Anda di halaman 1dari 44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan berbagai pengalaman dukungan sosial perempuan

penderita kanker payudara di RSUP Dr. MDJAMIL Padang. Hasil ” indepth

interview”dari partisipan disajikan dalam bentuk verbatim beserta analisis tematik,

dari analisis tersebut nantinya akan ditetapkan tema berdasarkan pengalaman

dukungan sosial pada perempuan penderita kanker payudara.

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik bedah umum RSUP Dr. MDJAMIL

Padang. Peneliti akan bekerja sama dengan para petugas ditempat penelitian. Waktu

penelitian dimulai dari survey awal dan pengambilan data awal pada tanggal 28

Maret 2019. Penelitian dilakukan dari tanggal 3 Mei 2019 sampai dengan 15 juni

2019. Wawancara dilakuka selama 11-60 menit terhadap partisipan. Partisipan pada

penelitian ini berjumlah delapan orang, karena pada partisipan kedelapan sudah

mengalami saturasi data.

Penalitian ini menghasilkan enam tema utama yang memberikan gambaran

atau fenomena yang dirasakan oleh penderita kanker payudara terhadap dukungan

sosial yang diterimanya. Pemaparan hasil penelitian ini dibagi dalam dua bagian.

Bagian pertama membahas karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian.


Bagian kedua, hasil penelitian tentang pengalaman dukungan sosial perempuan

penderita kanker payudara.

B. Gambaran Karakteristik Partisipan

Sebanyak 8 orang partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Usia

partisipan bervariasi antara 36 tahun sampai dengan 69 tahun. Semua partisipan

beragama Islam. Status pernikahan semua partisipan adalah menikah. Variasi

tingkat pendidikan partisipan adalah dari tingkat SMP sampai dengan S1.

Pekerjaan partisipan bervariasi yaitu IRT dan PNS. Awal mula partisipan

mendapatkan kanker payudara bervariasi antara 1-3 tahun, sebanyak enam orang

partisipan mengetahui mendapatkan kanker payudara lebih dari satu tahun, dua

orang partisipan mengetahui mendapatkan kanker payudara selama lebih dari dua

tahun tahun. Stadium kanker payudara yang diderita oleh partisipan juga beragam,

sebanyak satu orang partisipan mendapatkan stadium IIIb, tiga orang mendapatkan

stadium III , dua orang partisipan mendapatkan stadium II, dan dua orang

menyatakan tidak mengetahui stadium kanker yang dialami nya. Semua partisipan

mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa indonesia dan bahasa

minang.

Secara jelas karakteristik partisipan dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Karakteristik Partisipan

No Kode Umur Agama Status Pendidikan Pekerjaan Stadium


Partisipan Pernikahan
Terakhir
1. P1 49 Islam Menikah SMA IRT
2. P2 46 Islam Menikah SMA IRT IIIb
3. P3 48 Islam Menikah SMA IRT III
4. P4 42 Islam Menikah SMA IRT II
5. P5 57 Islam Menikah S1 PNS
6. P6 69 Islam Menikah SMP IRT III
7. P7 63 Islam Menikah SMA IRT II
8. P8 36 Islam Menikah SMA IRT III

C. Analisa Tema

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Collaizi dalam pengolahan

data hasil wawancara mendalam pada partisipan. Proses analisa data dimulai

dengan menentukan kata kunci, kemudian dilanjutkan dengan penentuan kategori,

sub tema dan terakhir adalah penentuan tema.


Dari analisis data, diperoleh enam tema yang menjelaskan pengalaman

dukungan sosial perempuan penderita kanker payudara. Menurut Speziale &

Crpenter (2011) dalam Hasan (2018) tema muncul dimulai dari pembuatan

transkrip wawancara, hasil transkrip dibaca berulang kali dan mengutip pernyataan

yang bermakna dari setiap hasil transkrip kemudian menentukan kata kunci dan

mencoba menemukan makna dari kata kunci untuk membentuk kategori. Setelah

itu peneliti mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan kedalam

kelompok tema. peneliti membaca seluruh kategori yang ada, membandingkan dan

mencari persamaan diantara kategori yang serupa ke dalam sub tema dan tema.
Bagian ini secara rinci menjelaskan uraian 6 tema yang telah teridentifikasi

dari hasil wawancara. Tema-tema tersebut diantaranya adalah: (1) perasaan pada saat

terdiagnosa mempengaruhi perasaan dalam proses pengobatan, (2) efeksamping

kemoterapi mempengaruhi konsep diri dan aspek sosial, (3) dukungan dari keluarga

dan jaringan sosial, (4) dukungan dari tenaga kesehatan sebagai sumber informasi dan

semangat menjalankan pengobatan, (5) dukungan spiritual sebagai bentuk adaptasi,

(6) harapan penderita kanker payudara.

Tema-tema yang didapatkan ini akan dibahas secara terpisah untuk

mengungkapkan makna dari berbagai pengalaman hidup penderita kanker payudara

dengan dukungan sosial yang didapatkan nya. Meskipun tema-tema ini dibahas secara

terpisah, setiap tema memiliki keterkaitan satu sama lain.

1. Perasaan pada saat terdiagnosa mempengaruhi perasaan dalam proses

pengobatan

Kesehatanmerupakan suatuhal yang sangat krusial bagi setiap orang. Bagi

beberapa orang mendapat kenyataan bahwa dirinya terdiagnosa kanker payudara

merupakan hal yang berat. Respon psikologisseperti sedih, cemas, takut, dan

penolakan terhadap penyakit merupakan sebagian besar respon yang diberikan

oleh penderita kanker payudara

a. perasaan saat mengetahui penyakit

1. Sedih
“deh ya ampun kalau perasaan, gak bisa lah awak membilang rasa, gimana
anak awak, ketek-ketek, sedih lah…….(ya ampun, kalau perasaan, tidak bisa di
gambarkan, gimana anak, anak masih kecil-kecil, ya sedih lah)…….(P4)”

“gimana ya, paling-paling ibuk tu sedih nya ngga bisa mengerjakan pekerjaan
perempuan, itu kan, walaupun anak, itu aja (pasien menangis)......(P5)”
2. Penolakan

“sekilas baa kok model iko nasib awak, kan membaca-baca diri awak gitu
kan…….. ( sekilas kenapa nasib ibuk seperti ini, membaca-baca diri ibuk gitu
kan.) ….
setelah ado penyuluhan tu, ante tetap bapikia, “ah, ndak ado do”kan gitu lo,
“iko cuman bangkak ndak mungkin iko kanker, jadi badiam-diam ajo dulu
kan”…. (setelah ada penyuluhan itu, ibuk tetap berpikir, “tidak mungkin” kan
gitu, “ini Cuma bengkak, tidak mungkin ini kanker”, jadi didiamkan saja dulu)
….(P1)”
“mancaliak urang tu.. Dehh,.. kanapo awak bisa kanai kanker, urang tu ndak
yo? aa... gitu.. jadi itu lah……..(duh, kenapa kita bisa terserang kanker, kok
orang tidak ya?begitu lah)…..(P2)”

3. Takut

“ibuk takuik, beko seandainyo ibuk maningga, tu apak nyo babini, tu anak ibuk
samo sia?.......(ibuk takut.. nanti seandainya ibuk meninggal, bapak kan
menikah lagi, terus anak ibuk sama siapa?)….(P2)”
“awal mulo kanai kanker tu, baa gitu raso nyo, takuik gitu, iko kan kanker,
penyakit yang mematikan, itu makaonyo agak takuik awak, kalau mati baa beko
anak awak, nyo ketek-ketek baru… (awal mula kena kanker itu, gimana gitu
rasanya, takut gitu, ini kan kanker penyakit yang mematikan, makanya ibuk
agak takut, kalau ibuk mati, bagaimana anak ibuk, mereka masih kecil-kecil)…
(P4)”
“sebelumnya kan memang sudah ada, waktu itu kan kecil, tapi ibuk merasa takut
mau dioperasi, terus pasti akan dikemo, ndak kuat rasanya….(P5)”

4. Banyak pikiran

“kepikiran, yang mati ko kan iyo ndak tatakok dek awak do…(kepikiran, mati
kan kita tidak ada yang mengetahui)…(P6)”
“ibuk mah, mmmmm.. banyak pikiran...gak liat anak dewasa, kalau pendek
lah umurnya gitu......(P8)”
5. Biasa saja
“ndak, biasa aja kan ibuk lah tau, kalau di susu tu kan berarti alah kanker
payudara, jadi ibuk alah tau, dakbaa do, biaso se ibuk nyo…..(nggak, ibuk
biasa saja, ibuk sudah tahu, kalau di payudara itu kan, bererti kanker
payudara, jadi ibuk sudah tahu, tidak apa-apa, biasa saja)…….(P3)”

“ngaa ada apa-apa, oke aja….(P7)”

b. perasaan menjalani penyakit dan pengobatan

1. Cemas

“iyo, cemas gitu a, soal nyo kan gitu, setiap biasonyo, orang kampuang kan
bilang kan gitu, setiap kanker payudara tu kalau udah dioperasi jarang
orang yang hidup….. (cemas gitu, soalnya kan gitu, biasanya orang
kampong kan bilang, kanker payudara itu kalau sudah dioperasi jarang
orang yang bisa hidup banyak yang meninggal)…..(P1)”

“Kalau cemas tu gini, cemas awak tu, awak kan masuk rumah sakik,
cemas awak tu kan ini belum diangkat habis jadi awak cemas…….(kalau
cemasnya itu begini, cemas ibuk tu, ibuk kan masuk rumah sakit, terus ini
(payudara) juga masih belum diangkat habis)……(P4)”

2. Penolakan prosedur pengobatan

“yang katigo awak mintak lai, alah tu, ndak usah lanjuik kemo ko, ndak
talok lai……(yang ketiga, ibuk yang mintak, sudah lah, tidak usah
dilanjutkan kemo ini, tidak kuat lagi) …(P4)”

“dak ka bakemo lai do……(tidak mau dikemo lagi)…(P6)”

3. Pasrah

“pokok nyo ante alah pasrah, mau apopun yang akan tajadi jo diri ante,
ante lah menyerahkan nyo ka nan satu…(pokok nya ibuk pasrah,
apapun yang akan terjadi kepada diri ibuk, ibuk sudah menyerahkan
nya kepada tuhan)….(P1)”

“pokok nya semangat, pasrah, wak berobat, sarahan ka tuhan….


(pokoknya semangat, pasrah, ibuk berobat, serahkan pada tuhan) …
(P4)”
“ibuk kan pasrah aja…(P5)”
4. Ikhlas
“ikhlas, apopun yang ditarimo dari penyakik tu, ikhlas…. (ikhlas, apapun
yang diterima dari penyakit itu, ikhlas)…(P4)”

KATEGORI SUB TEMA TEMA

a. sedih perasaan saat perasaan saat


mengetahui penyakit terdiagnosa
b. penolakan
mempengaruhi
c. takut perasaan dalam
proses pengobatan
d. banyak pikiran
e. biasa saja

a. Cemas perasaan menjalani


penyakit dan
b. Penolakan pengobatan
prosedur
pengobatan
c. pasrah
d. ikhlas

 Bold: kata kunci

Tabel 4.2. Analisa tematik perasaan saat terdiagnosa mempengaruhi


perasaan dalam proses pengobatan

2. efek samping kemoterapi mempengaruhi konsep diri dan aktivitas harian

a. Gejala fisik

5. Diare

“partamo-tamo itu (kemoterapi), kan ante mancret (diare)….(waktu


ertama kali (kemoterapi), ibuk kan diare)….(P1)”

“ado mencret bagai,..(ada, diare juga)….(P6)”


6. Mual muntah

“awak pusiang-pusiang, mual…(ibuk pusing, mual)….(P1)”

“awak mual-mual,macam urang hamil,....(ibuk mual-mual, seperti


orang hamil).....(P4)”

“memang ada kan, muntah-muntah, mual...(P5)”

”ado, mual, muntah partamo tu kan…(ada mual, muntah pertama


itu (kemoterapi) kan)...(P6)”

7. fatigue

“saminggu setelah kemo tu ante dak bangun dari tampek tidua tu do,
di tampek tidua ajo tu, pasandian ko panek-panek, sado tulang ko
kan, lamah… (seminggu setelah kemo itu, ibuk tidak bisa bangun,
ditempat tidur saja, persendian capek, semua tulang, lemas)… (P1)”

“memang awak agak-agak apo, stek, gak latiah gitu… (memang ibuk
agak lelah))… (P3)”

“eee, aa itu aa, efek nyo lamah….(ee itu, efeknya lemah)….(P4)”

8. kurang nafsu makan

“yooo, nafsu makan jadi kurang lo… (iya, nafsu makan jadi
berkurang) … (P1)”

9. kerontokan rambut

“iyo, iko a, rontok, lah rontok diawal kemo ka duo…(iya, ini sudah
mulai rontok smenjak kemo kedua)...(P1)”

“cuman ya itu, yang kemo itu, yang namanya rambut rontok memang
iya…..(P3)”

10. kulit menghitam

“ cuman iya wajah ibuk menghitam, kulit ibuk juga…..(P3)”

11. lidah menghitam

“lidah ibuk menghitam…..(P7)”

12. jari tangan hitam


“jari-jari tangan juga hitam…..(P7)”

13. luka di jari

“semenjak minum obat kemo tu, jari-jari ibuk ni luka, jari kaki, jari
tangan, ujung-ujung nya…..(P3)”

14. mulut kering

“muluik awak ko kariang sado nyo.. macam urang puaso….(mulut


ibuk kering, seperti orang puasa)….(P4)”

b. Aspek sosial

1. menghindar dari masyarakat

“nggak, nggak ada ibuk ngomong-ngomong sama tetangga ibuk,


satu pun tetangga ibuk belum tau ibuk sakit ini….(P7)”

c. Konsep diri

1. sedih dengan kondisi diri dalam menjalankan pengobatan

“iyo kalau di cermin awk kan, ado raso ibo hati awak gitu ha,
bantuak apo lah awak ko kan, ado lah raso sadiah awak tu ha,
mancaliak tubuah awak ko ha lah banyak ka kurangan…..(kalau
dicermin ibuk kan ada rasa sedih ibuk gitu, gimana lah penampilan
ibuk, ada lah rasa sedih ibuk tu, melihat tubuh ibuk tu kan, sudah
banyak kekurangan).... (P1)”
“awak rang kampuang barek raso nyo, sadiah betu a anggota wak
tabuang sadoalah ee
(kita kan orang kampong, berat rasanya, sedih gitu, anggota
(payudara) ini kalau diangkat kedua nya)....(P6)”

2. menerima kondisi diri dalam menjalankan pengobatan

“ndak masalah samo ibuk do, ndak ibuk pakai anu, pakai jilbab ajo
gitu
( ngga masalah sama ibuk, ibuk kan pakai itu, pakai jilbab aja).....
(P2)”
“kalau ibuk ngga, ngga ada rasa malu, ibuk kan “mengangkat ini
(payudara)” kan gara-gara ada penyakit, gitu lah.....(P4)”
“menerima, menerima, ibuk ngga pernag, gimana ya, ibuk ngga
pernah oooo ibuk kekurangan itu (organ payudara) ngga, malah
ibuk semangat, mudah-mudahan ngga ada lagi penyakit yang itu
(kanker payudara) .....(P5)”
“ngga ada, biasa aja, ngga ada ibuk pikirkan, harus di buang, tidak
apa-apa, aa.. cuman yang ibuk pikirkan sehat aja, secepat ya, itu
ajakan.....(P7)”

KATEGORI SUB TEMA TEMA

a.Diare Gejala fisik efek samping


kemoterapi
b. Mual muntah
mempengaruhi
c. fatigue konsep diri
dan aktivitas
d. kurang nafsu makan
harian
e. kerontokan rambut
f. kulit menghitam
g. lidah menghitam
h. jari tangan hitam
i. luka di jari
j. mulut kering

a. menghindar dari Aspek sosial


masyarakat

a. sedih dengan kondisi Konsep diri


diri dalam menjalankan
pengobatan
b. menerima kondisi diri
dalam menjalankan
pengobatan

 Bold: kata kunci

Tabel 4. 3.. Analisa tematik efek samping kemoterapi mempengaruhi konsep diri
dan aktivitas harian
3. Dukungan keluarga dan jaringan sosial

Dukungan dari keluarga dan dengan masyarakat sosial memegang

peran penting dalam proses perawatan pasien kanker payudara. Dari hasil

wawancara yang telah peneliti lakukan kepada partisipan, terdapat beberapa

ungkapan yang diberikan partisipan :

a. dukungan dari keluarga

Dalam penelitian ini, partisipan menganggap bahwa dukungan

emosional dari anggota keluarga sangat dibutuhkan karena dapat membuat

mereka merasa lebih berarti. Pada penelitian ini dukungan biasanya diberikan

oleh suami, anak, orang tua, kakak dan daik, ipar dan mertua berupa perhatian

kepada penderita kanker payudara.

1. dukungan dari suami

“nggak, malah bapak yang menyarankan, dulu ibuk juga ndak mau,
takut operasi ini, takut, takut, makanya membesar, bapak lah yang
membujuk – bujuk ibuk kan,operasi lah, ndak apa-apa, walaupun
ndak ada (payudara), yang penting, kalau orang padang kan pamggil
uda, uda tetap sayang ,.....(P3)”
“mmm, ndak lah pokok nya kan dia (suami) penyakik awak tu,
dibuang payudara sebelah, nggak jadi masalah sama dia, pokoknya
semangat terus ibuk dikasih nya, yang penting, ibuk kan sudah hilang
(dibedah) sabalah payudara awak ko, kalau ada rasa iri samo teman-
teman nyo.., tapi nyo (suami) ndak peduli orang nya, nyo tau
panyakik awak (dia tahu penyakit ibuk) pokoknya ya, dikasih
semangat aja ibuk terus, ndak ditinggalkan....(P4)”
“pokok nya kalau misal nya, kayak ibuk kan ngga kuat lagi. jadi kan
kalau ibuk ngga kuat, minta tolong aja sama dia (suami), itu dia
bilang, antar ibuk berobat, karna bapak sudah pension, ya bapak
yang urus semua .....(P5)”

2. dukungan dari anak

“yang penting ama bisa lah oooo, maapo te, tesya, nyo kan tesya
namonyo, tesya nantik, nyo kan sekarang baru tingkat satu tu, semester
dua baru kan, yang penting mama bisa lah maliek tesya nantik
wisuda, marasokan lah baa pitih tesya nantik kalau lah karajo kecek
anak kan, soal apo, jan ama pikian nak, istirahat
(yang penting mama bisa lah oo,…te.. tesya, nama nya tesya, nanti,
sekarang kan dia baru tingkat satu, semester dua, yang penting mama
bisa lah melihat tesya nanti wisuda, berhasil kan, gimana, gaji tesya
nanti kalau udah kerja kata anak kan, maslah apa, jangan mama
pikirkan ya, istirahat).....(P3)”
“kalau anak ibuk... alhamdulillah itu yang ibuk rasoan kini ko, taraso
na anak kini ko...ibuk ndak pernah sakik , dak pernah dirawat.. kini ko
lah anak tu nan maurus a..... (kalau anak ibuk alhamdulillah, yang ibuk
rasakan sekarang, terasa sekali hadirnya anak, ibuk tidak pernah sakit,
tidak pernah dirawat... sekarang anak lah yang mengurus)....(P6)”
“mama harus sembuh, mama harus sehat, mama banyak makan, kita
pergi jalan-jalan, kita kepantai ya ma, kita beli mainan ya ma.....(P8)”

3. dukungan dari orang tua

“kalau ibu nyo jago nyo makanan ibuk, iko dak buliah, itu dak
buliah, kalau bisa ibuk yo anuu, sehat kalau bisa, itu dijago
makan…..(kalau ibu, dia jaga makan ibuk, itu tidak boleh, ini tidak
boleh, dijaga makanan )…..(P2)”
“iyo lah, semangat dari urang tuo ibuk,mandukung ibuk, manyuruah
untuak barubek……(iya lah semangat dari orang tua ibuk,
mendukung ibuk, menyuruh untuk berobat)......(P4)”
“gimana caranya sehat, minum banyak, kasih makan, ndak mau,
dibujuk-bujuk gitu, makan nasi, mau apa? mau makan apa? minum
air putih jangan kurang, obat kemo tu kan keras, harus banyak minum
kan, kontrol.. kan kalau makan apa lagi, buah nya apa yang mau?
wortel, tomat, gak ditinggalin selama lima bulan......(P8)”

4. dukungan dari mertua

“ya gimana ya, waktu ibuk operasi tu kan, (partisipan menangis) dia
kan yang menunggu ibuk, menunggu di rumah sakit, dialah yang ngasih
semangat ibuk…(P5)”
5. dukungan dari ipar

“inyo lah yang mendukung dulu kan, manyuruah ibuk operasi tu


inyo mah, kalau dirumah kan orang panggil ayang ka ibuk, “”
operasi lah yang, cek nyo, dak ibo do anak, iko,iko,iko, cek nyo, dak
ibo awak jo suami, operasi, dak baa doh, aaa itu lah, semangat lo
ibuk di nyo kan, kalau gitu “iyo lah ni aa karumah sakik wak lah”gitu
mah, pai kakak ipar tu ka rumah sakik, apak bagai, maurus-urus surek
ibuk tu kan, pokok e ibuk tingga masuak ruangan se lai, nyo yang
mangurus sado…..(dia yang mendukung dulu kan, menyuruh ibuk di
operasi, itu dia, kalau dirumah kan orang panggil ayang ke ibuk,
operasi aja yang, tidak kasihan sama anak,tidak kasihan sama suami,
operasi, tidak apa-apa, semangat ibuk jadinya, baik lah kak, kerumah
sakit kita, ikut lah kakak ipar tadi, bapak juga, dial ah yang urus-urus
surat ibuk tinggal masuk ruangan, dia yang urus semuanya)….(P3)”

6. dukungan dari kakak dan adik

banyak nyo kisah-kisah anu tu, survivor kanker tadi kan, di anuan
nyo, di print nyo suruah baco gitu kan. ado termotivasi mancaliak
urang yang pejuang-pejuang kanker yang lain tu kan……… (dikasih
nya kisah-kisah dari internet, di internet kan banyak kisah-kisah
survivor kanker tadi kan, terus di print kan sama adik kan, disuruh
baca gitu kan, ada termotivasi nengok orang yang pejuang kanker
yang lain itu kan. )….(P2)”

b. mengurangi beban fisik


1. membantu pekerjaan rumah tangga
“samo ibu, ibu nyo ibuk kan masih ado, kan masih aa, tu kalau
rumah, bapak yang anu…..(sama ibu, ibu nya ibuk kan masih ada,
kan masih aa.. terus kalau rumah, bapak yang ini)….(P2)”
“Kadang pulang kuliah, kadang udah sore, pagi mau kuliah, bangun
cuci piring, nanti direndamnya kain, nanti sore pulang dia baru
dicuci, masak juga gitu…(P3)”
“iya, dibantu lah, pokok nya ibuk sampe sekarang, ibuk ngga pernah
kerja, yang kerja itu anak ibuk, terus bapak……(P5)”

c.membantu dalam segi finansial

1. orang tua
“itu nio dibantu samo keluarga 20 juta, mm “ti, iko ado patikan
sawah, ibu samo uan, samo ante, dari kami 20 juta” kato nyo gitu
(itu mau dibantu sama keluarga kemaren 20 juta, mmmm yaa “ti, ini
ada a’patikan sawah’ ibu sama om, sama tante, dari kami 20 juta”
kata nya gitu)….(P2)”

“dikasih nyo awak sabidang tanah, pokok nyo amak awak lah tibo
nyo,dikasih nyolah awak sabidang tanah,nyo kasih nyo lah awak
sabidang tanah, pokok nyo anak langsuang barubek, sampai baranti
kato pak ditor, jadi dijual nya lah apo oooo, tanah tu, nah itu lah
biaya untuak erobat …..(dikasih nya (ibu)lah ibu sebidang tanah,
pokok nya dikasih sebidang tanah, sama ibu ibuk, pokok nya ibuk
langsung berobat, sampai selesai kata dokter, jadi dijualnya tanah, itu
lah biaya untuk berobat kesini)..(P4)”

2. suami
“suami ibuk pokok nya semangat, perekonomian kan susah, macam
dari pasaman kasiko, (seperti dari pasaman kesini kan butuh biaya,
kalaurumah sakit kan Alhamdulillah BPJS, tapi klau untuk berobat
kesini kan dibilang sama suami, antian ajo lah, bia uda yang mancari
(tenag saja biar uda yang cari uang))…..(P4)”
c. dukungan dari jaringan sosial

1.dukungan dari teman

“ya, kalau mereka(tman-teman) menjenguk, senang hati ibuk rasanya,


berarti masih ada rasa peduli orang-orang tu sama ibuk gitu, kawan-
kawan ada........(P3)”
“mmmmm, banyak yang pai ka Batam, kawan-kawan sekolah pai ka
Batam, tu ado yang mewakili surang, nyo hibur nyo awak, nyo kasih
kejutandak bisa kalua aia mato lai do, lah abih kan, lah kariang, saking
sering….. (banyak yang pergi ke Batam, kawan-kawan sekolah pergi ke
Batam, terus kan ada yang mewakili, dihiburnya ibuk, mereka beri ibuk
kejutan ibuk tidak bisa mengeluarkan air mata lagi, sudah habis, sudah
kering )..... (P8)”
2. dukungan dari sesama penderita kanker payudara

” saling curhat, beko nyo curhat lo ka awak kan, apo yang dirasokan
nyo beko awak mintak pulo kan, baa caro nyo, giko-giko ma.. maa...
supayo awak oooo, kuat, kan gitu manghadapi iko, musibah yang
tibo di awak ko kan gitu, tu beko kawan tu maagiah saran lo ka awak
kan, tu beko kok ado lo di awak beko awak berbagi lo gitu ka inyo,
aaaa.. gitu, berbagi sama-sama penderita yo nak………(saling curhat
sama mereka, terus nanti mereka juga curhat sama ibuk kan, apa
yag dirasakan nya, nanti ibuk minta gimana cara nya, gini-gini,
supaya ibuk ooo kuat kan gitu, manghadapi ini, musibah yang ada
sama kita, terus nanti itu kan ada teman memberikan saran ke ibuk
kan, terus nanti kalau ada yang dari ibuk, kan ibuk bagi juga, berbagi
juga itu sama mereka, aaa gitu, berbagi sesama penderita kan)………
(P1)”
” missal nyo kan adoh anu, kan berbagi pengalaman kan banyak
macam pasien ko, adoh yang takuik, sudah nanyo gitu, ndak takuik,
ndak namuah di kemo gitu , kan ado lo yang kek, kan saling
mengasih dukungan……..(misalnya kan ada, berbagi pengalaman,
kan banyak macam nya pasien ini kan, ada yang takut, nanya-nanya
gitu, takut, ngga mau di kemo gitu… saling-saling mengasih
dukungan lah, ngga mau menjatuhkan gitu, ngga usah lah dikemo,
kan seperti ada yang, pokok nya saling mengasih dukungan )…….
(P2)”

3. dukungan dari lingkungan sekitar

“orang lingkungan ado juo gitu tetangga awak kan dating ka rumah,
ngasih-ngasih semangat awak, ado.. banyak gitu.. kan ante sarupo
iko, kan ado lo raso, simpati nyo samo awak gitu, jadi “ndak baa do
uni” kecek nyo “operasi ajo lah uni, indak baa do” kato nyo
(orang lingkungan ada juga gitu tetangga kita kan yang datang ke
rumah, ngasih-ngasih semangat ibuk, ada.. banyak gitu.. kan ibuk
seperti ini, kan dia juga ada rasa, simpati gitu sama ibuk, jadi “ngga
apa-apa uni” katanya “operasi aja uni, ngga apa-apa” kata nya)……
(P1)”

“missal nyo kan kalau ado baralek, “ndak usah lah ti kau kan sakik,
duduak ajo lah”………(Misal nya kalau ada baralek (pesta), “ngga
usah bantuin ti, kamu kan sakit, duduk aja lah” …….(P2)”
“Pas selesai operasi rame-rame kerumah sakit ada, Cuma sekedar
itu aja kan, tapi sampai sekarang ngga ada, paling-paling kalau
ketemu di jalan itu, aa udah berangsur sehat E ya, udah alhamdulillah,
sekedar itu aja…..(P5)”

KATEGORI SUB TEMA TEMA

a. dukungan dari suami Dukungan dari keluarga Dukungan dari


keluarga dan
b. dukungan dari anak
jaringan sosial
c. dukungan dari orang
tua
d. dukungan dari mertua
e. dukungan dari ipar
f. dukungan dari kakak
dan adik
a. membantu pekerjaan mengurangi beban fisik
rumah tangga

a. orang tua membantu dalam segi


financial
b. suami

a. dukungan dari teman Dukungan dari jaringan


sosial
b. dukungan dari sesame
penderita
c. dukungan dri
masyarakat sekitar

 Bold: kata kunci

Tabel 4.4. Dukungan dari keluarga dan jaringan sosia

4. Dukungan dari tenaga kesehatan sebagai informasi dan semangat

menjalani pengobatan

a. dukungan informasi dari dokter

1. informasi kemoterapi

“aa, habis dioperasi kan ada di kemo, ada di, di apa namanya tu, di
sinar, ada terus kan dibilangnya gitu(dokter), kalau minum obat
itu(kemo) ya, wajah akan menghitam... (P3)”
“kata dokter, cuman kalau obat yang ini (obat makan) kalau
seandainya dikemo, misal nya kemo yang pertama, kemo yang
kedua, kan cek darah, cek darah cek trombosit, kalau ada yang
kurang, itu kan disuntik dibagian pusar...... (P4)”
kan sebelum kita kemo itu kan kita udah di kasih tau sama dokter,
dalam kemo pertama enamkali, kalau dapat, ooo, penuh semua.....
(P5)”
2. informasi pasca operasi

kalau kata dokter kan, harus digerakkan semua badan, tangan ini,
di, setelah operasi sekarang, besok kita harus di tinggi kan, kalau
ngga diluruskan tangan kita keatas, bengkok tangan kita, gitu kata
dokter tu, harus diluruskan, aaa, kalau masih sakit, luruskan pelan-
pelan, masih sakit juga angkat pelan-pelan lagi, tiap hari, biar ngga
kaku.......(P7)”

b. Dukungan informasi dari perawat

1. informasi penggunaan obat

“obat nya ini buk, ada waktu ibuk apa, minum obat ini, kalau minum
obat ini buk efek samping nya ini ya buk, dikasih tau sama perawat
tu.......(P3)”

2. penyampaian informasi dalam betuk penyuluhan

“sabalum itu kan memang ado penyuluhan, dari apo ado kan, puskesmas,
alah ado partamo awal ante kena, kanai apo tu kanker payudara tu…
(sebelum itu kan memang ada penyuluhan, dari apa ada akan, puskesmas,
sudah ada pertama kali ibuk kena, kena kanker payudara itu)…(P1)”

kalau dari perawat ya gini aja waktu di rumah sakit, ibuk minum air putih
banyak-banyak, makan sayur, makan nasi, nasi kurang, kurangin makan
nasi banyak-banyak, makan sayur makan buah itu aja kata perawat.....
(P4)”

c. Dukungan dalam menjalankan pengobatan


1. Dukungan dari dokter

“ibuk dak usah ibuk pikirkan ya, yang penting ibuk sehat, kek gitu-
gitu aja dokter bilang kan.....(P3)”
“jadi ibuk dokter nan mangemo ibuktu gitu juo, “ibuk harus
menguatkan semangat ibuk ”katanya…..(jadi ibuk dokter yang
mengkemo ibuk tu gitu juga, “ibuk harus menguatkan semangat ibuk”
kata nya).....(P4)”
2. Dukungan dari perawat

“iyo adoh gitu, dari perawat tu yang mendukung awak kan


maagiah semangat awak, magiah saran-saran awak kan, “ ndak baa
do buk, lanjutkan lah kemo ibuk dulu kecek nyo, setelah ibuk di kemo
nantik empat kali atau enam kali baru di operasi kecek nyo. memang
ado yang ngasih awak kan gitu. ketenangan, untuak ketenangan jiwa
awak tu adoh……..(iya, ada gitu, dari perawat mendukung ibuk,
memberikan ibuk semangat, memberikan saran, “tidak apa-apa
buk” lanjutkan lah kemo ibuk dulu, kata nya, “setelah ibuk di kemo
nantik empat kali atau enam kali baru di operasi” katanya. memang
ada yang memberi ibuk ketenangan, untuk ketenangan jiwa ibuk,
ada).....(P1)”

“itu lah pas dikemo itu lah dia menyarankan perawat-perawat


suster tu kayak gitu ibuk semangat buk, jangan ibuk gitu, ibuk ngga
perlu dengar itu, yang menjalani ibuk, mudah-mudahan saya ikut
mendoakan ibuk, itu kan yang rio, baik-baik kok dokter tu orang-
orang ya.....(P5)”

“jadi betu kecek bidan rumah sakik... kalau ndak bakemo kini ibuk
nantik baa-baa ibuk, baulang kemo samulo baliak, baa rancak dek
ibuk? cek e.. dak mati gai urang dek kemo tu do... di agiah nyo
semangat
(jadi gini kata perawat di rumah sakit... kalau tidak di kemo
sekarang nanti ibuk giman-gimana, diulang lagi kemo dari awal,
bagaimana buk?..orang tidak akan mati karna kemo itu buk….
diberi semangat).....(P6)”

“bukan karna obat kita sembuh tapi karna semangat, ada perawat
disana tu bilang. bukan karna obat kita sembuh, tapi karna
semangat.....(P8)”

KATEGORI SUB TEMA TEMA


a. informasi Dukungan Dukungan dari
kemoterapi informasi dari tenaga kesehatan
dokter sebagai informasi
b. informasi paska dan semangat
operasi menjalani
a. informasi Dukungan engobatan
penggunaan informasi dari
obat perawat

b. penyamaian
informasi dalam
bentuk
penyuluhan

a. dukungan dari Dukungan dalam


dokter menjalankan
pengobatan
b. dukungan dari
perawat

 Bold: kata kunci

Tabel 4.5. Analisa tematik dukungan dari tenaga kesehatan sebagai informasi
dan semangat menjalani engobatan

4. Dukungan spiritual sebagai bentuk adaptasi

Partisipan mengungkapkan bahwa setelah terdiagnosa kanker

payudara, semua partisipan merasa bahwa diri mereka sedang diuji oleh tuhan.

Terdapat partisipan yang mengungkapkan rasa syukur nya walaupun dalam

keadaan sakit, hal ini disebabakan karena kepercayaan yang telah dibentuk oleh

partisipan itu sendiri.

a. adaptasi dalam bentuk koping yang adaptif

1. berserah diri kepada tuhan


eh, iduik ko punyo nan satu (tuhan) kan gitu, kalau masalah umua tagantuang
ka nan satu tu lai, gitu ajo yang pentinga wak barubek pasrah manyarah ka
tuhan…..(eh hidup ibuk punya yang satu(tuhan) kan gitu, kalau masalah
umur tergantung kepada yang satu. gitu aja,yang penting kita pasrah,
menyerah pada tuhan ).......(P1)”
“kalau ibuk baa yo, mungkin karno ibuk lai berdoa, lai aa tu mengingek yang
satu tu, insyaallah ndak ado ibuk apo tu tu, apo namo, perasaan ibuk tu, tanang
se gitu, lah berserah ka tuhan, perasaan ibuk tu gitu
(Kalau ibuk gimana ya, mungkin karna ibuk berdoa, mengingat tuhan,
insyaallah ngga ada ibuk kepikiran kesana, gimana tu, perasaan ibuk tu
tenang, sudah berserah perasaan ibuk gitu.) .......(P3)”

” apo nan adoh dek ibuk, ibuk sarahan ka nan satu, iko..iko...iko..
(apa yang ada sama ibuk, ibuk serahkan kepada tuhan)....(P6)”

2. merasa penyakit sebagai bentuk kasih saying tuhan

” jadi kan kalau wak diagiah panyakik, dokter suruah pai ko, berarti,
dokter, anu tuhan masih sayang samo awak
(jadi kalau kita diberikan penyakit dokter suruh pergi, eh berarti tuhan
masih sayang sama ibuk).......(P2)”

” tapi renungan lah dek awak kan,berarti tuhan sayang ka awak, nyo
agiah nyo ujian. ...(renungan untuk kita, berarti tuhan masih saying,
diberimya ibuk ujian)....(P8)”

3. peningkatan aktivitas ibadah

“ante taruih kan solat malam kan, (ibuk selalu kan solat malam).......
(P1)”

” aaaa,….. salamo ko yang kurang-kurang sumbayang, kini alah kusu’


sumbayang……(Aaaa... selama ini yang kurang-kurang solat, sekarang
udah kusyu’ solat,)......(P2)”

” kalau ibuk bangun malam, solat malam, kadang kan minum obat ini
kadang mata ini ndak mau apa tidur aha kalau minum obat ini kan,
(menangis).......(P3)”
” lanjut, lanjut, sasudah operasi lanjut, langsuang solat, bisa, diusahokan,
kalau indak bisa tagak, duduak, baa caro bisa, pokok nyo solat jo
taruih……(lanjut, setelah operasi lanjut, langsung solat, bisa, ya
diusahakan, kalau ngga bisa berdiri ya duduk, gimana bisa nya, pokok
nya solat aja terus).......(P4)”

KATEGORI SUB TEMA TEMA

a.berserah diri pada adaptasi dalam dukungan spiritual


tuhan bentuk koping yang sebagai bentuk adaptasi
adaptif
b. merasa penyakit
sebagai bentuk kasih
saying tuhan

c. peningkatan
aktivitas ibadah

 Bold: kata kunci

Tabel 4.6. Analisa tematik dukungan spiritual sebagai bentuk adaptasi

5. Harapan klien terhadap penyakit

a. harapan setelah terdiagnosa kanker payudara

1. sembuh

“jadi ibuk nio sembuh gitu kan, jadi bisa manggadangan anak (Jadi
ibuk ingin sembuh gitu kan, jadi bisa membesarkan anak)......(P2)”

“ ya harapan ibuk tu ibuk supaya, penyakit ni jangan timbul lagi


gitu ha, sehat lah gitu, ingin sehat, jangan datang lagi penyakit ini
gitu, cukup lah yang sebelah ini aja,......(P3)”
“harapan yo sarupo itu, sehat ibuk kan, harapan ibuk kan untuak
anak-anak ibuk juo,…..(harapan seperti itu, sehat ibuk kan, harapan
ibuk kan untuk anak-anak ibuk juga)......(P4)”
“ya mudah-mudahan lah sembuh, gitu aja, ngga terulang lagi, ngga
menyebar, gitu aja......(P5)”

“yaaa, harapan ibuk ya lekas sembuh aja jangan, balik lagi penyakit
itu, ibuk dan keluarga rukun semua nya, dengan anak-anak dengan cucu,
itu aja.......(P7)”

2. berkumpul dengan keluarga

“aa yo kembali seperti semula, bakumpua dengan keluarga gitu,


untuak manyelamatkan anak-anak ante, keluarga ante kan gitu……
(aaaa yaaa, ibuk kembali seperti semula berkumpul dengan
keluarga gitu, untuk menyelamatkan anak-anak ibuk, keluarga
ibuk).....(P1)”

3. dapat melihat perkembangan anak

“sampai lah mancaliak wak, harapan awak ko, anak-anak awak


ko sampaiberkeluarga lah tibo e, permintaan awak ko, lah sampai
berkeluarga lah nyo tibo nyo,lah caliak dari nanketek sampai nan
gadang, nan gadang lah berkeluarga nyo, itu se harapan awak
tibo nyo…..(ibuk dapat melihat, anak-anak ibuk sampai
berkeluarga, permintaan ibuk sampai berkeluarga dia, yang kecil
tumbuh menjadi dewasa, yang besar sudah berkeluarga, itu saja
harapan ibuk )……(P4)”

KATEGORI SUB TEMA TEMA


a. sembuh Harapan setelah Harapan penderita kanker
b. berkumpul dengan terdiagnosa kanker payudara
keluarga payudara
c. dapat melihat
perkembangan anak
 Bold: kata kunci

Tabel 4.7. Harapan penderita kanker payudara


BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

mengenai gambaran dukungan sosial pada survivor kanker payudara, keterbatasan

penelitian dan implikasi dalam keperawatan. Pembahasan interpretasi hasil penelitian

dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian

sebelumya. Pada keterbatasan penelitian akan dibahas tentang kekurangan dan

kesenjangan, hambatan-hambatan yang ditemukan peneliti pada penelitian.


Sedangkan implikasi keperawatan membahas tentang apa yang dapat dikembangkan

lebih lanjut dari hasil penelitian ini terutama bagi pendidikan keperawatan, pelayanan

keperawatan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

A. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan enam tema utama, yaitu perasaan saat

didiagnosa mempengaruhi perasaan dalam proses pengobatan, efek samping

kemoterapi mempengaruhi konsep diri dan aktivitas harian, dukungan dari keluarga

dan jaringan sosial, dukungan dari tenaga kesehatan sebagai informasi dan semangat

menjalani pengobatan. Masing-masing tema akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Perasaan saat terdiagnosa mempengaruhi perasaan dalam proses

pengobatan

Hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa partisipan mengalami

berbagai macam perasaan saat pertamakli terdiagnosa kanker payudara.

perasaan yang teridentifikasi seperti perasaan sedih, penolakan, takut, banyak

pikiran dan ada beberapa yang mengatakan biasa saja. Perasaan tersebut

dapat terjadi karena adanya respon psikologis dari stress akibat kanker

payudara. Menurut Barros, A.E.S., et.al (2018) saat perempuan terdiagnosa

kanker payudara mereka akan menunjukkan respon psikologis karena


memikirkan cara menghadapi kejadian yang dramatis yaitu akan hidup dengan

penyakit kanker payudara dalam waktu yang tidak menentu.

Divonis sebagai penderita kanker payudara membuat beberapa

partisipan merasakan kesedihan, penolakan dan ketakutan akan penyakit yang

dialami. Perasaan sedih terjadi karena merasa khawatir dengan masa depan

anak dan merasa akan meninggalkan anak disaat anak-anak mereka masih

kecil kemudian berpikiran bahwa anak tersebut akan tumbuh tanpa adanya

figure seorang ibu.. Menurut Barros, A.E.S., et.al (2018) setelah terdiagnosa,

penderita akan cenderung lebih peduli kepada anak nya, bagi mereka situasi

ini adalah situasi yang sangat menyakitkan karena merasa bahwa mereka tidak

akan pernah bisa melihat perkembangan anak-anak mereka.

Penyebab lain dari kesedihan yang diungkapkan oleh partisipan

berkaitan dengan peran sebagai seorang wanita yang memiliki banyak

perubahan setelah terdiagnosa. Kanker payudara menjadi hambatan dalam

memposisikan diri dengan kondisi sakit dan dengan peran yang dimiliki

dalam keluarga. Keinginan agar dapat menjalankan tugas sebagai seorang

wanita dalam keluarga diungkapkan oleh salah satu partisipan. Hal ini

berkaitan dengan perubahan peran yang terjadi pada perempuan penderita

kanker payudara, perubahan peran yang bersifat situasional yang dialami oleh

penderita kanker payudara yang berkaitan dengan proses pengobatan yang

dijalani. Hal serupa juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Keesing, S., et.al. (2018) akibatkanker payudara yang terjadi pada wanita
adalah terjadinya perubahan peran sebagai orang tua, pasangan, teman, dan

dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Respon penolakan seperti menyangkal, terjadi oleh karena tidak

menyangka akan mengalami kanker payudara. Kondisi emosi yang

terburuk yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker adalah perasaan

takut. Tingkat ketakutan yang tinggi yang dialami oleh partisipan disebabkan

karena penyakit kanker yang dialami oleh partisipan merupakan penyakit

yang mematikan sehingga partisipan telah berpikiran bahwa kesempatan

untuk hidup akan lebih sedikit, juga penyakit kanker dirasa menjadi beban

secara fisik maupun psikologis yang dirasakan partisipan. Menurut Masood,

S (2016), ketakutan yang timbul pada diri penderita kanker payudara dipicu

oleh konsekuensi bahwa adanya kefatalan yang akan diakibatkan oleh

penyakit itu sendiri, kefatalan ini diartikan juga sebagai kematian. Namun ada

juga dari beberapa partisipan mengungkapkanpengalaman nya ketika

terdiagnosa kanker payudara respon yang dia tunjukkan adalah biasa saja,

tidak ada perasaan takut dan cemas ketika terdiagnosa kanker payudara.

Perasaan negatif yang timbul pada awal terdiagnosa penyakit akan

berlangsung lama, namun dengan kondisi yang seperti itu, partisipan mau

tidak mau harus menerima dan menjalankan prosedur pengobatannya. Namun

begitu, tetap masih ada dari beberapa partisipan yang mengaku masih

merasakan kecemasan mengenai prosedur pengobatan yang dijalani nya, hal

ini dipengaruhi oleh perkataan orang-orang yang tidak bertanggung jawab,


yang seakan-akan mengerti dengan proses pengobatan, sehingga penderita

kanker payudara yang tidak dapat berpikiran positif terhadap kondisinya

terbawa oleh perkataan tersebut sehingga menjadikan semua hal itu menjadi

suatu perasaan cemas yang berkepanjangan. Menurut Mohammed, S dan

Baqutayan, S (2015), penderita kanker payudara akan memiliki kesukaran

dalam menilai kondisi kesehatan nya, hal ini tergantung dengan pola pikir dan

proses pikir yang dimiliki penderita kanker payudara yang dapat

mempengaruhi adaptasi.

Sikap penolakan juga diungkapkan oleh beberapa partisipan mengenai

prosedur pengobatan kemoterapi. Efek samping yang ditimbulkan oleh

kemoterapi dirasa tidak dapat diterima oleh semua partisipan. Namun

demikian seiring berjalan nya waktu sikap partisipan berangsur dapat

menerima kondisi penyakitnya yang ditunjukkan partisipan seperti pasrah

dan ikhlas. Sikap pasrah muncul apabila seluruh potensi akal budi, berusaha

berobat, dan berdoa telah dimanfaatkan sebaik-baik nya untuk mencapai

tujuan agar diberi kesempatan oleh yang maha kuasa untuk merasakan

kesembuhan seperti sedia kala. Penderita dengan keyakinan yang tinggi

kepada tuhan biasanya memiliki kepuasan hidup dan mempunyai rasa optimis

dan dapat memicu sikap penerimaan kondisi yang telah terjadi. Menurut

Pekkola (2018) spiritual adalah sumber dukungan yang sangat dibutuhkan

penderita selama menghadapi kondisi sakit kanker payudara.

2. efek samping kemoterapi mempengaruhi konsep diri dan aktivitas harian


Efeksamping dirasakan oleh penderita kanker payudara berupa

hambatan fisik dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Merasaakan mual,

muntah pada tiga hari pertama di ungkapkan oleh hampir dari semua

partisipan, hal ini terjadi karena partisipan dalam penelitian ini adalah

partisipan kanker payudara yang memiliki riwayat pengobatan kemoterapi

siklus pertama sehingga sensasi mual, muntah pusing dan fatigue sering

dirasakan. Hal serupa diungkapkan oleh Shinta & Surarso, (2016), yang

menyatakan dampak kemoterapi seperti mual dan muntah atau Chemotherapy

induced nausea and vomiting antisipatori dilaporkan pada 20 sampai 30

persen pasien yang mendapatkan kemoterapi siklus pertama.

Selain itu dampak kemoterapi yang diungkapkan oleh partisipan

adalah kerontokan rambut yang sudah mulai terlihat semenjak proses

kemoterapi yang kedua. Diare yang dirasakan oleh bebrapa partisipan karena

konsumsi obat tambahan dan mendapatkan efek samping pada kulit sperti

ierdapat kulit wajah yang menghitam, jari-jari menghitam, lidah menghitam,

luka diujung jari dan terdapat beberapa ungkapan seperti sakit persendian.

Menurut Aslam M,S et.al (2014) dalam penelitian nya yang dilakukan di

Pakistan mengenai dampak kemoterapi seperti fatigue, kerontokan rambut,

mual dan muntah, sensasi mulut kering, diare, kerusakan kulit dapat

menurunkan produktivitas penderita kanker payudara dalam melakukan

aktivitas sehari-hari.
Dari aspek sosial gambaran yang diungkapkan oleh beberapa

partisipan seperti, tidak aktif dalam kegiatan dan menolak untuk

menceritakan penyakit yang dialami kepada masyarakat sekitar dan

menghindar dari masyarakat. Perubahan fisik dan psikologis yang dialami

oleh pasien akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial partisipan.

Perubahan hubungan dalam masyarakat. Partisipan umumnya memandang

negatif terhadap dirinya sendiri dan hal tersebut mempengaruhi dalam

peforma nya sebagai seorang perempuan. Menurut Keesing, S., et.al. (2018)

dalam penelitian nya, akibat kanker payudara yang terjadi pada wanita adalah

terjadinya perubahan perasaan dalam melakukan aktivitas sosial masyarakat.

lain nya.

Pengobatan kanker payudara yang memiliki konsekuensi yaitu

kehilangan salah satu bagian payudara karena prosedur mastectomy.

Menyadari bahwa payudara memiliki fungsi yang sangat vital bagi seorang

perempuan dan akan mempengaruhi citra tubuh pasien. Beberapa pasien

merasa terguncang karena mereka menyadari telah menjadi wanita yang tak

lengkap, mereka mungkin merasa telah cacat atau rusak atau merasa sangat

tidak bahagia karena tubuh mereka tidak sempurna dan tidak simetris lagi. Hal

ini menimbulkan perasaan sedih bagi beberapa partisipan. Merasa bahwa

bagian penting dalam diri mereka hilang karena adanya prosedur operasi. Hal

ini juga di paparkan dalam penelitian sebelum nya oleh Kocan, S & Gursoy, A
(2016) perempuan penderita kanker payudara seringkali memiliki pandangan

negatif terhadap diri mereka karena sebagaian dari mereka telah hilang.

Pandangan penderita kanker payudara terhadap kondisi tubuh mereka

akan berbeda-beda, hal ini sesuai dengan cara pikir yang mereka miliki.

Menerima kondisi tubuh setelah dilakukannya prosedur perawatan akan di

lakukan oleh beberapa partisipan. Hal ini juga diungkapkan oleh penelitian

sebelum nya Bagheri & Mazaheri (2015) semua tergantung dari keputusan

pasien dalam menghadapi situasi sakitnya.

Berbagai cara dilakukan oleh penderita kanker payudara untuk

beradaptasi dengan kondisi yang dialami akibat efek samping pengobatan. Hal

ini diungkapkan oleh beberapa partisipan, seperti menggubah cara berpakayan

agar terlihat seperti orang normal pada umum nya. Hal ini serupa

diungkapkan dalam penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh Kocan, S &

Gursoy, A (2016), perempuan penderita kanker payudara akan lebih

memperhatikan cara berpakayan dan akan mencari cara untuk berpakayan

senyaman mungkin setelah mengalami pengobatan kanker payudara.

3. Dukungan dari keluarga dan jaringan sosial

Keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi penderita kanker

payudara, mengingat bahwa keluarga merupakan siklus pertama dalam

kehidupan pasien kanker payudara. kondisi sakit yang dialami oleh penderita

kanker payudara, membuat penderita kanker payudara tidak terlepas dari


keluarga nya. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat bermakna dan

dijadikan sebagai kekuatan untuk menjalani kehidupan setelah di diagnose

kanker payudara. Hal serupa diungkapkan oleh penelitian Drageset, S et.al

(2015) dimengerti sebagai seorang individu, terutama oleh keluarga adalah

suatu hal yang penting bagi penderita kanker payudara, seperti memberikan

pengertian, respect, empati dan juga kasih sayang.

Keluarga merupakan sumber terbesar dari dukungan emosional yang

dan merupakan bentuk nyata dari dukungan bagi perempuan penderita kanker

payudara. Menurut Petal, G., et.al (2015) dalam penelitiannya

menyimpulkan keluarga merupakan sumber yang paling penting ddalam

mengontrol emosi dan dukungan nyata atau tangible bagi wanita dengan

kanker.

Status pernikahan berhubungan dengan peningngkatan kualitas

kesehatan pendrita kanker payudara. Menurut penelitian Salakari, M., et.al

(2017) menikah dapat membuat penderita kanker payudara dapat lebih positif

dengan kondisinya walaupun berada dalam tingkat keparahan yang berbeda-

beda. Dukungan yang diberikan oleh suami seperti rasa perhatian, kasih

saying dan dapat menerima kondisi partisipan menjadi suatu penghargaan dan

sumber semangat bagi partisipan dalam menjalankan pengobatan dan

beradaptasi dengan kondisi fisik yang baru. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Salakari, M., et.al (2017), dukungan dari pasangan dapat
membantu kesuksesan dalam adaptasi pasien dalam menghadapi kanker

payudara, dan dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Dukungan psikologis yang diberikan oleh suami dan anak menjadikan

penderita kanker payudara merasa lebih baik dan bersemangat semangat

dalam menjalani prosedur pengobatan dan bertahan dengan kondisi baru nya.

Hal ini juga dipaparkan dalam penelitian sebelum nya oleh Salakari, M., et.al

(2017) penderita kanker payudara akan memiliki koping yang baik terhadap

penyakit nya apabila mereka telah menikah, tinggal dengan keluarga, dan

memiliki anak.

Dukungan yang diberikan oleh keluarga seperti dari orang tua, mertua,

ipar, kakak dan adik membuat penderita kanker payudara tidak sendiri dalam

menjalankan kondisi baru yang dialami nya. dukungan yang diberikan orang

tua kepada anak berupa kasih sayang dan perhatian secara emosional

diungkapkan oleh beberapa partisipan, kepedulian orang tua dalam menjaga

pola makan anak nya yang telah terdiagnosa kanker menjadi bentuk ungkapan

kasih saying dan perhatian yang dapat ditunjukan oleh seorang ibu terhadap

anak. Menjaga anak agar tetap sehat dan dapat melanjutkan kehidupan layak

nya sediakala.

Kehadiran seorang mertua yang menjadi pengganti figure orang tua

diungkapkan oleh sorang partisipan, merasa diperhatikan layaknya sorang

ayah memperhatikan dan menemani selama prsedur operasi. Kepedulian


seorang ipar yang ditunjukkan dalam dukungan untuk berobat kepada seorang

partisipan dan perhatian saudara dalam menunjang kondisi saudaranya. Oleh

karena itu keberadaan keluarga disekitar pasien menjadi hal yang sangat

dibutuhkan oleh pasien dalam beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas.

Penelitian sebelum nya yang dilakukan oleh Drageset, S et.al (2015),

berbagi pengalaman dengan keluarga dapat meringankan stress dan keraguan

yang dirasakan pasien, dengan berada disekitar pasien selama kondisi sakit

yang dialami adalah suatu hal yang sangat berharga dari sekedar ucapan.

Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa hubungan mereka

dengan keluarga setelah terdiagnosa lebih dekat dan merasa bahwa dukungan

dari keluarga adalah hal yang sangat dibutuhkan.

Dukungan secara fisik di wujudkan dengan adanya bantuan dari pihak

keluarga untuk membantu penderita kanker payudara dalam mengerjakan

pekerjaan rumah. Anggota keluarga yang biasanya membantu penderita

kanker payudara dalam melakukan pekerjaan rumah adalah keluarga inti

(immediate family) dan juga berasal dari extended family. Seperti yang

diungkapkan oleh Hammoudeh et.al. (2017) dalam penelitian nya bahwa

keluarga sangat membantu pekerjaan rumahtangga pasien, mengingat pasien

kanker payudara tidak dapat melakuakan hal tersebut karena keterbatasan

kondisi fisik yang dimilikinya.


Dukungan secara finansial juga diberikan oleh anggota keluarga dan

suami pada penderita kanker payudara untuk meringankan tanggungan dalam

prosedur perawatan kanker. Seperti yang diungkapkan oleh Pekkkola (2018)

dalam penelitin nya yaitu salah satu hal yang esensial dalam support penderita

kanker payudara adalah dukungan finansial.

Dukungan financial yang diberikan suami ataupun keluarga bagi

penderita kanker payudara yang dalam hal ini adalah perempuan minang

dengan kanker payudara untuk menjalani kehidupannya. Kekuatan

kekerabatan atau keluarga dalam budaya minang dimaknai dengan istilah

samandeh, yang diartikan sebagai kerabat yang memiliki kondisi ekonomi

yang lebih baik, sudah seharus nya membantu kerabat yang kurang beruntung.

Hal SERUPA juga diungkapkan oleh Pekkkola (2018), bagi perempuan

jordania dukungan financial akan diberikan oleh suami dan keluarga, sesuai

dengan kebudayaan yang mereka miliki bahwa suami adalah orang yang akan

mencukupi kebutuhan financial isteri.

Sebagai mahluk sosial, penderita kanker payudara tentunya tidak akan

terlepas dari pengaruh lingkungan nya, Dukungan dari teman dan kelompok

sosial di masyarakat, dimaknai sebagai dukungan yang dapat membantu

partisipan beradaptasi dengan kondisi sakit yang di alami nya sehingga dapat

membuat partisipan merasa dirinya sangat berarti bagi lingkungan sosial yang

dimiliki nya Salah satunya adalah dukungan dari teman dimaknai dapat

meningkatkan dukungan psikologis terhadap informan, karena teman-teman


masih mengakui keberadaan nya. Menurut Salakari, M., et.al. (2017) jaringan

sosial penderita kanker payudara dapat meringankan penderitaan survivor

dengan memperkuat keterampilan untuk mengatasi masalah dan

meningkatkan peluang untuk mendapatkan informasi terkait kanker.

Dukungan yang didapatkan dari teman yang dirasakan dapat

meningkatkan kondisi psikologis penderita kanker payudara, karena teman

dapat membuat penderita kanker payudara berpikir bahwa mereka masih

memiliki posisi yang dihargai dalam suatu kelompok. Penelitian yang

dilakukan oleh Drageset, S., et.al. (2015) mengungkapkan bahwa dimengerti

oleh keluarga dan teman adalah hal yang penting. Memberikan dukungan

sosial dan mengekspresikannya dengan empati, kasih sayang dan dimengerti

akan meringankan masalah penderita.

Dukungan yang didapatkan dari sesama penderita dimaknai sebagai

dukungan yang berbeda, karena perasaan memiliki nasib yang sama sehingga

dapat membentuk bonding dan rasa saling mengerti antara satu dengan yang

lain nya. Seperti yang diungkapkan oleh Drageset, S., et.al. (2015) dalam

penelitin nya bahwa berbagi pengalaman dengan sesama penderita kanker

payudara sangat bermakna bagi sebagian besar penderita kanker payudara.

Menyadari bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi kanker payudara,

dan setiap penderita memiliki kisah mereka masing-masing sehingga hal ini

dapat mengubah pandangan penderita terhadap kanker payudara.


Dukungan yang diterima dari lingkungan sekitarnya menjadikan

penderita kanker payudara memiliki perasaan diakui oleh lingkungan

sekitarnya sehingga mampu membuat penderita beradaptasi dengan

lingkungannya setelah memiliki kondisi kesehatan yang berbeda. Dalam

penelitaian yang dilakukan oleh Wang, F., et.al. (2014) mengungkapkan

bahwa dukungan sosial yang diterima secara signifikan oleh penderita kanker

payudara dari lingkungan sekitar nya dapat meningkatkan kesehatan mental

dan psikologis.

4. Dukungan dari tenaga kesehatan sebagai informasi dan semangat


menjalani pengobatan

Menjalani keseharian sebagai klien kanker payudara bukanlah hal

yang mudah. Rutinitas pengobatan yang klien jalani sangat membutuhkan

dukungan dari tenaga kesehatan, selain itu salah satu kebutuhan klien kanker

payudara adalah adanya akses informasi pengobatan dan perawatan.

Dukungan infomasi pengobatan yang klien dapatkan dari tenaga kesehatan

muncul karena adanya suatu kebutuhan informasi yang diperlukan oleh

klien kanker payudara dalam menjaga kualitas hidupnya.

Informasi yang berkaitan dengan prosedur kemoterapi yang banyak

sekali memiliki kontrofersi dalam masyarakat sehingga dapat membuat

penderita kanker payudara merasa takut dengan prosedur pengobatan yang

sebenarnya sangat ia butuhkan. Seperti diungkapkan oleh Chen (2014)

bahwa informasi mengenai kemoterapi dibutuhkan agar pasien kanker dapat


mengerti prosedur pengobatan yang akan dijalaninya untuk memenuhi

kebutuhan psikologis, afektif, dan kognitif.

Informasi yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan setelah

prosedur operasi juga diungkapkan oleh seorang partisipan. Informasi yang

didapatkan dari dokter mengenai tindakan yang harus dialakukan dalam

menunjang kondisi pemulihan setelah operasi telah diinformasikan oleh oleh

dokter. Selain itu, informasi penggunaan obat yang dalam hal ini seringkali di

sampaikan oleh perawat kepada pasien dirasa sangat membantu oleh

partisipan. Penyuluhan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyakit dan

informasi mengenai konsumsi disampaikan pula oleh perawat kepada pasien

kanker payudara. Oleh karena itu tenaga kesehatan berperan penting dalam

memberikan dukungan informasi kepada penderitakanker payudara.

Finck, C., et.al. (2017) dalam penelitian nya mengungkapkan bahwa

kebanyakan pasien kanker payudara menginginkan dukungan dari tenaga

kesehatan karena merasa dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

dapat membantu proses pikir pasien dalam menjalankan prosedur pengobatan

kanker payudara.

5. Dukungan spiritual sebagai adaptasi


Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa dukungan

spiritual yang dimiliki menjadi salah satu bentuk adaptasi dan membantu

menerima kondisi sakit yang mereka alami. Kepercayaan terhadap yang maha

kuasa dalam menentukan nasib mereka setelah mendapatkan kanker payudara,

namun dengan adanya kepercayaan kepada tuhan menjadikan rasa takut

menjadi kepasrahan bahwa tuhan tidak akan menyia-nyiakan nya, dengan

adanya masalah maka disitulah ada suatu solusi yang akan diberikan.

Kepasrahan yang timbul karena proses percaya kepada tuhan, bahwa tuhan

akan menyelamtkan hambanya.

Menurut Pekkola (2018), spiritual akan menumbuhkan rasa nyaman

dan berserah kepada tuhan dan menganggap semua cobaan adalah bentuk

kasih saying tuhan kepadda hamba. Bentuk dukungan spiritual juga dapat

dilihat dari kedekatan partisipan dengan tuhan seperti yang telah mereka

ungkapkan. Dalam penelitian Pekkola (2018) mengungkapkan bahwa

perempuan Palestina yang beragama islam menggambarkan bahwa penyakit

yang mereka alami adalah salah satu bentuk kasih sayang tuhan kepada nya.

Selain itu penderita mengungkapkan hal-hal positif mengenai

kepercayaan mereka terhadap tuhan, bahwa tuhan akan menyelamatkan

mereka dari penyakit yang mereka alami. Temuan yang sama juga di paparkan

oleh Pekkola (2018) bagi perempuan penderita kanker payudara, dukungan

spiritual dapat membuat mereka menerima dan menghadapi penyakitnya


dengan sabar karena berpikir bahwa kanker payudara adalah cara tuhan

menyayangi nya.

Dukungan spiritual juga di ekspresikan partisipan dengan melakukan

ibadah tambahan seperti mengaji, solat sunnah, berpuasa dan mendengarkan

ceramah agama. Hal ini dijadikan sebagai bentuk ekspresi kedekatan kepada

tuhan agar dapat merasa tenang dan tentram walaupun dalam kondisi sakit.

Hammoudeh, et al. (2017) dalam penelitian nya mengungkapkan bahwa

penderita kanker payudara akan lebih aktif dalam kegiatan ibadah sebagai

metode koping dan akan lebih tenag dengan ketentuan takdir yang mereka

miliki.

6. Harapan penderita kanker payudara

Harapan agar dapat sembuh dan penyakit yang dialami tidak muncul

lagi, keinginan untuk kembali normal, berkumpul dengan keluarga dan

merawat anak merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua penderita

kanker payudara. Menurut penelitian Emanuela, S et.al (2015), harapan

penderita kanker payudara berkaitan dengan proses penerimaan penyakit yang

di miliki, harapan muncul karena sudah mulai mengetahui penyakit yang

mereka derita.

Adaptasi yang dilakukan oleh penderita kanker payudara tidak terlepas

dari adanya dukungan sosial yang diberikan oleh orang terdekat dalam hidup

nya. Dukungan sosial memiliki arti yang sangat bermakna bagi setiap

penderita kaner payudara dan dapat memperbaiki kualitas hidup penderita.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yan, et.al. (2016) menyatakan

bahwa dukungan sosial yang memadai dari orang-orang terdekat penderita

kanker payudara dirasa dapat meningkatkan kualitas hidup penderita kanker

payudara menjadi lebih baik.

B. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan proses penelitian yang sudah dilalui, bebrapa

keterbatasan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Keterbatasan kemampuan peneliti sebagai instrumen utama. Penelitian ini

merupakan pengalaman pertama bagi peneliti dalam melakukan penelitian

kualitatif. karena dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai

instrumen utama dalam pengumpulan data, maka kemampuan dan pengalam

peneliti dalam wawancara mendalam banyak mempengaruhi hasil yang

didapat.

2. Peneliti tidak menampilkan foto dan video yang menggambarkan subjek lebih

lengkap saat dilakukan wawancara. kelemahan ini disebabkan karena

partisipan menolak untuk di foto maupun di videokan, dan tidak ingin di

perlihatkan pada orang lain walaupun peneliti seudah membujuk dengan baik

namun partisipan tetap tidak menyetujui.

3. Keterbatasan lain yang peneliti temukan adalah dari kondisi partisipan, ada

yang memberhentikan pembicaraan dengan memberikan kode kepada peneliti,

yang mengharuskan peneliti memberikan menghentikan wawancara sejenak

dan memberikan kesempatan partisipan untuk selesai melakukan kegiatan


nya. Bagi partisipan yang melakukan wawancara di rumah sakit, hambatan

nya adalah karena adanya kebisingan dan jarak kursi peneliti dan partisipan

yang tidak dapat diatus sesuai keinginan menyebabkan kualitas rekaman yang

kurang baik.

C.Implikasi Dalam Keperawatan

Temuan dalam penelitian ini memiliki beberapa implikasi bagi praktek,

penelitian, dan pendidikan keperawatan. gambaran dukungan sosial pada

survivor kanker payudara, dimulai dari respon survivor kanker payudara pasca

di diagnosa sampai dengan dukungan spiritual sebagai adaptasi kehidupan

pasca diagnosa. Penting bagi perawat untuk memahami masalah yang

dihadapi oleh penderita kanker payudara sehingga membutuhkan dukungan

sosial.

Implikasi dari setiap komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagi praktek keperawatan

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus didasarkan

pada pengkajian yang benar tentang fisik dan psikologis pasien.

Diperlukan kemampuan komunikasi dan sikap empati perawat untuk

mampu menjalin hubungan yang baik dengan pasien, sehingga mampu

menggali kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan pasien. Tema dan

sub tema yang muncul didalam penelitian ini dapat digunakan oleh
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan yang berkaitan dengan

dukungan sosial.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan

pengembangan intervensi dukungan sosial, seperti dukungan keluarga

yang menjadi kekuatan bagi pasien, dukungan dari lingkungan sekitar

sebagai wujud penerimaan terhadap kondisi pasien, dan dukungan

spiritual yang mengarahkan koping pasien agar menjadi koping yang

adaptif.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini diperoleh 6 tema dan 20 subtema yang berkaitan

dengan gambaran dukungan sosial pada penderita kanker payudara.

Keenam tema ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang

perlu dikembangkan. Peneliti selanjutnya dapat menjadikan tema tersebut

lebih spesifik membahas satu jenis pengalaman dukungan sosial pada

penderita kanker payudara, seperti lebih spesifik membahas dukungan

emosional pada penderita kanker payudara atau dukungan dari pasangan

terhadap penerimaan kondisi pasien kanker payudara kemudian dapat

memperluas variasi penelitian. Perluasan variasi yang dimaksud

mencakup jenis penelitian, variasi partisipan, dan wilayah, sehinga tema

yang ditemukan dapat memenuhi unsur transfererabilitas atau keteralihan

data.
4. Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kanker payudara

dan meningkatkan peran masyarakat agar lebih memperhatikan,

mempedulikan dan memberi dukungan sosial pada penderita kanker

payudara.

Anda mungkin juga menyukai