KEKERASAN
DI SUSUN OLEH:
SETIAWAN
1811142010243
2. Kerja :
“Bapak, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapanya, yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Bapak bisa
mneggunakan air yang mengalir dari kran ini, oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa – makanan.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring
koto, lalu buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut
ketemapat sampah, kemudian Bapak bersikan piring tersebut dengan
menggunakan sabut tepes yang sudah diberikan sabun pencuci piring,
setelah selesai disabuni bilas dengan menggunakan air bersih sampai
tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut, setelah itu Bapak
bisa mengkeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia didapur, nah selesai
“sekarang coba Bapak yang melakukan”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik,
sekarang dilap tanganya
3. Terminasi :
“bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini diBapakukan menjadi
kegiatan sehari – hari Bapak. mau berapa kali Bapak mencuci piring ?
bagus sekali Bapak mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya
benar kita akan latihan mengepel”
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
sampai jumpa…Assalamu’alaikum
STRATEGI PELAKSANAAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Saat pengkajian dilakukan, diperoleh data bahwa klien mengatakan
bahwa klien pernah melakukan tindak kekerasan. Klien mengatakan
sering merasa marah tanpa sebab. Saat menceritakan kondisinya, klien
tamBu tegang. Pada saat berbicara dengan perawat klien menggunakan
bahasa dan kata-kata kasar saat klien mengungkapkan kemarahannya.
Mata klien terlihat melotot dan pandangannya terlihat tajam. Klien
berbicara dengan nada tinggi, tangan mengepal dan setengah berteriak.
2. Diagnosa Keperawatan :
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan :
a. Tujuan Umum
Klien dapatmengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara
fisik
b. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang dilakukan
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan fisik 1: teknik nafas dalam
Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
4. Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya
c. Bantu klien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
d. Bantu klien mengungkapkan tanda gejala perilaku kekerasan yang
dialaminya
e. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama
ini
f. Diskusikan dengan klien akibat negative (kerugian) cara yang
dilakukan pada diri sendiri, orang lain/keluarga, dan lingkungan
g. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik : teknik napas dalam
h. Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan didalam jadwal kegiatan
harian
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
P :Selamatpagi .Perkenalkan nama saya Setiawan, panggil saja saya
Ayang. Saya adalah mahasiswa dari Stikes Yarsi Bukittinggi. Nama
Ibu siapa ?
S : Nia Handayani
P :Ibu sukanya dipanggil siapa?
S : Nia
P :Baiklah mulai sekarang saya akan panggil Ibu Nia saja ya.
S : Ya
2. Fase Kerja
P : “Nah, sekarang coba Ibu ceritakan, Apa yang membuat Ibu Nia
merasa marah? ”
S : “Saya marah karena ketika saya mengamuk, tetangga saya
menghajar saya dan membawa kesini.
P : “Apakah sebelumnya Ibu pernah marah? Terus, penyebabnya
apa? Samakah dengan yang sekarang?”
S : “sering saya dengan keluarga saya, karena sampai sekarang saya
tidak boleh menikah dengan orang saya cintai, oleh karena itu saya tidak
menikah sampai sekarang kalau tidak dengan dia, saya dengar dari
tetangga bahwa si dia sudah menikah dengan yang lain.”
P : “Lalu saat Ibu sedang marah apa yang Ibu rasakan? Apakah Ibu
merasa sangat kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot,
rahang terkatup rapat dan ingin mengamuk? ”
S : “iya seperti itu, dan badan saya merasa panas ingin menghajar
orang”
P : “Setelah itu apa yang Ibu lakukan? ”
S : “ Saya mengamuk di kampung, dan memecahkan jendela rumah
saya dan tetangga-tetangga saya”
P : “Apakah dengan cara itu marah atau kesal masalah Ibu dapat
terselesaikan?”
S : “tidak, tapi saya merasa lega”.
P : “Menurut Ibu adakah cara lain yang lebihbaik?
S : “menurut saya tidak ada”.
P:“Maukah Ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”
S : “ Kalau saya tau caranya saya akan lakukan itu”.
P : “Ibu Nia, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Ibu.
Salah satunya adalah dengan cara fisik. Ibu Nia melalui kegiatan fisik,
rasa marah Ibu dapat tersalurkan, ada beberapa cara, bagaimana kalau
kita belajar 1 caradulu? Namanya teknik napas dalam, begini Bu, kalau
tanda-tanda marah Ibu Nia sudah Ibu rasakan, maka Ibu berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan atau tiup perlahan –lahan melalui mulut”
“Ayo Bu coba lakukan apa yang saya praktikan Ibu Nia, Ibu berdiri atau
duduk dengan rileks tarik nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.”
S : “Seperti itukah ?”
P : “ iya Bu,bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya”
Nah.. Ibutelahmelakukanlatihanteknikrelaksasi nafas dalam, sebaiknya
latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul Ibu sudah terbiasa melakukannya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
a) Subyektif
P : “Bagaimanaperasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang
dan melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam Ibu Nia?
S : “Saya lebih enakan”.
P : “Ya...betul, dan kelihatannya Ibu terlihat sudah lebih
rileks”.
b) Obyektif
P : “Coba Ibu sebutkan lagi apa yang membuat Ibu marah?”
S : “ saya marah karena sampai sekarang saya tidak boleh
menikah dengan orang saya cintai, oleh karena itu saya tidak
menikah sampai sekarang kalau tidak dengan dia, saya dengar
dari tetangga bahwa si dia sudah menikah dengan yang lain dan
itu membuat saya tambah marah.”
P : “lalu apa yang Ibu rasakan ? dan apa yang akan Ibu
lakukan untuk meredakan rasa marah?”.
S : “ badan saya merasa panas, dan merasa sangat kesal, dada
berdebar-debar lebihkencang, matamelotot, rahang terkatup
rapat dan ingin mengamuk. Saya akan melakukan nafas dalam
jika saya mengingat masalh tersebut”.
P : “Coba tunjukan pada saya cara teknik nafas dalam yang
benar.”
S : melakukan nafas dalam
P : “Wah...bagus, Ibu masih ingat semua...”