http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/analisa/index
p-ISSN : 2549-5135 e-ISSN : 2549-5143
DOI :10.15575/ja.v5i1.4828
Received: 08 Februari 2019 ; Accepted: 15 Mei 2019 ; Published: 29 Juni 2019
___________________________________________________
Abstrak
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis TIK, Hasil belajar dan Motivasi Belajar
Abstract
1. PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Pendidikan merupakan investasi berharga bagi Rata-Rata Nilai UN Matematika SMA Negeri
sebuah peradaban, disampin itu pula 1 Cipatat Tahun 2015-2017
pendidikan memegang peranan yang sangat
vital dalam setiap sektor kehidupan Program Tahun Tahun Tahun
kehidupan. Kualitas Pendidikan harus di 2015 2016 2017
tingkatkan agar membentuk generasi-generasi IPA 46,09 50,20 32,44
penerus bangsa yang mampu menghadapi IPS 45,68 51,55 32,19
semua tantangan kehidupan yang senantiasa
dinamis dan penuh persaingan. Berbagai Selain hasil belajar yang masih rendah, Dra.
upaya dilakukan pemerintah dalam Nurjanah juga mengutarakan permasalahan
meningkatkan kualitas pendidikan nasional, dalam pembelajaran matematika di sekolah
diantaranya pembaharuan kurikulum, tersebut, yaitu rendahnya motivasi belajar
peningkatan kualitas tenaga pendidik, siswa terhadap matematika. Menurut beliau
penataan manajemen pendidikan serta rendahnya motivasi belajar siswa terlihat dari
penerapan teknologi informasi pendidikan. rendahnya partisipasi siswa dalam
pembelajaran di kelas, baik dalam
Dalam pendidikan peranan pembelajaran mengutarakan atau menjawab pertanyaan-
matematika sangat penting, selain matematika pertanyaan yang diberikan oleh guru. Di
tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri samping itu pula masih banyak siswa yang
juga melayani pengetahuan-pengetahuan lain tidak mengumpulkan tugas yang diberikan
dalam perkembangan dan operasinya. oleh guru mata pelajaran matematika di kelas.
Kedudukan matematika sebagai “Ratunya Tentunya fenomena seperti ini tidak dapat
Ilmu” menjadikan ilmu-ilmu pengetahuan lain dibiarkan berlangsung lama, perlu adanya
tidak bisa lepas dari matematika. sebuah upaya yang dapat mengatasi
Perkembangan matematika tidak bergantung permasalahan tersebut di atas.
terhadap pengetahuan lain, namun sebaliknya
pengetahuan lain seperti fisika, kimia, biologi Menurut DeCecco dan Grawford (Slameto,
dan ilmu-ilmu lain berkembang dari dasar- 2002) pengajar harus memiliki 4 fungsi, salah
dasar konsep kelimuan matematika. satunya adalah menggairahkan siswa. Dalam
kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar
Pendidikan matematika di Indonesia masih harus berusaha menghindari hal-hal yang
sangat jauh prestasinya jika dibandingkan monoton dan membosankan. Tidak
dengan negara-negara tetangga. Menurut data didominasi dengan kegiatan ceramah atau
TIMSS 2015, Indonesia hanya menempati pembelajaran yang berpusat kepada guru.
posisi 45 dari 50 negara yang berpartisipasi, Sedangkan menurut Gage dan Berliner
dengan skor 397 atau dengan perolehan skor (Slameto, 2002) mereka menyarankan cara
benar hanya 4%. Sedangkan menurut PISA dalam meningkatkan motivasi siswa adalah
2015, Indonesia menempati posisi 69 dari 76 dengan mempergunakan simulasi dan
negara. (Sarnapi, 2016). Adapun rerata permainan dalam kegiatan pembelajarannya.
perolehan nilai UN Matematika SMA di Jawa Kedua hal ini akan memotivasi siswa,
Barat masih belum cukup baik, yakni 53,73 meningkatkan interaksi, menyajikan
untuk Program IPA dan 57,15 untuk Program gambaran yang jelas mengenai situasi
IPS (Kemendikbud, 2016). kehidupan sebenarnya (kontekstual).
Sedangkan untuk ruang lingkup sekolah, hasil Lebih lanjut Hamalik (1986) mengemukan
UN Matematika di SMA Negeri 1 Cipatat pun bahwa dalam meningkatkan motivasi siswa
dari tahun 2015-2017 tidak begitu diperlukan pemakaian media pembelajaran
menggembirakan, yaitu berturut turut dalam proses pembelajarannya. Menurutnya
memiliki rata-rata seperti pada Tabel 1.1 penggunaan media pembelajaran dapat
(Puspendik, 2017). membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan dalam belajar dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Sejalan dengan Hamalik, Sri
dalam sebuah kompetensi. Hasil belajar siswa Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas,
pada saat ini dijadikan indikator sebagai dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar
kesuksesan dari sebuah proses pembelajaran, adalah suatu perubahan perilaku yang
baik di tingkat bidang studi, satuan pendidikan diperoleh siswa setelah siswa tersebut
maupun di tingkat regional dan nasional. melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran
serta bukti keberhasilan yang telah dicapai
Menurut Hamalik (2001) bukti bahwa oleh seseorang dengan melibatkan aspek
seseorang telah belajar ialah terjadinya kognitif, afektif maupun psikomotor, yang
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dinyatakan dalam symbol, huruf maupun
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan kalimat. Dan perlu diingat bahwa dalam hasil
dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dari sisi belajar bahwa perubahan perilaku yang terjadi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses merupakan perubahan perilaku yang
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil komprehensif.
belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar”. Lebih lanjut Hamalik a. Indikator Hasil Belajar Siswa
(2004) “mendefinisikan hasil belajar sebagai
tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar Keberhasilan belajar merupakan prestasi
dalam mengikuti proses belajar mengajar peserta didik yang dicapai dalam proses belajar
sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan
ditetapkan”. Sedangkan, Winkel (2009) belajar tersebut terdapat beberapa indikator
mengemukakan bahwa “hasil belajar yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses
merupakan bukti keberhasilan yang telah belajar mengajar tersebut dianggap berhasil
dicapai oleh seseorang”. atau tidak. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain (2006) mengemukakan bahwa indikator
Hasil belajar merupakan pengukuran dari keberhasilan belajar, di antaranya yaitu: (1)
penilaian kegiatan belajar atau proses belajar daya serap terhadap bahan pengajaran yang
yang dinyatakan dalam symbol, huruf diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang individual maupun kelompok, dan (2) perilaku
sudah dicapai oleh setiap anak pada periode yang digariskan dalam tujuan
tertentu. Menurut Susanto (2013) perubahan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah
yang terjadi pada diri siswa, baik yang dicapai oleh peserta didik, baik secara
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan individual maupun kelompok. Namun
psikomotor sebagai hasil dari belajar. demikian, indikator yang banyak dipakai
Pengertian tentang hasil belajar dipertegas sebagai tolok ukur keberhasilan adalah daya
oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013) yang serap.
menyatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa Adapun mengenai tingkat keberhasilan dari
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah hasil belajar itu sendiri, lebih lanjut Syaiful
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 107)
dari hasil tes mengenal sejumlah materi membagi tingkat atau taraf keberhasilan
pelajaran tertentu. belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1)
istimewa/maksimal yaitu apabila seluruh
Selanjutnya Bloom (Suprijono, 2012) merinci bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
domain dari aspek kognitif antara lain: dikuasai oleh peserta didik, (2) baik
knowledge (pengetahuan), Comprehension sekali/optimal yaitu apabila sebagian besar
(pemahaman, menjelaskan, meringkas), (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan
application (menerapkan), analysis dapat dikuasai oleh peserta didik, (3)
(menguraikan, menentukan hubungan), baik/minimal yaitu apabila bahan yang
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan) diajarkan hanya 60% - 75% saja yang dikuasai
dan evaluation (menilai). Sedangkan aspek peserta didik, dan (4) kurang yaitu apabila
afektif adalah receiving (sikap menerima), bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari
responding (memberikan respons), valuing 60% dikuasai oleh peserta didik.
(nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Dan aspek Berdasarkan uraian di atas, maka indikator
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, keberhasilan belajar peserta didik dapat
dan rountinized. diketahui dari kemampuan daya serap yang
Sejalan dengan itu Zaenal Arifin (2009: 20) 1) Faktor internal (faktor dalam diri)
berpendapat bahwa untuk mengukur
keberhasilan belajar peserta didik dapat Faktor internal yang mempengaruhi Hasil
digunakan tes hasil belajar, yang digolongkan belajar yang pertama adalah Aspek fisiologis.
menjadi dua, yaitu: (1) tes formatif, yaitu Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang
penilaian yang yang digunakan untuk baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca
mengukur suatu atau beberapa pokok bahasan indera perlu dijaga dengan cara:
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh makanan/minuman bergizi, istirahat, olah
gambaran tentang daya serap peserta didik raga. Tentunya banyak kasus anak yang
terhadap pokok bahasan tersebut, dan (2) tes prestasinya turun karena mereka tidak sehat
sumatif, yaitu tes yang diadakan untuk secara fisik. Faktor internal yang lain adalah
mengukur daya serap peserta didik terhadap aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi:
bahan pokok-pokok yang telah diajarkan inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan
selama satu semester, satu atau dua tahun kepribadian. Factor psikologis ini juga
pelajaran yang tujuannnya untuk menetapkan merupakan factor kuat dari Hasil belajar,
intelegensi memang bisa dikembangkan, tapi
sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat
dipengaruhi oleh faktor psikologi diri kita dari perubahan perilaku siswa dan rasa tertarik
sendiri. untuk mengikuti pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Motivasi belajar
2) Faktor eksternal (faktor di luar diri) merupakan faktor pendukung yang dapat
mengoptimalkan kecerdasan anak dan
Selain faktor internal, Hasil belajar juga membawanya meraih prestasi.
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu: Sardiman, AM, (2014) menyatakan bahwa
Lingkungan sosial, meliputi: teman, guru, yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
keluarga dan masyarakat. Lingkungan sosial, keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa
adalah lingkungan dimana seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dengan manusia disekitarnya. Hal pertama dan yang memberikan arah pada kegiatan
yang menjadi penting dari lingkungan sosial belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
adalah pertemanan, dimana teman adalah oleh subyek belajar itu tercapai. Menurut
sumber motivasi sekaligus bisa menjadi Iskandar (2012) motivasi belajar adalah daya
sumber menurunnya prestasi. Posisi teman penggerak dari dalam diri individu untuk
sangat penting, mereka ada begitu dekat melakukan kegiatan belajar untuk menambah
dengan kita, dan tingkah laku yang mereka pengetahuan dan keterampilan serta
lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. pengalaman. Sedangkan menurut Hanafiah
(2010) motivasi belajar merupakan kekuatan,
Guru adalah seorang yang sangat berhubungan daya pendorong, atau alat pembangun
dengan Hasil belajar. Kualitas guru di kelas, kesediaan dan keinginan yang kuat dari
bisa mempengaruhi bagaimana siswa balajar peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif,
dan bagaimana minat siswa terbangun di efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam
dalam kelas. Memang pada kenyataanya rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek
banyak siswa yang merasa guru mereka tidak kognitif, afektif, dan psikomotor.
memberi motivasi belajar, atau mungkin
suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini Uno (2012) menambahkan bahwa “motivasi
berpengaruh terhadap proses pembelajaran. belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
Keluarga, juga menjadi faktor yang mengadakan perubahan tingkah laku, pada
mempengaruhi Hasil belajar seseorang. umumnya dengan beberapa indikator atau
Biasanya seseorang yang memiliki keadaan unsur yang mendukung. Hal ini
keluarga yang berantakan (broken home) mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
memiliki motivasi terhadap prestasi yang seseorang dalam belajar. Indikator motivasi
rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
pemecahan konflik kekeluargaan yang tak (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)
berkesudahan. adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita
Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai masa depan; (4) adanya penghargaan dalam
contoh seorang yang hidup dimasyarakat belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik
akademik mereka akan mempertahankan dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar
gengsinya dalam hal akademik di hadapan yang kondusif, sehingga memungkinkan
masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat seseorang siswa dapat belajar dengan baik”.
mempengaruhi pola pikir seorang untuk
berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala Senada dengan Uno, Lestari dan Yudhanegara
aktifitas kemasyarakatannya mepengaruhi (2015) mengatakan bahwa indikator motivasi
tidakan seseorang, begitupun juga belajar antara lain: (1) adanya dorongan dan
berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa kebutuhan belajar, (2) menunjukan perhatian
dan minat terhadap tugas-tugas yang diberikan,
Perubahan perilaku pada diri siswa ke arah (3) tekun menghadapi tugas, (4) ulet
yang lebih baik dapat dijadikan indikator menghadapi kesulitan, (5) adanya hasrat dan
bahwa siswa memiliki motivasi belajar. keinginan berhasil.
Keberhasilan guru dalam memotivasi siswanya
Sebaliknya jika angka signifikansi (Sig) < 0,05, mendidik, relasi antar anggota keluarga,
maka H0 ditolak. suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang
Hipotesis pertama menyatakan “Terdapat kebudayaan), (2) faktor sekolah (metode
Pengaruh yang tidak signifikan metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa,
Pembelajaran Berbasis TIK terhadap Hasil relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
belajar dan motivasi Belajar Matematika”. pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,
pada tabel 4.14 Multivariate Test pada uji tugas rumah), (3) faktor masyarakat (kegiatan
statistik terdapat nilai F sebesar 120.431 dan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
nilai sig Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Hotelling”s Trace dan Roy’s Langest Root sig Faktor-faktor ini yang mempengaruhi proses
sebesar 0,00 < 0,05. Dengan demikian belajar siswa yang berujung pada hasil belajar.
hipoteisis nol ditolak, hal ini menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan model Model pembelajaran berbasis TIK tipe simulasi
pembelajaran berbasis TIK terhadap hasil yang menggunakan bantuan geogebra pada
belajar dan motivasi belajar matematika. proses pembelajarannya memberikan
Dalam hal ini juga maka hasil belajar pengalaman belajar yang lebih nyata dan lebih
kelompok siswa ayng mendapatkan konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan
pembelajaran berbasis TIK tipe Simulasi bentuk yang mendekati bentuk sebenarnya dan
(kelompok Esperimen) lebih tinggi berlangsung dalam suasana yang menantang
dibandingkan kelompok siswa yang bagi siswa sehingga memberikan pengalaman
mendapatkan pembelajaran berbasis TIK tipe belajar yang menyenangkan. Model
tutorial (kelompok kontrol). pembelajaran berbasis TIK tipe simulasi
menampilkan materi pelajaran yang dikemas
Terdapat pengaruh yang signifikan model dalam bentuk-bentuk simulasi pembelajaran
pembelajaran berbasis TIK terhadap hasil berupa animasi yang menjelaskan konten
belajar matematika dan motivasi belajar secara menarik, hidup, dan memadukan unsur
matematika siswa di SMA negeri di Kabupaten teks, gambar, audio, gerak dan paduan warna
Bandung Barat secara multivariat. Hasil ini yang serasi dan harmonis (Rusman, 2015).
dibuktikan dengan Sig. = 0,00 < 0,005 dan Objek atau benda yang terlalu besar ataupun
Fhitung = 120.431. benda yang sulit untuk dihadirkan dapat
diganti dengan gambar, foto atau model
Terdapat pengaruh yang signifikan model simulasi, begitu pula objek yang terlalu kecil
pembelajaran berbasis TIK terhadap hasil dapat disajikan melalui proses modelisasi pada
belajar matematika siswa di SMA negeri di pembelajaran ini.
Kabupaten Bandung Barat. Hasil ini
dibuktikan dengan Sig. = 0,00 < 0,005 dan Penggunaan metode pembelajaran berbasis
Fhitung = 17.287. TIK tipe simulasi mampu mengatasi sikap pasif
peserta didik karena mampu meningkatkan
Terdapat pengaruh yang signifikan model kegairahan belajar, memungkinkan peserta
pembelajaran berbasis TIK terhadap motivasi didik belajar mandiri berdasarkan minat dan
belajar matematika siswa di SMA negeri di kemampuannya serta memungkinkan
Kabupaten Bandung Barat. Hasil ini interaksi yang lebih langsung antara peserta
dibuktikan dengan Sig. = 0,00 < 0,005 dan didik dengan konten pembelajarannya yang
Fhitung = 235.474 lebih kontekstual. Sebagaimana menurut
Sudjana dan Rifai (dalam Zainiyati, 2015)
Penelitian ini mendukung teori bahwa bahwa kegunaan media pembelajaran
pemberian metode pembelajaran berbasis TIK terhadap peserta didik adalah salah satunya
sangat berpengaruh (faktor eksternal) pembelajaran akan lebih menarik sehingga
terhadap hasil belajar siswa. Menurut Slameto dapat menumbuhkan motivasi belajar, serta
(2013 : 60-72) menjelaskan bahwa faktor- bahan pembelajaran akan lebih jelas
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar maknanya sehingga dapat dipahami oleh
dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, peserta didik dan memungkinkannya
yaitu (1) faktor keluarga (cara orang tua menguasai dan mencapai hasil belajar yang
diinginkan. Di samping itu pula metode