Anda di halaman 1dari 5

Tugas Box E Ade Indah Permata Sari

1. Mengapa pemeriksaan foto polos abdomen dilakukan setelah 18 jam?


Foto polos abdomen yang dilakukan sebelum 18 jam dapat memberikan hasil
yang tidak akurat karena rektum masih kolaps. Dibutuhkan tekanan intraluminal yang
signifikan untuk melawan tonus otot pada sfingter, sehingga pemeriksaan radiologi
yang dilakukan sebelum 18 jam dapat memberikan kesan rektum letak tinggi dan
menyebabkan kesalahan diagnosis dan tatalaksana yang tidak tepat.
Foto polos abdomen dilakukan setelah 18 jam agar udara yang ditelan oleh
bayi sudah mencapai rektum, dan pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur jarak
dari ujung udara yang ada di ujung distal rektum ke tanda logam (marker Pb) di
perineum

2. Kelainan kongenital lain apa yang berkaitan dengan atresia ani dan bagaimana cara
menyingkirkan diagnosisnya?
Sebanyak 60% pasien dengan atresia ani dapat disertai dengan beberapa
kelainan kongenital saat lahir yang disebut dengan Sindroma VACTERL (Vertebrae,
Anal, Cardial, Tracheoesophageal, Renal, Limb). Kelainan yang ada, yaitu:
1. Kelainan pada sistem kardiovaskular
- Atrial Septal Defect
- Patent Ductus Arteriosus
- Tetralogy of Fallot
- Ventricular Septal Defect
2. Kelainan sistem pencernaan
- Obstruksi duodenal
- Kelainan tracheoesophageal
Kelainan yang sering terjadi adalah atresia esofagus.
3. Kelainan sistem perkemihan
Kelainan ini merupakan kelainan yang paling sering terjadi, dan terdapat pada
50% pasien dengan atresia ani. Refluk vesikoureter dan hidronefrosis
merupakan kondisi yang paling sering terjadi, namun juga dapat terjadi renal
agenesis, horseshoe, dan dysplastic. Semakin tinggi letak anomali yang ada,
maka semakin besar frekuensi terjadinya abnormalitas urologi.
4. Kelainan tulang belakang
- Hemivertebrae
- Skoliosis
- Syringomyelia
- Spinal lipoma
- Myelomeningocele
Tidak adanya dua atau lebih vertebrae berhubungan dengan prognosis yang
buruk terhadap kontinensia dari usus dan vesica urinaria.

Cara menyingkirkan kelainan kongenital lain:


 Pada obstruksi duodenum, didahului muntah dalam beberapa jam setelah
lahir dan lebih cepat terjadi dehidrasi .
 USG abdomen dapat membantu menentukan apakah ada anomali saluran
kemih atau saraf pada tulang belakang.
 Ekokardiografi dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat kelainan
bawaan pada jantung pasien.
 Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara malformasi
anorektal dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome).

3. Apakah diberikan antibiotik setelah post operasi? Apakah antibiotiknya?


Pada anak dengan post dekompresi abdomen dapat diberikan antibiotik broad
spectrum untuk profilaksis seperti ampicillin, gentamicin, dan metronidazole;
ampicillin, cefotaxime, dan metronidazole; atau meropenem. Vancomicin dapat
digunakan ketika terjadi MRSA atau ampicillin-resistant infeksi enterococcal.
(Guideline source: Surgical Infection Society, Infectious Diseases Society of
America)
Sumber: https://metrosouth.health.qld.gov.au/sites/default/files/content/surgical-prophylaxis-
qe2.pdf
Sumber: https://www.safetyandquality.gov.au/wp-content/uploads/2012/02/Protocol-for-
surgical-antibiotic-prophylaxis_RGH.pdf

4. Kapan dilakukan Transanal Pull Through? Bagaimana prosedurnya?


Prosedur Transanal Pull Through yaitu approach ke intra abdomen, diseksi
rektum ke bawah hingga dasar pelvik dengan cara diseksi serapat mungkin ke dinding
rektum, kemudian bagian distal rektum diprolapskan melewati saluran anal ke dunia
luar sehingga saluran anal menjadi terbalik, selanjutnya menarik terobos bagian kolon
proksimal keluar melalui saluran anal. Dilakukan pemotongan rektum distal pada 2
cm dari anal verge untuk bagian anterior dan 0,5-1 cm pada bagian posterior,
selanjunya dilakukan anastomose end to end dengan kolon proksimal yang telah
ditarik terobos tadi. Anastomose dilakukan dengan 2 lapis jahitan, mukosa dan sero-
muskuler. Setelah anastomose selesai, usus dikembalikan ke kavum pelvik / abdomen.
Selanjutnya dilakukan reperitonealisasi, dan kavum abdomen ditutup.
Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani menggunakan prosedur
Abdomino Perineal Pull Through (APPT), tapi metode ini banyak menimbulkan
inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries (1982)
memperkenalkan metode operasi yang baru, yaitu PSARP (Postero Sagital Ano Recto
Plasty). Yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus
levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel.
Tekhnik dari PSARP ini mempunyai akurasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan
APPT yang mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai