Anda di halaman 1dari 6

PERATURAN PERATURAN BIOPROSPEKSI

TUGAS BIOPROSPEKSI

Oleh

Hidayati Azizah (143112620150034)


Aulia Rachman (153112620150017)
Dian Merdekawati (163112620170129)
Annisa Haryanti Nurhasanah (163112620150012)
Efa Uswatun Khasanah (163112620150092)

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
Convention on Biological Diversity
Convention on Bioligical Diversity (CBD) merupakan perjanjian internasional yang
memiliki tiga tujuan utama, yaitu konservasi keanekaragaman hayati, keseimbangan
pemanfaatan keanekaragaman hayati, serta adil dan meratanya bagian dari keuntungan
dalam menggunakan sumber genetik.
Prinsip dari CBD sendiri berdasarkan dari piagam PBB dan juga prinsip-prinsip
hokum internasional, pemerintah memiliki hak untuk mengeksploitasi sumber daya mereka
sesuai dengan peraturan yang mereka miliki (peraturan lingkungan) dan berkewajiban
untuk mengontrol agar tidak terjadi kerusakan pada lingkungan yang berada di area
pemerintahannya ataupun yang berada di dalam area Negara lain.

Jangkauan Hukum yang dimiliki CBD adalah setiap Negara harus mengikuti peraturan
yang dimiliki oleh Negara-negara lain. Hukum ini berlaku apabila terjadi ;
1. Terjadi kasus eksploitasi keanekaragaman hayati yang berada di dalam wilayah
hukum nasionalnya, dan
2. Efek yang dihasilkan dari eksploitasi tersebut tidak hanya melingkupi kawasan
nasional saja namun, hingga ke luar batas wilayah nasional (negara lain).
Cartagena Protocol
Sebagai konvensi induk, United Nations Convention on Biological Diversity
(UNCBD) hanya mengatur penerapan bioteknologi secara umum dan mengarahkan para
pihak untuk membentuk pengaturan-pengaturan lainnya yang dapat secara khusus mengatur
lebih lanjut mengenai bioteknologi. Pada KTT Bumi tahun 1992 di Brazil, masyarakat
internasional setuju untuk membentuk Cartagena Protocol yang ditujukan untuk
menindaklanjuti pasal 19 ayat 3 konvensi mewajibkan para pihak untuk
mempertimbangkan kebutuhan akan protokol untuk menentukan prosedur yang sesuai di
bidang pengalihan, penanganan, dan pemanfaatan Organisme Hasil Modifikasi Genetik
(OHMG).
Cartagena Protocol merupakan yang dilandasi pada sebuah pada sebuah UU No.5
tahun 1994 yang membahas mengenai penerapan bioteknologi, yang dimana mengatur
pergerakan lintas batas, penanganan dan pemanfaatan Organisme Hasil Modifikasi Genetik
(OHMG) sebagai produk dan bioteknologi modern. Prinsip yang dimiliki oleh protocol ini
adalah mencegah dan menanggulangi dampak yang merugikan dari penggunaan
bioteknologi. Hukum yang diberikan dalam kasus ini adalah mewajibkan para pihak yang
terlibat dalam pengunaan bioteknologi (merugikan) untuk bertanggung jawab dan
memberikan ganti rugi atas kerusakan yang terjadi.
Perjanjian Pengalihan Material (PPM) atau Material Transfer Agreement (MTA)
PPM/MTA adalah perjanjian yang dibuat berdasarkan dari pasal 15 ayat 4 KKH
yang berisi :
1. Kesepakatan bersama,
2. Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal (PADIA), dan
3. pembagian keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan SDG secara adil dan
sebanding.
PPM/MTA merupakan perjanjian sederhana, singkat dan tidak dilakukan secara
teknis namun memungkinkan kedua belah pihak melakukan negosiasi dalam semua aspek
penelitian dan pengembangan Sumber Daya Genetis (SDG), baik dalam pengembangan
komersial ataupun non-komersial. Prinsip dari perjanjian ini adalah untuk menjadi panduan
dalam melaksanakan kegiatan penelitian yang menggunakan SDG agar tidak menimbulkan
kerugian bagi kesehatan dan keselamatan manusia, kelestarian fungsi lingkungan hidup,
kerukunan bermasyarakat dan keselamatan bangsa. PPM/MTA juga menetapkan hak juga
kewajiban bagi semua pihak, termasuk pihak ketiga yang juga terlibat di dalam kegiatan
yang dilakukan.
International Cooperative Biodiversity Groups (ICBG)
Program ICBG adalah untuk perbaikan kesehatan manusia melalui penemuan obat,
insentif untuk konservasi keanekaragaman hayati, dan model baru kegiatan ekonomi
berkelanjutan yang fokus pada lingkungan, kesehatan, kependudukan dan demokrasi, juga
memberikan keuntungan yang adil bagi kedua belah pihak. Prinsip dari ICBG ini adalah
memberikan dorongan dalam bidang bioprospeksi agar lebih berkembang namun
keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan tetap seimbang dan untuk mengumpulkan SDA
yang berpotensi untuk dapat dipergunakan dalam proses bioprospeksi secara berkelanjutan.
Keuntungan yang didapatkan dari perjanjian ini adalah persetujuan tentang
kompensasi dalam pemberian royalti dan juga pembayaran (dalam proses pelaksanaan
kegiatan). Keuntungan lain yang juga didapatkan adalah mungkinnya dilakukan penelitian
terhadap suatu penyakit penting yang berasal dari negara tersebut dan juga terbentuknya
hubungan kolaborasi yang dapat mengurangi durasi penelitian atau kegiatan tersebut.
Prior Informed Consent (PIC) dan Access and Benefit Sharing System (ABS)
Pasal 15 ayat 5 dalam Convention on Bioligical Diversity (CBD) memiliki beberapa
prinsip yang diantaranya:
1. Kepastian dan kejelasan hukum.
2. Akses menuju sumber daya genetik harus difasilitasi dengan biaya seminimal mungkin.
3. Pembatasan terhadap akses menuju sumber daya genetik harus transparan sesuai dengan
aturan hukum, bukan untuk menghambat tujuan dari CBD.
4. Perolehan izin yang diberikan oleh otoritas nasional yang kompeten dan relevan di
Negara penyedia.
Berdasarkan poin 4 di atas, terbentuklah PIC (Prior Informed Consent) yang juga dikuatkan
oleh pasal 6 Protokol Nagoya. PIC ini sendiri merupakan izin yang diberikan oleh pihak
yang menyediakan Sumber Daya Genetik (SDG) dengan jalan menginformasikan terlebih
dahulu mengenai rencana pemanfaatan SDG.
Setelah proses perizinan selesai langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah
dengan mengurus Access and Benefit Sharing System (ABS). ABS ini sendiri ditujukan
agar adanya persetujuan tentang pengaturan pembagian keuntungan yang adil dan sama.
Pembagian manfaat dalam perizinan ini dibagi menjadi dua, yaitu yang bersifat materi dan
non-materi. Bentuk dari yang sifatnya materi dapat berupa biaya akses, pembayaran royalti,
pembayaran lisensi untuk komersialisasi, dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat
non-materi dapat berupa saling berbagi hasil penelitian, kolaborasi, kerjasama dan
keikutsertaan peneliti lokal dalam penelitian yang akan dipublikasi, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai