.Sebagaian ulama menafsurkan khamar itu
keadaannya suci, apabila mengenai badan dan pakaian tidak wajib disucikan.
13
8) Darah haidh, nifas dan istihadhah, termasuk barang najis menurut
persepakatan ulama.
Darah haidh ialah darah yang biasa keluar tiap bulan dari rahim wanita.Darah
nifas ialah darah yang keluar dari rahi wanita setekah mekahirkan, sampai batas
40 hari sejak mekahirkan, sampai batas 40 hari, bukan darah nifas lagi, sehingga
tidak berlaku lagi wanita yang mengeluarkan darah tersebut hukum-hukum orang
nifas.
Ada yang tidak boleh dikerjakan bagi orang nifas sama dengan orang yang sedang
haidh, ialah:
a) Tidak boleh melakukan sembahyang dan puasa
b) Tidak boleh melakukan thawaf dan membaca al_Qur’an
c) Tidak boleh menyentuh mashaf
d) Tidak boleh melakukan hubungan kelamin

Kedudukan orang yang sedang nifas sana dengan orang yang sedang haidh.
Adapun wanita yang istihadhah, yakni masih tetap mengeluarkan dara sesudah
waktu penetapan haidh dan nifas,mereka wajib mengerjakan sembahyang, hanya
harus mandi dulu sebelum mengerjakan sembahyang.

9) Wadi air putih yang kental,biasanya keluar setekah kencing dikala pikiran
tertekan atau ketika membawa barang yang berat.
10) Air luka yang berubah baunya
11) Nanah baik kental mauoun cair
12) Darah, kecuali hati dan limpa
13) Empedu
14) Muntahan
15) Susu hewan yang tidak dapat diminum selain manusia seperti susu
keledai
16) Makanan yang dikeluarkan kembali dari perut binatang untuk dimakan
kedua kali

14
Cara membersihkan najis yang dapat dilihat mata

Dibersihkan najis itu pada umumnya dengan air yang dapat untuk bersuci, kecuali
beberapa hal. Untuk itu dapat diikuti uraian tentang caea membersihkan air itu
menurut keadaan najis dan yang terkena najis.

1) Apabila najis itu dapat dilihat seperti kotoran, dan najis itu mengenai
tempat , badan atau pakaian, maka membersihkannya digosok kemudian
disiram dengan air sekali atau beberapa kali.
2) Apabila najis itu tidak dapat dilihat,seperti air kencing, maka
membersihkannya cukup disiram sekali atau beberapa kali.
Apabila mengenai badan atau pakaian dan tidak jelas mana yang terkena
anggota badan atau pakaian itu, maka dengan mandi dan membasuh
pakaian yang terkena najis tersebut.
3) Apabila barang yang terkena najis itu barang cair, selain air kalau dalam
keadaan kentak, makadibuang sebagian yang terkena najis itu, dan bila
keadaannya cair maka tak dapat digunakan semua.
Abdil bar menukilkan bahwa para ulama sepakat,bila barang yang
terkena bangkai dibuankah bangkai itu,maksudnya yang terkena najid
tersebut. Mengenai barang cair yang terkena najis, menurut jumhur
ulama, najislah semuanya.
Lain halnya pendapat Az_Zuhri Al- Auza’I, hukum benda cair sama
dengan hukum air. Benda cair itu tidak menjadi najis, apabila tidak
berubah karna najis itu.
4) Membersihkan tanah yang kena najis ialah dengan menuangkan air diatas
tanah itu.
5) Yang kena najis peralatan, yang keras dan mengkilap seperti cermin,
pedang dan sebagainya. Membersihkan alat-alat tersebut dengan
menggosokkan alat tersebut seperti yang dilakukan oleh para sahabat ,
mereka mengerjakan sholat sedangkan mereka membawa pedang yang
terkena darah yang ada pada pedang-pedang itu.

15
6) Membersihkan sandal yang terkena najis
Membersihkan sandal atau sepatu yang terkena najis, yaitu dengan
menggosokkannya pada tanah sehingga hilang najis yang menempel pada
sandal atau sepatu tersebut.
7) Membersihkan kulit binatang
Penyembelihan binatang yang dagingnya halal dimakan, mengandung
ketentuan hukum, akan kesucian kulit binatang itu sehingga dapat
dipergunakan manusia. Cara lain yang mengandung sarana untuk
mensucikan kulit binatang ialah dengan menyamak. Menyamak ini dapat
mensucikan kulit hewan yang dagingnya haram dimakan, kecuali kulit
babi atau babi hutan

G.Istinja’, wudhu, mandi, tayamun, menyapu dua sepatu

a). Istinja

Perkataan istinja’menurut bahasa ada dua perbuataan yang dilakukan


untuk menghilangkan najis,yaitu tahi. Adapun menurut istilah syara’istinja adalah
perbuatan yang dilakukan untuk menghilangkan najis dengan menggunakan benda
seperti air atau batu. Jadi istinja’berarti menggunakan batu atau air

b). Wudhu

Menurut bahasa wudhu artinya bersih dan indah sedangkan menurut


istilah(syariah islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu
dengan cara tertentu yang dimulai dengan niat guns menghilangkan hadas kecil.
Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat(orang yang akan sholat,
diwajibkan berwudhu lebih dulu tanpa wudhu shalatnya tidak sah). Nabi Saw
telah menggambarkan kepada kita bahwa beliau akan mengenali umatnya di
padang mashyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh mereka,karena
pengaruh wudhu mereka ketiks di dunia.

c). Mandi

16
Mandi adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan tujuan untuk
menghilangkan hadas besar. Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau,
debu, dan sel sel kulit yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara
kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan agar tetap rapi.
Setelah mandi, manusia biasanya merasa segar,bersih,dan santai.

Mandi wajib/mandi junub :

1) Mandi yang dilakukan setelah bersetubuh (melakukan hubungan suami istri)

2) Setelah haid/ menstruasi (wanita)

3) Setelah melahirkan (nifas)

4) Meninggal dunia

Mandi sunah :

1) Mandi untuk sholat jum’at

2) Mandi untuk sholat hari raya

3) Sadar dari kesadaran akibat pingsan,gila dll

4) Muallaf

5) Setelah memandikan mayat/mayit

6) Saat hendak ihram

7) Ketika akan sa’i

8) Ketika hendak tawaf dsb.

d). Tayamum

Tayamun adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinay


seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau
debu yang bersih. Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air

17
Atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air tetapi
melakukan tayamun serta sebab musabab lain seperti yang membatalkan wudhu
dengan air.

Sebab/alasan melakukan tayamum

1) Dalam perjalanan jauh

2) Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit kurang dari 2 kullah

3) Telah berusaha mencari air tapi tidak ditemukan

4) Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan

5) Air yang ada hanya untuk minum

6) Air yang ada berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat sholat

7) Pada sumber air yang ada memiliki bahaya

8) sakit dan tidak boleh terkena air

Syarat sah tayamum

1) Telah masuk waktu sholat

2) Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran

3) Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum

4) Sudah berupaya mencari air namun tidak ketemu

5) Tidak haid maupun nifas bagi perempuan

6) Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh

e). Menyapu dua sepatu

Menyapu dua sepatu(mashful kuffain) termasuk juga salah satu


keringanan dalam islam,dibolehkan bagi orang yang menetap di kampung dan
bagi yang dalam perjalanan musafir.

18
H. Hikmah thaharah

Islam memiliki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian,
baik yang bersifat hissiyah (dapat dilihat indera) atau maknawi. Adapun dampak
thaharah dalam kehidupan manusia yaitu :

1. Membersihkan hati dari penyakit-penyakit


Kita melihat ada perhatian khusus terhadap kebersihan hati dari penyakit-
penyakit buruk, dari kenistaan benci, dan dari nurani-nurani yang mati.Kita
melihat ada perhatian khusus terhadap hal tersebut, baik dalam alqur’an maupun
dalam sunnah Rasulullah SAW.
Dalam alquran Allah menyebutkan bahwa orang-orang yahudi itu
keterlaluan berlaku kufur dan sesat, memalsukan taurat dan tidak mau
mempraktikkan hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap seorang laki-
laki dan perempuan yang berstatus muhshan (sudah berkeluarga) yang
melakukan zina. Mereka begitu saja menerima kebohongan dan kedustaan dari
ulama-ulama mereka terhadap agama Allah. Oleh karena itu allah tidak
berkehendak membersihkan hati mereka dari kekufuran, penyimpangan, dan
mengikuti hawa nafsu.Seandainya allah berkehendak, tentu mereka tidak akan
terjerumus dalam fitnah-fitnah tersebut.
Sama seperti mereka dalam hal kekufuran, kesesatan, dan kebohongan adalah
orang munafik yang mengaku beriman namun hatinya tidak. Allah juga
berkehendak membersihkan dari kekufuran dan perbuatan-perbuatan yang nista.

Firman Allah SWT yang artinya :

19
Artinya :

“Hai, rasul janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang


memperlihatkan kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan
dengan mulut mereka,’kami telah beriman’,padahal hati mereka belum
beriman, dan juaga dianra orang-orang yahudi.mereka sangat suka
mendengar perkataan orang lain yang belum pernah datng kepadamu.
Mereka mengubah perkataan-perkataan taurat dari tempat-tempatnya.
Mereka berkata, jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh
meraka)kepada kami, maka terimalah, dan jika kamu diberikan bukan ini,
maka hati-hatilah. Barang siapa yang Allah mengkehendaki
kesesatannya,maka sekali-kali kamu tidak dapat menolak sesuatupun yang
datang daripada Allah. Meraka itu adalah orang-orang yang Allah tidak
hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di
akhirat mereka berolrh siksaan yang besar.” (Al-Maidah 41).

Membersihkan hati dari hal-hal yang nista dengan cara mengisinya untuk
mencintai hal-hal yang mulia, adalah lebih penting daripada sekadar
membersihkannya dari segala sesuatu yang dapat diindera.
Sesungguhnya hati yang diisi degan kemunafikan, kesombongan, dan kedengkian,
menghina sesama hamba Allah, berburuk sangkakepada orang lain, membenci
20
orang-orang mukmin yang saleh, menyukai orang kafir dan orang yang jahat
lainnya., berkawan akrab dengan orang-orang yang menentang dan memusuhi
Allah dan dosa-dosa besar lainnya adalah hati setan yang gelap dan celaka, hati
yang menjadi budak hawa nafsu yang selalu mengajak berbuat jahat dan hati yang
dipenudi dengan kotoran.
Setiap orang yang berakal seharusnya paham bahwa amal kebaikan yang
paling tinggi adalah iman yang ada dalam hati, dan bahwa amal kejahatan yang
paling rendah adalah kufur yang juga ada dalam hati. Oleh karana itu kita tahu
betapa pentingnya memperhatikan hati dengan cara membersihkannya dari segala
kezaliman yang muncul dari kemaksiatan-kemaksiatan, dan menghiasinya dengan
cahaya-cahaya iman sebagai buah amal-amal yang saleh serta akhlak-akhlak yang
terpuji.
Sabda Nabi SAW yang artinya:
“ ingatlah dan sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging yang
kalau baik maka jasad itu akan baik pula, dan jika ia rusak, maka semua jasad
pun menjadi rusak. Ingat segumpal daging itu adalah hati “.

2.Membersihkan anggota tubuh dari maksiat

Sesungguhnya setiap anggota tubuh seseorang itu selain berpotensi untuk


ia gunakan melakukan kebajikan yang menjanjikan kebahagiaan dan kehidupan
yang menyenangkan, juga berpotensi untuk ia gunakan melakukan kejahatan yang
akan mengantarkannya pada mala petaka, bencan, dan kerugian dunia akhirat.
Jika seseoorang mendapatkan pertolongan serta petuunjuk dari Allah, hal itu
karena ia mau menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan hal-hal uang
disukai dan diridoi Allah. Contohnya seperti ia gunakan untuk bertasbih, sholat,
zakat, puasa, membaca alquran, berdoa, dan ibadah-ibadah lainnya demi tunduk
kepda keagungan serta kesempurnaan Allah.
Atau ia gunakan anggota tubuhnya untuk mengucapkan kalimat yang
santun kepada sesama saudaranya, untuk mengulur bantuan, untuk menjenguk
orang yang sakit, untuk memberikan pertolongan , untuk menyuruh kepada
21
sesuatu yang makhruf, untuk mencegah dari yang mungkar, untuk membela
kebenaran, untuk memperkokoh banguunan peradaban yang bersih dan kehidupan
yang baik, untuk menyemarakkan dunia dengan kebajikan, keindahan, keadilan
dan kebahagiaanyang diberkahi dan diridhoi oleh Allah.
Dan itu semua bisa dilakukan jika seseorang bisa membersihkan anggota
tubuhnya dari kerusakan dan merusak, dari kezaliman dan menzalimi, dari
kemungkaran dan kekejian, dan juga dari perbuatan maksiat kepada allah
sekalipun itu hanya mengakibatkan dosa kecil.
Sesungguhnya orang yang saleh adalah orang yang dapat mengendalikan
anggota tubuhnya untuk melakukan kebajikan yang manfaatnya kembali bagi
dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.Dia itulah yang sanggup
membersihkan seluruh anggota tubuhnya dari segala sesuatu yang dapat
mengundang kemungkaran allah dan sanggup membersihkannya dari noda-noda
maksiat dengan cara melakukan ketaatan-ketaatan.
Contoh manusia seperti itu adalah manusia yang paling baik, paling utama,
dan paling layak memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Meraka itulah
manusia yang disinggung dalam firman Allah SWT:

Artinya:

“ Sesungguhnya orang yang beriman dan berramal saleh, mereka itulah


adalah sebaik-baik makhluk “(Al-Bayyinah 7)
Sesungguhnya ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada kita
merupakan sarana-sarana yang dapat membersihkan seseorang sekaligus
menjadikan setiap anggota tubuhnya dapat beridabah dan bermanfaat, dan
menanamkan kebajikan baik bagi diri sendiri dan bagi manusia lainnya.
Seandainya manusia berlaku lurus pada manhaj Allah, berjalan di atas
jalan-Nya, dan tidak melampaui batas-bata yang telah ditentukan oleh Allah ,
niscaya mereka semua akan menjadi orang-orang yang baik, yang bertakwa dan
22
yang dikasihi oleh Allah. Mereka saling mencintai dan saling membantu dalam
mengerjakan kebaktian serta ketakwaan.
Dan seandainya setiap orang mau bertakwa kepada tuhannya,
menggunakan setiap anggota tubuhnya untuk taat kepada Allah, niscaya para
malaikat akan menyalaminya di atas tempat tidurnya, duunia akan tunduk di
bawah telapah kakinya, para setan dari jenis manusia dan jin putus asa untuk
menggodanya, cahaya-cahaya akan memenuhi hatinya, dan ia senantiasa
merasakan kebahagiaan yang tidak dapat terlukiskan dalam pelukan Allah Ta’ala.

3.Agar kita dalam menjalankan ibadah sah hukumnya.

Sebelum kita melakukan atau mengerjakan ibadah-ibadah yang


mengharuskan kita untuk bersuci, maka itu menjadi acuan diterimanya atau syah
tidaknya ibadah yang kita lakukan.

4.Agar badan kita suci dari hadast dan najis.

Thaharah merupakan pembersihan badani, akantetapi kalau kita lihat


bahwa ibadah itu tidak meruupakan gerak baban saja melainkan terutama
merupakan gerak atau proses psikologis yang mendalam (khusyu’) sehingga
memungkinkan manusia secara psikologis bertemu dengan Allah SWT.

5.Agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena Allah SWT.
Sangat menyukai rang-rang yang suci atau bersih dari segala macam hadats dan
najis.

6. Kewajiban mensucikan anggota badan adalah mengingatkan orang Islam


untuk selalu bersyukur kepada nikmat Allah dari yang sekecil-kecilnya hingga
yang sebesar-besarnya.3.mensucikan anggota badan adalah untuk menghapus
dosa-dosa yang dilakukan oleh anggota badan tersebut.

7. Memelihara kesehatan.

23
Kebersihan sama dengan menjaga kesehatan. Dengan berusaha untuk
menjaga kebersihan yang artinya menghindari dari berbagai penyakit. Dan
banyak penyakit yang tersebar melalui kotoran atau polda hidup yang tidak bersih.

8. Tuntunan Fitrah
Tentu sebagai manusia, kita mempunyai kecenderungan menyukai
kebersihan baik berupa kebersihan diri, pakaian, tempat dan lain-lain. Disamping
itu kita pun tidak suka pada kotoran dan hal-hal yang menjijikkan.

9. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah demi mendapatkan kebahagiaan di


dunia dan di akhirat kelak.

24
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Bersuci merupakan persyaratan dari beberapa macam ibadah, karena itu


bersuci memperoleh tempat yang utama dalam ajaran Islam. Berbagai aturan dan
hukum ditetapkan oleh syara dengan maksud antara lain agar manusia menjadi
suci dan bersih baik lahir maupun batin.

2. Kesucian dan kebersihan lahir dan batin merupakan pangkal keindahan dan
kesehatan. Oleh karena itu hubungan kesucian dan kebersihan dengan keindahan
dan kesehatan erat sekali.

3. Orang yang tidak mendapatkan kedua alat bersuci dapat melaksanakan sholat

Karena menghormati waktu sholat. Bila ia mendapatkan salah satu alat untuk

Bersuci sebelum habis waktu sholat, ia wajib mengulang sholatnya. Tetapi bila

Baru menemukan setelah waktu sholat habis,ia tidak wajib untuk mengulangi
sholatnya.

B.Saran

Mudah-mudahan ulasan dan penjelasan tentang thaharah, dasar hukum,


jenis air dan jenis najis yang di paparkan pada makalah ini menjadi pengetahuan
dan tambahan bagi kita dan mengingatkan kepada kita bahwa jauh-jauh hari islam
telah mengajarkan kepada kita tentang kebersihan oleh karna sudah layak dan
pantas lah kita sebagai kaum muslimin menjadi pelopor dalam menjaga
kebersihan baik itu kebersihan badan kita maupun kebersihan di sekitar kita.

Dalam penulisan makalah ini,penulis menyadari mungkin terdapat


kekurangan. Untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangun dari
pembaca agar makalah ini jadi lebih baik lagi.

25
Daftar Pustaka

Buku Tuntunan Shalat lengkap

https://www.academia.edu.co.id

https://firdajeka.wordpress.com

https://id.scribd.com

26

Anda mungkin juga menyukai