Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 152

Tinjauan Pustaka

Miokarditis Difteri
Uvitha Yulistin Suchyar1, Didik Hariyanto2

Abstrak
Miokarditis difteri terjadi pada 10-20% pasien yang awalnya dengan orofaringitis. Secara umum, miokarditis
difteri mempunyai angka kematian ± 60%, dan penyumbang sebagian besar kematian yang berhubungan dengan difteri.
Manifestasi utama dari miokarditis difteri adalah kardiomiopati dilatasi dan berbagai jenis disritmia serta gangguan
konduksi. Penggunaan alat pacu jantung sementara dalam pengobatan miokarditis difteri dapat memberikan manfaat
untuk pasien dengan blok jantung derajat dua. Setidaknya >25% dari anak-anak dan remaja selamat setelah
pemasangan alat pacu jantung sementara untuk pengobatan gangguan konduksi yang berat dalam hubungan dengan
miokarditis difteri.
Kata kunci: Miokarditis Difteri, Kardiomiopati Dilatasi

Abstract
Diphtheritic myocarditis occurs in 10-20% of patients presenting with oropharyngitis. Diphtheritic myocarditis is
associated with a mortality rate of 60-70%, and is the most common cause of death in diphtheria. The main manifestation
of diphtheritic myocarditis are dilated cardiomyopathy, various types of dysrhytmias and conduction disturbances.
Insertion of temporary pacemaker for treatment of diphtheritic myokarditis may provide the benefit for patients with
second degree heart block. At least, >25% of children and adolescents survived after a cardiac pacemaker was
temporarily inserted for the treatment of severe conduction disturbances in association with diphtheritic myocarditis.
Keywords: Diphteritic myocarditis, Dilated Cardiomyopathy

Affiliasi penulis : 1. PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah gangguan konduksi. Jika blok jantung total yang
Fakultas Kedokteran UNAND / RSUP Dr. M. Djamil; 2. Bagian
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNAND / berkembang, maka prognosisnya hampir selalu mati
RSUP Dr. M. Djamil
Korespondensi : Jalan Perintis Kemerdekaan Padang
dan pemulihan dilaporkan hanya pada beberapa kasus.
kardiologiunand@yahoo.com Telp: 075136494 Meskipun peranan penggunaan alat pacu jantung
sementara dalam pengobatan miokarditis difteri belum
Pendahuluan
Miokarditis adalah suatu peradangan, pasti, tapi prosedur ini memberikan manfaat untuk

nekrosis, atau miositolisis yang mengenai miokardium pasien dengan blok jantung derajat dua.3,4

oleh sebab apapun, baik oleh invasi langsung kuman, Oleh karena itu, dalam tinjauan klinis ini akan

toksinnya atau kompleks reaksi antigen antibodi dibahas lebih dalam mengenai miokarditis difteri.

dengan atau tanpa disertai gejala sistemik dari suatu Pembahasan


proses penyakit atau keterlibatan endokardium atau Miokarditis Difteri
perikardium. Miokarditis pada anak masih merupakan
Miokarditis difteri adalah suatu penyakit
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh
inflamasi dari miokardium yang disebabkan oleh toksin
dunia. Konsekuensi jangka panjang utama dari
Corynebacterium diphtheria. Toksin yang poten secara
miokarditis adalah terjadinya kardiomiopati dilatasi
berlebihan menyerap ke sirkulasi dan merusak organ,
(Dilated Cardiomyopathie) dengan gagal jantung.1
berpotensi mengakibatkan kematian. Meskipun infeksi
Miokarditis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
primernya terjadi pada bagian lain mukosa faring, lesi
parasit, jamur, protozoa, penyakit yang didasari oleh
biasanya terjadi sebagai peradangan pseudomembran
imun termasuk demam rematik dan penyakit Kawasaki,
lokal pada permukaan mukosa saluran pernapasan
dan penyakit vaskuler kolagen serta obat-obatan
bagian atas dan secara sistemik lesi jantung dan (pada
tertentu. Miokarditis difteri timbul pada lebih dari 1/4
tingkat lebih rendah) saraf. Keterlibatan jantung
kasus penderita difteri. Secara umum, miokarditis difteri
biasanya terjadi pada akhir minggu kedua infeksi di
mempunyai angka kematian ± 60%, dan penyumbang
sekitar 10%-25% dari pasien dan merupakan penyebab
sebagian besar kematian yang berhubungan dengan
utama kematian dari penyakit ini. Manifestasi di jantung
difteri.2,3
termasuk disfungsi miokard seperti bradiaritmia dan
Manifestasi utama dari miokarditis difteri adalah
takiaritmia.1,3,5,6
kardiomiopati dilatasi dan berbagai jenis disritmia serta

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 153

terjadi pada >50% dari yang kasus difteri yang


1. Patogenesis fatal. Tetesan lemak muncul sebagai konfigurasi
Toksin Difteri, yang disekresi oleh strain “manik-manik” di sarcoplasm sel otot dengan noda
toksigenik dari C. diphtheriae, adalah polipeptida minyak Red O. Inti dapat membentuk konfigurasi
tunggal Mr 58.342. Strain toksigenik C. diphtheriae kromatin caterpillar. Beberapa inti yang pyknotic.
membawa struktur gen tox yang ditemukan di Sel "Caterpillar" adalah histiosit. Degenerasi
lisogenik corynebacteriophages β tox+, γ tox+, dan neutrofil di sarcoplasma sel miokard adalah jarang
ω tox+. Strain yang sangat toksik mempunyai dua kecuali di daerah degenerasi maksimal, dimana
atau tiga gen tox+ yang dimasukkan ke genom. berhubungan dengan perdarahan sedikit. Tidak
Ekspresi gen diatur oleh bakteri host dan ada sel-sel inflamasi lainnya yang diamati. Lesi
tergantung zat besi. Pada konsentrasi zat besi jaringan konduksi yang tidak luas. Kelainan
yang rendah, regulator gen dihambat, pembuluh koroner, endocardium, atau epikardium
mengakibatkan peningkatan produksi toksin. tidak terlihat.9
Toksin diekskresikan dari sel bakteri dan Dalam sebuah penelitian terhadap 102 pasien
mengalami pembelahan untuk membentuk dua yang meninggal karena intoksikasi difteri, proses
rantai, A dan B, yang diikat bersama oleh ikatan dystrophic-nekrotik di konduksi jantung dan sistem
disulfida yang merantaikan antara residu sistein saraf intramural di kontraktil miokardium diamati
pada posisi 186 dan 201. Peningkatan konsentrasi antara hari 1 dan 8 (Perkembangan Myocarditis
toksin, efek toksik melebihi daerah setempat mengalami dua tahap: awal eksudatif [hari ke-3
disebabkan oleh distribusi toksin di sirkulasi. penyakit] dan akhir produktif [awal hari > 9 menjadi
Toksin difteri tidak memiliki organ target khusus, penyakit]). Hasil akhirnya adalah sclerosis miokard
tapi miokardium dan saraf perifer yang paling jantung tampak kasar, melebar, pucat, dan lembek,
terpengaruh. Setelah invasi oleh bakteriofag, dengan karakteristik "Bergaris-garis" di
patogen menghasilkan eksotoksin yang miokardium. Bagian dari miokardium menampilkan
menghambat elongasi intraseluler faktor 2 dan area degenerasi hialin yang luas dan nekrosis yang
sintesis protei. Kerusakan pada jantung meliputi berhubungan dengan peradangan aktif dalam
edema, kongesti, infiltrasi oleh sel mononuklear, ruang interstitial. Infiltrat sel mononuklear dengan
dan perubahan lemak dalam serat otot dan sistem sitoplasma eosinofilik tampak dalam area ini.
konduksi. Toksin dapat mengurangi ambang Pewarnaan antibodi pada jaringan menunjukkan
eksitasi dari miokardium yang rusak.7,8 distribusi toksin yang rata dalam serat miokard.
Infeksi difteri pada manusia dapat berakhir Toksin tidak diamati di daerah nekrosis yang luas.
dengan gagal jantung akut atau mungkin fatal pada Mikrograf electron menunjukkan perubahan
minggu akhir selama masa pemulihan. ultrastruktur yang mencolok dalam serat otot yang
Pemeriksaan jaringan jantung setelah kematian terlibat. Mitokondria bengkak dan menunjukkan
menunjukkan kerusakan jantung dalam banyak hilangnya matriks dan disorganisasi dari krista.
kasus, meskipun lesi patologisnya bervariasi dan Bahan osmophilic padat sering terlihat dalam
tidak konsisten, mungkin mewakili perubahan yang mitokondria. Myofibril yang rusak terganggu di
berhubungan dengan pajanan kumulatif terhadap fokus tersebar, ruang yang kosong, tanpa struktur,
toksin. Ketika konsentrasi toksik yang rendah, pucat. Sejumlah tetesan lemak terlihat dalam serat
ruang-ruang jantung dapat melebar tanpa ada otot. Sarkoplasma reticulum tubulus tidak
efusi atau malformasi. Katup-katup, pembuluh menunjukkan perubahan yang signifikan. Butiran
koroner, epikardium, dan endocardium masih kromatin mengelompok dan terletak dekat inti
normal. Miokardium tampak coklat muda dan membran.9
lembut. Miokardium tampak terdistorsi oleh area
distribusi degenerasi granular yang luas dan
kehilangan alur pergoresan. Tetesan lemak netral

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 154

Gambar 1. Patogenesis miokarditis dan berkembang menjadi kardiomiopati dilatasi

dengan keterlibatan miokard atau sistem


Perkembangan dari miokarditis menjadi konduksi.3,8,11
kardiomiopati dilatasi tampaknya terjadi secara
predominan pada pasien dengan inflamasi kronik Adanya tampilan klinis yang berat (toksik), bull
yang dikonfirmasi secara histology yang tidak bisa neck, obstruksi laring, trombositopenia, neuropati,
mengeliminasi infeksi dari agent microba atau atau gagal ginjal akut pada pasien difteri, hal ini
dapat berkembang menjadi autoantibody jantung berhubungan dengan perkembangan myocarditis,
pathogen yang langsung terhadap struktur yang merupakan penyebab utama dari hasil yang
miokard, sarcoplasma, atau protein sarcolemmal. fatal. Hal ini telah mengkonfirmasi laporan
Gambar 1 menjelaskan bagaimana miokarditis sebelumnya bahwa peradangan yang berat dan
berkembang menjadi kardiomiopati dilatasi.10 keterlibatan sistemik oleh aksi toksin difteri
dikaitkan dengan perkembangan miokarditis.6,8
2. Penegakkan Diagnosis
Miokarditis difteri terjadi pada 10-20% pasien 3. Pemeriksaan Penunjang
dengan tampilan orofaringitis. Miokarditis difteri ini Elektrokardiografi (EKG)
berhubungan dengan angka mortalitas 60-70% Miokarditis difteri sering berkomplikasi dengan
dan penyebab kematian yang paling sering pada aritmia yang dapat menyebabkan kematian
difteri. Pasien dengan miokarditis difteri biasanya mendadak jika tidak dikelola dengan baik.
muncul dengan tampilan pucat, gelisah, dan Gambaran EKG yang berhubungan dengan difteri
lemah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
nadi normal, baik cepat atau lambat, dyspnea, tanpa gejala yang berupa PR interval yanga
gagal jantung kongestif dimana terjadi pada memanjang dan perubahan gelombang T, dan
keadaan dilatasi kardiomiopati atau kadang- kelompok yang bergejala berupa intraventrikular
kadang syok kardiogenik, dan dari gambaran block dan AV konduksi AV. Kelainan EKG pada
elektrokardiogram (EKG) biasanya abnormal difteri yang berat berlangsung selama beberapa
hari setelah hilangnya gejala klinis. Kelainan EKG

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 155

(misalnya, perubahan ST-segmen dan gelombang miokarditis. Sejak pengembangan kadar troponin T
T) diamati pada marmut setelah difteri-tetanus- dan I sebagai penanda kerusakan atau kematian
pertusis vaccination.12 kardiomiosit dan peninggian kadar protein ini
Pasien dengan keterlibatan jantung mungkin dalam darah diamati secara substansial minoritas,
asimtomatik (perubahan EKG dan / atau tetapi tidak mayoritas, dari orang dewasa dan
peningkatan SGOT) atau simptomatik (gambaran anak-anak dengan myocarditis. Pada satu
gagal jantung). Perubahan EKG pada miokarditis penelitian pediatrik, ditemukan peningkatan serum
mungkin sickle-like-sagging dari segmen ST aspartat aminotransferase yang biasa hadir pada
(khusus untuk miokarditis difteri), aritmia pasien miokarditis. B-type natriuretic peptida dan
(Supraventricular atau ventrikel), abnormal N-terminal pro-B-type natriuretic peptide dapat
gelombang Q, kelainan repolarisasi, ST-segmen meningkat pada miokarditis, dan peningkatan
elevasi > 1 mm pada setidaknya dua lead kadar dapat membantu dalam membedakan
perikordial dada atau satu sadapan ekstremitas, jantung dari alasan non-jantung untuk gejala
gelomban T-inversi (kecuali pada lead V1 dan pernafasan pada anak.14,15,16
aVR), gelombang T iso-electric dan QTc interval > Temuan yang menunjukkan prognosis yang
0.39 s untuk pria dan> 0,41 s untuk wanita, buruk untuk penyakit jantung pada difteri adalah
atrioventrikular blok, blok cabang berkas, ektopi ventrikel dengan tampilan, kadar aspartat
hemiblock, dll.13 transaminase melebihi 80 U / L, jumlah sel darah
Keterlibatan sistem konduksi pada difteri putihmelebihi 25.000 sel / uL, dan pemanjangan
disebabkan oleh peradangan akut dari sinoatrial membran sampai setidaknya 2 bagian anatomi.11
dan atrioventrikular node yang menyebabkan
kerusakan pada kasus yang fatal.Toksin yang Echocardiografi
mediasi penghambatan sintesis protein adalah Tidak ada gambaran ekokardiografi yang
mekanisme penting untuk semua manifestasi spesifik untuk miokarditis. Namun, echocardiografi
sistemik pada difteri. Toksin difteri secara langsung memungkinkan evaluasi ukuran ruang jantung dan
bersifat cardiotoksik dan hal ini menyebabkan tebal dinding sebagai penanda fungsi sistolik dan
fragmentasi DNA dan sitolisis dengan diastolik pada pasien dengan miokarditis. Ini
menghambat elongasi aktivitas faktor-2 dalam adalah salah satu alat yang paling penting untuk
sintesis protein. Miokardium yang terpisah dari menyingkirkan penyebab lain dari gagal jantung
peradangan interstitial menunjukkan degenerasi seperti penyakit katup jantung atau kardiomiopati
hialin dan nekrosis. Jaringan konduksi juga lainnya (hipertrofi dan kardiomiopati restriktif).14
terpengaruh. Manifestasi pada jantung termasuk Meskipun temuan ekokardiografi yang paling
disfungsi miokard digambarkan sebagai sering yang berhubungan dengan myocarditis
bradiaritmia dan takiaritmia; meskipun yang paling adalah fenotipe kardiomiopati dilatasi dari dilatasi
ditakuti adalah Complete Heart Block (CHB) ventrikel kiri dan penurunan ejeksi fraksi, hipertrofi
dengan hampir semua kasus yang berakibat fatal. dan restriktif fenotipe secara histologi terbukti
Data mengenai CHB terkait dengan miokarditis myocarditis. Kelainan gerakan dinding segmental
termasuk yang disebabkan difteri terbatas. Adanya seperti suatu kardiomiopati iskemik bisa dilihat.
gangguan sistem konduksi pada pasien miokarditis Efusi perikardial sugestif perikarditis mungkin juga
difteri merupakan penanda kerusakan miokard diamati dan membantu untuk menegakkan
yang parah.3,9 diagnosis.17

Biomarker Cardiovascular magnetic resonance imaging


Penanda peradangan non spesifik (cMRI)
(penghitungan sel darah putih, C-reaktif protein, cMRI merupakan pencitraan yang
dan sedimentasi eritrosit) sering meningkat pada berkembang sebagai non-invasif dan berharga

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 156

untuk diagnosis miokarditis. Secara khusus, jantung sistolik dengan tetap gejala NYHA kelas
perubahan awal dalam jaringan miokard selama fungsional II – IV, dimana dapat menurunkan
fase pertama dari peradangan miokard masuk rumah sakit untuk perburukan gagal jantung
menampilkan target yang menarik untuk sukses dan meningkatkan kelangsungan hidup. Meskipun
pencitraan berbasis pendekatan cMRI. Selain obat glikosida jantung dapat menurunkan
kemampuannya untuk menilai ejeksi ventrikel kiri morbiditas pada pasien dengan gagal jantung
secara akurat, ukuran ruang jantung, dan sistolik dengan gejala NYHA kelas fungsional II –
ketebalan dinding, cMRI dapat melokalisasi cedera IV tetapi digoxin dapat membatasi dosis maksimal
jaringan, termasuk edema, hiperemia, dan fibrosis. beta blocker yang ditoleransi karena dapat
Penilaian edema miokard dilakukan dengan T2- menyebabkan bradikardia atau blok jantung
weighted imaging.14,18 sehingga digoxin harus dihindari pada pasien
dengan gagal jantung akut yang disebabkan oleh
Biopsi Endomiokardial (EMB) miokarditis viral.19
Standar emas dalam mendiagnosis miokarditis 2. Terapi Alat Pacu Jantung
masih EMB. Menurut Dallas kriteria, miokarditis Sekitar 50% pasien dengan miokarditis difteri
akut didefinisikan sebagai adanya infiltrat limfositik berkembang menjadi kelainan konduksi yang
dalam hubungan dengan nekrosis miosit. berat, yang biasanya dikaitkan dengan hasil yang
Borderline miokarditis bditandai dengan inflamasi fatal. Tingkat kematian anak-anak dan remaja
infiltrat tanpa bukti nekrosis miosit. Kriteria Dallas dengan miokarditis difteri adalah 100% sebelum
ini dibatasi oleh tingginya variabilitas interobserver adanya pemasangan alat pacu jantung adalah
dalam menafsirkan spesimen biopsi (khususnya pilihan pengobatan. Pemasangan alat pacu
dengan borderline miokarditis) dan karena proses jantung sementara diindikasikan untuk pasien
peradangan nonseluler tidak dapat terdeteksi.18 dengan miokarditis akut dengan atrioventrikular
(AV) blok derajat II atau III yang simptomatik.
4. Penatalaksanaan Meskipun persisten AV blok derajat III jarang
Aktivitas fisik harus dibatasi selama fase akut terjadi, tetapi memerlukan pemasangan alat pacing
dari miokarditis sampai penyakitnya teratasi secara permanen. Pada penyakit Chagas, defek konduksi
komplit (paling kurang 6 bulan).10 dengan komplit blok yang progresif, dan aritmia
ventrikel yang mengancam jiwa sering terjadi.
1. Terapi Gagal Jantung Karena adanya dyssynchrony, pacing ventrikel
Terapi farmakologi dari gagal jantung kanan yang kronis harus dihindari pada pasien
berdasarkan guideline yang ada terlihat pada dengan fungsi ventrikel kiri terbatas, dan implantasi
Gambar 2. Dengan inisiasi dini dari penghambat alat pacu jantung biventricular harus
renin angiotensin (ACE Inhibitor dan ARB), dipertimbangkan. Insersi dari Implantable Cardiac
remodeling jantung maladaptif kronis dapat Defibrilator (ICD) pada pasien dengan miokarditis
dilemahkan, dan perkembangan untuk diindikasikan setelah henti jantung karena ventrikel
kardiomiopati dilatasi dapat dikurangi. Diuretik fibrilasi atau setelah ventrikel takikardi
digunakan untuk mencegah atau mengobati simptomatik. Terapi sinkronisasi jantung dengan
kelebihan cairan. Penggunaan beta-blocker harus defibrillator diindikasikan untuk pasien dengan
dihindari pada fase akut gagal jantung gangguan fungsi ventrikel kiri (ejeksi fraksi
dekompensata dan di awal pengobatan miokarditis ventrikel kiri ≤ 35%) dan left bundle branch block
fulminan. Beta-blocker dapat meningkatkan fungsi pada NYHA fungsional kelas II sampai IV.
ventrikel, mengurangi masuk rumah sakit untuk Meskipun, implantasi prematur dari ICD atau terapi
memburuknya gagal jantung, dan meningkatkan sinkronisasi jantung/ICD, harus dihindari pada
kelangsungan hidup. Pemberian aldosteron pasien dengan inflamasi kardiomiopati.14
antagonis direkomendasikan untuk pasien gagal

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 157

Karena prognosa yang buruk, alat pacu diatesis perdarahan, dan gagal ginjal akut sebelum
jantung atau implantasi ICD dapat pemasangan alat pacu jantung merupakan
dipertimbangkan di awal pada pasien dengan indikator prognostik yang buruk.20
sarkoidosis atau giant cell miokarditis, jika AV block Singkatnya, >25% dari anak-anak dan remaja
derajat II atau III atau ventrikel aritmia telah selamat setelah pemasangan alat pacu jantung
didokumentasikan.14 sementara untuk pengobatan gangguan konduksi
Pemasangan alat pacu jantung pada anak- yang berat dalam hubungan dengan miokarditis
anak dan remaja yang sakit parah dengan difteri difteri. Pemasangan alat pacu jantung sementara
adalah sulit dan berpotensi mengancam pada pasien miokarditis difteri dengan Total AV
kehidupan. Penanda anatomi biasanya dikaburkan block memberikan hasil yang baik. 20
oleh edema leher yang parah dan limfadenopati
dari "bull neck, "sering kali ada diatesis 3. Terapi Immunosupresif
perdarahan, pasien mungkin hipoksia dan Terapi dengan immunosupresif agent
bingung, dan ada resiko henti nafas tiba-tiba yang (cyclosporine, prednisolone, azathioprine) telah
dihasilkan dari dislodgement membran. Sebagai ditinjau kembali baru-baru ini, dengan
tambahan, miokardium yang rusak mungkin memfokuskan pada pasien inflammatory dilated
mudah terganggu, dan takiaritmia mungkin cardiomyopathy dengan karakteristik berupa
gejala yang tidak berespon terhadap waktu dan
terapi konvensional untuk waktu beberapa bulan
dan inflamasi miokardnya berdasarkan
histochemistry dan histology, dimana terapi ini
dianjurkan pada pasien dengan bukti inflamasi dan
gejala yang kronik (> 6 bulan) tanpa adanya bukti
virus.Pada kronik kardiomiopati dilatasi,
azathioprine dan prednisone menghasilkan
perbaikan dari fungsi ventrikel kiri dan NYHA
class.14,21

5. Pencegahan
Terlepas dari langkah-langkah pendukung,
pilihan pengobatan miokarditis difteri terbatas. Nilai
antitoksin merupakan bukti pada tahap awal dari
penyakit, tetapi memiliki keterbatasan terhadap
penetrasi toksin atau toksin yang diserap ke dalam
sel. Namun, memasukkan antitoksin kepada
semua orang yang dicurigai miokarditis difteri
dianjurkan karena ini merupakan antidotum khusus
yang tersedia dan dapat menetralisir toksin yang
tidak terikat. Peran terapi imunosupresif seperti
steroid dan imunoglobulin belum terbukti.3
Gambar 2. Penatalaksanaan gagal jantung Hal ini penting untuk mengingat langkah-
langkah pencegahan terhadap difteri untuk

terprovokasi. Di sebagian besar negara di mana memberi perawatan. Standar profilaksis untuk

difteri terjadi, dimana fasilitas alat pacu jantung droplet infection pada semua dugaan kasus difteri

sementara dapat dilakukan secara terbatas. Dalam telah tersedia. Selain itu, semuanya diberi

beberapa penelitian, dimana gangguan konduksi profilaksis antibiotik dengan Azitromisin 500 mg

berkembang cepat (sebelum hari ke 10), adanya sekali sehari atau eritromisin 500 mg empat kali

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 158

sehari selama kontak. Semua yang kontak dengan 9. Hadfield TL, McEvoy P, Polotsky Y, Tzinserling VA,
Yakovlev AA. The pathology of Diphtheria. The
pasien ini disarankan untuk dilakukan kultur
Journal of Infectious Disease 2000; 181:S116-20.
tenggorokan dan melihat gejala. Semua yang 10. Caforio ALP, Pankuweit S, Arbustini E, Basso C,
Blanes JG, Felix SB, et al. Current state of
kontak di rumah diberikan profilaksis antibiotik.3
knowledge on aetiology, diagnosis,management,
and therapy of myocarditis:a position statement of
Simpulan the European Society of Cardiology Working Group
on Myocardial and Pericardial Disease. European
Miokarditis difteri terjadi pada 10-20% pasien
Heart Journal 2013; 34:2636-48.
yang awalnya dengan orofaringitis. Secara umum, 11. Jayashree M, Shruthi N, Singhi S. Predictors of
outcome in patients with diphtheria receiving
miokarditis difteri mempunyai angka kematian ± 60%,
intensive care.Indian Pediatr 2006; 43:155‑60.
dan penyumbang sebagian besar kematian yang 12. Nalmas S, Nagarakanti R, Slim J, Abter E,
berhubungan dengan difteri. Manifestasi utama dari Bishburg E. Electrocardiographic change in
infectious disease. Hospital physician 2007;15-27.
miokarditis difteri adalah kardiomiopati dilatasi dan 13. Long SS. Diphtheria (Corynebacterium diphtheria).
berbagai jenis disritmia serta gangguan konduksi. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, editors.
Nelson textbook of Pediatrics. Philadelphia: WB
Meskipun pilihan pengobatan untuk miokarditis difteri Saunders company; 2000. 817-20.
masih terbatas, dan peranan penggunaan alat pacu 14. Kindermann I, Barth C, Mahfoud F, Ukena C,
Lenski M, Yilmaz A, et al. Update on Myocarditis.
jantung sementara dalam pengobatan miokarditis difteri Journal of the American College of
belum pasti, tapi prosedur ini memberikan manfaat Cardiology.2012; 9(59):779-92
15. Lauer B, Niederau C, Kühl U, Schannwell M,
untuk pasien dengan blok jantung derajat dua. Pauschinger M, Strauer BE, Schultheiss HP.
Setidaknya >25% dari anak-anak dan remaja selamat Cardiac troponin T in patients with clinically
suspected myocarditis. J Am Coll Cardiol. 1997;
setelah pemasangan alat pacu jantung sementara 30:1354–59.
untuk pengobatan gangguan konduksi yang berat 16. Smith SC, Ladenson JH, Mason JW, Jaffe AS.
Elevations of cardiac troponin I associated with
dalam hubungan dengan miokarditis difteri. myocarditis. Circulation. 1997; 95:163–168.
Pemasangan alat pacu jantung sementara pada pasien 17. Saji T, Matsuura H, Hasegawa K, Nishikawa T,
Yamamoto E, Ohki H, et. al. Comparison of the
miokarditis difteri dengan Total AV block memberikan clinical presentation, treatment, and outcome of
hasil yang baik. fulminant and acute myocarditis in children. Circ J.
2012; 76:1222–28.
18. Friedrich MG, Sechtem U, Schulz-Menger J,
DAFTAR PUSTAKA
Holmvang G, Alakija P, Cooper LT, et. al.
1. Bowles NE, Towbin JA. Childhood Myocarditis and International Consensus Group on Cardiovascular
Dilated Cardiomyopathy in Cooper LE. Magnetic Resonance in Myocarditis.
Myocarditis: from bench to bedside. New Jersey: Cardiovascular magnetic resonance in
Humana Press 2003; 559-87. myocarditis: a JACC White Paper. J Am Coll
2. Park M.K, Troxler R.G. Myocarditis. Pediatric Cardiol. 2009; 53:1475–87.
cardiology for practitioners. Ed 5th. Missouri. 19. Braughman KL. Diagnosis of myocarditis: death of
Mosby. 2008; 351-66 Dallas criteria. Circulation. 2006; 113:593–595.
3. Varghese MJ, Ramakrishnan s, Kothari SS, 20. McMurray JV, Adamopoulos S, Anker SD,
Parashar A, Juneja R, Saxena A. Complete heart Auricchio A, Dickstein K, Falk V, et all. ESC
block due to diphtheritic myocarditis in the present Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
area. Annals of Pediatric Cardiolog.2013: 6(1);34- and chronic heart failure 2012. European Heart
8 Journal 2012; 33:1787-1847.
4. Kleinman LC. To end an epidemic: Lessons from 21. Dung NM, Kneen R, Kiem N, Bethell DB, Phu NH,
the history of diphtheria. N Engl J Med. 1992; Solomon T, et all. Treatment of severe diphteritic
326:773-7. myocarditis by temporary insertion of cardiac
5. Hadfield TL, McEvoy P, Polotsky Y, Tzinserling VA, pacemaker. Clinical Infectious Disease 2002;
Yakovlev AA. The patology of Diphtheria. The 35:1425-29.
Journal of Infectious Diseases 2000; 181:116–20
6. Keen R, Dung N, Solomon T, Giao PN, Parry CM,
Hua NTT, et al. Clinical features and predictors of
diphtheritic cardiomyopathy in Vietnamese
children. Clin Infect Dis. 2004; 39:1591-8.
7. Kleinman LC. To end an epidemic: Lessons from
the history of diphtheria. N Engl J Med. 1992;
326:773-7.
8. Bethell DB, Dung NM, Loan HT, Minh LTN, Dung
NQ, Day NPJ, et al. Prognostic value of
electrocardiographic monitoring of patients with
severe diphtheria. Clin Infect Dis. 1995; 20:1259-
65.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)

Anda mungkin juga menyukai