Anda di halaman 1dari 3

ASPEK HUKUM PADA EMERGENCY CASE

Ilustrasi kasus:
- Pasien IGD dalam kondisi gawat darurat, kemudian ditangani dokter sesuai kompetensinya, tanpa

inform consent namun pasien tidak tertolong dan meninggal. Salahkah dokter tersebut atau apakah

bisa dihukum?

o Dokter tidak bisa disalahkan karena kondisi pasien memang sudah buruk. Namun jika tidak

ditolong malah akan lebih buruk kondisinya dan meninggal (jadi lebih salah lagi)

- Pasien appendicitis akut di UGD  ditangani dokter umum (karena dokter bedah tidak ada)  Pasien

meninggal

o Ini bisa aja yang disalahkan adalah dokter bedahnya

PENGERTIAN MEDICOLEGAL
- Bagian Dari hokum kesehatan yang mengatur tindakan2 medis/bidang pelayaan kesehatan

PENGERTIAN EMERGENCY
- Emergency= situasi/kondisi medis serius yang butuh penanganan segera

- False emergency= ketika keluarga menganggap itu darurat

- True emergency= dokter yang menentukan bahwa itu kondisi gawat darurat (harus udah bisa

menentukan dalam 5 menit)


- Menurut UU RI No. 44/09 tentang RSc
o Gawat darurat adalah keadaan klinis pasiem yang membutuhkan tindakan medis sedera guna

penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut

PERBEDAAN GAWAT DARURAT DAN ON DARURAT


GAWAT DARURAT NON DARURAT

Waktu pelayanan cepat (cito) Tidak perlu cepat (elektif)

Perubahan klinis cepat Berlangsung lama

Mobilitias petugas tinggi Mobilitas tidak harus tinggi

Tidak ada azas voluntarisme Ada azas voluntarisme (bebas memilih dokter)

Tidak ada Ada pre-excisting relationship (hubungan

sebelumnya, e.g: sdh janian/kenal)

Memberi kesempatan pada yang mampu

(berkompeten) sehingga no loss of chance

DASAR HUKUM:
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (pasal 32 dan 58)
2. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit (pasal 29)
3. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. (pasal 51)
4. PerMenkes No.290 Tahun 2008, tentang Persetujuan Tindakan Medik
UU No. 36/09 pasal 32
1. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib

memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelematan nyawa pasuen dan pencegahan kecacatan

terlebih dahulu

2. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang

menolak pasien dan atau meminta uang muka


UU no. 36/09 pasal 58:
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang

melakukan tindakan penyelamatan nyawwa atau pencegahan kecacatan seorang dalam keadaan

darurat
UU No. 44/09 pasal 29:

1. Semua Rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan gawat darurat kepada paisen

sesuai dengan kemampuan pelayanannya:

 Sebelum dirujuk pasien harus dalam kondisi stabil dulu, misal diintubasi dulu kalo hipoksia dan

tidak sadar. Kalo misal dirujuk dalam keadaan tidak stabil dan meninggal bisa dituntut
UU No. 29/2004 pasal 51
- Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan

o Ada prehospital

o Hospital
Pasal 1 butir 6 UU No. 36/09
- Tenaga kesehatan= setiap orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/atau keterampilan melalui Pendidikan di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (pasal 1 butir 6 UU No. 36/09)
UU No. 36/09 BAB XX Pasal 190:

- Tidak melakukan pasal 32  saksi pidana 2 tahun dan/atau denda 200 juta rupiah

- Bila ada pasien sampai catat atau mati saksi pidana 10 tahun dan/atau denda 1 miliar rupiah

o Bukti kalo prosedur sudah sesuai dengan standar adalah  rekam medis

PERTANGGUNGJAWBAAN HUKUM
- Tindakan keliru dalam gawat darurat pre hospital tidak bisa dituntut bila didasari:

1. Keukarelaan penolong (tidak perlu dibayar)

2. Iktikad baik
Di Amerika:

o Dikenal “doktrin Good Samaritan” artinya seseorang menolong dengan itikad baik dan sukarela

pasien pre hospital, bila terjadi yang tidak diharapkan maka penolong tidak bisa dituntut
Di Indonesia:

- Jika pasien mau gugat penolong karena dianggap ada kelalaian, maka:

o Pihak pasien harus membuktikan bahwa kelalaian itulah yang menyebabkan kerugian atau

kecacatan (proximate cause)

o Harus melihat faktor situasi daan kondisi saat itu, dan juga faktor tenaga kesehatan harus

berkualitas sama.

INFORMED CONSENT:
- Persetujuan tindakan medis yang diberikan setelah mendapat penjelasan yang lengkap mengenai

tindakan yang dilakukan

- Ada 2 macam:

a. Expressed consent: Cuma ngangguk2

b. Implied consent: tertulis, biasanya buat tindakan yang risiko tinggi. Khitan sebaiknya pake

ini karena berisiko. DI sardjito, infus juga pake inform consent tertulis

- Setiap tindakan harus ada informed consent

- Namum dalam gawat darurat, pasien tidak sadar dan tidak ada keluarga, tindakan menyelamatkan

hidup  tidak harus melakukan informed consent

- Implied consent (dianggap telah membeirkan tanpa pernyataan resmi) vs. expressed consent

- Tenaga medis tidak bisa dituntut, sepanjang sudah sesuai dengan protap (prosedur tetap) dan SPM-

nya

Diatur di;
- UU PK No. 29/2004 pasal 45

- Permenkes No. 290/2008 tentang persetujuan tindakan medis atau IC


KESIMPULAN:
- Penanganan gawat darurat wajib dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan kompetensi tenaga kesehatan yang dimiliki

- Penanganan gawat darurat sesuai dengan SPM dan protap (prosedur tetap) serta kaedah hokum tidak

bisa digugat atau dituntut.

Anda mungkin juga menyukai