Sasi merupakan adat khusus yang berlaku hampir di seluruh pulau di Provinsi Maluku
(Halmahera, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Kep. Lease, Watubela, Banda, Kep. Kei, Arudan
Kep. Barat Daya dan Kep. Tenggara di bagian barat daya Maluku) dan Papua (Kep. Raja
Ampat, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak dan Numfor, Yapen, Waropen, Sarmi,Kaimana dan
Fakfak). Sasi juga memiliki nama lain, yakni Yot di Kei Besar dan Yutut di Kei Kecil. Sasi juga
dikenal sebagai cara pengolahan sumber daya alam di desa-desa pesisir Papua.
Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam tertentu
sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati
(hewani maupun nabati) alam tersebut. Karena peraturan-peraturan dalam pelaksanaan
larangan ini juga menyangkut pengaturan hubungan manusia dengan alam dan antar
manusia dalam wilayah yang dikenakan larangan tersebut, maka sasi, pada hakikatnya,
juga merupakan suatu upaya untuk memelihara tata-krama hidup bermasyarakat,
termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari hasil
sumberdaya alam sekitar kepada seluruh warga/penduduk setempat. Saat ini, sasi
memang lebih cenderung bersifat HUKUM ADAT bukan tradisi, dimana sasi digunakan
sebagai cara mengambil kebijakan dalam pengambilan hasil laut dan hasil pertanian.
Namun, secara umum, sasi berlaku di masayarakat sebagai bentuk etika tradisional.
Sasi tidak berhubungan dengan ritus kelahiran, perkawinan, kematian dan pewarisan,
melainkan lebih cenderung bersifat tabu dan kewajiban setiap individu dan masyarakat
dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki. Seperti yang kita tahu, bahwa taboo
atau tabu berfungsi untuk menjaga kestabilan hidup masyarakat. Tabu seringkali
dikaitkan dengan sesuatu yang terlarang, karena akan mengakibatkan dampak buruk
bagi orang yang melanggar tabu.
TUJUAN SASI
Dengan demikian tujuan sasi adalah ;
1. Menjaga ketertiban dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan,
sehingga terjadinya pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan tersebut.
2. Mengatur penggunaan hak seseorang secara tepat, menurut waktu yang
ditentukan dalam pengelolaan maupun pemanfaatan hasil produksi tanaman.
3. Menumbuhkan tingkah laku dan pola pikir masyarakat yang berwawasan
lingkungan terhadap generasi berikutnya.
Adapun para anggota Kewang dipilih dari setiap soa (marga) yang ada di Haruku.
Sedangkan Kepala Kewang Darat maupun Laut, diangkat menurut warisan atau garis
keturunan dari datuk-datuk pemula pemangku jabatan tersebut sejak awal mulanya
dahulu. Demikian pula halnya dengan para pembantu Kepala Kewang. Sebagai
pengawas pelaksanaan sasi, Kewang berkewajiban:
KLASIFIKASI SASI
Ada beberapa jenis sasi yang dikenal oleh masyarakat Maluku, antara lain ;
1. Sasi Negeri ; atau disebut juga sasi adat. Sepenuhnya dilakukan secara adat,
dipimpin oleh kepala desa (raja) yang betindak sebagai kepala persekutuan
hukum-hukum adat di desanya, dibantu oleh perangkat desa (tua-tua adat) yang
terdiri dari kepala soa, mauweng dan kewang. Adapun fungsi mereka adalah (1)
kepala soa berfungsi membantu raja dalam mengatur jalannya upacara adat,
pada waktu “buka sasi” dan “tutup sasi”; (2) mauweng berfungsi sebagai
penghubung antara masyarakat adat dengan roh-roh para leluhur ; (3) kewang
berfungsi untuk mengatur teknis pelaksanaan sasi di lapangan dan sekaligus
mengawasi setiap pelanggarannya.
2. Sasi Darat ; dikenakan pada hasil-hasil di daratan seperti hasil tanaman dan
hasil hutan. Menurut tempat maupun jenisnya, kita mengenal sasi hutan, sasi
rotan, sasi damar, sasi batu, sasi kali, sasi kelapa, sasi lemong (jeruk) dan
sebagainya.
3. Sasi Laut ; dikenakan terhadap hasil laut. Menurut jenisnya biasanya dikenal
dengan sasi kawalinya, sasi lompa, sasi make, sasi teripang, dan sebagainya.
4. Sasi Perorangan ; biasanya dilakukan oleh satu keluarga (extended family).
hanya terbatas pada milik keluarga (= kebun, hutan) tersebut. pelaksanaan dan
pengawasannya juga, hanya terbatas pada keluarga tersebut. Pemerintah desa,
hanya mendapat pemberitahuan.
Sasi berdasarkan lokasi dan jenis sumber daya alam. Sasi juga dapat diberlakukan
lokasi-lokasi dan jenis-jenis sumber daya alam, yang terbagi menjadi empat kelompok
utama, yakni sebagai berikut:
Di laut (Sasi laut), sasi tersebut diberlakukan dari batas air surut ke batas awal air yang dalam
pada saat tertentu, yakni sebagai berikut :
Menangkap ikan seperti lompa (Thryssa baelama) (Engraulidae) serta jenis ikan
lainnya, termasuk teripang (Holothuroidea) dan udang;
Menangkap ikan-ikan di teluk-teluk tertentu dan pada waktu-waktu tertentu;
Menangkap ikan dengan menggunakn jaring yang bermata kecil (redi karoro);
Menangkap ikan dengan menggunakan bom atau bahan beracun;
Menangkap ikan dengan menggunakan jaring khusus untuk daerah
penangkapan tertentu;
Mengambil lola (Trochus niloticus), karang laut, karang laut hitam, batu karang
dan pasir;
Mengumpulkan rumput laut untuk keperluan makanan atau untuk dijual.