Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Preceptee : MA’ARIFAH

NIM : P00220217024

Tempat Praktik : RUANG KEPERAWATAN ANAK

Tanggal Praktik :22-27 JULI 2019

Judul Kasus : Gastroenteritis (GEA)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO

TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh


virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyon dan Hall, 2006). Pada diare
infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal
ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukusa teriritasi secara luas, dan kecepatan
sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya
meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat
agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong
yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang
penting untuk membebaskan traktus intensial dari infeksi. Diare yang sangat menarik
perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus
kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan dari kripa lieberkuhn pada ileum distal dan kolon.
Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorspsi
maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit
dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian.

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang


tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006). Gastroenteritis
adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang
dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali,
dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2010.
Hal 136).

Jadi bisa disimpulkan bahwa gastroenteritis akut (GEA) adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (tinja) lebih dari
biasanya (>3kali dalam sehari) dengan frekuensi sering dan konsistensi encer terjadi
secara tiba - tiba dalam waktu yang singkat dan kalau tidak mendapat penanganan
serius dapat menimbulkan gangguan yang serius pada penderitanya.

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri :Vibrio, E Coli, Salmonella, Shigelia
Compylobacter,Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris,Oxyyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis),
2. Faktor malabsorbsi : malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan, makanan besi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor pisikologis, rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi, dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan

C. MANIFESTASI KLINIK

Ditandai dengan meningkatnya kandung cairan dalam feses, pasioen terlihat


sangat lemas, kesadaran menurun, kram perut, demam, muntah, gemuru usus
(borborigimus), anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan
yang tidak efektif pada anuis, dapat terjadi setiap defekasi.

Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan didapatkan tanda dan
gejala dehidrasi, meliputi : turgor kulit menurun <3 detik, pada anak-anak ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan akut,
keluar keringat dingin.(Muttaqin : 2011).

D. PATHOFISIOLOGI

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor


diantaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuik kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekret cair dan elektrolit akan meningkat kemudian
menyebabkan diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik usus
meningkat. Kerusakan pada mukusa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi
merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.(Simadibarata: 2006).

E. PATHWAY
Masukan makanan yang terkontaminasi.

Infeksi pada mukosa usus

Mekanisme tidak dapat diserap iritasi pd mukosa usus

Makanan/zat tdk dapat diserap peningkatan sekret


Air dan elektrolit
Tekananosmotikdalam Ke dalam
Rongga usus Peristaltik usus meningkat
Meningkat
ketidak nyamanan /nyeri
terjadinya pergerakan air Abdomen
kedalam rongga usus

isi rongga usus yang berlebihan


akan merangsang usus untuk Diare
mengeluarkannya.

Banyak kehilangan elektrolit dan cairan


Kekurangan intake kurang informasi
Tentang penyakit
Berkurang,
Output berlebihan, kekurangan pengetahuan
Volume cairan dan tentang kondisi
Elektrolit. Perubahan nutrisi prognosis dan kebutuhan
kurang pengobatan.
Dari kebutuhan tubuh.

Fesesmengandung
asam laktat

Kemeraha
ndisekitar anus

Timbulnya

Perlukaan

Kulit

Resiko
kerusakan

Integritas
kulit.

Sumber : Carpenito (2009) Simadibarata (2006)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan labratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup, bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik Atau
parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Davi (2005) langkah penatalaksanaan rehidrasi adalah
mengistirahatkan usus dan memberi rehidrasi secara parenteral. Kemudian mengobati
penyakit yang mendasari : pemberian antibiotik atau steroid bisa diberikan jika pada
pemeriksaan penunjang ditemukan patogen spesifik atau bukti adanya penyakit
inflamasi usus. Metronidazol atau vankomisin dipakai pada kolitis
pseudomembranosa.

H. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan klien
a. riwayat kesehatan
b. riwayat kesehatan sekarang : meliputi alasan masuk rumah sakit.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar, selaput lendir, muluit dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensia abdomen
c. Palpasi : turgor kulit kurang elastis
d. Askultasi : terdengarnya bising usus

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
3. Resiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

J. PERENCANAAN
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi, presipitasi
yang menyebabkan mual.
c. Timbang BB
d. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.
e. Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral hygiene.
f. Berikan informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi yang
tepat dan sesuai.
g. Kolaborasi pemberian diet TKRPRG
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB
a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
b. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian
c. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
d. Observasi keadaan kulit
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA

Capernito. 2007, Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif. 2006 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUL.

Dochterman, Bulecheck. 2004 Nursing Intervention Classification. United States


of America : Mosby.

Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajaran Fisiologis Kedokteran (terjemahan).


JAKARTA : EGC

Preceptor Klinik poso, 2019 Preceptee

Preceptor Institusi

Anda mungkin juga menyukai