Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di WDK Cikoncang PDF
Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pmbesaran Ikan Mas Dan Nila Di Keramba Di WDK Cikoncang PDF
Oleh :
HARIS PERDANA
A 14102538
SKRIPSI
RINGKASAN
kolor mempunyai dampak positif yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya
diantaranya terserapnya tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat
diberdayakan.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan menggunakan
tingkat suku bunga sebesar 13 persen menunjukkan bahwa kegiatan usaha
pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang
layak untuk diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan
NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956. Usaha pembesaran ikan
memberikan keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp. 15.578.956 selama umur
ekonomisnya.
Hasil perhitungan nilai Net B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari
satu yaitu 1,206. Setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk penambahan biaya
produksi variabel dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR
yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan yaitu sebesar
37,14 persen. Dengan demikian, usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan
menggunakan KJA sistem jaring kolor memberikan rata-rata pendapatan per tahun
sebesar 37,14 persen dari modal yang diinvestasikan. Jangka waktu yang
diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha selama satu tahun tujuh
bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value menunjukkan
bahwa kenaikan harga ikan mas dan nila maksimum sebesar 7,43 persen dan
harga pakan maksimum sebesar 2,82 persen, penurunan harga jual ikan mas dan
nila sebesar 1,77 persen dan penurunan produksi maksimum sebesar 1,77 persen.
Usaha pembesaran ikan pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap
perubahan harga jual ikan dan hasil produksi dibanding dengan perubahan biaya
pakan dan benih ikan.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa harga jual
ikan dan hasil produksi serta biaya produksi variabel menentukan tingkat
kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian, pemeliharaan ikan nila sebagai
komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan jaring bawah/jaring kolor akan
memberikan tambahan hasil produksi yang dapat memberikan kelayakan lebih
tinggi serta produktifitas usaha dapat ditingkatkan.
37
Skripsi
Oleh :
HARIS PERDANA
A 14102538
Judul : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila
pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk
Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten
Nama : Haris Perdana
NRP : A14102538
Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian,
PERNYATAAN
Haris Perdana
A14102538
40
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring
Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan
Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Skripsi disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis, IPB.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta masukan
hingga terselesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ir. Dwi Rachmina, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, kritik dan saran-saran hingga terselesaikan skripsi ini
2. Ir. Juniar Atmakusumah, M.S. selaku dosen penguji utama pada sidang ujian
skripsi yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis
3. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah
memberikan kritik dan saran pada penulis
4. Ir. Nety Tinaprilla, M.M. selaku dosen evaluator yang telah memberikan
kritik dan saran-sarannya
5. Ir. Hermawan selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak
yang telah memberikan izin dan dukungannya
6. Rekan-rekan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak terutama di
Bidang Perencanaan yang telah memberikan saran-saran, data dan informasi
serta rekan-rekan di UPT BBI Bapak Cakrawan dan Bapak Hadi yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan observasi di lapangan
7. Orang tua dan istri yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat
8. Rekan-rekan satu almamater di Ekstensi MAB yaitu Roby Ramdhan yang
telah bersedia menjadi pembahas seminar makalah penelitian, Hendra Sucipto
dan Efri yang telah membantu kelancaran seminar
42
9. Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan. Semoga hasil karya ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna untuk pembangunan perikanan di Kabupaten
Lebak khususnya dan di Propinsi Banten umumnya, Amin.
Haris Perdana
A14102538
43
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..…...... v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..….…… vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. viii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………….…….…….….….... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….…. 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………….………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….….. 7
1.4 Kegunaan Penelitian ………………………………………….. 7
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
Tabel 2. Produksi Ikan Air Tawar menurut Jenis Budidaya di Indonesia pada
Tahun 2004
No Jenis Budidaya Jumlah (Ton) Persentase (%)
1. Tambak 559.612 53,41
2. Kolam 286.182 27,32
3. Karamba 53.694 5,13
4. Jaring Apung 62.371 5,95
5. Sawah 85.832 8,19
Jumlah 1.047.691 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005.
51
Tabel 3. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Budidaya Ikan pada KJA
di Indonesia Tahun 2001 - 2004
Luas Usaha Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2001 361 40.710 112,77
2002 363 47.172 130,26
2003 382 57.628 150,86
2004 952 62.371 65,52
Laju (%/tahun) 51,77 15,42 (8,41)
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005 (diolah).
1
Statistik Perikanan Budidaya. http://www/dkp.go.id. Tanggal 25 Juli 2006
52
Tabel 6 menyajikan data luas usaha dan produksi budidaya ikan air tawar
di Kabupaten Lebak dari tahun 2003-2006. Luas usaha dan produksi perikanan
budidaya air tawar di Kabupaten Lebak setiap tahunnya mengalami kenaikan
dengan laju kenaikan masing-masing sebesar 12,04 persen/tahun dan 13,59
persen/tahun, namun dilihat dari laju kenaikan produktivitas lahan sangat rendah
hanya mencapai 2,97 persen/tahun. Rendahnya produktivitas lahan diantaranya
disebabkan sebagian besar lahan usaha budidaya ikan baik kolam maupun sawah
merupakan lahan tadah hujan. Upaya peningkatan produksi ikan air tawar
diarahkan pada pengembangan usaha budidaya ikan di perairan umum waduk,
karena ketersediaan air baik sepanjang waktu dan tidak pernah mengalami
kekeringan pada musim kemarau. Berdasarkan permasalahan tersebut, apakah
usaha budidaya ikan di waduk Cikoncang layak untuk dikembangkan sehingga
akan memberikan keuntungan secara finansial?.
Rencana pengembangan budidaya ikan sistem KJA di waduk Cikoncang
terkait dengan rencana jangka panjang Pemerintah Propinsi Banten dan
Pemerintah Kabupaten Lebak yang akan mengembangkan beberapa kecamatan
menjadi kawasan agropolitan. Salah satu kecamatan yang akan dikembangkan
adalah kecamatan Wanasalam melalui pengembangan komoditas pertanian,
perikanan dan perkebunan (Bappeda Kab. Lebak, 2007). Komoditas perikanan
yang potensial dikembangkan adalah ikan mas dan nila melalui kegiatan budidaya
54
pada KJA sistem jaring kolor. Budidaya ikan sistem KJA jaring kolor lebih
efisien dalam penggunaan pakan, karena ikan nila dapat memanfaatkan sisa-sisa
pakan dari ikan mas (Sukamto dan Maryam 2005).
Tabel 6. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya Air Tawar
di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006
Produktivitas
Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
2003 2.900,02 2.109,20 0,73
2004 2.942,72 2.250,20 0,77
2005 3.962,00 2.649,20 0,67
2006 3.962,09 3.082,70 0,78
Laju (%/tahun) 12,04 13,59 2,97
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007 (diolah).
2
Rapat Koordinasi Nasional. http://www/dkp.go.id. Tanggal 25 Januari 2007
55
danau atau waduk biasanya dirakit menjadi satu unit. Satu unit rakit jaring
terapung terdiri dari empat net kolam dan satu tempat jaga (Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005).
2.2.2 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Kolor
(Polikultur)
Menurut penelitian Sukamto dan Maryam (2005), teknik budidaya
Keramba Jaring Apung (KJA) dengan sistem jaring kolor yaitu jaring terdiri atas
bagian bawah satu buah jaring dan di bagian atas dua buah jaring dalam dua
petakan. Ada lagi jaring kolor empat yang terdiri dari atas satu jaring di bagian
bawah dan empat jaring di bagian atas di dalam empat petakan. Berdasarkan
teknik budidaya sistem KJA kolor petani ikan tidak harus membudidayakan ikan
nila di jaring apung secara khusus, akan tetapi dapat dibudidayakan bersama
dengan ikan mas (budidaya ikan secara polikultur) serta produksi ikan dapat
ditingkatkan yaitu dari ikan mas di jaring atas dan ikan nila di jaring bawah.
Keramba jaring apung sistem kolor terdiri dari jaring kolor dua dan jaring
kolor empat. Jaring kolor dua artinya untuk jaring atas 7x7x3 m3 terdiri atas dua
petak sedangkan untuk di bagian bawah 17x9x5 m3, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 1. Jaring kolor empat memiliki ukuran jaring kolor bagian
atas 7x7x3 m3 yang terdiri atas 4 petak dan bagian bawah berukuran 17x17x 5 m3,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 (Sukamto dan Maryam, 2005).
Pada awalnya sistem KJA kolor digunakan oleh para petani ikan di Waduk
Jatiluhur, Cirata dan Saguling untuk mengantisipasi kematian massal ikan yang
hampir terjadi setiap tahun. Hal ini disebabkan sisa pakan yang terbuang ke dasar
perairan, sehingga menyebabkan mutu/kualitas air menurun. Efisiensi pakan pada
sistem KJA kolor bisa ditingkatkan karena pakan atau debu pakan yang terbuang
ke bawah atau ke pinggir bisa dimanfaatkan ikan lain yang dipelihara seperti ikan
nila, sehingga pakan yang terbuang ke perairan juga semakin berkurang (Sukamto
dan Maryam, 2005).
59
7m 7m
9m Jaring I Jaring II
7m 7m
17 m
A. Tampak atas
Jaring I Jaring II
3m
5m 5 5 5m
Jaring kolor
B. Tampak samping
Gambar 1. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor II
Keterangan :
: Pelampung dari drum : Kerangka bambu
/ : Pemberat/jangkar
7m 7m
7m 7m
Jaring I Jaring II
17 m
7m 7m
7m 7m
Jaring III Jaring IV
17 m
A. Tampak atas
Jaring 3M Jaring
3m
5m
Jaring kolor
B. Tampak samping
Gambar 2. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor IV
Sumber : Sukamto dan Maryam, 2005
2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA)
Penelitian mengenai budidaya ikan pada KJA sistem jaring kolor belum
banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai analisis kelayakan usaha telah
banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis kelayakan
61
finansial budidaya ikan pada KJA telah dilakukan oleh Mungky (2001), Gultom
(2002) dan Maulana (2003).
Mungky (2001), melakukan penelitian yang bertujuan membuat desain
investasi usaha pembesaran ikan kolam jaring apung sistem tunggal (monokultur)
dengan studi kasus pada KJA Batuhapur, Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan usaha, kelayakan
finansial dan analisis sensitivitas. Analisis dilakukan selama satu tahun dengan
tiga kali musim tanam. Luas kolam 1.568 m2 (32 unit kolam) dengan produksi
total ikan mas 48.000 kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar 10,20 kg/m2. Harga
ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 5.000/kg. Penerimaan total pertahun
sebesar Rp. 240.000.000 dengan biaya total sebesar Rp. 215.976.960/tahun.
Pendapatan pertahun sebesar Rp. 24.023.040. Analisis imbangan penerimaan dan
biaya (R/C Ratio) sebesar 1,1. Nilai NPV sebesar Rp. 98.952.859 dengan tingkat
diskonto 16 persen. Nilai IRR sebesar 34 persen yang berarti usaha memberikan
pendapatan sebesar 34 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,93.
Gultom (2002), melakukan penelitian mengenai prospek pengembangan
usaha budidaya ikan mas dalam jaring apung sistem tunggal (monokultur) di
Danau Toba Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Analisis yang dilakukan
meliputi analisis usaha, finansial dan sensitivitas. Analisis dilakukan selama
setahun dengan dua kali musim tanam. Luas usaha 24 m2/kolam, namun tidak
diketahui jumlah unit kolam yang diteliti. Produksi rata-rata ikan mas 19.914
kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 9.000/kg. Penerimaan
rata-rata pertahun sebesar Rp. 179.229.600 dengan biaya rata-rata sebesar Rp.
141.047.852/tahun. Jumlah rata-rata pendapatan pertahun sebesar Rp.
38.181.748. Nilai R/C Ratio sebesar 1,27. Nilai NPV sebesar Rp. 55.495.666
dengan tingkat diskonto 18 persen. Nilai IRR sebesar 57,39 persen yang berarti
usaha memberikan pendapatan sebesar 57,39 persen/tahun dari modal yang
diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,5.
Maulana (2003), melakukan penelitian mengenai kelayakan usahatani
pembesaran dan pemasaran ikan nila gift budidaya keramba jaring apung di Desa
Cikidang Bayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Analisis
62
usaha tani dilakukan terhadap budidaya ikan pada KJA dengan sistem tunggal
(monokultur) dan sistem kolor (polikultur). Penelitian meliputi analisis usahatani
(penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani), analisis kelayakan investasi (aspek
pasar, aspek teknik dan teknologi, aspek lingkungan dan aspek finansial) dan
analisis pemasaran.. Perhitungan dilakukan selama setahun dengan tiga kali
musim tanam. Luas usaha KJA monokultur 196 m2 (empat unit kolam). Produksi
rata-rata usahatani KJA monokultur 14.400kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar
73,47 kg/m2. Harga ikan nila di tingkat petani senilai Rp. 3.800/kg. Penerimaan
rata-rata pertahun usahatani KJA monokultur sebesar Rp. 54.720.000 dengan
biaya rata-rata sebesar Rp. 42.180.642,85/tahun. Jumlah pendapatan pertahun
sebesar Rp. 12.539.357,15. Nilai R/C Ratio sebesar 1,297. Nilai NPV sebesar Rp.
53.856.359,94 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 179 persen.
Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 7,59.
Perhitungan luas usahatani KJA sistem kolor (polikultur) terdiri dari luas
jaring atas dan jaring bawah/jaring kolor. Luas jaring atas 588 m2 (12 unit kolam)
dengan komoditas ikan mas dan jaring bawah 588 m2 (tiga unit kolam) dengan
komoditas ikan nila. Jumlah produksi ikan mas 30.600 kg/tahun dan ikan nila
7.200 kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 6.200/kg. Total
produktifitas lahan sebesar 32,14 kg/m2. Penerimaan total per tahun dari
pemeliharaan ikan mas dan nila sebesar Rp. 217.080.000. dengan biaya total
produksi sebesar Rp. 170.779.500/tahun. Jumlah pendapatan total pertahun
sebesar Rp. 46.300.000. Nilai R/C Ratio sebesar 1,271. Nilai NPV sebesar Rp.
193.072.372,67 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 132 persen.
Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 5,63 (Maulana, 2003).
Perbandingan hasil penelitian budidaya ikan pada KJA dengan sistem monokultur
dan sistem polikultur (jaring kolor) disajikan pada Tabel 7.
63
Tabel 7. Perbandingan Hasil Penelitian Budidaya Ikan pada KJA dengan Sistem
Monokultur dan Sistem Polikultur (Jaring Kolor)
Budidaya Budidaya Budidaya
Budidaya
Monokultur Monokultur Polikultur
No Uraian Monokultur
Ikan Mas Ikan Nila Ikan Mas dan
ikan mas *
** *** Nila ***
1. Luas Usaha 1.568 196 588
(m2)
- Jaring Atas
- Jaring
Bawah
2. Produksi 48.000 19.914 14.400 37.800
Total (kg/th)
3. Produktifitas 30,61 - 73,47 32,14
(Kg/m2)
4. Penerimaan 240.000.000 179.229.600 54.720.000 217.080.000
Total
(Rp./th)
5. Harga
(Rp/kg) 5.000 9.000 6.200 6.200
- Ikan Mas - - 3.800 3.800
- Ikan Nila
6. Tingkat 16 18 12 12
Diskonto
(%)
7. Biaya Total 215.976.960 141.047.852 42.180.642,85 170.779.500
(Rp./th)
8. Pendapatan 24.023.040 38.181.748 12.539.357,15 46.300.500
Total
(Rp./th)
9. R/C Ratio 1,1 1,27 1,297 1,271
10. NPV (Rp.) 98.952.859 55.495.666 53.856.359,94 193.073.372,67
11. IRR (%) 34 57,39 179 132
12. Net B/C 1,93 2,5 7,59 5,63
Keterangan :
* Sumber dari penelitian Mungky (2001)
** Sumber dari penelitian Gultom (2002)
*** Sumber dari penelitian Maulana (2003)
berarti bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk biaya produksi akan
menghasilkan Rp. 1,297. Nilai NPV tertinggi diperoleh pada kegiatan budidaya
ikan KJA polikultur sebesar Rp. 193.073.372,67. Budidaya ikan nila pada KJA
sistem monokultur memberikan keuntungan internal terbesar yaitu 132 persen dari
nilai investasi yang ditanamkan. Nilai Net B/C tertinggi diperoleh pada budidaya
ikan nila dengan sistem monokultur.
Studi kali ini melakukan analisis kelayakan finansial usaha pembesaran
ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di
Waduk Cikoncang yang merupakan salah satu waduk yang terletak di dataran
rendah. Gejala alam umbalan sangat kecil kemungkinan terjadi di waduk dataran
rendah. Umbalan dapat mengakibatkan arus balik dari dasar waduk yang dapat
mempengaruhi pengaturan pola tanam dan kelayakan finansial usahanya.
65
menyangkut tiga aspek, yaitu : 1). Manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu
sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), 2). Manfaat ekonomis proyek
tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering disebut manfaat
ekonomi nasional), 3). Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar
proyek tersebut. Tujuan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya
tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek
yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhamad, 2000).
operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar
dan sebagainya.
bahan mentah untuk proses operasi perusahaan, letak bahan mentah yang
dituju, ketersediaan tenaga listrik dan air terutama untuk jenis industri hulu,
tersedianya tenaga kerja terdidik maupun terlatih akan berpengaruh terhadap
biaya produksi yang ditanggung perusahaan dan fasilitas transportasi.
Variabel sekunder yang perlu diperhatikan antara lain : hukum dan peraturan,
iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, rencana masa depan
perusahaan.
2. Luas produksi dan rencana produksi
Luas produksi produksi merupakan jumlah produk yang akan diproduksi
untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan luas produksi adalah batasan permintaan,
tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja
pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen,
kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan
datang. Perencanaan produksi tergantung pada pangsa pasar dari produk yang
dihasilkan.
3. Lay out
Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lay out mencakup lay out
site (lay out lahan lokasi proyek), lay out pabrik, lay out bangunan bukan
pabrik dan fasilitasnya. Lay out pabrik terdiri dari dua tipe utama yaitu lay
out fungsional (lay out process) dan lay out produk (lay out garis). Dalam lay
out fungsional mesin-mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi yang sama
dikelompokkan dan ditempatkan dalam suatu ruang/tempat tertentu. Pada lay
out produk, mesin dan peralatan disusun berdasarkan urutan dari opersi
pembuatan produk.
4. Pemilihan jenis teknologi dan equipment
Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah
seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan. Pemilihan equipment dipengaruhi oleh proses produksi yang
dipilih, derajat mekanisasi dan luas produksi yang ditetapkan.
70
5. Penggunaan input
Input dibutuhkan bagi produksi suatu komoditi. Input atau faktor produksi
atau sumber-sumber daya produktif secara sederhana dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori, yakni modal (capital) dan tenaga kerja (labor).
Klasifikasi lebih jauh terbagi menjadi dua golongan input, yakni input tetap
(fixed input) dan input yang berubah-ubah atau input variabel (variable input).
Berdasarkan klasifikasi ini, maka modal dianggap sebagai biaya tetap,
sedangkan tenaga kerja dianggap sebagai biaya variabel (Miller dan Meiners,
2000).
3.1.4.1 Harga
Pada setiap proyek pertanian barangkali diteliti apa yang akan terjadi bila
asumsi mengenai harga jual produk proyek pertanian tersebut ternyata keliru.
Analis boleh saja membuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa
yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang neto yang
akan diterima oleh proyek, terhadap tingkat pengembalian secara nilai finansial
maupun ekonomi atau terhadap rasio perbandingan manfaat dan investasi neto
(net benefit-investmen ratio).
3.1.4.4 Hasil
Analis harus menguji kembali mengenai suatu usaha proyek mengenai
sensitivitasnya terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam
memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Proyek-proyek pertanian terdapat
74
Aspek Pasar :
- Permintaan
- Penawaran
- Harga
- Perkiraan
Penjualan
- Struktur Pasar
Aspek Teknis :
- Lokasi Proyek
- Penggunaan Input Tidak Layak
- Luas Produksi dan
Rencana Produksi
- Lay Out lahan lokasi
- Pemilihan Jenis Aspek
Teknologi dan Finansial
Aspek Manajemen :
- Struktur Organisasi
- Spesifikasi Tenaga Kerja
- Wewenang dan
Tanggung Jawab Layak
- Kebutuhan Upah
- Pelaksana Kegiatan
Usaha dan Jadwal
Kegiatan Usaha Analisis
Sensitivitas
Aspek Hukum :
- Bentuk Badan
Usaha
- Izin Usaha
Aspek Lingkungan :
- Dampak positif
- Dampak negatif
informasi yang lengkap mengenai kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila
dengan sistem jaring kolor. Analisis yang terakhir yaitu analisis sensitivitas
digunakan untuk menguji kelayakan usaha bila terjadi perubahan harga produk,
biaya dan jumlah produksi. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan
pemasukan data, transfer data dan editing data, pengolahan data dengan
menggunakan mesin hitung kalkulator dan komputer dengan program Excel.
Jumlah KJA yang di analisis sebanyak lima unit KJA sistem jaring kolor,
terdiri dari 20 kolam jaring atas dan lima kolam jaring bawah atau jaring kolor.
Benih ikan mas yang dipelihara pada kolam jaring atas mempunyai ukuran 5-8 cm
berumur sekitar dua bulan, sedangkan benih ikan nila yang dipelihara pada kolam
jaring kolor mempunyai ukuran 8-12 cm berumur sekitar tiga bulan.
n
( Bt − Ct )
NPV = ∑
t=0 (1 + i ) t
Keterangan :
Bt = Benefit pada tahun ke t
Ct = Biaya pada tahun ke t
n = Umur ekonomis dari proyek
t = Tahun
n
( Bt − Ct )
∑ (1 + i)t
( Bt − Ct ) > 0
Net B / C = t =n0
( Bt − Ct )
∑t = 0 (1 + i )
t ( Bt − Ct ) > 0
berarti pulang pokok dan di bawah discount rate berarti proyek tersebut tidak
layak (Ibarahim, 2003).
Nilai IRR ditentukan dengan menghitung nilai NPV1 dan nilai NPV2
dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka positif
maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari discount rate, sebaliknya
apabila NPV2 menunjukkan angka negatif maka discount factor yang kedua
berada di bawah discount rate. Berdasarkan hasil percobaan ini, nilai IRR berada
antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif yaitu NPV nol. Formula untuk
IRR (Ibrahim, 2003), adalah sebagai berikut :
NPV1
IRR = i1 + (i2 − i1 )
NPV1 − NPV2
Keterangan :
i1 = Discount Rate yang menghasilkan NPV1
i2 = Discount Rate yang menghasilkan NPV2
v
PBP =
I (1 + i ) t
Keterangan :
v = Nilai Investasi
I = Net Benefit
5.1.2 Kependudukan
Kecamatan Wanasalam merupakan daerah pemekaran dari Kecamatan
Malingping pada tahun 2004 yang terdiri dari 12 Desa. Jumlah penduduk tercatat
sebanyak 45.990 jiwa pada tahun 2004 dan 47.823 jiwa pada tahun 2005 dengan
jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Muara dan Wanasalam dengan
kepadatan penduduk masing-masing sebesar 6 jiwa/ha dan 5 jiwa/ha. Rata-rata
kepadatan penduduk di Kecamatan Wanasalam sebesar 3 jiwa/ha. Laju
pertambahan penduduk rata-rata di Kecamatan Wanasalam termasuk kategori
tinggi yaitu sebesar 1,87 persen per tahun (Bappeda Kab. Lebak, 2005).
manusia petani yang rendah akan menjadi faktor penghambat. Kegiatan yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan SDM petani dapat dilakukan melalui
kegiatan alih teknologi (Bappeda Kab. Lebak, 2005).
Komposisi penduduk berdasarkan matapencaharian pada tahun 2004
menunjukkan bahwa sektor pertanian (arti luas) merupakan sektor yang paling
banyak menyerap tenaga kerja, dimana sebesar 50,25 persen penduduk adalah
petani. Posisi kedua terbanyak matapencaharian penduduk sebagai buruh
tani/kebun mencapai 19,62 persen. Komposisi penduduk Kecamatan Wanasalam
berdasarkan matapencaharian pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 8.
memadai seperti fasilitas jalan yang rusak, jarak yang cukup jauh dari pasar dan
terminal. Kecamatan Wanasalam dapat ditempuh melalui jalan darat dari
Rangkasbitung dengan menggunakan angkutan umum bus dan mini bus, dari ibu
kota Kecamatan Wanasalam menuju Desa Cipedang dapat ditempuh dengan
kendaraan ojeg atau dengan cara menyewa kendaraan.
Fungsi awal pembangunan waduk Cikoncang adalah sebagai irigasi
pertanian, sediaan air dan pengendali banjir. Pemanfaatan Waduk dalam bidang
perikanan pada awalnya hanya terbatas pada penangkapan ikan, kemudian
berkembang dengan adanya kegiatan pemeliharaan ikan pada keramba jaring
apung pada tahun 2000. Perkembangan jumlah petani ikan jaring apung sampai
dengan tahun 2004 sebanyak empat orang, namun pada tahun 2006 petani ikan
berkurang menjadi satu orang.
Kondisi lingkungan yang ada disekitar waduk Cikoncang adanya pertanian
lahan surut untuk kegiatan bercocok tanam di beberapa daerah hulu sungai.
Selain usaha budidaya pembesaran ikan pada KJA juga hadir usaha penangkapan
ikan dengan bagan terapung dan alat pancing. Bagian hilir bendungan/sungai
banyak dimanfaatkan untuk pertanian sawah. Daya dukung waduk adalah areal
kehutanan dan perkebunan yang masih dominan.
86
Tabel 9. Konsumsi Ikan Per Kapita dan Jumlah Konsumsi Ikan di Kabupaten
Lebak Tahun 2003-2006
Konsumsi Ikan Per Jumlah Penduduk Jumlah Konsumsi
Tahun
Kapita (kg) (jiwa) Ikan (kg)
2003 13,00 1.122.368 14.590.784,00
persen per tahun seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi ikan per kapita
dan jumlah penduduk. Kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat sebagian dapat
dipenuhi melalui peningkatan produksi ikan mas dan nila pada kegiatan usaha
budidaya di KJA.
6.1.1.2 Penawaran
Jumlah penawaran ikan mas dan nila di Kabupaten Lebak diperoleh
berdasarkan data produksi dan jumlah ikan yang masuk dari luar daerah yang
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Ikan mas dan nila diproduksi dari berbagai
kegiatan usaha budidaya seperti budidaya kolam air deras, kolam air tenang,
sawah dan jaring apung. Jumlah penawaran ikan mas di Kabupaten Lebak pada
tahun 2006 sebesar 3.613,12 ton, dimana sebanyak 2.372,32 ton masih dipenuhi
dari luar daerah dan sebanyak 1.240,80 ton diproduksi di dalam daerah. Jumlah
penawaran ikan nila pada tahun 2006 sebesar 623,90 ton dapat dipenuhi dari
produksi di dalam daerah (Tabel 10). Berdasarkan data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat peluang usaha bagi peningkatan produksi ikan mas dan nila untuk
memenuhi kebutuhan ikan di Kabupaten Lebak.
Tabel 10. Produksi dan Jumlah Ikan Mas dan Nila dari Luar Daerah Kabupaten
Lebak Tahun 2006
Jumlah Ikan yang
Jenis Produksi
No Masuk ke Kabupaten Jumlah (ton)
Ikan (ton)
Lebak (ton)
1. Mas 1.240,80 2.372,32 3.613,12
2. Nila 623,90 - 632,90
Jumlah 1.864,70 2.372,32 4.246,02
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007.
6.1.1.3 Harga
Harga ikan mas dan nila di tingkat petani cukup beragam per musim
tanamnya. Harga rata-rata ikan mas pada musim tanam pertama dijual dengan
harga Rp. 9.500/kg, musim tanam kedua senilai Rp. 10.000/kg, musim tanam
ketiga senilai Rp. 10.500/kg dan musim tanam keempat senilai Rp.9.500/kg.
Harga ikan mas tertinggi dicapai pada musim tanam (MT) kedua dan ketiga
88
sekitar bulan April-Juni dan Juli-September, dimana terjadi kenaikan harga ikan
akibat berkurangnya pasokan ikan karena musim kemarau. Harga ikan mas hasil
produksi KJA cukup bersaing dengan harga produk yang sama dari luar daerah,
dimana harga ikan mas dari luar daerah lebih tinggi dengan selisih antara Rp.500-
Rp. 1.000. Harga rata-rata ikan nila pada musim tanam kedua dan keempat
masing-masing dijual dengan harga Rp. 7.500 dan Rp. 7.000 per kilogramnya.
6.1.1.4 Strategi Pemasaran
Menurut Husnan dan Muhamad (2000), bauran pemasaran (marketing mix)
merupakan salah satu strategi pemasaran yang bertujuan agar produk dapat
dipasarkan dan dapat mencapai market share. Komponen-komponen bauran
pemasaran lazim disebut dengan 4p yaitu produk (product), harga (price), saluran
distribusi (place) dan promosi (promotion).
1) Produk
Produk ikan mas dan nila yang dijual disesuaikan dengan kebutuhan pasar
baik dalam ukuran, berkesinambungan, bentuk dan kualitas atau mutu. Ukuran
ikan mas yang dijual berkisar antara 125-250 gram per ekor, sedangkan untuk
ikan nila sekitar 320-500 gram per ekor. Kesinambungan penjualan ikan mas dan
nila perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaaan pasar dengan cara mengatur
pola tanam. Bentuk ikan mas dan nila yang dijual berupa ikan hidup atau ikan
segar sesuai dengan permintaan pasar, sehingga mutu ikan dapat dipertahankan.
2) Harga
Harga produk merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan
dalam pemasaran agar dapat bersaing dengan produk yang sama. Harga ikan mas
pada tingkat petani yang berasal dari daerah penelitian dijual lebih rendah dari
harga ikan yang berasal dari luar daerah, sehingga memiliki daya saing yang
cukup tinggi.
3) Saluran Distribusi
Distribusi ikan mas dan nila dilakukan dengan cara transportasi ikan
hidup. Ikan yang didistribusikan ke pedagang pengumpul dilengkapi dengan
oksigen, bertujuan untuk menjaga mutu produk. Saluran distribusi penjualan
ikan mas dan nila di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Penjualan
ikan mas dan nila ada yang langsung ke konsumen akhir atau melalui pedagang
89
pengumpul dan akhirnya ke konsumen akhir. Saluran yang ke tiga yaitu dari
petani ditampung oleh pedagang pengumpul kemudian disalurkan ke pedagang
pengecer dan akhirnya ke konsumen akhir.
Petani ikan
4) Promosi
Pemerintah Daerah telah berupaya membantu promosi produk perikanan
dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat yaitu melalui
program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan pameran pembangunan.
Beberapa kegiatan promosi yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan poster
dan leaflet berisi tentang manfaat ikan dan cara memilih ikan yang aman (food
safety).
6.1.1.5 Perkiraan Penjualan
Perkiraan penjualan ikan mas yang bisa dicapai dari hasil budidaya KJA di
daerah penelitian rata-rata sebanyak 13,43 ton/musim tanam dan ikan nila
sebanyak 1,7 ton/musim tanam, perkiraan penjualan disesuaikan dengan
kemampuan produksi. Produksi ikan mas dan nila baru mampu mengisi
penawaran sebesar 1,33 persen dari total keseluruhan penawaran ikan mas dan
nila sebesar 4.246,02 ton pada tahun 2006.
6.1.1.6 Struktur Pasar
Harga ikan mas dan nila ditentukan oleh skema pasar yaitu permintaan dan
penawaran. Terdapat banyak penjual ikan baik dari dalam daerah dan luar daerah.
Penawaran ikan mas dan nila dari dalam daerah berasal dari budidaya kolam,
sawah dan KJA. Pembeli ikan mas dan nila terdiri dari berbagai kegiatan baik
90
Tabel 11. Produksi Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang per Musim
Tanam
Produksi (kg)
Jenis
No. Tahun ke-1 Tahun ke-2
Ikan Jumlah
MT 1 MT2 MT3 MT4 MT 1 MT2 MT3 MT4
1. Mas 13.450 13.420 13.415 13.440 13.455 13.423 13.416 13.442 107.461
Jumlah 13.450 15.160 13.415 15.190 13.455 15.164 13.416 15.195 114.445
Hasil produksi ikan mas dan nila diperoleh pada tiap akhir periode Musim
Tanam (MT). Musim tanam ikan mas dalam satu tahun terdiri dari empat kali,
Periode MT pertama ikan mas antara bulan Januari-Maret, periode MT kedua
antara bulan April-Juni, periode MT ketiga antara bulan Juli-September dan
periode MT keempat antara bulan Oktober-Desember. Siklus produksi ikan mas
di KJA sistem jaring kolor berfluktuasi bergantung pada MT. Akhir periode MT
kedua dan ketiga bertepatan dengan musim kemarau dimana kualitas air menjadi
menurun. Pengaruh negatif penurunan kualitas air menyebabkan produksi ikan
mas rendah. Siklus produksi ikan mas di KJA sistem jaring kolor disajikan pada
Gambar 5.
92
13.400
13.390
MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 MT 1 MT 2 MT 3 MT 4
Tahun ke-1 Tahun ke-2
Gambar 5. Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun
Musim tanam ikan nila hanya dua kali per tahun, hal ini dikarenakan
pemeliharaan ikan nila tidak intensif pakan sehingga diperlukan waktu yang lebih
lama untuk pemeliharaannya yaitu enam bulan. Periode MT pertama ikan nila
antara bulan Januari-Juni, periode MT kedua antara bulan Juli-Desember. Siklus
produksi ikan nila hampir sama dengan ikan mas berfluktuasi bergantung pada
MT. Akhir periode MT pertama sebagai waktu panen ikan nila bertepatan dengan
musim kemarau dimana kualitas air menjadi menurun. Pengaruh negatif
penurunan kualitas air menyebabkan produksi ikan nila rendah. Siklus produksi
ikan nila di KJA sistem jaring kolor disajikan pada Gambar 6.
1.755
1.753
1.750 1.750
Produksi (kg)
1.745
1.735
1.730
MT 1 MT 2 MT 1 MT 2
Tahun ke-1 Tahun ke-2
Gambar 6. Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun
93
Produktifitas usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring
kolor dapat diketahui dari perbandingan produksi dengan luas lahan usaha.
Jumlah produksi rata-rata ikan mas dan nila (polikultur) sebesar 14.305,63
kg/tahun dengan luas usaha 1.280 m2. Produktifitas usaha pembesaran ikan mas
dan nila pada KJA sistem jaring kolor di daerah penelitian sebesar 11,18 kg/m2,
namun dibandingkan dengan produktifitas usaha yang sama di waduk Cirata
masih tertinggal jauh. Produktifitas budidaya ikan mas dan nila di waduk Cirata
mencapai 32,14 kg/m2 (Maulana, 2003).
Rencana produksi mengacu pada target maksimum luas usaha yang boleh
digarap sebesar 10 persen dari total areal waduk seluas 2.252 ha yaitu 225,2 ha
(2.252.000 m2). Diperkirakan jumlah produksi ikan mas dengan luasan usaha
2.252.000 m2 mencapai 94.532.367,09 kg/tahun dan ikan nila mencapai
6.144.634,65 kg/tahun dengan asumsi produksi rata-rata ikan mas sebesar
53.730,50 kg/tahun dan ikan nila sebesar 3.492,50 kg/tahun untuk setiap luasan
1.280 m2 (lima unit KJA sistem jaring kolor). Berdasarkan data tersebut serta
mengacu pada data produksi ikan mas dan nila yang masuk dari luar daerah,
menunjukkan bahwa produksi ikan KJA sistem jaring kolor dapat memenuhi
kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Lebak bahkan mampu untuk memasok ikan
ke luar daerah. Untuk mencapai produksi sesuai dengan rencana diperlukan
benih ikan mas sebanyak 7.037.520 kg/tahun dan benih ikan nila sebanyak
5.278.140 kg/tahun (asumsi luasan usaha 1.280 m2 dibutuhkan benih rata-rata
ikan mas sebesar 4.000 kg/tahun dan ikan nila sebesar 3.000 kg/tahun). Besarnya
kebutuhan ikan mas dan nila menjadi peluang besar untuk pengembangan unit-
unit usaha pembenihan ikan oleh masyarakat sekitar. Semakin dekatnya sumber-
sumber input dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.
jaring apung. Kerangka kayu digunakan untuk menjepit pelampung agar tidak
terlepas. Jumlah bambu yang digunakan sebanyak 600 batang per lima unit
KJA dan menggunakan kayu kaso sebanyak 500 batang per lima unit KJA.
2) Pelampung yang digunakan terdiri dari drum plastik. Penggunaan pelampung
bertujuan agar kantong jaring dapat terapung dipermukaan air. Drum plastik
yang digunakan sebanyak 240 buah.
3) Kantong atau jaring digunakan untuk wadah pemeliharaan ikan. Bahan jaring
yang digunakan harus memenuhi syarat kuat dan tahan lama. Bahan jaring
yang digunakan biasanya terbuat dari net nylon atau polyethylene. Jaring yang
digunakan terdiri dari jaring lapisan atas (kolam jaring atas) berukuran
7x7x2,5 m dengan lebar mata jaring 1,27 cm dan jaring lapisan bawah (kolam
jaring bawah/jaring kolor) berukuran 16x16x3 m dengan lebar mata jaring
3,81 cm. Jaring lapisan atas digunakan untuk pemeliharaan ikan mas dan
jaring lapisan bawah digunakan untuk pemeliharaan ikan nila. Setiap unit
KJA terdiri dari empat kolam jaring lapisan atas dan satu kolam jaring lapisan
bawah. Jumlah KJA yang diusahakan sebanyak lima unit terdiri dari 20
kolam jaring atas (980 m2) dan lima kolam jaring bawah/jaring kolor
(1.280 m2).
6.1.2.4 Teknologi dan peralatan
Kegiatan budidaya ikan mas dan nila di daerah penelitian termasuk dalam
kategori budidaya pembesaran ikan. Teknologi pembesaran ikan mas dan nila
yang digunakan di area waduk adalah teknologi keramba jaring apung dilengkapi
kolam jaring atas dan kolam jaring bawah (jaring kolor). Ikan mas dipelihara
pada kolam jaring atas dan ikan nila dipelihara pada kolam jaring bawah.
Perlengkapan yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan usaha budidaya ikan
pada KJA yaitu tabung oksigen, plastik bag, serok, ember plastik, baskom plastik
dan perahu.
6.1.2.5 Penggunaan Input
Input yang digunakan pada kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila
di KJA sistem jaring kolor terdiri dari input tetap dan variabel. Input tetap yang
digunakan terdiri dari konstruksi KJA dan perlengkapannya. Jenis input tetap dan
variabel dapat dilihat pada Tabel 12.
95
Tabel 12. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Usaha
Pembesaran Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang
No. Jenis Input
I. Input Tetap :
− Bahan jaring
− Drum plastik
− Bambu
− Kayu Kaso
− Paku
− Tambang
− Bandul/pemberat
− Jangkar
− Rumah jaga
− Tabung oksigen
− Plastik bag
− Serok
− Ember dan Baskom plastik
− Perahu
II. Input Variabel :
− Benih ikan mas dan nila
− Pakan
− Tenaga kerja
− Obat-obatan
− Isi ulang oksigen
2) Penebaran Benih
Benih ikan mas yang ditebarkan berukuran 5-8 cm atau berumur sekitar
1,5-2 bulan dengan jumlah benih sekitar 50 kg/kolam jaring atas atau sekitar
5.000 ekor/kolam jaring atas (jumlah ikan per kilogram sekitar 100 ekor).
Jumlah benih ikan mas dalam lima unit KJA sebanyak 1.000 kg atau sekitar
100.000 ekor. Benih ikan mas dipelihara selama tiga bulan sampai ikan siap
dipanen. Benih ikan nila yang ditebar mempunyai ukuran 8-12 cm atau
berumur sekitar 2-4 bulan dengan jumlah ikan sekitar 300 kg/kolam jaring
bawah atau sekitar 15.000 ekor/kolam jaring bawah (jumlah ikan per kilogram
sekitar 50 ekor). Jumlah ikan nila dalam lima unit KJA sebanyak 1.500 kg
atau sekitar 75.000 ekor. Lama pemeliharaan benih ikan nila selama enam
bulan sampai ikan siap dipanen. Ikan nila yang dipelihara pada kolam jaring
bawah/kolam jaring kolor tidak diberikan pakan secara langsung, akan tetapi
memanfaatkan sisa pakan ikan mas yang dipelihara pada kolam jaring atas.
Benih ikan mas diperoleh dari luar daerah dengan kisaran harga pada tingkat
petani antara Rp. 22.000 – Rp. 25.000/kg, sedangkan benih ikan nila diperoleh
dari Balai Benih Ikan dan pembenihan masyarakat sekitar dengan harga pada
tingkat petani senilai Rp. 12.500/kg.
3) Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
kegiatan budidaya ikan, karena pembesaran ikan pada KJA bergantung pada
pemberian pakan tambahan. Pakan yang digunakan berupa pakan
buatan/pellet memiliki sifat terapung sehingga memudahkan dalam melakukan
pengawasan terhadap perkembangan ikan. Pakan yang diberikan memiliki
ukuran sekitar 2 mm. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga
kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Pakan diberikan
secara langsung pada ikan mas di kolam jaring atas, sedangkan ikan nila hanya
menerima sisa-sisa pakan dari ikan mas. Harga pakan ikan pada tingkat petani
berkisar Rp. 4.200 – Rp. 4.500/kg.
4) Pengendalian Penyakit
Serangan penyakit pada ikan di daerah penelitian jarang terjadi, hal ini
disebabkan kondisi kualitas air waduk masih cukup baik. Penyakit yang
97
pernah terjadi pada ikan ditandai kulit luka memerah dan sisik pada luka
terlepas diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophiladan. Pengobatan
dapat dilakukan dengan cara penyuntikan dengan Terramycine 25-30 mg/kg
ikan, diulang tiga hari sekali sebanyak tiga kali ulangan atau dengan cara
mencampur pakan dengan Terramycine 50 mg/kg ikan/hari selama 7-10 hari.
5) Panen dan Penanganan Pasca Panen
Panen ikan mas dilakukan sampai usia pemeliharaan selama tiga bulan
dan ikan nila selama enam bulan. Panen ikan dilakukan pada pagi hari untuk
menjaga kondisi ikan tetap segar. Ikan yang akan dipanen dipuasakan selama
satu hari dengan tujuan agar pada saat pendistribusian ikan tidak banyak
mengeluarkan kotoran yang dapat menyebabkan racun. Panen ikan dilakukan
dengan cara mengangkat jaring sehingga dapat mempermudah penangkapan
ikan, kemudian dilakukan penimbangan. Ikan mas didistribusikan dengan
cara memasukan ikan kedalam plastik yang diberi air bersih dan oksigen,
sedangkan ikan nila memiliki kondisi fisik lebih kuat dimasukan ke dalam
drum plastik yang diberi air tanpa oksigen.
finansial dilakukan pada ikan mas sebagai komoditas utama yang dipelihara pada
kolam jaring atas dan ikan nila sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada
kolam jaring kolor/jaring bawah. Untuk menganalisis aspek finansial diperlukan
analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dapat dihitung
beberapa kriteria investasi yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Analisis kriteria
investasi sebagai ukuran tentang layak tidaknya kegiatan usaha dilihat dari segi
keuangan (Ibrahim, 2003). Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis
finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor,
yaitu :
1) Umur ekonomis sekitar dua tahun berdasarkan kegunaan konstruksi KJA
secara ekonomis
2) Pola tanam usaha pembesaran ikan mas sebanyak empat kali musim tanam per
tahun dan ikan nila sebanyak dua kali musim tanam per tahun. Masa
pemeliharaan ikan mas selama tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan.
3) Biaya investasi dikeluarkan dalam satu tahun yaitu pada tahun ke nol
4) Tingkat suku bunga ditetapkan sebesar 13 persen sesuai dengan rata-rata
tingkat suku bunga kredit yang berlaku saat ini di Bank Umum
5) Modal investasi yang digunakan berasal dari modal pribadi pemilik
6.1.6.1 Analisis Biaya
Biaya kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila meliputi biaya
investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang diperhitungkan
dalam arus tunai (cash flow) terdiri dari :
1) Biaya investasi awal yang dikeluarkan pada tahun ke nol
2) Biaya reinvestasi yang muncul pada saat proyek berjalan.
Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi kolam jaring atas dan
bawah serta biaya investasi perlengkapan. Perhitungan biaya investasi awal untuk
lima unit KJA sistem jaring kolor dapat dilihat pada Tabel 13. Biaya investasi
awal terbesar berasal dari biaya pembangunan konstruksi kolam jaring atas senilai
Rp. 38.252.500. Total biaya investasi awal untuk lima unit KJA sistem jaring
kolor sebesar Rp. 60.437.500.
100
Tabel 13. Perhitungan Biaya Investasi 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor
Jumlah Harga Satuan Jumlah
No. Komponen Biaya Satuan
Unit (Rp.) Biaya (Rp.)
1 2 3 4 5 6=4x5
I. Biaya Investasi Kolam
Jaring Atas
1 Drum plastic buah 240 13.000 3.120.000
2 Bambu batang 600 3.000 1.800.000
3 Kayu kaso batang 500 3.500 1.750.000
4 Bahan jarring atas kg 500 45.000 22.500.000
5 Paku kg 175 7.500 1.312.500
6 Tambang kg 90 25.000 2.250.000
7 Bandul/pemberat buah 80 17.500 1.400.000
8 Jangkar buah 8 65.000 520.000
9 Biaya pengerjaan (5 hari) orang 4 30.000 600.000
10 Rumah Jaga unit 1 3.000.000 3.000.000
Jumlah I 38.252.500
II. Biaya Investasi Kolam
Jaring Bawah/Kolor
1 Bahan jarring kolor kg 250 45.000 11.250.000
2 Tambang kg 60 25.000 1.500.000
3 Bandul/pemberat buah 40 17.500 700.000
4 Biaya pengerjaan (2 hari) orang 4 30.000 240.000
Jumlah II 13.690.000
III. Biaya Investasi
Perlengkapan
1 Tabung oksigen berat kotor buah 4 950.000 3.800.000
75kg
2 Plastik bag kg 5 22.500 112.500
3 Serok buah 5 12.500 62.500
4 Ember plastik buah 2 5.000 10.000
5 Baskom plastik buah 2 5.000 10.000
6 Perahu unit 1 4.500.000 4.500.000
Jumlah III 8.495.000
Jumlah Total 60.437.500
Total biaya reinvestasi yang diperhitungkan dalam arus tunai pada tahun
ke dua sebesar Rp. 195.000. Perhitungan biaya reinvestasi usaha pembesaran ikan
mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor ditampilkan pada Tabel 14.
Tabel 15. Perhitungan Biaya Variabel Tahun Ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas
dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor
Jumlah Harga Satuan Jumlah Biaya
No. Komponen Biaya Satuan
Unit (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6=4x5
I. Musim Tanam 1 :
1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 22.000 22.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.300 18.450.000
5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000
Jumlah I 132.695.000
II. Musim Tanam 2 :
1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 23.000 23.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Benih Ikan Nila - - - -
5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000
Jumlah II 115.145.000
III. Musim Tanam 3 :
1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 25.000 25.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.500 18.750.000
5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000
Jumlah 3 135.995.000
IV. Musim Tanam 4 :
1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 24.000 24.000.000
3 Upah TK (3 orang) org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Benih Ikan Nila - - - -
5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000
Jumlah 4 116.145.000
Total Biaya Variabel Tahun ke-1 499.980.000
102
Tabel 16. Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas
dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor
Jumlah Harga Jumlah
No. Komponen Biaya Satuan
Unit Satuan (Rp.) Biaya (Rp.)
1 2 3 4 5 6=4x5
I. Musim Tanam 1 :
1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 22.000 22.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.300 18.450.000
5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000
Jumlah I 138.695.000
II. Musim Tanam 2 :
1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 23.000 23.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000
5 Benih Ikan Nila - - -
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000
Jumlah II 121.145.000
III. Musim Tanam 3 :
1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 25.000 25.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000
5 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.500 18.750.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000
Jumlah 3 141.995.000
IV. Musim Tanam 4 :
1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000
2 Benih Ikan Mas kg 1.000 24.000 24.000.000
3 Upah TK org/bulan 3 750.000 6.750.000
4 Benih Ikan Nila - - - -
5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000
6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000
7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000
8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000
Jumlah 4 122.145.000
Total Biaya Variabel Tahun ke-2 523.980.000
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semua aktiva tetap kecuali tanah hanya
akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Pemakaian aktiva
tetap yang terus menerus merupakan elemen yang menyebabkan terjadinya
penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus
yaitu menghitung selisih antara nilai perolehan dengan jumlah perkiraan nilai sisa
dibagi umur kegunaanya. Perkiraan biaya penyusutan KJA sistem jaring kolor
dan perlengkapannya sebesar Rp. 11.951.250/tahun. Nilai sisa yang diharapkan
pada akhir masa kegunaan KJA sebesar Rp.10.715.000. Bahan jaring merupakan
komponen terbesar penyumbang biaya penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan
dan perkiraan nilai sisa per tahun dari lima unit KJA sistem jaring kolor
ditampilkan pada Tabel 17.
Tabel 17. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa per Tahun dari
5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor
Jumlah
Umur Nilai Perkiraan
Komponen Biaya Perkiraan
No. Kegunaan Perolehan Penyusutan
Penyusutan Nilai
(Tahun) (Rp.) (Rp./th)
Sisa(Rp.)
1 2 3 4 5 6=(4-5)/3
I. Kolam Jaring Atas
1 Drum plastic 5 3.120.000 960.000 432.000
2 Bambu 2 1.800.000 - 900.000
3 Kayu kaso 2 1.750.000 - 875.000
4 Bahan jarring atas 5 22.500.000 5.000.000 3.500.000
5 Paku 2 1.312.500 - 656.250
6 Tambang 2 2.250.000 450.000 900.000
7 Bandul/pemberat 5 1.400.000 400.000 200.000
8 Jangkar 5 520.000 80.000 88.000
9 Rumah Jaga 5 3.000.000 300.000 540.000
Jumlah I 7.190.000 8.091.250
II. Kolam Jaring Bawah
1 Bahan jarring kolor 5 11.250.000 2.500.000 1.750.000
2 Tambang 2 1.500.000 300.000 600.000
3 Bandul/pemberat 5 700.000 200.000 100.000
Jumlah II 3.000.000 2.450.000
III. Perlengkapan
1 Tabung oksigen berat
kotor 75kg 10 3.800.000 400.000 340.000
2 Plastik bag 1 112.500 - 112.500
3 Serok 1 62.500 - 62.500
4 Ember plastik 1 10.000 - 10.000
5 Baskom plastik 1 10.000 - 10.000
6 Perahu 5 4.500.000 125.000 875.000
Jumlah III 525.000 1.410.000
Jumlah Total 10.715.000 11.951.250
105
Komponen biaya tetap yang masuk ke dalam perhitungan arus tunai usaha
pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor terdiri dari retribusi
izin usaha perikanan dan biaya perawatan jaring. Retribusi dibebankan sebesar
Rp. 14.000/jaring/tahun. Biaya perawatan jaring dikeluarkan setiap kali selesai
panen ikan yaitu sebayak empat kali per tahunnya.
Perawatan jaring dikerjakan oleh tiga orang pekerja selama dua hari yang
dibayar berdasarkan upah harian. Besaran biaya perawatan jaring sebanyak empat
kali yaitu Rp. 840.000. Total biaya tetap yang diperhitungakan dalam arus tunai
sebesar Rp. 910.000/tahun. Rincian biaya tetap yang dapat diperhitungkan per
tahunnya ditampilkan pada Tabel 18.
dimana harga ikan menjadi meningkat karena persediaan ikan mas di pasar
semakin sedikit. Penerimaan hasil penjualan ikan nila pada musim tanam ikan
kedua sekitar bulan Juni cukup tinggi sebesar Rp. 13.050.000, hal ini dipengaruhi
oleh harga ikan nila yang cukup tinggi ditingkat petani yaitu Rp. 7.500/kg.
Tabel 19. Perhitungan Penerimaan Tahun Ke-1 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring
Kolor
Komponen Harga Satuan Produksi
No. Jumlah (Rp.)
Penerimaan (Rp./kg) (kg)
1 2 3 4 5=3x4
I. Musim Tanam 1 :
1 Ikan Mas 9.500 13.450 127.775.000
2 Ikan Nila - - -
Jumlah 1 13.450 127.775.000
II. Musim Tanam 2 :
1 Ikan Mas 10.000 13.420 134.200.000
2 Ikan Nila 7.500 1.740 13.050.000
Jumlah 2 15.160 147.250.000
III. Musim Tanam 3 :
1 Ikan Mas 10.500 13.415 140.857.500
2 Ikan Nila - - -
Jumlah 3 13.415 140.857.500
IV. Musim Tanam 4 :
1 Ikan Mas 9.500 13.440 127.680.000
2 Ikan Nila 7.000 1.750 12.250.000
Jumlah 4 15.190 139.930.000
Jumlah Total 57.215 555.812.500
Perhitungan penerimaan usaha pada tahun kedua dari lima unit KJA dapat
ditampilkan pada Tabel 20. Berdasarkan perhitungan penerimaan pada tahun
kedua menunjukkan bahwa total penerimaan usaha pada tahun kedua sebesar Rp.
557.695.000 atau mengalami peningkatan dibandingkan hasil penerimaan pada
tahun pertama sebesar 0,34 persen. Peningkatan hasil penerimaan dipengaruhi
oleh meningkatnya hasil produksi ikan mas dan nila pada tahun kedua sebanyak
57.230 kg.
107
Tabel 20. Perhitungan Penerimaan Tahun Ke-2 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring
Kolor
Komponen Harga Satuan Jumlah
No. Produksi (kg)
Penerimaan (Rp./kg) (Rp.)
1 2 3 4 5=3x4
I. Musim Tanam 1 :
1 Ikan Mas 9.500 13.455 127.822.500
2 Ikan Nila - - -
Jumlah 1 13.455 127.822.500
II. Musim Tanam 2 :
1 Ikan Mas 10.000 13.423 134.230.000
2 Ikan Nila 8.000 1.741 13.928.000
Jumlah 2 15.164 148.158.000
III. Musim Tanam 3 :
1 Ikan Mas 10.500 13.416 140.868.000
2 Ikan Nila - - -
Jumlah 3 13.416 140.868.000
IV. Musim Tanam 4 :
1 Ikan Mas 9.500 13.442 127.699.000
2 Ikan Nila 7.500 1.753 13.147.500
Jumlah 4 15.195 140.846.500
Jumlah Total 57.230 557.695.000
investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Nilai produksi ikan mas dan nila
diperoleh dari hasil penjualan ikan mas dan nila pada harga tingkat petani. Nilai
sisa diperoleh dari nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap konstruksi KJA
sistem jaring kolor pada akhir masa kegunaannya.
Biaya investasi usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem
jaring kolor yaitu biaya pembuatan konstruksi KJA serta biaya pengadaan sarana
dan prasarana pendukung. Biaya tetap merupakan biaya retribusi izin usaha
perikanan dan biaya perawatan jaring per tahun. Biaya variabel terdiri dari biaya
pembelian pakan, benih ikan mas dan nila, upah tenaga kerja, biaya angkut benih,
obat-obatan, upah panen dan isi ulang oksigen yang dihitung per musim tanam.
Arus penerimaan kas diperoleh dari komponen penjualan hasil produksi
ikan mas dan nila serta perkiraan nilai sisa aktiva tetap KJA sistem jaring kolor
pada akhir umur ekonomisnya. Biaya-biaya yang dapat diperhitungkan dalam
pengeluaran kas teridiri dari biaya investasi dan reinvestasi, biaya tetap dan biaya
variabel.
Tabel 21. Nilai Arus Tunai Tahun ke 1 Usaha Pembesaran Ikan Mas pada 5 Unit
KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen
N Tahun Nol Tahun ke 1 (Rp.)
Uraian
o (Rp.) MT 1 MT 2 MT 3 MT 4
1 Arus Penerimaan
Kas (Cash Inflow)
a. Nilai Produksi - 127.775.000 147.250.000 140.857.500 139.930.000
b. Nilai Sisa Aktiva - - - - -
Tetap
Jumlah Cash - 127.775.000 147.250.000 140.857.500 139.930.000
Inflow
2 Arus Pengeluaran
Kas (Cash Outflow)
a. Biaya Investasi -60.437.500 - - - -
b. Biaya Tetap - - - - 910.000
c. Biaya Variabel - 132.695.000 115.145.000 135.995.000 116.145.000
per Musim Tanam
Jumlah Cash - 60.437.500 132.995.000 115.145.000 135.995.000 117.055.000
Outflow
3 Net Benefit
Sebelum Pajak -60.437.500 -4.920.000 32.105.000 4.862.500 22.875.000
4 Pajak 10% - - 2.718.500 486.250 2.287.500
5 Net Benefit Setelah
Pajak -60.437.500 -4.920.000 29.386.500 4.376.250 20.587.500
keempat diperoleh dari hasil penjualan dua komoditas yaitu ikan mas dan nila
sehingga akan menghasilkan penerimaan yang lebih tinggi. Penerimaan pada
musim tanam kedua dan keempat masing-masing sebesar Rp. 147.250.000 dan
Rp. 139.930.000. Namun penerimaan dari hasil penjualan ikan mas dan nila pada
musim tanam keempat lebih rendah dibandingkan penerimaan pada musim tanam
ketiga yang mencapai Rp. 140.857.500. Rendahnya penerimaan di musim tanam
keempat disebabkan oleh rendahnya harga ikan di pasaran yaitu masing-masing
senilai Rp. 9.500/kg untuk ikan mas dan Rp. 7.000/kg untuk ikan nila. Arus
pengeluaran kas terbesar terjadi pada musim tanam kesatu dan ketiga masing-
masing sebanyak Rp. 132.995.000 dan Rp. 135.995.000. Hal ini terjadi karena
ada tambahan biaya benih ikan nila. Manfaat bersih setelah pajak tahun kesatu
musim tanam pertama masih bernilai negatif, kemudian musim tanam kedua
sampai dengan musim tanam keempat manfaat bersih atau keuntungan bernilai
positif. Perhitungan nilai arus tunai usaha di tahun kedua ditampilkan pada Tabel
22.
Tabel 22. Nilai Arus Tunai Tahun ke 2 Usaha Pembesaran Ikan Mas pada 5 Unit
KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen
Tahun ke 2 (Rp.)
No Uraian
MT 1 MT 2 MT 3 MT 4
1 Arus Penerimaan Kas
(Cash Inflow)
a. Nilai Produksi 127.822.500 148.158.000 140.868.000 140.846.500
b. Nilai Sisa Aktiva
Tetap - - - 10.715.000
Jumlah Cash Inflow 127.822.500 148.158.000 140.868.000 151.561.500
2 Arus Pengeluaran Kas
(Cash outflow)
a. Biaya Investasi 195.000 - - -
b. Biaya Tetap - - - 910.000
c. Biaya Variabel per
Musim Tanam 138.695.000 121.145.000 141.995.000 122.145.000
Jumlah Cash Outflow 139.190.000 121.145.000 141.995.000 123.055.000
3 Net Benefit Sebelum
Pajak -11.067.500 27.013.000 -1.127.000 28.506.500
4 Pajak 10% - 1.594.550 - 2.737.950
5 Net Benefit Setelah
Pajak -11.067.500 25.418.450 -1.127.000 25.768.550
penerimaan ini merupakan hasil penjualan ikan mas dan nila serta ada
peningkatan produksi ikan. Pengeluaran kas terbanyak terjadi pada musim tanam
kesatu sebesar Rp. 139.190.000 dan musim tanam ketiga sebesar Rp. 141.995.000
karena adanya tambahan biaya benih ikan nila. Manfaat bersih pada musim tanam
kesatu dan ketiga masih bernilai negatif yang berarti bahwa biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan mas dan nila di KJA masih lebih besar
dari penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan. Penerimaan pada
musim tanam kedua dan keempat menghasilkan manfaat bersih yang bernilai
positif.
Tabel 23. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA
Sistem Jaring Kolor
No. Uraian Tahun ke 1 Tahun ke 2
1. Penerimaan Usaha 555.812.500 557.695.000
2. Biaya-biaya :
- Biaya Reinvestasi 195.000
- Biaya Penyusutan per Tahun 11.951.250 11.951.250
- Biaya Variabel 499.980.000 523.980.000
3. Laba/Rugi Sebelum Pajak 10 % 43.881.250 21.568.750
4. Laba/Rugi Setelah Pajak 10 % 39.493.125 19.411.875
111
Tabel 24. Nilai Present Value (NPV) dan Net B/C dengan Tingkat Suku Bunga
13 Persen
Net Benefit Diskon
PV DF 13 % Net
No Uraian Setelah Faktor
(Rp.) B/C
Pajak (Rp.) 13 %
1 Tahun Nol -60.437.500 1 -60.437.500
2 Tahun Ke-1 :
MT 1 -4.920.000 0,96990 -4.771.908
MT 2 29.386.500 0,94072 27.644.468
MT 3 4.376.250 0,91242 3.992.978
MT 4 20.587.500 0,88496 18.219.114
3 Tahun Ke-2 :
MT 1 -11.067.500 0,85832 -9.499.457
MT 2 25.418.450 0,83249 21.160.605
MT 3 -1.127.000 0,80744 -909.985
MT 4 25.768.550 0,78315 20.180.640
Jumlah NPV = 15.578.956 1,206
112
Nilai NPV usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring
kolor di daerah penelitian masih tergolong kecil dibandingkan dengan usaha
pembesaran ikan dengan teknologi yang sama di daerah Kabupaten Cianjur yang
mencapai Rp. 193.073.372,67 (Maulana, 2003). Rendahnya nilai NPV di daerah
penelitian diantaranya disebabkan tingginya biaya pengadaan sarana dan
prasarana konstruksi KJA, biaya pakan serta biaya benih ikan mas.
6.1.6.7 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Menurut Ibrahim (2003), Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan
antara manfaat bersih yang telah didiskontokan yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang telah didiskontokan yang bernilai negatif. Berdasarkan Tabel
24 menunjukkan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring
kolor dengan tingkat suku bunga 13 persen adalah sebesar 1,204. Makna angka
ini menjelaskan bahwa setiap tambahan pengeluaran satu rupiah dalam biaya
produksi variabel akan menghasilkan tambahan keuntungan bersih sebesar Rp.
1,204 yang akan diperoleh setiap musim tanam. Berdasarkan kriteria Net B/C,
usaha pembesaran ikan mas dan nila layak untuk dilaksanakan pada KJA sistem
jaring kolor karena memiliki Nilai Net B/C lebih besar dari satu. Penambahan
biaya produksi variabel di daerah penelitian hanya memberikan keuntungan bersih
yang kecil dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan yang sama di Waduk
Cirata dengan nilai Net B/C sebesar 5,63 (Maulana, 2003).
kolor menghasilkan nilai sebesar 37,14 persen. Dengan demikian usaha ini akan
memberikan kelebihan pendapatan rata-rata setiap tahun dari modal yang telah
ditanamkan sebesar 37,14 persen. Nilai ini lebih besar atau berada jauh di atas
suku bunga 13 persen sebagai biaya opportunity of capital. Artinya dengan biaya
opportunity of capital sebesar 13 persen, usaha ini masih layak dilaksanakan
karena memberikan pendapatan rata-rata sebesar 37 persen per tahun dari modal
yang ditanamkan.
menentukan dari penerimaan. Dalam analisis usaha pembesaran ikan mas dan
nila pada KJA sistem jaring kolor menggunakan skenario (dengan asumsi variabel
yang lain tetap konstan) 1). Terjadi peningkatan harga benih ikan, 2). Peningkatan
harga pakan, 3). Penurunan harga jual ikan dan 4). Penurunan hasil produksi
Variasi yang digunakan pada analisis sensitivitas yaitu switching value
(nilai pengganti), dalam analisis switching value dapat diketahui batas maksimum
perubahan yang dapat ditolerir oleh kegiatan usaha agar dapat layak untuk
dilaksanakan. Nilai perubahan maksimum diperoleh dengan cara mencoba-coba
tingkat perubahan sampai menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. IRR sama
dengan tingkat suku bunga 13 persen dan nilai Net B/C Rasio sama dengan satu.
Hasil analisis swithing value ditampilkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Analisis Switching Value yang Menghasilkan Nilai NPV=0,
Nilai Net B/C Rasio=1 dan Nilai IRR=13 Persen
Maksimum Perubahan
No Komponen Perubahan
(%)
1 Kenaikan harga benih ikan mas dan nila 7,43
2 Kenaikan harga pakan 2,82
3 Penurunan harga jual ikan mas dan nila 1,77
4 Penurunan hasil produksi 1,77
nilai NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio menjadi kurang dari 1 serta nilai
IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga 13 persen.
Kenaikan harga benih ikan mas yang mencapai 8,93 persen pada MT
ketiga perlu diperhatikan karena sudah melampaui batas maksimum kenaikan
yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan analisis switching value. Tingginya
kenaikan harga benih ikan mas yang mencapai 8,93 persen akan mengakibatkan
usaha ini tidak layak dilaksanakan karena akan mengalami kerugian (asumsi
variabel lain tetap konstan). Kenaikan harga benih ikan nila masih wajar karena
baru mencapai 1,63 persen.
2. Peningkatan harga pakan
Biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya.
Berdasarkan hasil analisis switching value menunjukkan bahwa peningkatan
maksimum harga pakan ikan yang masih layak sebesar sebesar 2,82 persen.
Kenaikan harga pakan yang lebih tinggi dari 2,82 persen (dengan asumsi variabel
lain tetap konstan) pada tingkat suku bunga 13 persen akan menyebabkan usaha
pembesaran ikan mas dan nila tidak layak dilanjutkan karena menghasilkan nilai
NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio menjadi kurang dari 1 serta nilai IRR
yang lebih kecil dari tingkat suku bunga 13 persen. Tabel 26 menunjukkan
peningkatan harga pakan maksimum sebesar 2,82 persen menghasilkan nilai NPV
sama dengan nol, nilai Net B/C Rasio sama dengan satu dan nilai IRR sebesar
sama dengan tingkat suku bunga 13 persen.
Kenaikan harga pakan ikan mas yang mencapai 7,14 persen perlu
diperhatikan karena sudah melampaui batas maksimum kenaikan yang
diperbolehkan berdasarkan perhitungan analisis switching value. Tingginya
kenaikan harga pakan sebesar 7,14 persen akan mengakibatkan usaha ini tidak
layak dilaksanakan karena akan mengalami kerugian (asumsi variabel lain tetap
konstan).
3. Penurunan harga jual ikan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada Tabel 26,
menunjukkan bahwa penurunan maksimum harga jual ikan sebesar 1,77 persen
masih memberikan kelayakan usaha karena menghasilkan nilai NPV sama dengan
nol, nilai Net B/C Rasio sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat
116
suku bunga 13 persen. Penurunan harga jual ikan yang lebih besar dari 1,77
persen (dengan asumsi variabel lain tetap konstan) pada tingkat suku bunga 13
persen akan menyebabkan usaha pembesaran ikan ikan mas dan nila tidak layak
dilanjutkan karena menghasilkan nilai NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio
menjadi kurang dari satu serta nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga
13 persen.
Penurunan harga jual ikan mas yang mencapai 9,42 persen pada MT
keempat dan ikan nila mencapai 7,14 persen perlu diperhatikan karena sudah
melampaui batas maksimum penurunan yang diperbolehkan berdasarkan
perhitungan analisis switching value. Tingginya penurunan harga jual ikan mas
dan nila mengakibatkan usaha ini tidak layak dilaksanakan karena akan
mengalami kerugian (asumsi variabel lain tetap konstan).
4. Penurunan hasil produksi
Berdasarkan hasil analisis switching value yang ditampilkan pada Tabel 26
menunjukkan bahwa penurunan maksimum hasil produksi ikan mas dan nila yang
masih masih dikatakan layak sebesar 1,77 persen (dengan asumsi variabel lain
tetap konstan), penurunan produksi sebesar 1,77 persen menghasilkan nilai NPV
sama dengan nol, nilai Net B/C rasio sama dengan satu dan nilai IRR sama
dengan tingkat suku bunga 13 persen. Penurunan harga jual ikan yang lebih besar
dari 1,77 persen pada tingkat suku bunga 13 persen akan menyebabkan usaha
pembesaran ikan ikan mas dan nila tidak layak dilanjutkan karena menghasilkan
nilai NPV kurang dari nol, nilai Net B/C rasio menjadi kurang dari satu serta nilai
IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga 13 persen. Penurunan hasil produksi
ikan mas di KJA sistem jaring kolor sebesar 0,24 persen dan ikan nila sebesar
0,68 persen masih berada di bawah batas maksimum penurunannya yaitu 1,77
persen, sehinggga usaha ini masih layak dilaksanakan (asumsi variable lain tetap
konstan).
Berdasarkan Tabel 26 dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembesaran
ikan pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap perubahan harga jual
ikan dan hasil produksi dibanding dengan biaya pakan dan benih ikan. Penurunan
yang kecil saja terhadap harga jual dan hasil produksi ikan akan menyebabkan
usaha menjadi tidak menguntungkan.
117
7.1 Kesimpulan
Waduk Cikoncang yang berlokasi di Kabupaten Lebak, Banten, selain
mempunyai fungsi utama sebagai irigasi pertanian dan sediaan air, juga
dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Pemanfaatan Waduk dalam bidang
perikanan pada awalnya hanya terbatas pada penangkapan ikan dengan
menggunakan alat pancing dan jala, kemudian berkembang dengan adanya
kegiatan pemeliharaan ikan mas dan pada keramba jaring apung sistem jaring
kolor.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai analisis
kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring
kolor, diantaranya :
1) Beberapa elemen yang dianggap penting dari aspek pasar yaitu peluang
permintaan dan penawaran. Permintaan konsumsi ikan di Kabupaten Lebak
cukup besar, hal ini terlihat dari semakin meningkatnya konsumsi ikan
masyarakat setiap tahunnya dengan laju kenaikan sebesar 9,41 persen per
tahun. Penawaran ikan mas di Kabupaten Lebak sebagian besar dipenuhi dari
luar daerah, sehingga terdapat peluang usaha untuk meningkatkan produksi
budidaya perikanan di dalam daerah.
2) Aspek teknis, air waduk Cikoncang berasal dari aliran sungai sehingga
sirkulasi air cukup baik dan cocok untuk pembesaran ikan mas dan nila.
Kedalaman waduk telah memenuhi syarat minimal kedalaman yaitu 5 meter.
Waduk Cikoncang terletak di dataran rendah sehingga kemungkinan
terjadinya up welling (umbalan) sangat kecil. Pemanfaatan lahan waduk
masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan yaitu sebesar 10 persen dari
luas total area waduk seluas 2.252 ha, sehingga ekosistem perairan masih tetap
lestari dalam jangka panjang.
3) Aspek manajemen kegiatan usaha masih sederhana. Struktur organisasi hanya
terdiri dari ketua dan anggota. Petani pemilik merangkap sebagai ketua,
pemilik modal dan pengelola keuangan, sedangkan tenaga kerja yang
berjumlah tiga orang sebagai anggota.
118
4) Aspek hukum, bentuk badan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA
sistem jaring kolor merupakan badan usaha perseorangan.
5) Usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor
mempunyai dampak positif terhadap masyarakat yaitu dapat terserapnya
tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat diberdayakan mulai dari
tingkat petani pembenih, pembesaran dan penjual serta pemilik sarana
transportasi. Dampak positif terhadap lingkungan yaitu terpeliharanya
kelestarian sumber daya ikan di perairan waduk karena kegiatan perikanan
tidak bergantung pada penangkapan ikan.
6) Berdasarkan analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha pembesaran
ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor masih layak dilaksanakan
karena menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956,
nilai Net B/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,206, persentase nilai IRR
sebesar 37,14 persen lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan.
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi selama satu
tahun tujuh bulan.
7) Berdasarkan analisis switching value menunjukkan bahwa usaha pembesaran
ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitiv terhadap
penurunan harga jual ikan dan penurunan hasil produksi ikan, dengan
maksimum penurunan masing-masing sebesar 1,77 persen. Penurunan harga
jual dan hasil produksi ikan yang lebih besar dari 1,77 persen akan
menyebabkan usaha tidak layak.
7.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
1) Perlu adanya peningkatan produksi ikan mas dan nila dari budidaya KJA
melalui perluasan lahan usaha budidaya KJA sampai batas maksimum luas
lahan yang ditetapkan yaitu 10 persen untuk mencapai produksi yang
maksimum. Usaha pembesaran ikan nila bersama ikan mas perlu ditingkatkan
karena terjadi efisiensi dalam penggunaan pakan.
2) Pemerintah Daerah dapat membantu dalam penyediaan modal untuk para
petani kecil yang ingin mengembangkan usaha perikanan karena usaha ini
119
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2006. Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak. 2007. Laporan Tahunan 2006.
Rangkasbitung.
Gultom, 2002. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Mas Dalam Jaring
Apung di Danau Toba, Desa Pasar Pangururan, Kabupaten Toba Samosir.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB (tidak
dipublikasikan). Bogor.
Husnan, S dan S. Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
Miller, Roger LeRoy dan Roger E. Meiners. 2000. Teori Ekonomi Intermediat.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
LAMPIRAN
124
a. Nilai Produksi - 127,775,000 147,250,000 140,857,500 139,930,000 127,822,500 148,158,000 140,868,000 140,846,500
Jumlah Cash Inflow - 127,775,000 147,250,000 140,857,500 139,930,000 127,822,500 148,158,000 140,868,000 151,561,500
Arus Pengeluaran Kas (Cash
2 Outflow)
c. Biaya Variabel per Musim Tanam - 132,695,000 115,145,000 135,995,000 116,145,000 138,695,000 121,145,000 141,995,000 122,145,000
Jumlah Cash Outflow 60,437,500 132,695,000 115,145,000 135,995,000 117,055,000 138,890,000 121,145,000 141,995,000 123,055,000
- -
3 Net Benefit Sebelum Pajak -60,437,500 -4,920,000 32,105,000 4,862,500 22,875,000 11,067,500 27,013,000 1,127,000 28,506,500
6 Discount Factor 13% 1 0.96990 0.94072 0.91242 0.88496 0.85832 0.83249 0.80744 0.78315
- - -
7 PV 13 % -60,437,500 4,771,908 27,644,468 3,992,978 18,219,114 9,499,457 21,160,605 909,985 20,180,640
8 NPV 13 % 15,578,956
9 Net B/C Rasio 1.206
12 IRR 37,14 %
13 PBP 1.6
35