Anda di halaman 1dari 19

Hukum Adat Sasi

Eli Epi Julita Simbolon 163112620150001


Fharel Putra Priyatna 163112620150007
Annisa Haryanti Nurhasanah 163112620150012
Sri Tunggal Muhammad Kalam 163112620150034
Shilah Nuzula Utami 163112620150043
Raden Mochammad Irvan Hernanda 163112620150049
Maya Salsabila 163112620150057
Sasi merupakan adat khusus yang berlaku hampir di seluruh pulau di
Provinsi Maluku (Halmahera, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Kep. Lease,
Watubela, Banda, Kep. Kei, Aru dan Kep. Barat Daya dan Kep. Tenggara
di bagian barat daya Maluku) dan Papua (Kep. Raja Ampat, Sorong,
Manokwari, Nabire, Biak dan Numfor, Yapen, Waropen, Sarmi, Kaimana
dan Fakfak).
Nama lain : Yot di Kei Besar dan Yutut di Kei Kecil. Sasi juga dikenal

sebagai cara pengolahan sumber daya alam di desa-desa pesisir Papua.

Sasi di Maluku dikelola oleh sebuah lembaga adat di bawah Raja atau

Kepala Desa yang disebut Kewang.


Pengertian

Sasi merupakan suatu tradisi masyarakat negeri di Maluku, untuk menjaga

hasil- hasil potensi tertentu. Bila sasi dilaksanakan, maka masyarakat

dilarang untuk memetik buah-buah tertentu di darat dan mengambil hasil

tertentu dari laut selama jangka waktu yang di tetapkan oleh pemerintah

desa (Frank L. Cooley, 1987).


Hukum Sasi

Hukum Sasi, yaitu suatu sistim hukum lokal yang berisikan larangan dan

keharusan untuk memetik atau mengambil potensi sumber daya alam

dari jenis tertentu untuk suatu jangka waktu pendek (W. Pattanama &

M.Patipelony, 2003).
Peranan Sasi

sebagai wadah pengamanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan

mendidik dan membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang merupakan

suatu upaya untuk memelihara tata krama hidup bermasyarakat

upaya pemerataan dan pembagian pendapatan dari sumber daya alam

kepada seluruh masyarakat atau warga masyarakat setempat.


Kategori sasi

Sasi perorangan, yakni berlaku hanya untuk lahan saja, karena laut milik
umum.
Sasi umun, hanya berlaku untuk tingkat desa saja.
Sasi gereja dan sasi masjid, yaitu sasi yang disetujui oleh pihak gereja,
masjid atau masyarakat umum.
Sasi negeri, yakni sasi yang disetujui oleh pemerintah lokal, seperti
kepala desa, para bupati, contohnya untuk mengatasi masalah
perselisihan mengenai batas wilayah.
Jenis-Jenis Sasi

Sasi Umum, adalah sasi yang diterapkan oleh seluruh warga desa. Sasi

umum terbagi atas 2, yaitu:

a. Sasi Air : Sasi Laut, Sasi sungai/kali

b. Sasi darat : Sasi hutan, sasi binatang, sasi agama/sasi rohani, sasi

negeri/kampong, sasi babaliang


Sasi Laut

Menangkap ikan seperti lompa (Thryssa baelama) (Engraulidae) serta jenis


ikan lainnya, termasuk teripang Holothuroidea dan udang
Menangkap ikan-ikan di teluk-teluk tertentu dan pada waktu-waktu tertentu;
Menangkap ikan dengan menggunakn jaring yang bermata kecil (redi
karoro);
Menangkap ikan dengan menggunakan bom atau bahan beracun;
Menangkap ikan dengan menggunakan jaring khusus untuk daerah
penangkapan tertentu;
Mengambil lola (Trochus niloticus), karang laut, karang laut hitam, batu
karang dan pasir;
Mengumpulkan rumput laut untuk keperluan makanan atau untuk dijual.
Sasi Sungai

Menangkap ikan dan udang;


Menangkap ikan dengan menggunakan jaring bermata kecil;
Menangkap ikan dengan bom atau racun;
Mengumpulkan kerikil dan pasir;
Menebang pohon dalam radius 200 dari sungai atau dari sumber-sumber
air.
Sasi Hutan

Mengambil hasil pohon-pohon liar yang ditanam di hutan, seperti


kelapa, durian, cengkeh, pala, langsat, mangga, nenas, kenari, pinang,
sagu, enau dan lain sebagainya;
Mengambil daun sagu untuk atap rumah;
Menebang pohon pinang dan pohon lainnya yang sedang berbuah untuk
membuat pagar;
Menebang pohon untuk kayu bakar atau kayu bangunan;
Menebang pohon pada lereng-lereng tertentu;
Penghijauan;
Berburu burung mamalia di hutan.
Sasi Pantai

Mengambil hasil hutan mangrove;


Mengambil telur burung gosong/maleo
yang hitam.
Upacara Tutup Buka

Upacara tutup dan buka menurut adat :


Upacara tutup buka sasi menurut gereja :
Nilai-nilai Substantif

penggunaan hak seseorang secara tepat menurut waktu yang


ditentukan untuk memetik hasil dari dusunnya.
mencegah timbulnya sengketa atas tanah dan air antar sesama anak
negeri atau antar penduduk negeri yang berbatasan.
pemeliharaan dan pelestarian alam lingkungan laut dan darat.
Kewajiban untuk memanjakan tanaman-tanaman dan mahkluk hidup di
laut.
Menghindari kecelakaan bagi orang-orang perempuan.
Mengurangi kemungkinan timbulnya kejahatan berupa pencurian.
Sanksi Terhadap Pelanggar

pada masa tutup sasi maka hukuman yang diberikan oleh pemerintah
negeri yaitu raja dan perangkat negeri kepada si pelanggar adalah
ditangkap, dipertontokan dihadapan masyarakat umum dan mendapat
hukuman fisik lainnya seperti: cambuk,dikenakan denda,kerja paksa dan
dikucilkan dari tengah tengah kehidupan masyarakat.

hukuman yang akan diberikan oleh arwah atau roh-roh tete nenek
moyang (leluhur) antara lain: anak sakit-sakitan secara terus menerus
dan akhirnya meninggal dunia sehingga keluarga itu tidak memiliki
seorang keturunanpun. Istilah lokal adalah tutup mataruma
Efektifitas hukum adat sasi dalam menjaga lingkungan dan
kedudukan hukum adat sasi laut terhadap hukum positif di
Indonesia khususnya terkait dalam masalah lingkungan.

Kedudukan hukum adat sasi laut terhadap hukum positif di Indonesia


khususnya terkait dalam masalah lingkungan. Hukum itu ada kaitannya
dengan lingkungan, karena secara tidak langsung hukum itu dapat
memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam yang ada guna
menjaga kelestarian di daerah tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dari hukum adat muncul konsep
tentang hak adat.
Hukum positif adalah hukum yang mengatur tentang perlindungan
terhadap sumber daya alam. Hukum positif di Indonesia yang terkait
dalam masalah lingkungan seperti: UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan UU No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kesimpulan

Sasi merupakan kearifan lokal yang dijadikan prinsip dan pedoman hidup

masyarakat di seluruh pulau di Provinsi Maluku dan Papua yang

menjunjung tinggi pelestarian lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai