Anda di halaman 1dari 11

Budaya Maritim Masyarakat Daerah

Sulawesi Tenggara
Nama : Mita Oktavia R
Stambuk : F1D119036
Mt. Kuliah : Wawasan kemaritiman
Dosen : Prof.Dr. JAMILI M. Si.
Sistem budaya bahari mencakup sistem sistem pengetahuan, gagasan,

keyakinan/kepercayaan, nilai dan norma dengan pemanfaatan sumber daya dan jasa-jasa laut.

Sistem pengetahuan nelayan mencakup antara lain : pengetahuan tentang biota laut bernilai

ekonomi tinggi, pengetahuan tentang lokasi dan sarang ikan, tentang musim, tentang tanda-

tanda di (laut, darat, angkasa/perbintangan) dan pengetahuan tentang nilai sosial budaya.

Sumber daya perikanan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian nasional, sehingga

keberadaan sumber daya perikanan ini merupakan peluang bagi sumber pertumbuhan

ekonomi nasional dan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pada

kenyataannya potensi sumber daya perikanan di Indonesia masih belum bisa dikelola dan
LOGO
A . Pengertian Budaya Maritim
Budaya dalam arti praktis dapat dimengerti sebagai
perwujudan dari sistem nilai suatu budaya masyarakat yang
memperlihatkan karakter yang tampak mencolok sehingga mudah dikenali
kehadirannya. Beberapa suku atau komunitas di nusantara yang dikenal
memperlihatkan kehidupan yang erat dengan laut antara lain Aceh, orang
selat, Bugis-makassar, mandar Madura suku Jawa, khususnya sebelum
terjadinya kemunduran di laut dan Mataram kehilangan daerah pesisir Utara
Jawa akibat masuknya VOC Belanda. Di antara suku-suku tersebut
tampaknya kehadiran orang Buton dalam kaitan dengan kelautan belum
banyak diungkap. Buton bukan untuk menyebut suku bangsa tertentu,
melainkan wilayah yang diikat oleh kesultanan yang meliputi daerah sekarang
yang merupakan sebagian besar provinsi Sulawesi tenggara.
B. Sistem Pengetahuan Masyarakat Maritim Daerah Sultra
Sistem pengetahuan merupakan salah satu unsur
kebudayaan universal, yang ada dan bisa didapatkan di dalam
semua kebudayaan di dunia, baik dalam masyarakat pedesaan
yang kecil terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang
besar dan kompleks. Sistem pengetahuan lahir dari hasil
pengalaman dan daya kreativitas masyarakat untuk digunakan
sebagai petunjuk atau pedoman dalam melakukan aktivitas
demi kelangsungan hidup sehari-hari. Sistem pengetahuan
tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Masyarakat nelayan Buton tentunya tidak bisa mengabaikan
pengetahuan yang berhubungan dengan lingkungan laut.
Seperti pengetahuan tentang gejala alam (tentang musim,
bulan, bintang, gugusan karang dan tanda-tanda lain yang
akan terjadi.
Semua ini sangat membantu pekerjaan mereka dalam menangkap ikan
dan biota laut lainnya. Semua tanda-tanda gejala alam tersebut dapat
menjadi pedoman atau petunjuk bagi orang-orang Buton. Mereka
belajar dari lingkungan laut, bahkan dapat dikatakan alam lingkungan
laut itulah yang membentuk persepsi dan kearifan lokal mereka. Tanpa
pengetahuan tersebut, niscaya akan sulit bagi orang-orang Buton
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menangkap ikan dan
biota laut lainnya. Bahkan mungkin saja akan menimbulkan kegagalan
atau bencana bagi orang Buton, seperti tidak membawa hasil,
tenggelam di laut, tersesat, dibawa arus.
C. Kondisi Potensi Perikanan di Sultra

Di Sulawesi Tenggara terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) yang menjadi


sarana transaksi hasil ikan laut. Dalam proses transaksi di TPI, nelayan berhadapan
dengan banyak pembeli sehingga nelayan yang menjual hasil ikannya di TPI umumnya
akan mendapat harga yang paling menarik jika dibandingkan dengan mereka yang
menjual di laut, sayangnya tidak semua proses transaksi dilakukan secara kontan. Hal
ini yang mendorong para nelayan memerlukan uang kontan segera dan tidak sabar
menjual hasilnya di luar TPI. Akibatnya harga ikan yang mereka jual jauh di bawah
harga TPI dan seringkali hanya bisa untuk menutup biaya operasi menangkap ikan di
laut lepas. Kondisi ini sering kali menimpa para nelayan kecil yang membutuhkan dana
segar segera mungkin untuk menutupi biaya kehidupan ekonomi mereka.
D. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Di Sulawesi Tenggara

Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakanpeluang bagi


masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan
melaksanakan kegiatannya yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen
dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Memberdayakan masyarakat pesisir
tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena
dalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masyarakat di
antaranya: masyarakat nelayan tangkap, masyarakat nelayan pengumpul/ bakul,
masyarakat nelayan buruh dan masyarakat nelayan tambak.
E. Budaya
E. Budaya Maritim
Maritim Masyarakat
Masyarakat Sulawesi
Sulawesi Tenggara
Tenggara

Masyarakat maritim
Masyarakat maritim di
di pesisir
pesisir Sulawesi
Sulawesi Tenggara
Tenggara memiliki
memiliki banyak
banyak
budaya diantaranya
budaya diantaranya seperti
seperti :: mereka
mereka memandang
memandang laut
laut memiliki
memiliki kekuatan
kekuatan yang
yang
bersumber dari
bersumber dari penguasa
penguasa atau
atau penjaganya.
penjaganya. Pada
Pada tempat-tempat
tempat-tempat tertentu
tertentu di
di
laut diyakini
laut diyakini dan
dan dijaga
dijaga oleh
oleh makhluk
makhluk yang
yang memiliki
memiliki kekuatan
kekuatan gaib.
gaib. Bilamana
Bilamana
manusia tidak
manusia tidak patuh
patuh dan
dan mengikuti
mengikuti aturan
aturan di
di lokasi
lokasi tersebut
tersebut maka
maka mara
mara
bahaya yang
bahaya yang akan
akan muncul.
muncul. Mereka
Mereka juga
juga senantiasa
senantiasa membaca
membaca mantra
mantra bila
bila
saat akan
saat akan menangkap
menangkap ikan.
ikan. Selain
Selain itu
itu ada
ada cara
cara pengobatan
pengobatan khas
khas suku
suku yang
yang
ada di
ada di Wakatobi
Wakatobi yaitu
yaitu tradisi
tradisi ritual
ritual Duata.
Duata.
Tradisi ini dilakukan untuk mengobati orang yang sakit keras dan
tidak dapat disembuhkan dengan cara pengobatan biasa atau
medis. Upacara ini dilakukan sewaktu-waktu apabila ada
masyarakat yang mengalami sakit seperti di atas, ada 6 proses
yang harus dilakukan yaitu persiapan sarana material,
Memeriksa Tubuh pasien, prosesi penyiraman pertama,
penyiraman kedua, tetabuhan gendang dan permohonan
keselamatan dan kesembuhan dan masih banyak lagi budaya
lainnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai